Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI SEMESTER

GANJIL 2018 – 2019

Pembuatan Larutan Baku Primer dan Sekunder, Indikator serta


Pengenceran Larutan

Hari/ Jam Praktikum : Rabu, 13.00 – 16.00


Tanggal Praktikum : 14 November 2018
Kelompok :2
Asisten : 1. Hanindhiya Fikriani

2. Tirza Ecclesia Orowitz

Christine
260110180127

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJAJARAN

JATINANGOR

2018
I. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan larutan baku primer dan sekunder serta
pembutatan indicator dan pengenceran larutan

II. Prinsip

2.1.Kelarutan

Kelarutan adalah besaran kuantitatif dari zat terlarut yang larut dalam
suatu larutan yang dipengaruhi oleh sifat kimia, fisika, suhu, tekanan,
dan pH ( Martin, et.al., 1993)

2.2.Pengenceran

Pengenceran adalah mengubah atau mengencerkan kadar suatu larutan


dengan menambahkan zat penambah yang lain. ( Syamsuni, 2006)
2.3.Larutan Baku Primer

Larutan baku primer adalah larutan yang dipakai untuk menstandarisasi


kadar larutan yang diinginkan. ( Cairns, 2004)
2.4.Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah larutan yang didapat dengan proses
standarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer. ( Cairns,
2004)
2.5.Indikator
Indikator adalah suatu asam atau basa organic lemah yang digunakan
dalam proses titrasi asam basa dengan menunjukan perubahan warna
pada larutan. ( Chang, 2005)

III. Reaksi

-
IV. Teori Dasar

Pengenceran dilakukan dengan cara mengubah konsentrasi atau kadar


dari cairan tertentu dengan menambahkan bahan penambah. ( Stevens, et.al.,
1999) Larutan baku atau larutan standard adalah larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. ( Day & Underwood, 1999) Larutan baku dibuat
dari suatu senyawa kimia yang telah memenuhi syarat sebagai larutan baku,
lalu ditimbang dengan neraca analitik dan dilarutkan dengan air suling.
( Pudjoatmaka, 2002)

Larutan baku primer adalah larutan yang memiliki zat dengan tingkat
kemurnian yang tinggi sehingga konsentrasi atau kadar dari larutan tersebut
diketahui secara tepat dan akurat melalui metode gravimetri. Larutan baku
sekunder adalah larutan yang memiliki zat dengan tingkat kemurnian yang
rendah sehingga konsentrasi atau kadar dari larutan tidak diketahui secara
tepat dan pasti. (Hartutik, 2013) Larutan Baku umumnya di standarisasi
menggunakan metode titrasi. Titrasi adalah suatu metode analisis kualitatif
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang keberhasilannya
ditentukan oleh indicator yang memberikan perubahan warna pada sampel
(Ratnasari, et.al., 2016).

Indikator yang digunakan saat titrasi adalah asam atau basa organic
lemah yang dapat memberikan perubahan warna pada pH tertentu.
Pemilihan indicator sangat dipengaruhi oleh titik ekuivalen antara analit dan
titrannya. Indicator yang sering digunakan pada titrasi asam basa adalah
indicator fenolftalein. (Nuryanti, et.al., 2010) Indicator ini berada pada
trayek pH 8,0 – 10,0 dimana warna pada saat asam adalah tidak berwarna
dan pada saat basa berwarna merah. ( Andari, 2013)

Titrasi asam basa biasanya seimbang pada pH 7. Kadar larutan asam


ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya sehingga
mencapai titik ekuivalen. Bila menggunakan indicator fenolftalein, titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi berwana
merah. (Ika, 2009)

V. Alat dan Bahan


5.1.Alat
1. Batang Pengaduk
2. Beaker Glass
3. Bulb
4. Kaca arloji
5. Kertas perkamen
6. Labu ukur
7. Penangas air
8. Pipet tetes
9. Pipet volume
10. Plastic warp
11. Spatel
12. Timbangan analitik

5.2.Bahan
1. Asam oksalat
2. Aquades
3. NaCl
4. NaOH

5.3. Gambar Alat


1. Batang Pengaduk

2. Beaker Glass

3. Bulb
4. Kaca arloji

5.Kertas Perkamen

6.Labu ukur
7.Penangas air

8.Pipet tetes

9.Pipet Volume
10.Plastic wrap

11.Spatel

12.Timbangan analitik
VI. Prosedur
6.1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1N (Larutan Baku Sekunder)

Pertama, padatan NaOH ditimbang. NaOH ditimbang menggunakan


timbangan analitik sebanyak 10 gram. Air yang akan digunakan untuk
melarutkan NaOH dipanaskan terlebih dahulu hingga mendidih, kemudian air
yang telah mendidih dimasukkan ke dalam beaker glass. Beaker glass tersebut
pun ditutup dengan plastic wrap dan didinginkan. Setelah air dalam beaker glass
menurun suhunya, padatan NaOH yang telah ditimbang dimasukkan lalu
diaduk hingga larut semuanya. Larutan NaOH 0,1N terbentuk.

6.2. Pembuatan Larutan NaCl 0,2N (Baku Primer)

Pertama, padatan NaCl ditimbang sebanyak 1,17gram. Aquadest


disiapkan sebanyak 100 ml. Kemudian, padatan NaCl yang telah ditimbang
dilarutkan dengan aquadest di dalam labu ukur. Larutan NaCl 0,2N terbentuk

6.3. Pengenceran NaCl

Dilakukan pengenceran terhadap larutan NaCl berkonsentrasi 0,2N


menjadi 0,1N dengan volume 50,25,20,dan 10ml. Langkah pertama adalah
menyiapkan terlebih dahulu larutan NaCl 0,2 N yang akan diencerkan.
Kemudian diambil sebanyak 25, 12.5, 10, dan, 5 ml untuk setiap volume yang
dibutuhkan. Aquades pun ditambahkan hingga batas yang diinginkan yaitu 50,
25, 20, dan 10ml. Lalu, labu ukur dikocok hingga terbentuk larutan dengan
konsentrasi yang diinginkan.

VII. Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil
7.1 Pembuatan Larutan NaOH
1. Menimbang padatan NaOH Didapatkan padatan NaOH
menggunakan timbangan analitik sebanyak 10,0500 gram
sebanyak 10 gram

2. Memanaskan 2,5 Liter air hingga Didapatkan air mendidih 2,5 L


mendidih dengan penangas air
3. Mendinginkan air yang telah mendidih Didapatkan air mendidih yang
telah dingin

4. Menutup beaker glass dengan plastic Beaker glass telah ditutup


wrap dengan plastic wrap

5. Menambahkan padatan NaOH yang Terbentuk larutan NaOH yang


telah ditimbang dan melarutkannya bebas CO2
7.2 Pembuatan NaCl 0,2 N
1. Menimbang padatan NaCl Didapatkan padatan NaCl
menggunakan timbangan analitik sebanyak 1,1703 gram
sebanyak 1,17 gram

2. Menyiapkan aquades sebanyak 100 ml Didapatkan aquades sebanyak


100 ml

3. Melarutkan NaCl didalam labu ukur Terbentuk larutan NaCl 0,2 N


7.3 Pengenceran
1. Menyiapkan larutan sampel yang akan Larutan sampel yang
diencerkan 0,2 N sebanyak 100 ml diencerkan tersedia

2. Mengencerkan NaCl 0,2 N 100 ml Didapatkan :


menjadi 0,1 N 50 ml -Volume NaOH : 25 ml
-Volume air : 25 ml

3. Mengencerkan NaCl 0,2 N 100 ml Didapatkan :


menjadi 0,1 N 25 ml -Volume NaOH : 12,5 ml
-Volume air : 12,5 ml

4. Mengencerkan NaCl 0,2 N 100 ml Didapatkan :


menjadi 0,1 N 20 ml -Volume NaOH : 10 ml
-Volume air : 10 ml

5. Mengencerkan NaCl 0,2 N 100 ml Didapatkan :


menjadi 0,1 N 10 ml -Volume NaOH : 5 ml
-Volume air : 5 ml

6. Mengocok masing-masing labu ukur Masing- masing larutan sampel


dapat diencerkan

VIII. Pehitungan
Penentuan massa NaOH 2500 ml 0,1 N
𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑣
𝑔𝑟 1000
𝑁= 𝑥 𝑥 𝑒𝑣
𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑔𝑟 1000
0,1 = 𝑥 𝑥1
40 2500
gr = 10 gram

Penentuan massa NaCl 100 ml 0,2 N


𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑣
𝑔𝑟 1000
0,2 = 𝑥 𝑥1
58,5 100
gr = 1,17 gram

Pengenceran NaCl 100ml 0,2 N ke 50 ml 0,1 N


𝑁1 𝑥 𝑣1 = 𝑁2 𝑥 𝑣2
0,2 𝑥 𝑣1 = 0,1𝑥 50
V1 = 25 ml
Vaquadest = V – V1
Vaquadest = 50 – 25
Vaquadest = 25 ml

Pengenceran NaCl 100 ml 0,2 N ke 25 ml 0,1 N


𝑁1 𝑥 𝑣1 = 𝑁2 𝑥 𝑣2
0,2 𝑥 𝑣1 = 0,1 𝑥 50
V1 = 12,5 ml
Vaquadest = v – v1
Vaquadest = 25 – 12,5
Vaquadest = 12,5 ml

Pengenceran NaCl 100 ml 0,2 N ke 20 ml 0,1 N


𝑁1 𝑥 𝑣1 = 𝑁2 𝑥 𝑣2
0,2 𝑥 𝑣1 = 0,1 𝑥 20
v1 = 10 ml
Vaquadest = v – v1
Vaquadest = 20 – 10
Vaquadest = 10 ml

Pengenceran NaCl 100 ml 0,2 N ke 10 ml 0,1 N


𝑁1 𝑥 𝑣1 = 𝑁2 𝑥 𝑣2
0,2 𝑥 𝑣1 = 0,1 𝑥 10
v1 = 5 ml
vaquadest = v – v1
vaquadest = 10 – 5
vaquadest = 5 ml

IX. Pembahasan
Larutan baku sekunder yang akan dibuat pada praktikum ini adalah larutan
NaOH 2 N. Hal pertama yang dilakukan dalam membuat larutan NaOH 2N
adalah menimbang padatan NaOH. Padatan NaOH ditimbang menggunakan
timbangan analitik sebanyak 10,0069 gram. Setelah padatan NaOH ditimbang,
kemudian aquades sebanyak 2,5 L dipanaskan hingga mendidih. Dengan proses
pemanasan hingga mendidih, kandungan CO2 yang terdapat pada aquades akan
menguap sehingga tidak akan mengganggu reaksi yang terjadi. Jika masih
terdapat CO2 dalam air, H+ pada H2O akan bereaksi dengan CO2 membentuk
Asam Karbonat (H2CO3) yang kemudian akan bereaksi dengan Na+ pada NaOH
membentuk Natrium Karbonat (Na2CO3). Hal ini yang akan mengganggu
reaksi NaOH sendiri. Selain itu, NaOH memiliki sifat higroskopis. Sifat
higroskopis ini membuatnya mudah berekasi dengan udara sehingga bila
dibiarkan dalam udara terbuka NaOH akan menguap dan mencair seluruhnya.
Oleh karena itu, saat melakukan penimbangan NaOH harus dilakukan dengan
kaca arloji dan ditutup dengan plastic wrap. Setelah air mendidih dan
dicampurkan dengan NaOH, kemudian larutan NaOH dipindahkan ke dalam
botol gelap dengan volume 2,5 L. Penggunaan botol yang gelap bertujuan agar
larutan lebih tahan lama dan tidak cepat rusak.

Selanjutnya, larutan baku primer yang akan dibuat adalah larutan NaCl 0,2
N. NaCl termasuk dalam larutan baku primer karena sifatnya tidak higroskopis
dan beratnya tidak berubah ketika melakukan penimbangan dengan udara
(tetap). Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang padatan NaCl.
Padatan NaCl yang didapat sebanyak 1,1703 gram. Lalu, aquades sebanyak 100
ml disiapkan. Untuk pembuatan NaCl, tidak diperlukan pemanasan air karena
konsentrasi NaCl tetap dan tidak berubah. Pembuatan larutan baku primer NaCl
dilakukan di dalam labu ukur. Labu ukur ini berfungsi dalam pembuatan larutan
dan pengenceran larutan. Padatan NaCl dimasukkan kedalam labu ukur
menggunakan corong kaca agar padatan NaCl tidak tumpah dan tepat masuk
kedalam labu ukur. Untuk membersihkan sisa-sisa NaCl di corong kaca,
praktikan memasukan 100 ml aquades yang telah disiapkan. Aquades tersebut
dimasukkan melalui corong kaca dan membilas sisa-sisa NaCl yang menempel
pada corong kaca. Saat mendekati batas meniskus cekung penambahan aquades
dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Dalam menentukan meniskus
cekung adalah saat cekungan tepat digaris atas dari tanda batasnya. Meniskus
cekung ini terjadi disebabkan oleh gaya adhesi yang lebih besar dibandingkan
dengan gaya kohesinya. Lalu , labu ukur dikocok sampai larut sempurna dan
didapatkan larutan baku primer NaCl 0,2 N.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengenceran larutan NaCl


0,2 N menjadi larutan NaCl 0,1 N dengan variasi volume menggunakan labu
ukur. Praktikan memilih menggunakan labu ukur dibandingkan dengan beaker
glass karena labu ukur dapat menunjukkan volume cairan dengan tepat dan
akurat yang ditunjukksn pada tanda batas volume sehingga dapat mengamati
meniskus cekung dengan jelas. Lalu, pada labu ukur juga terdapat jarak antara
tutup dan batas volumenya sehingga terdapat cukup ruang untuk mengocok dan
menghomogenkan larutan tersebut. Kemudian saat mengambil larutan NaCl
yang memiliki konsentrasi awal 0,2 N, praktikan menggunakan pipet volume
dan bulb agar volume yang diambil dapat tepat dan akurat dibandingkan
menggunakan gelas ukur atau gelas kimia. Hal ini disebabkan karena pipet ukur
dan bulb pipet memiliki rentang volume (ml) yang sangat detail sehingga
volume yang didapatkan lebih akurat. Namun, bulb pipet harus digunakan
dengan sangat hati-hati. Larutan tidak boleh sampai melebihi tanda batas,
karena bila melebihi tanda batas dikhawatirkan larutan sampel akan masuk
kedalam bulb pipet dan merusak bulb pipet. Maka, praktikan harus
mengambil larutan secara perlahan-lahan saat menggunakan bulb pipet.
Setelah itu masukkan volume sesuai hitungan pada labu ukur dan tambahkan
aquadest. Pada pengenceran pertama, NaCl 0,2 N 100 ml diubah menjadi 0,1
N 50 ml. Volume NaCl yang diambil adalah 25 ml dan ditambahkan aquades
sebanyak 25 ml. kemudian, pada pegenceran kedua, NaCl 0,2 N 100 ml
diubah menjadi 0,1 N 25 ml. Volume NaCl yang diambil adalah 12,5 ml dan
ditambahkan aquades 12,5 ml. Pada pengenceran ketiga, NaCl 0,2 N 100 ml
diubah menjadi NaCl 0,1 N 20 ml. Volume NaCl yang dibutuhkan adalah 10
ml dan aquades yang ditambahkan sebanyak 10 ml. Pada pengenceran
terakhir, NaCl 0,2 N 100 ml diubah menjadi NaCl 0,1 N 10 ml. Volume NaCl
yang dibutuhkan adalah 5 ml dan aquades yang ditambahkan adalah 5 ml.
Lalu, larutan dihomogenkan dengan mengocok masing-masing labu ukur.
Dalam mengocok dan mengghomogenkan larutan, praktikan harus berhati
hati karena beberapa tutup labu ukur bersifat longgar dan dapat
menyebabkan larutan tumpah jika tidak memegangnya dengan kencang dan
hati hati.

X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, praktikan dapat
mengetahui cara pembuatan larutan baku primer ( NaCl) dan larutan baku
sekunder (NaOH) serta cara mengencerkan larutan NaCl dari konsentrasi
0,2 N menjadi 0,1 N dengan volume yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Andari, S., 2013. Pebandingan Penetapan Kadar Ketoproten Tablet secara
Alkalimetri dengan Spektofotometri-UV. Jurnal Eduhealth. Vol 3(2) :
114-119.
Cairns, D., 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : EGC
Chang, R., 2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Jilid I. Jakarta : Erlangga
Day, R.A. & Underwood, A.L., 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta :
Erlangga
Hartutik, M.P., 2002. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang : UB Press
Ika, D., 2004. Alat Otomisasi Pengukur Kadar Vitamin C dalam Metode
Titrasi. Tersedia secara online di ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/neutrino/article/view/1634/, [diakses pada
tanggal 13 November 2018]
Martin, A., Swarbrick, J., & Commarata,A., 1993. Farmasi Fisik. Jakarta :
UI Press
Nuryanti, S., Sabirin, M., Chairil, A., & Tri, J.R., 2010. Indikator Titrasi
Asam Basa dan Ekstrak Bunga Sepatu. Jurnal Agritech. Vol 30 (3) :
178 – 183
Pudjaatmaka, A.H., 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka
Ratnasari, S., Dede, S., & Vina, A., 2016. Studi Potensi Ekstrak Kimia
Daun Adam Hawa sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal
Chimica et Natura Acta. Vol 4 (1) : 39-46
Stevens, P.J.M., Bordvi, F., Weyde, J.A.G., 1999. Ilmu Keperawatan Edisi
II. Jakarta : EGC
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai