Anda di halaman 1dari 6

http://ari-irawan4.blogspot.co.id/2014/05/titrasi-asam-basa.

html

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan
dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (Brady,
1988: 178). Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau
tabung. Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-
mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Titik pada
saat titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang
diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam selang pH
yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Ralph H, 2008: 308-310).

Zat yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titrasi (titran) dan biasanya diletakan di
dalam tabung elenmeyer sedangkan zat yang telah diketahui sendiri konsentrasinya disebut sebagai
(titer) dan biasanya diletakkan didalam buret baik titer ataupun titran biasanya didalam bentuk
larutan (Keenan, 1982: 162). 

Perubahan besar dari pH yang terjadi dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik
ekivalennya akan tercapai. Ada banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang bentuk-
bentuk tak berdisosiasi dan ionnya menunjukan warna yang berbeda warna. Molekul-molekul
demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan dan disebut
indikator visual.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula
berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua,
menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah warna merah. Phenoftalein
berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indicator yang cocok. Volume basa yang
lebih besar akan diperlukan untuk merubah warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di
deteksi dengan ketepatan yang biasa diharapkan (Day, 2002: 141-145).
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan
oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen
ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang
digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada.
Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir
yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat
titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak
selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat
memperkecil kesalahan titrasi (Anonimous,  2013).
Sumber ion H- adalah Larutan NaOH encer dan ion H+ adalah larutan asam,mula-mula disiapkan
NaOH 0,1 M kemudian distandarisasikan dengan larutan asam yang lain yang telah diketahui
konsentrasinya, larutan NaOH tidak tersedia dalam keadaan murni dan larutannya dapat berubah
konsentrasinya. NaOH Haruslah distandarisasikan sebelum digunakan untuk mentitrasi sampel.Pada
sumber ion H adalah larutan NaOH kebanyakan pada titrasi asam basa.Perubahan larutan pada titik
equivalen tidak jelas. Oleh karena itu untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator karena
zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu secara ideal.titik titrasi seharusnya
seharusnya sama dengan titik titrasi seharusnya sama dengan titik akhir titrasi (titik equivalen). Asam
dan basa terurai sempurna dalam larutan berat oleh karena itu,pH pada sebagian titik selama titrasi
air dapat dihitung langsung dari jumlah stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi
(Sudarto, 2008: 101).
Untuk menentukan konesntrasi asam digunakan rumus (Kartimi, 2014: 33):
V1 N1 = V2 N2
V1 = volume larutan asam
V2 = volume laruatan basa
N1 = molaritas larutan asam
N2 = molaritas lauran basa

C. Alat dan Bahan

1. Alat
a. Buret
b. Botol semprot
c. Corong
d. Statif dan penjempit
e. Gelas kimia
f. Labu erlenmeyer
g. Pipet gondok
2. Bahan
a. NaOH 0,05 M
b. HCl
c. Phenolftalen
d. Aquades
e. Kertas saring/tissue

D. Langkah Kerja

1. Buret dibersihkan dan dibilas dengan NaOH yang akan dipakai, kemudian dimasukan larutan
NaOH ke dalam buret menggunakan corong sampai volumenya hingga tepat pada skala nol.
2. Dimasukan larutan asam yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan pipet
gondok dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
3. Ditambahkan aquades ke dalam labur erlenmeyer +5 ml untuk membilas larutan yang
menempel pada dinding labu erlenmeyer, dan ditambahkan tiga tetes indokator
phenolftalen.
4. Titrasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret secara perlahan-lahan
tetes demi tetes sampai larutan akan berubah warna.
5. Dicatat keadaan akhir buret yang menunjukan volume larutan NaOH yang dipakai, yakni
selisih volume semula dengan volume akhir.
6. Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali.
7. Dihitung konsentrasi larutan yang telah dititrasi dengan menggunakan rumus.

E. Hasil Pengamatan
1. Perhitungan percobaan pertama

Dik:

Va = 10 ml

a =1

Vb = 23-3,5

= 19,5

b =1

Mb = 0,05 M

Dit: Ma?

Jawab:

Va . Na = Vb . Nb

Va (M.a) = Vb (m.b)

10 . M.1 = 19,5 . 0,05.1

10 M = 0,975

M = = 9,75 x 10-2

[H+] = M HCl

= 9,75 x 10-2

pH = -log [H+]

= -log 9,75 x 10-2

= 2-log 9,75

= 2 - 0,9

= 1,1 M

Nb = M . b

9,75 x 10-2 M . 1

M = 9,75 x 10-2
2. Perhitungan percobaan kedua

Dik:

Va = 10 ml

a=1

Vb = 27 ml

b=1

Mb = 0,05 M

Dit: Ma?

Jawab:

Va . Na = Vb . Nb

Va (M.a) = Vb (m.b)

10 . M.1 = 27 . 0,05.1

10 M = 1,35

M = = 13,5 x 10-2

[H+] = M HCl

= 13, x 10-2

pH = -log [H+]

= -log 13,4 x 10-2

= 2-log 13,5

= 2 – 1,13

= 0,87 M

Nb = M.b

13,5 x 10-2 = M.1

M = 13,5 x 10-2

= 0,135

Nrata-rata = = = 0,11625 M
F. Pembahasan

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di dalam larutan. Pada
praktikum titrasi asam basa kali ini, ialah untuk menentukan konsentrasi larutan HCl dengan
dicampuri oleh larutan NaOH yang sudah diketahui konesntrasi, yaitu 0,05 M. Adapun indikator yang
dipakai adalah penolfthalen.

Larutan HCl 10 ml dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer, dan NaOH dimasukan ke dalam buret.
Sebelum memulai penetesan, terlebih dahulu ditetesi indikator penolfthalen, yang berguna untuk
menadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH
sesuai dengan titik setara. Perubahan warnanya dari tak berwarna sampai warnanya merah muda
Selain itu, ditambahkan pula air 5 ml untuk membilas larutan yang menempel pada dinding labur
erlenmeyer.

Setelah semuanya siap, barulah larutan asam ditetesi demi tetes dengan NaOH sambil labu
erlenmeyer digoncangkan sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai, sehingga titrasi harus
dihentikan dan di mana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa, atau disebut titik equivalen.
Akan tetapi, karena tidak bisa dilihat secara pasti titik equivalen tersebut maka yang dilihat adalah
titik akhir titrasi. Yaitu sesaat setelah titik equivalen, dengan adanya perubahan warna indikator
menjadi merah muda.

Dari percobaan ini, laruatan basa yang digunakan saat mencapai titik akhir titrasi, adalah 19,5 ml.
Setelah volume basa yang digunakan diketahui barulah dimasukan ke dalam rumus: Va . Na = Vb .
Nb. Sehingga didapat molaritas HCl adalah Na 0,0975 M, sehingga pH yang didapat adalah 1,1. Hal
yang sama dilakukan di percobaan kedua. Namun nilai molaritas asam yang didapat adalah Na 0,135
M, sehingga pH yang didapat adalah 0,87. Dari kedua percobaan itum dicari nilai Nb rata-rata
dengan rumus: Nrata-rata= dan nilai rata-ratanya adalah 0,11625 M.

Akan tetapi, seharusnya pH yang dihasilkan HCl adalah 1 M. Dari percobaan pertama, melebihi 1 M
dan percobaan kedua kurang dari 1 M. hal tersebut mungkin terjadi beberapa kesalah saat
dilakukannya praktikum, yaitu terjadinya kebocoran NaOH pada buret. Dan kurangnya pada
goncangan yang dilakukan pada labu erlenmeyer.

G. Kesimmpulan

Dari hasil praktikum di atas dapat disumpulkan bahwa:

1. Titrasi merupakan suatu metode untuk mencarikonsentrasi yang belum diketahiu.


2. Titik equivalen merupakan keadaan di mana asam dan basa tepat bereaksi dan titik akhir
yaitu titik di mana terjadi perubahan warna pada titrasi sehingga titrasi harus dihentikan.
3. Konsentrasi asam yang didapat pada percoban pertama dan kedua adalah 0,0975 M dan
0,135 M dengan menggunakan rumus Va . Na = Vb . Nb. Dan nilai rata-ratanya adalah
0,11625 M.
Referensi:

 Anonimous. 2013 “ Laporan Titrasi Asam Basa.” [Online] tersedia:


 http://langgengsetya.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikum-titrasi-asam-basa.html
diakses pada 24 April 2014
 Brady, James E. Kimia Universitas Asas dan Struktur edisi 5 Jakarta: Bina Rupa
 Aksara
 Keenan. 1982. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga
 Ralph H, Petrucci. 2008. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
 Sudarto,Unggul. 2008. Analisis Kimia Dasar. Yogyakarta: UNY.

Anda mungkin juga menyukai