XI IPA 5
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Tujuan :
Goals
Latar belakang :
Background
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer
sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai
“titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer
maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Basic Theory
Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara
terpisah mendefinisikan asam-basa sebagai berikut:
Kemudian teori ini lebih dikenal sebagai teori asam basa Bronsted-
Lowry sebagai penghargaan bagi mereka berdua. Konsep asam basa Bronsted-
Lowry tidak menentang konsep asam-basa Arrhenius akan tetapi bisa dikatakan
sebagai perluasan dari konsep tersebut.
Ion hidroksida dalam konsep Arrhenius tetap menjadi basa dalam konsep
Bronsted-Lowry disebabkan ion hidroksida dapat menerima H+ (aseptor proton)
untuk membentuk H2O.
Hydroxide ions in the Arrhenius concept remains the base of
Bronsted-Lowry concept due to hydroxide ions can accept H + (aseptor
protons) to form H 2 O.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titer Titrant added little by little until it reaches a state equivalent (meaning the
titrant stoichiometry and precise low titer reacted). This condition is called the
"equivalent point".
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.
At this point it ekuivalent titration process was stopped, then we record the titer
volume needed to achieve these conditions. By using the titrant volume data,
volume and concentration of titer then we can calculate the levels of titrant.
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”.
Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Substances that will be determined levels called "titrant" and usually placed in
the Erlenmeyer, while substances that have been known concentration is called
the "titer" and usually placed in the "burette". Both titer and titrant is usually a
solution.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titer Titrant added little by little until it reaches a state equivalent (meaning the
titrant stoichiometry and precise low titer reacted). This condition is called the
"equivalent point"
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.
At this point it ekuivalent titration process was stopped, then we record the titer
volume needed to achieve these conditions. By using the titrant volume data,
volume and concentration of titer then we can calculate the levels of titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
There are two common ways to determine the equivalent point in the acid base
titration.
2. Wearing acid base indicator. Indicators added to the titrant before the titration
performed. This indicator will change color when the equivalent point occurs, the
titration is when we stop.
Circumstances where the titration was stopped by to see the color change
indicator is called the "end point titration".
description:
N = normality
V = Volume
M = Molarity
n = number of ions H + (in acid) or OH - (at base)
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator
fenolftalein. Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
Indicators are often used in the acid base titration indicators fenolftalein.
The following table is a characteristic of fenolftalein indicators.
Gambar
Experiment Method:
PERCOBAAN
EXPERIMENT
Alat
Bahan
Materials
CARA KERJA
4. Mengamati batas larutan NaOH yang dituang kedalam buret dengan teliti
untuk mendapatkan Volume NaOH awal menggunakan batas meniskus
atas atau bawah (batas meniskus yang digunakan harus konsisten untuk
setiap larutan yang dicampurkan).
5. Memasukan larutan HCl kedalam labu elenmeyer sebanya 10 mL dengan
bantuan pipet gondok.
Gambar.4 Memasukan larutan HCl kedalam labu elenmeyer sebanya 10 mL dengan bantuan
pipet gondok
6. Meneteskan 2-3 tetes indikator PP ke dalam HCl yang telah dituangkan
kedalam elenmeyer dengan bantuan pipet.
Gambar.5 Meneteskan 2-3 tetes indikator PP ke dalam HCl yang telah dituangkan kedalam
elenmeyer dengan bantuan pipet.
4. + the initial NaOH volume using limits above or below meniscus (meniscus
limits used should be consistent for each of the mixed solution).
5. HCl solution enter into the pumpkin elenmeyer sebanya 10 mL with the
help of a pipette goiters
6. Dripping 2-3 drops of indicator to the HCl PP already put into elenmeyer
with the help of a pipette.
8. Observing the changes that occur wrna and record the results of the
experiment.
HASIL PERCOBAAN
EXPERIMENT RESULT
PEMBAHASAN
DISCUSSION
Jumlah NaOH terpakai dapat dicari dengan hasil perkalian Molaritas dan
Volume
n= MxV
0,1 x 3,5
[HCl]0,35 mmol
= n:V
0,35 :
10
0.035 M
Sehingga, kita bisa mengetahui bahwa kira-kira sebanyak 0,35 mmol HCl
bereaksi dengan NaOH dalam jumlah yang sama.
Dengan mengetahui jumlah HCl yang terpakai, kita bisa menentukan
konsentrasi HCl tersebut.
Thus, we can know that approximately 0.35 mmol of HCl reacts with
NaOH in the same amount.
By knowing the amount of HCl is used, we can determine the
concentration of HCl.
Jadi, berdasarkan data di atas, kita bisa mengetahui konsentrasi HCl yang
digunakan adalah sekitar 0,035 M
So, based on the above data, we can know the concentration of HCl
used was approximately 0.035 M
Sementara itu, perbedaan warna HCl yang timbul, bisa berasal dari kekurang
hati-hatian saat meneteskan NaOH. Semakin tua (pekat) warna HCl yang timbul,
maka semakin banyak NaOH yang terpakai. Padahal seharusnya kita
meneteskan NaOH hanya hingga warna HCl merah muda transparan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan titrasi asam basa kali ini adalah :
• Terdapat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa yaitu 0,35 mmol pada setiap larutan
• Konsentrasi HCl yang digunakan adalah 0,035 M
• Semakin banyak penambahan NaOH, semakin pekat warna HCl
CONCLUSION
Conclusion that can be drawn from acid base titration experiment this time is:
• There is a point equivalent to the mole-ekuivalent acid will be equal to
mole-base ekuivalent ie 0.35 mmol of each solution
• The concentration of HCl used was 0.035 M
• more addition of NaOH, the more intense the color of HCl
FOTO-FOTO
PHOTOS