Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM TEKNIK LINGKUNGAN 1

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA MAKAN


(TITRASI ASAM BASA)
NAMA/NIM

: YUSSANDI SANTOSO (1400710015)

KELOMPOK

: 5 (LIMA)

REKAN KERJA

: YUTTA AVEKINANTI (1400710008)

PEMBIMBING

: CHRIS SALIM, Ph.D & GRACE MULYANI


TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SURYA
2016

A. Tujuan
1. Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi
2. Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersial
B. Pendahuluan
Larutan cuka merupakan larutan dengan campuran asam asetat 3 8% yang
diencerkan bersama air, sedangkan cuka merupakan larutan asam yang dibuat dari
reaksi oksidasi etanol CH3CH2OH. Larutan cuka biasanya dipakai sebagai tambahan
bahan pelengkap dalam makanan dan lain-lain. CH3COOH atau asam asetat merupakan
komponen penyusun cuka.
Asam asetat atau asam etanoat merupakan senyawa kimia asam organik dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Secara penulisan rumus kima
asam asetat sering ditulis CH3-COOH, CH3COOH atau CH3CO2H. Asam asetat murni
(disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tidak bewarna serta memilikki
titik beku 16,7oC.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana. Larutan
asam asetat dalam air termasuk dalam senyawa asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
seagian mejadi ion H+ dan CH3COOH. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer
seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain.
1

Asam asetat tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap makanan, biasanya
diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organik dapat
diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Pada kondisi bentuk murni, asam asetat dikenal
sebagai asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu dingin. Bentuk asam ini
sangat korosif dan dapat berbahaya jika mengenai kulit dan diperlukan penggunaan alat
pelindung ketika bereksperimen dengan asam tersebut.
Analisa Volumetri merupakan suatu teknik yang melibatkan pengkuran volume
suatu larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain seara
kuantitatif. Metode analisis kuantitatif volumetic ini menggunakan titrasi. Penambahan
sedikit demi sedikit volume buffer pada latrutan uji disebut titrasi. Larutan buffer harus
terlebih dahulu diketahui komsentrasinya. Dari konsentasi tersebut nantinya akan
diperoleh konsentrasi larutan uji.
Prinsip metode volumentri:
1. Menggunakan prinsip stokiometri
Jika salah satu konsentasi larutan diketahui maka konsentasi larutan yang
lain dapat ditentukan dari volume larutan yang digunakan, Pada percobaan
ini kadar asam asetat dapat ditentukan melalui reaksi dengan larutan NaOH
yang telah diketahui konsentrasinya:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) H2OH (l) + CH3CO2Na (aq)
Konsentrasi CH3COOH dapat ditentukan dengan menambahkan tetesan
NaOH sampai bereaksi dengan CH3COOH ditandai adnya perubahan warna.
Tepat adanya perubahan warna disebut sebagaia titik ekuivalen, yaitu di
mana jumlah mol CH3COOH yang ditambahkan sama dengan jumlah mol
NaOH yang ada pada larutan semula.
2. Titik ekuivalen merupakan titik di mana larutan buffer bereaksi dengan
larutan uji.
Pada saat terjadi perubahan warna pada larutan uji maka proses titrasi
harus segera dihentikan. Kondisi tersebut dapat dnamakan seagai titik akhir
titasi. Penggunan CH3COOH sebagai larutan uji (indikator) cukup baik
karena dapat memberikan perubahan warna yang jelas ketika bereaksi
dengan larutan basa. Indikator atau larutan uji sebaiknya memiliki
konsentrasi yang rendah. Dalam percoban ini indikator fenolftalein yang
akan mengalami perubahan warna dari tak bewarna pada arutan asam
2

menjadi merah muda pada larutan basa. Titik tengah pada titrasi ini terjadi
berkisar pada pH = 9 (sedikit basa).
Dasar perhitungan Analisis Volumentri:
mol (X) = mol (Y)
V1 x M1 = V2 x M2

Penentuan kadar Asam Asetat:


%kadar asam asetat = M x Mr/Rapat massa CH3COOH%
Keterangan:
V= Volume larutan (mL)
M= Molaritas (M)
Mr= Massa relativ (g/mol)
Larutan titran yang digunakan adalah larutan NaOH, pada kondisi di udara
larutan NaOH akan bereaksi dengan CO2. Pada dasarnya reaksi tersebut berjalan cukup
lambat dan akan mempengaruhi larutan NaOH yang digunakan. Dengan demikian,
sebelum dilakukan tahapan titrasi maka sebaiknya NaOH diberi larutan asam lain yang
stabil dan diperoleh dalam keadaan murni sehingga konsentrasinya dapat ditentuan
secara akurat, proses ini disebut standarisasi. Larutan tersebut dinamakan sebagai
standar primer, sedangkan NaOH disebut sebagai standar sekunder. NaOH tidak terlalu
murni sebagai larutan standar langsung maka dari itu disebut sebagai standar sekunder.
Adapun persyaratan standar primer memiliki kemurnian tinggi, stabil terhadap udara,
ukan kelompok hidrat, tersedia dengan mudah, cukup mudah larut, berat molekul cukup
besar. Contoh dari standar primer adalah Kalium hydrogen ftalat (KC8H5O4). Jika
larutan tesebut digunakan untuk men-standarisasi larutan NaOH dengan reaksi seperti
berikut:
KC8H5O4 (aq) + NaOH (aq) KnaC8H4O4 (aq) + H2O(l)
C. Alat dan Bahan
+Gelas Kimia 100 ml

(3 buah)

+Statif

(1 buah)

+Pipet Ukur 25 ml

(2 buah)

+Klem

(2 buah)

+Labu Ukur 250 ml

(3 buah)

+Boss Head

(1 buah)

+Erlenmeyer 250 ml

(2 buah)

+Buret 50 ml

(1 buah)

+Magic stick dan stirrer (1 pasang)

+Neraca analitik
3

+Corong Kaca

(1 buah)

+Larutan NaOH 1M (disesuaikan)

+Pipet Tetes

(1 buah)

+Kalium Hidrogen Ftalat (disesuaikan)

+Indikator fenolftalein

(disesuaikan) +pH meter

+Akuades

(disesuaikan)

+Sampel Cuka

(disesuaikan)

( 1 alat)

Berikut contoh alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum:

Indikator

Larutn Cuka

Larutan kalium

Fenoftalin

Dapur

Hidrogen Ftalat

Klem dan Boss

Larutan NaOH
0,1 M

pH meter digital Gelas ukur, Probe

Head

dan Pengaduk

D. Langkah Kerja
No

Cara Kerja

A.

Standarisasi NaOH 0,1 M dengan Larutan

Gambar

Standar KC8H15O4
1. Tuangkan kira-kira 40 ml larutan NaOH 1 M
ke gelas kimia 100 ml, kemudian lakukan
pengenceran (10x) dengan cara: pipet 25 ml
larutan NaOH tersebut ke dalam labu ukur
250 ml. Tera dengan akuades hingga
mencapai garis batas pada leher tabung dan

aduk agar merata. Tandai labu ukur dengan


label bertuliskan: larutan NaOH 0,1 M
2. Timbang 4 g KC8H15O4 ke dalam gelas kimia
100 ml dan larutkan dengan 70 ml akuades.
Aduk sampai seluruh KC8H15O4 larut
(gunakan magnetic stirrer). Pastikan larutan
sudah homogen dengan melihat tidak ada lagi
serbuk putih di dalam larutan. Setelah
homoge

tunagkan

ke

labu

ukur

dan

tambahkan dengan akuades sampai garis


batas pada labu.
3. a. Pipet 10 ml larutan KC8H15O4 ke dalam
gelas ukur 100 ml dan tambahkan dua tetes
indikato fenolftalein, aduk hingga indikator
larut dengan baik.
b. Lakukan titrasi menggunakan larutan
NaOH 0,1 M sapai terjadi perubahan warna.
Catat volume NaOH 0,1 M yang diperlukan
dan hitung pHnya menggunakan pH meter.
Lakukan percobaan tiga kali, satu titrasi
kasar dan dua titrasi halus
B.

Titrasi Cuka dengan larutan NaOH


1. Encerkan cuka (20x) dengan cara: pipet 5 ml
cuka ke dalam labu ukur 100 ml, kemuduan
tera dengan akuades hingga garis batas. Beri
label: larutan CH3COOH
2. Pipet 10 ml larutan cuka ke gelas ukur 100
ml,

tambahkan

dua

tetes

indikator

fenolftalein, lalu titrasi dengan NaOH 0,1 M


sampai berubah warna dan catat berapa
volume yang berkurang. Dan hitung nilai
pHnya. Lakukan tiga kali titasi, satu kasar
dan dua halus
5

E. Data dan Pembahasan


1. Hasil Titrasi NaOH 0,1 M dengan larutan KC8H5O4
Tabel titrasi
Parameter

Titrasi 1

Titrasi 2

Rerata (V2)

ml NaOH

18,7

18,7

18,7

Perhitungan Konsentrasi KC8H5O4


1. n = m/Mr = 4,0002/204,22 = 0,0196 mol
2. M = n/V 0,0196 mol / 0,1 L = 0,196 M

Perhitungan Konsentrasi NaOH


Mol KC8H5O4 = Mol NaOH
M1 . V1

M2

M2 . V2 atau rerata
M1 .V1
V2 atau Rerata

0,196 0,01

0,0187

= 0,105 M

Besar nilai M2 atau konsentrasi NaOH setelah distandarisasi sebesar 0,105


M, nilai tersebut mendekati dengan nilai NaOH (0,1 M) sebelum dilakukan
standarisasi. Nilai tersebut mendekati nilai yang diharapkan karena prosedur
eksperimen mengharuskan menggunakan NaOH 0,1M.

2. Hasil Titrasi Larutan Cuka dengan NaOH


Tabel 2.1 Percobaan Titrasi Larutan Cuka dengan NaOH
Percobaan Halus 1
ml (NaOH)

pH

0,0

2,48

4,0

Per. Warna

Percobaan Halus 2

Per. Warna

ml (NaOH)

pH

0,0

2,77

3,70

5,0

4,07

8,0

4,15

10,0

4,44

12,0

4,52

13,0

4,92

13,0

4,59

18,0*

8,72

Ada

15,0

4,90

18,2

9,49

Ada
6

18,3*

8,76

Ada

18,4

10,13

Ada

18,4

9,29

Ada

18,7

10,48

Ada

18,5

9,50

Ada

19,0

10,63

Ada

18,7

10,13

Ada

19,6

10,83

Ada

18,9

10,39

Ada

20,2

11,01

Ada

19,1

10,53

Ada

20,8

11,17

Ada

19,3

10,66

Ada

19,6

10,75

Ada

19,9

11,12

Ada

20,2

11,21

Ada

Jumlah V (ml) pada 18,3

18,0

titik titrasi
Jumlah V (ml) total

20,2

20,8

Ket: *) = Volume titrasi NaOH yang digunakan tepat larutan uji berubah warna
Pada perhitungan mol NaOH titrasi Kasar tidak digunakan karena data berbeda dengan
kedua titrasi selanjutnya.
Pada eksperimen percobaan dilakukan sebanyak 3 kali, tetapi karena percobaan pertama
volume titrasi tidak sama dengan kedua percobaan selanjutnya maka pada perhitungan
dan anlisis digunakan percobaan kedua dan ketiga yang memiliki nilai volume titrasi
yang hampir sama (18,3 ml dan 18,0 ml).

Tabel 2.2 hasil titrasi larutan cuka dengan larutan NaOH standar mencapai titik
ekuivalen
Parameter

Titrasi Halus 1 Titrasi Halus 2 Rerata

ml NaOH

18,3

18,0

18,15

pH

8,76

8,72

8,74

Hitung Konsentrasi CH3COOH


Mol NaOH = Mol CH3COOH
M1 . V1

M2 . V2

(0,1 g/mol) . V1 =

M2 . V2

M2

M1 .V1
V2 atau Rerata

0,105 0,01815

0,01

= 0,1906 M
7

(Dibulatkan = 0,19 M). Jadi M CH3COOH = 0,19 M

Perhitungan Konsentrasi dalam satuan persen volume

Menghitung konsentrasi CH3COOH dalam satuan persen volume:


% (/) =


100 %

Dengan:

Mol CH3COOH di peroleh dari rumus

Massa CH3COOH

Volume CH3COOH

3 =

Kembali Ke rumus awal persen volume


% (/) =

% (/) =


100 %

3
100 %
3


3
% (/) =
100 %
1000

% (/) =

Disederhanakan :


3 10

Dengan massa jenis CH3COOH murni sebesar 1,049 g/cm3 atau 1,05 g/ml pada 250C
dengan Mr = 60,053 g/mol maka kita dapat mencari konsentrasi larutan CH3COOH =
0,187 M diperoleh persen volume sebesar:

% (/) =


3 10

% (/)

0,19 60.053
1,049 10

= 1,09 %

Angka 1,09% merupakan persen volume CH3COOH dalam eksperimen yang harus
dikali dengan jumlah pengenceran (pengenceran dalam eksperimen ini sebanyak 20
kali) untuk memeroleh nilai persen cuka yang sebenarnya. Adapun perhitungannya
sebagai berikut:

% ( ) () = 1,09% 20 = 21,8%

Hasil perhitungan tersebut menjadi kadar cuka dalam larutan uji sebesar 21,8 %. Setelah
diketahui nilai kadar cuka dalam larutan uji maka harus dibandingkan dengan kadar
cuka yang tertera di label botol cuka komersil untuk mencari nilai galat. Nilai galat
digunakan untuk menghitung tingkat kesalahan eksperimen dengan teori.

Galat =

Tahap selanjutya adalah menghitung Galat


(Persen Volume larutan cuka hitung x pengenceran)persen larutan cuka teori

Galat =

(1,09 20 )25 %
25 %

= 12,8 %

Besar nilai galat adalah 12,8% menunjukkan bahwa eksperimen memiliki nilai
kesalahan sejauh 12,8% dari nilai pada label larutan cuka komersil.
3. Kurva titrasi
Berikut adalah kurva titrasi dari tabel 2.1 untuk percobaan titrasi halus 1

Kurva Titrasi 1
Titik Titrasi
9,29 9,5

pH

8,76

11,1211,21
10,6610,75
10,1310,3910,53

3,7

4,59 4,9
4,15 4,52

2,48

12

13

15 18,3 18,4 18,5 18,7 18,9 19,1 19,3 19,6 19,9 20,2
Volume NaOH (ml)

Gambar 3.1 kurva titrasi halus percobaan 1


Gambar diatas menunjukkan kurva titrasi dari volume 0 ml (sebelum titrasi)
sampai dengan volume 20,2 ml (volume eakhir titrasi) pada pecobaan pertama. Titik
titrasi berada pada pH 8,76 (basa) dengan volume titrasi NaOH mencapai 18,3 ml.
Literatur menyebutkan bahwa titrasi antara asam lemah (CH3COOH dengan basa kuat
(NaOH) akan menghasilkan titik ekuivalen dengan pH > 7. Perlu diperhatikan pada
mula-mula penambahan volume NaOH (ml) langsung ditera dengan volume lebih besar
dari pada penambahan NaOH saat sesudah titik titrasi. Hal tersebut diakrenakan untuk
menghemat waktu dan perkiraan volume NaOH yang dibutuhkan untuk merubah warna
9

larutan uji sudah diperkirakan dengan melakukan percobaan seelumnya. Pada saat
mencapai 15 ml NaOH yang ditambahkan titrasi dilanjutkan penambahan NaOH sampai
mencapai titik tritasi (ditandai adanya perubahan warna) baru di catat berapa volume
NaOH yang ditambahkan. Setiap penamahan volume NaOH maka langsung di ukur pH
larutan cuka uji.
Berikut adalah kurva titrasi dari tabel 2.1 untuk percobaan titrasi halus 2

