Christine
260110180127
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2018
I. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan larutan baku primer dan sekunder serta
pembutatan indicator dan pengenceran larutan
II. Prinsip
2.1.Kelarutan
Kelarutan adalah besaran kuantitatif dari zat terlarut yang larut dalam
suatu larutan yang dipengaruhi oleh sifat kimia, fisika, suhu, tekanan,
dan pH ( Martin, et.al., 1993)
2.2.Pengenceran
III. Reaksi
-
IV. Teori Dasar
Larutan baku primer adalah larutan yang memiliki zat dengan tingkat
kemurnian yang tinggi sehingga konsentrasi atau kadar dari larutan tersebut
diketahui secara tepat dan akurat melalui metode gravimetri. Larutan baku
sekunder adalah larutan yang memiliki zat dengan tingkat kemurnian yang
rendah sehingga konsentrasi atau kadar dari larutan tidak diketahui secara
tepat dan pasti. (Hartutik, 2013) Larutan Baku umumnya di standarisasi
menggunakan metode titrasi. Titrasi adalah suatu metode analisis kualitatif
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang keberhasilannya
ditentukan oleh indicator yang memberikan perubahan warna pada sampel
(Ratnasari, et.al., 2016).
Indikator yang digunakan saat titrasi adalah asam atau basa organic
lemah yang dapat memberikan perubahan warna pada pH tertentu.
Pemilihan indicator sangat dipengaruhi oleh titik ekuivalen antara analit dan
titrannya. Indicator yang sering digunakan pada titrasi asam basa adalah
indicator fenolftalein. (Nuryanti, et.al., 2010) Indicator ini berada pada
trayek pH 8,0 – 10,0 dimana warna pada saat asam adalah tidak berwarna
dan pada saat basa berwarna merah. ( Andari, 2013)
5.2.Bahan
1. Asam oksalat
2. Aquades
3. NaCl
4. NaOH
2. Beaker Glass
3. Bulb
4. Kaca arloji
5.Kertas Perkamen
6.Labu ukur
7.Penangas air
8.Pipet tetes
9.Pipet Volume
10.Plastic wrap
11.Spatel
12.Timbangan analitik
VI. Prosedur
6.1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1N (Larutan Baku Sekunder)
No Perlakuan Hasil
7.1 Pembuatan Larutan NaOH
1. Menimbang padatan NaOH Didapatkan padatan NaOH
menggunakan timbangan analitik sebanyak 10,0500 gram
sebanyak 10 gram
VIII. Pehitungan
Penentuan massa NaOH 2500 ml 0,1 N
𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑣
𝑔𝑟 1000
𝑁= 𝑥 𝑥 𝑒𝑣
𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑔𝑟 1000
0,1 = 𝑥 𝑥1
40 2500
gr = 10 gram
IX. Pembahasan
Larutan baku sekunder yang akan dibuat pada praktikum ini adalah larutan
NaOH 2 N. Hal pertama yang dilakukan dalam membuat larutan NaOH 2N
adalah menimbang padatan NaOH. Padatan NaOH ditimbang menggunakan
timbangan analitik sebanyak 10,0069 gram. Setelah padatan NaOH ditimbang,
kemudian aquades sebanyak 2,5 L dipanaskan hingga mendidih. Dengan proses
pemanasan hingga mendidih, kandungan CO2 yang terdapat pada aquades akan
menguap sehingga tidak akan mengganggu reaksi yang terjadi. Jika masih
terdapat CO2 dalam air, H+ pada H2O akan bereaksi dengan CO2 membentuk
Asam Karbonat (H2CO3) yang kemudian akan bereaksi dengan Na+ pada NaOH
membentuk Natrium Karbonat (Na2CO3). Hal ini yang akan mengganggu
reaksi NaOH sendiri. Selain itu, NaOH memiliki sifat higroskopis. Sifat
higroskopis ini membuatnya mudah berekasi dengan udara sehingga bila
dibiarkan dalam udara terbuka NaOH akan menguap dan mencair seluruhnya.
Oleh karena itu, saat melakukan penimbangan NaOH harus dilakukan dengan
kaca arloji dan ditutup dengan plastic wrap. Setelah air mendidih dan
dicampurkan dengan NaOH, kemudian larutan NaOH dipindahkan ke dalam
botol gelap dengan volume 2,5 L. Penggunaan botol yang gelap bertujuan agar
larutan lebih tahan lama dan tidak cepat rusak.
Selanjutnya, larutan baku primer yang akan dibuat adalah larutan NaCl 0,2
N. NaCl termasuk dalam larutan baku primer karena sifatnya tidak higroskopis
dan beratnya tidak berubah ketika melakukan penimbangan dengan udara
(tetap). Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang padatan NaCl.
Padatan NaCl yang didapat sebanyak 1,1703 gram. Lalu, aquades sebanyak 100
ml disiapkan. Untuk pembuatan NaCl, tidak diperlukan pemanasan air karena
konsentrasi NaCl tetap dan tidak berubah. Pembuatan larutan baku primer NaCl
dilakukan di dalam labu ukur. Labu ukur ini berfungsi dalam pembuatan larutan
dan pengenceran larutan. Padatan NaCl dimasukkan kedalam labu ukur
menggunakan corong kaca agar padatan NaCl tidak tumpah dan tepat masuk
kedalam labu ukur. Untuk membersihkan sisa-sisa NaCl di corong kaca,
praktikan memasukan 100 ml aquades yang telah disiapkan. Aquades tersebut
dimasukkan melalui corong kaca dan membilas sisa-sisa NaCl yang menempel
pada corong kaca. Saat mendekati batas meniskus cekung penambahan aquades
dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Dalam menentukan meniskus
cekung adalah saat cekungan tepat digaris atas dari tanda batasnya. Meniskus
cekung ini terjadi disebabkan oleh gaya adhesi yang lebih besar dibandingkan
dengan gaya kohesinya. Lalu , labu ukur dikocok sampai larut sempurna dan
didapatkan larutan baku primer NaCl 0,2 N.
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, praktikan dapat
mengetahui cara pembuatan larutan baku primer ( NaCl) dan larutan baku
sekunder (NaOH) serta cara mengencerkan larutan NaCl dari konsentrasi
0,2 N menjadi 0,1 N dengan volume yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Andari, S., 2013. Pebandingan Penetapan Kadar Ketoproten Tablet secara
Alkalimetri dengan Spektofotometri-UV. Jurnal Eduhealth. Vol 3(2) :
114-119.
Cairns, D., 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : EGC
Chang, R., 2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Jilid I. Jakarta : Erlangga
Day, R.A. & Underwood, A.L., 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta :
Erlangga
Hartutik, M.P., 2002. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang : UB Press
Ika, D., 2004. Alat Otomisasi Pengukur Kadar Vitamin C dalam Metode
Titrasi. Tersedia secara online di ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/neutrino/article/view/1634/, [diakses pada
tanggal 13 November 2018]
Martin, A., Swarbrick, J., & Commarata,A., 1993. Farmasi Fisik. Jakarta :
UI Press
Nuryanti, S., Sabirin, M., Chairil, A., & Tri, J.R., 2010. Indikator Titrasi
Asam Basa dan Ekstrak Bunga Sepatu. Jurnal Agritech. Vol 30 (3) :
178 – 183
Pudjaatmaka, A.H., 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka
Ratnasari, S., Dede, S., & Vina, A., 2016. Studi Potensi Ekstrak Kimia
Daun Adam Hawa sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal
Chimica et Natura Acta. Vol 4 (1) : 39-46
Stevens, P.J.M., Bordvi, F., Weyde, J.A.G., 1999. Ilmu Keperawatan Edisi
II. Jakarta : EGC
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta :
EGC