Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Fernando Sahat Pangihutan Siregar

NPM : E1G020080

Prodi : Teknologi Industri Pertanian

Kelompok :-

Hari/Tanggal : Selasa/10 November 2020

Jam : 12.00-01.00

Dosen : 1.Dra. Devi Silsia. M.Si

2. Dra. Syafnil. M.Si

Ko-Ass :-

Objek Praktikum : Titrasi Asam Basa

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam
laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan atau dapat dikatakan titrasi merupakan
cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap
dengan zat yang terdapat dengan larutan lain. Analisis yang berkaitan dengan volume-volume
larutan pereaksi disebut analisis volumetric . Karena pengukuran volum memainkan peranan
penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa titrimetri
merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan
stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut
titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan
hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik
ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat
menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran
berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada
titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Oleh karena itu
kita mempelajari tentang titrasi asam dan basa dalam paraktikum ini. Di mana kita dapat tahu
molarritas dan volumenya.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang


mengandung asam.
2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi adalah cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk
bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain. Analisis yang berkaitan
dengan volume-volume larutan pereaksi disebut analisis volumetric. Dalam volumetric sering
juga dipakai istilah titer yang berarti bobot suatu zat yang ekuivalen dengan 1 ml larutan
setandar. Umpamakan 1 ml larutan zat A ekuivalen dengan 0,010 gram NaOH. Maka dikatakan
bahwa titer larutan standar A terhadap NaOH adalah 0,010 gram.Penetapan volumetric kadar zat
B dari suatu buret dititrasi (diteteskan) larutan standar A sampai titik ekuivalennya tercapai, yaitu
sampai: banyak mol zat A : banyak mol zat B = perbandingan koefisiennya menurut persamaan
reaksi. Dalam titrasi titik ekuivalen tersebut ditetapkan dengan memakai suatu indicator yaitu
suatu zat yang harus mengalami perubahan saat titik ekuivalen tercapai. Bila dilakukan pada
larutan asam kuat berbasa satu dengan basa kuat berasam satu, atau asam kuat berbasa dua
dengan basa kuat berasam dua diterapkan rumus sebagai berikut V1 . M1 = V1 . M2.
(Ari Harnanto)
Titrasi merupakan salah satu cara untuk mentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan
cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya.Titik ekivalen
pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah
basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada
umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir
yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada
saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi
tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat
memperkecil kesalahan titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah
dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama
titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik
equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7. (Team Teaching,Kimia Dasar).
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam
laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan
peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa
titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia
seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul
pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah
buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan
disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi.
Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan.
Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran
berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang
bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat
atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin
dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau
mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa
titrimetri.(wikipedia)
BAB III
METEDEOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

 NaOH 0,1 M
 HCl 0,1 M
 H2C2O4
 Indikator penolphetalein
 Erlenmeyer
 Buret 50 mL
 Statif dan klem
 Gelas ukur 25 mL atau 10 mL
 Corong kaca

3.2 Cara kerja


3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan 5 mL
larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret,
selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret. Kemudian
larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi ke dalam buret
sampai skala tertentu. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret. Proses
standarisasi :
 Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M dan masukan ke
dalam setiap Erlenmeyer dan tambahankan ke dalam masing-masing Erlenmeyer
3 tetes indikator penolphtalein (PP).
 Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer
digoyang.
 Catat volume NaOH terpakai
 Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II dan III. - Hitung molaritas
(M) NaOH.
3.2.2 Penentuan konsentrasi HCl
Adapun langkah-langkah yang dilakukan praktikan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut ini :
 Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam
nsetiap Erlenmeyer
 Tambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indikator penolphtalein
(PP)
 Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer digoyang
 Catat volume NaOH terpakai - Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer
ke II dan ke III
 Hitung molaritas (M) HCl
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

 Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

Ulangan
No Prosedur Rata-rata
1 II III
1 Volume larutan asam oksalat 0,1 M 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai 5 mL 4,5 mL 5,5 mL 5 mL
3 Molaritas (M) NaOH 0,4 M 0,44 M 0,36 M 0,4 M

 Standarisasi HCl dengan larutan HCl

Ulangan
No Prosedur Rata-rata
1 II III
1 Volume larutan HCl 0,1 M 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai 9 mL 9,5 mL 10 mL 9,5 mL
0,1 M
3 Molaritas (M) NaOH 0,111 M 0,105 M 0,1 M 0,105 M
4 Molaritas (M) larutan HCl 0,09 M 0,095 M 0,1 M 0,095 M
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Perhitungan

 Standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat (C2H2O4)

Volume 1+Volume 2+Volume 3


Rata – rata V NaOH ¿ Banyaknya ulangan

5 mL+4,5 mL +5,5 mL
Rata – rata V NaOH¿ 3
15mL
Rata – rata V NaOH¿ 3
Rata – rata V NaOH = 5 mL

Ulangan 1
C2H2O4 = NaOH
MC2H2O4 .V1. ev 1 = M NaOH . V2. ev 2
0,1 . 10 .2 = M NaOH . 5. 1
2
M NaOH ¿
5
M NaOH = 0,4 M

Ulangan 2
C2O2H4 = NaOH
MC2H2O4 . V1. ev 1 = M NaOH . V2. ev 2
0,1 . 10 .2 = M NaOH . 4,5. 1
2
M NaOH = 4,5
M NaOH = 0,44 M
Ulangan 3
C2H2O4 = NaOH
MC2H2O4 .V1 . ev 1= M NaOH . V2. ev 2
0,1 . 10 .2 = M NaOH . 5,5. 1
2
M NaOH ¿
5,5
M NaOH = 0,36 M

Volume 1+Volume 2+Volume 3


Rata – rata V NaOH ¿ Banyaknya ulangan

0,4 M + 0,44 M +0,36 M


Rata – rata V NaOH¿ 3
1,2 M
Rata – rata V NaOH¿ 3
Rata – rata V NaOH = 0,4 M

 Standarisasi HCI dengan larutan NaOH (Mencari M NaOH)

Volume 1+Volume 2+Volume 3


Rata – rata V NaOH ¿ Banyaknya ulangan

9 mL+9,5 mL +10 mL
Rata – rata V NaOH¿ 3
28,5 mL
Rata – rata V NaOH¿ 3
Rata – rata V NaOH = 9,5 mL

Ulangan 1
HCI = NaOH
M HCI . V1 . ev 1 = M NaOH . V2 . ev 2
0,1 . 10 . 1 = M NaOH . 9. 1
1
M NaOH =9
M NaOH = 0,111 M
Ulangan 2
HCI = NaOH
M HCI . V1 . ev 1 = M NaOH . V2 . ev 2
0,1 . 10 . 1 = M NaOH . 9,5. 1
1
M NaOH = 9,5
M NaOH = 0,105 M

Ulangan 3
HCI = NaOH
M HCI . V1 . ev 1 = M NaOH . V2 . ev 2
0,1 . 10 . 1 = M NaOH . 10 . 1
1
M NaOH = 10
M NaOH = 0,1 M

Volume 1+Volume 2+Volume 3


Rata – rata V NaOH ¿ Banyaknya ulangan

0,111 M +0,105 M + 0,1 M


Rata – rata V NaOH¿ 3
0,316
Rata – rata V NaOH¿ 3
Rata – rata V NaOH = 0,105 M

 Standarisasi HCI dengan larutan NaOH (Mencari M HCI)

Ulangan 1
HCI = NaOH
M HCI . V1 . ev 1 = M NaOH . V2 . ev 2
M HCI . 10. 1 = 0,1 . 9. 1
0,9
M NaOH = 10
M NaOH = 0,09 M

Ulangan 2
HCI = NaOH
M HCI . V1 . ev 1 = M NaOH . V2 . ev 2
M HCI . 10. 1 = 0,1 . 9,5. 1
0,95
M NaOH = 10
M NaOH = 0,095 M

Ulangan 3
HCI = NaOH
M HCI . V1 . ev 1 = M NaOH . V2 . ev 2
M HCI . 10. 1 = 0,1 . 10 . 1
1
M NaOH = 10
M NaOH = 0,1 M

Volume 1+Volume 2+Volume 3


Rata – rata V NaOH ¿ Banyaknya ulangan

0,09 M +0,095 M +0,1 M


Rata – rata V NaOH¿ 3
0,285
Rata – rata V NaOH¿ 3
Rata – rata V NaOH = 0,095 M
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

 Proses titrasi dapat dilakukan dengan 4 cara yakni;


 Reaksi asam-basa
 Reaksi redoks
 Reaksi pengendapan
 Reaksi pembentukan kompleks
 Untuk menstandarisasi larutan dapat menggunkan rumus :
V1 x M1 = V2 x M2

6.2 Saran
Dalam pratikum ini, ada baiknya jika semua dari anggota praktikan dapat mengambil
bagian dalam setiap kegiatan pratikum
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Buku Penuntun Praktikum Kimia Umum Universitas


Bengkulu.Bengkulu:Universitas Bengkulu

Anonim.http://wikipedia.org.Titrasi larutan,diakses 13 November 2013.

Ari harnanto.2002.Kimia 3.Jakarta :Esis

http://www.widyawandi.blog spot.com diakses tanggal 14 November 2013

Ujang Haryanto.1998.Kimia untuk Universitas.Bandung:Erlangg


JAWABAN PERTANYAAN

1) Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen.


Jawaban: Dengan cara pemilihan indikator yang tepat dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Dengan ini maka titik titrasi akan mendekati ekivalen
2) Jelaskan dengan singkat fungsi indicator
Jawaban: Sebagai alat penunjuk adanya perubahan di dalam suatu kegiatan atau kejadian
tertentu. Sebagai pedoman bagi pengguna dalam menyusun alat ukur. Sebagai pedoman
dalam merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu
kegiatan.
3) Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan indicator.
Jawaban: Suatu reaksi dapat terjadi tanapa ditambah indikator, tetapi akan menyebabkan kita
kesulitan untuk menentukan titik titrasi
4) Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas
Jawaban:
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O

HCl + NaOH NaCl + H2O

5) Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder


Jawaban:
o Larutan Standart Primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya,
dalam proses pembuatannya larutan standart primer ini tidak perlu distandarisasi
dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya.
o Larutan Standart Sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk
menstandarisasi/menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan tersebut harus
distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya.
6) Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi.
Jawaban:
A. Methyl Orange (MO).
Indikator MO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam
suasana asam dan berwarna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1-
4,4.Penggunaan MO dalam titrasi:
o Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik
ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini
disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehungga akan berhenti pada pH
7.
o Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. Jelas tidak boleh digunakan karena pada pH +
9. untuk konsentrasi 0,1 M.
o Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, dapat dipakai, tetapi harus hati-hati, titrasi
harus dihentikan asal sudah terjadi perubahan warna.
o Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. MO dapat dipakai tetapi titrasi
harus dihentikan setelah warna berubah.

B. Phenol Phtalein (PP)


Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam
ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna
dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Penggunaan PP dalam titrasi :
o Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik
ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini
disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH
7, sedangkan warna berubah pada pH 8.
o Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. boleh digunakan karena pada pH + 9. untuk
konsentrasi 0,1 M
o Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, tidak dapat dipakai,
o Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek
pH tidak sesuai dengan titik ekivalen.

C. Methyl Red
Indikator methyl Red adalah indikator asam basa yang memiliki trayek pH 4,2 –
6,3 dengan berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning dalam suasana
basa. Penggunaan MR dalam titrasi :
o Asam kuat dengan Basa kuat. Tidak dapat dipakai karena pada pH 6,3 sudah
terjadi perubahan belum mencapai pH 7
o Asam lemah dengan Basa kuat. Jelas tidak boleh digunakan karena TE pada pH +
9
o Basa lemah dengan Asam kuat. Tidak disarankan untuk dipakai karena TE pada
pH 7, sedangkan indiktor bau berubah pada pH 6,3.
o Basa kuat dengan Asam kuat. Tidak baik, karena sebelum pada TE pH + 5,
indikator sudah berubah warnanya
o Garam Asam lemah dari Asam kuat. Tidak baik, karena sebelum pada TE pH + 5,
indikator sudah berubah warnanya.
D. Brom Timol Blue (BTB)
Indikator BTB atau biru bromtimol dalam larutan asam berwarna kuning dan
dalam larutan basa berwarna biru. Warna dalam keadaan asam disebut warna asam
dan warna dalam keadaan basa disebut warna basa. Trayek pH pada 6,0 – 7,6.
Penggunaan BTB dalam titrasi :
o Asam kuat dengan Basa kuat, dapat dipakai dan paling ideal, dengan kesalahan
titrasi yang kecil. Titrasi encapai pH 7 dengan warna hijau. Ini berarti larutan
yang semula kuning berubah jadi hijau, tak perlu sampai jadi biru.

o Asam lemah dengan Basa kuat. Kurang baik karena trayek pH tidak seluruhnya
memotong bagian curam di kurva, sehingga penambahan setetes titrant tidak
dapat mengubah warna larutan dari warna kuning menjadi biru. Titrasi harus
segera dihentikan pada saat mulai tampak warna biru.
o Basa lemah dengan Asam kuat. Tidak baik, karena terlalu awal warna timbul.
o Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. Tidak baik. karena terlalu awal warna
timbul

E. Indikator Campuran
Untuk titrasi-titrasi tertentu kadang-kadang dipakai indikator campuran, yakni
campuran antara 2 buah indikator atau campuran sebuah indikator dengan suatu zat
warna biasa (bukan indikator pH, jadi tidak dapat berubah warna sekalipun pH berubah ).
Indikator campuran tidak berubah warna seperti indikator biasa, tetapi pada pH
tertentu warnanya hilang dalam arti menjadi hitam yang dala prakteknya kelihatan
sebagai kelabu. Warna ini tampak jelas berbeda dari warna pada pH sedikit diatas
maupun dibawahnya, sehingga sangat mempermudah menentukan apakah larutan sudah
mencapai pH tersebut.
Bila pH itu bertepatan dengan pH Titik Ekivalen suatu titrasi, maka titik akhir titrasi
dapat ditentukan dengan mudah dan dengan ketelitian yang besar. Indikator campuran
terutama diperlukan apabila indikator biasa menunjukkan perbedaan warna asam dan
warna basa yang kurang jelas, sehingga perubahan warna juga sama sekali tidak jelas.
Warna pada pH tertentu itu hilang karena pada pH tersebut warna kedua zat warna yang
dicampur komplementer satu sama lain. Jadi sinar putih akan diserap sebagian
spektrumnya oleh zat warna yang satu, tinggal zat warna itu sendiri, tetapi karena warna
ini komplementer dengan warna zat warna yang lain, maka sisa ini diserap ; dengan
perkataan lain sinar habis diserap, atau menjadi gelap, hitam, kelabu.

Anda mungkin juga menyukai