Kurva Titrasi 2
Titik TItrasi
9,49

pH

8,72

11,17
10,63 10,83 11,01
10,13 10,48

4,07

4,44

10

4,92

2,77

13

18

18,2

18,4

18,7

19

19,6

20,2

20,8

Volume NaOH (ml)

Gambar 3.2 kurva titrasi halus percobaan 2


Tidak jauh berbeda dengan gambar 3.2, kurva titrasi 2 menunjukkan titik titrasi
asam lemah CH3COOH dengan basa kuat NaOH berada pada pH 8,72 dengan volume
NaOH yang digunakan 18 ml. Pada percobaan yang sebelumnya NaOH yang digunakan
unntuk mencapai titik titrasi adalah 18,3 ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua
larutan uji memiliki rentang pH dan volume naOH yang digunakan berada pada rentang
yang sama.
Besar galat perhitungan 12,8 % dapat dikarenakan berberapa sebab, sebagai
berikut:
a. Volume titrasi NaOH
Literatur menyeuutkan bahwa titik titasi asam lemah CH3COOH dengan
basa kuat NaOH berada pada volume sekitar 25 ml (dengan menggunakan
indikator Fenolftalein). Pada praktikum ini penggunaan NaOH hanya
menapai angka 18 ml pada saat titrasi. Kondisi ini menyebabkan molar
CH3COOH yang diperoleh lebih kecil (0,19 M) dibanding dengan volume
10

NaOH terpakai sebanyak 25 ml (estimasi 0,27 M). Berikut adalah grafik


literatur:

Gambar 3.3 Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat (pH terhadap
volume NaOH)
Angka 1 menunjukkan titik titrasi teori berada pada pH antara 8,0 sampai
10,0. Sedangkan pada angka 2 menujukkan volume NaOH yang diperlukan
pada titik titrasi berada pada 25,0 ml.
b. Kadar Fenolftalein
Indikator yang digunakan pada praktikum ini adalah fenolftalein.
Penggunaan kdar fenolftalein tidak berdasarkan penimbangan atu
pengukuran secara anlitik hanya menggunakan satuan tetes. Pada saat
melakukan penetesan fenolftalein di larutan uji memungkinkan adanya
perbedaan

volume

tetesan

pertama

dan

kedua.

Memungkinkan

ketidakpastian berapa voume tetesan fenolftalein dapat mempengaruhi hasil


perhitungan yang menyebabkan perubahan warna larutan uji (titik titrasi)
dengan volume NaOH eksperimen = 18,15 ml berada dibawah ml NaOH
secara teori = 25 ml.
c. Kesalahan kadar cuka dalam botol kemasan
Peniliti meyakini bahwa praktikum sudah dilakukan sesuai prosedur.
Keyakinan ini di dasari oleh penimbangan KC8H5O4 sebesar 4,0002 g
(prosedur 4 gram) sehingga diperoleh M NaOH sebesar 0,105 (prosedur 0,1
M). Kedua nilai tersebut hampir sama dengan prosedur dengan tingkat eror
tidak mencapai nilai 1 %. Kondisi tersbut memungkinkan memang benar
11

kadar cuka dalam larutan cuka komersil tidak mencapai 25% dan bernilai
sesuai dengan eksperimen yaitu (21,8%).

F. Kesimpulan
1. Analisa volumetri dengan menggunakan prinsip stokiometri dapat digunakan dalam
mencari kemolaran atau volume larutan yang akan dicari berbanding dengan
kemolaran dan volume larutan yang diketahui. Selain itu, metode titrasi dengan
menggunakan indikator perubahan warna dapat menentukan kemolaran atau volume
larutan ditanya yang ditandai pada titik titrasi.
2. Kadar casam asetat (asam cuka) di dalam cuka komersil yaitu 21,8 % dengan selisih
perbedaan pada label botol cuka komersil sebesar 3,2% (kadar cuka pada label botol
25%).
G. Referensi
Modul Praktikum - Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan. (2015). Tangerang:
Teknik Lingkungan, Surya University.
Lanovia, Cindy. MODUL 1 Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Cuka Makan. Eksperimen,
Sepong: Teknik Lingkungan Surya University, 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai