Titrasi dilakukan untuk larutan asam dan basa. Apa yang terjadi selama penambahan penitrasi ke
dalam larutan asam ataupun basa? Kalian akan segera tahu setelah membaca uraian berikut.
Jika kalian perhatikan saat melakukan kegiatan di atas, larutan yang berada di dalam erlenmeyer
adalah basa, sehingga pHnya > 7. Saat dititrasi dengan asam, tentu pH akan turun sampai terjadi
titik ekivalen. Perubahan pH larutan secara visual dapat dilihat dengan semakin samarnya warna
pink dari larutan dalam erlenmeyer hingga akhirnya menjadi bening.
Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi. Bentuk kurva dari masingmasing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan asam dan basa yang digunakan Kurva titrasi
dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada beberapa titik berikut.
1. Titik awal sebelum penambahan asam/basa.
2. Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung garam yang
terbentuk dan asam/basa yang berlebih.
3. Titik ekuivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam
atau basa.
4. Daerah lewat ekuivalen, yaitu larutan yang mengandung garam dan kelebihan asam/basa.
D. Langkah Percobaan
1. Masukkan larutan HCl 0,1 M ke dalam buret sampai angka nol.
2. Ambil 25 mL NaOH kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Berikan tiga tetes fenolftalein ke dalam erlenmeyer sehingga tampak berwarna pink.
4. Menitrasi tetes demi tetes sambil erlenmeyer terus digoyang. Hentikan sementara titrasi
ketika volume penitran (HCl 0,1 M) mencapai 5 mL dan kelipatannya (volume penitran
ini dapat dilihat dari skala buret). Ukur pH larutan titran dengan pH meter.
5. Ketika warna larutan titran sudah mendekati bening, pengukuran pH dilakukan untuk
setiap penambahan 1 mL penitran.
6. Hentikan kembali titrasi ketika tercapai titik ekivalen, yaitu ketika larutan berwarna
menjadi bening. Catat volume penitran.
7. Pengukuran pH titran kembali dilakukan untuk setiap penambahan 1 mL penitran, hingga
3 kali pengukuran. Catat pH dan volume penitrannya.
8. Pengukuran pH titran dilanjutkan untuk setiap penambahan 5 mL penitran, hingga 3 kali
Bengukuran. Catat pH dan volume penitrannya
9. Mengulangi langkah 1-8 sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata volume HCl
yang digunakan.
10. Hitunglah konsentrasi NaOH yang dititrasi.
11. Buatlah grafik titrasi volume HCl versus pH dari data percobaan.
E. Hasil Percobaan
Isilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan kalian.
Volume penitran
(mL)
0
pH titran
5
10
...
...
F. Pembahasan
Untuk memperjelas dan lebih memahamkan kalian terhadap percobaan ini, jawablah pertanyaan
berikut.
1. Tuliskan reaksi yang terjadi antara HCl dengan NaOH.
2. Tentukan jumlah mol HCl yang digunakan.
3. Tentukan jumlah mol dan konsentrasi NaOH. (Gunakan perumusan yang telah
diterangkan).
4. Cermati grafik yang telah kalian buat, kemudian analisalah.
G. Kesimpulan
Apa kesimpulan yang dapat kalian tarik dari percobaan ini?
Diskusikan dengan kelompok kalian dan tuliskan dalam laporan kegiatan, kemudian
presentasikan hasilnya di depan kelas.
5. Percobaan / Praktikum Menentukan Kadar Cuka Perdagangan
A. Dasar teori
Titrasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah (konsentrasi) suatu larutan.
Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam basa. Dalam
pelaksanaan titrasi, indikator sangat diperlukan untuk mengetahui titik ekuivalen. Asam asetat
yang dalam bahasa dagangnya dikenal sebagai cuka, merupakan suatu asam lemah dengan rumus
senyawa CH3COOH. Produk cuka dari suatu perusahaan yang satu dengan yang lain pasti
berbeda kadar asetatnya. Untuk mengetahuinya, maka cara yang mudah dilakukan adalah dengan
titrasi.
Berdasarkan reaksi netralisasi, analisis volumetrik dibedakan menjadi asidimetri dan alkalimetri.
Keduanya dibedakan pada larutan standarnya. Salah satu contoh analisis alkalimetri adalah titrasi
basa terhadap asam cuka (asam asetat). Reaksi antara natrium hidroksida dengan asam asetat
akan menghasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, sehingga titik ekivalen
diperoleh pada pH > 7. Analisis asam asetat dalam cuka perdagangan bermanfaat untuk
memperoleh informasi apakah kadar yang tertulis pada label botol sesuai dengan kenyataannya.
(Brady, 1999, hlm. 218 (dengan pengembangan))
B. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar asam cuka perdagangan.
C. Alat dan Bahan Percobaan
Alat :
1. erlenmeyer 250 mL
2. pipet
3. pipet gondok 25 mL
4. buret 25 mL
5. labu ukur
6. corong gelas
Gambar 5. Labu ukur dengan garis di tengah leher sebagai tanda batas. Ukuran labu bermacammacam, dari 10, 25, 50, 100, 250, 500 hingga 1000 ml.
Bahan :
1. NaOH 0,1 M
2. asam cuka perdagangan
3. fenolftalein
4. aquades
D. Langkah Percobaan
1. Ambil 10 mL larutan asam cuka perdagangan dengan pipet gondok kemudian masukkan
ke dalam labu ukur100 mL, encerkan hingga volume tanda batas.
2. Ambil 10 mL larutan encer (dari labu ukur), kemudian maukkan ke dalam erlenmeyer 25
mL dan tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalamnya.
3. Lakukan titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1M hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda (hati-hati dalam meneteskan, jangan sampai kelebihan sehingga
warnanya menjadi merah tua).
4. Catat volume NaOH yang dibutuhkan.
5. Lakukan langkah 2-4 sebanyak 3 kali.
E. Hasil Percobaan
Isilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan kalian.
Titrasi
I
II
III
Rerata
F. Pembahasan
Untuk memperjelas percobaan ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. (Cara mengerjakan
sesuai dengan contoh pada titrasi asam kuat basa kuat).
1. Tuliskan reaksi yang terjadi antara asam cuka dengan NaOH.
2. Hitunglah kadar asam cuka perdagangan (dalam g/100mL).
Caranya, gunakan rumus berikut.
x 0,1 x V NaOH x 60