Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I
ACARA 2
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

OLEH :

NAMA : KEISHA AZMIARTI


NIM : L1A020055
KELOMPOK : 03
HARI/TANGGAL : SENIN / 05 OKTOBER 2020
ASISTEN : DWIKI SHANDY SAPUTRA
SHIFT :A

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................
ii
I. TUJUAN....................................................................................................................
3
II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................
3
III. PROSEDUR PERCOBAAN...................................................................................
7
3.1. Alat.............................................................................................................
7
3.2. Bahan..........................................................................................................
7
3.3. Prosedur Kerja............................................................................................
7
3.4. Skema Kerja............................................................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................
11
4.1. Data Pengamatan......................................................................................
11
4.2. Pembahasan..............................................................................................
12
V. KESIMPULAN...................................................................................................... 18
5.1. Kesimpulan...............................................................................................
18
5.2. Saran.........................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 20

ii
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi ion-ion logam dalam larutan yang mewakili logam-
logam dari golongan 1 sampai golongan 5
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ion-ion logam Ag+, Pb2+, Hg2+, Fe2+,
Ba2+, Na2+ dalam larutan dengan menggunakan pereaksi pembentukan
endapan, warna, gas dan bau yang dapat diamati.
3. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi anion-anion dalam larutan
yang mewakili aniaon-anion atau sisa asam dari golongan 1 sampai
dengan golongan 4, sementara golongan 5 sampai golongan 7 belum dapat
dilakukan.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi anion-anion Br-, SO42-, FE(CN)64-,
Cr42-,SO32- dengan perekasi atas dasar perbedaan kelarutan garam peraknya
dan bariumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ilmu kimia analitik adalah ilmu yang mendasari pemisahan-pemisahan
dan analisa bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan,baik
secara kuantitatif, kualitatif maupun struktur. Sususnan kuaitatif merupakan
komponen-komponen bahan yang menyatakan berapa banyak setiap
komponen tersebut. Dan struktur adalah bagaimana rumus molekul zat itu dan
juga rumus bangunnya. (Sarjono Kisman, 1988).
Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut dengan
analisis kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif membahas
identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur unsur atau senyawa apa yang
terdapat dalam suatu sampel (contoh). Analisis kuantitatif berurusan dengan
penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang
ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai sebagai konstituen yang diinginkan
atau analit, dapt merupakan sebagian kecil atau sebagian besar dari contoh
yang dianalisis (Day dan Underwood, 1986). Dalam kimia analisis kuantitatif
dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion) tertentu dengan
menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu.
Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya
perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan,
terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (Vogel, A. I., 1979).
Dalam melakukan analisa kimia dapat menentukan susunan atau
komposisi dari suatu bahan, seperti jenis-jenis unsur, ion, radikal, gugus

3
fungsi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam suatu sampel yang akan di
analisa.

4
5

Sedangkan analisa kimia yang di lakukan untuk mengetahui jumlah zat atau
kadar komponen penyusun dari suatu sampel yang di analisi, yang hasilnya
dapat di nyatakan dalam bentuk persen, normalitas, molaritas, atau bentuk
konsentrasi lainnya(Underwood, 2001). Reaksi basah ialah uji yang dibuat
dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan
terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna.
Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G. Svehla,
1985)
Secara umum Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih
elektron disebut dengan kation karena kation yang tertarik menuju anoda.
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut.
Maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua
kelompok campuran yang masing-masingnya kurang dari campuran
sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasikan menyebabkan
sebentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat
fisiknya (Chadijah, 2013: 84-85). Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik
kation-kation di klasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat
kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang di sebut
reagensia golongan secara sistematik , dapat kita tetapkan ada tidaknya
golongan-golongan kation dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini
untuk pemeriksaan lebih lanjut (Svehla,2010).
Analisis kualitatif kation secara sistematik dapat di golongkan
dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa
reagensia. Golongan reagensia secara spesifik dapat di tetapkan ada atau tidak
adanya golongan kation dan juga dapat memisahkan golongan dengan
pemeriksaan yang lebih lanjut. Cara ini merupakan cara tradisional dalam
menyajikan bahan, tetapi juga mudah dalam mempelajari reaksi-reaksi.
Golongan reagensia yang di pakai dalam klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat. Hal ini di
dasarkan pada kation yang bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan
membentuk endapan atau tidak. Jadi dapat di katakan bahwa pada klasifikasi
kation ini di dasarkan atas perbedaan kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat
dari kation tersebut(Shevla,2010).
Dalam memisahkan ion logam secara kualitatif harus
mengikuti prosedur yang khas. Zat yang akan di teliti harus di siapkan atau di
ubah dalam suatu bentuk larutan. Untuk zat padat kita harus memilih pelarut
yang di cocok. Ion pada golongan kation di endapkan satu per satu untuk
memisahkan larutan dengan cara disaring atau diputar dengan centrifuga.
6

Endapan di cuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau filtrat dan setiap
logam yang akan di pisahkan.(Cokrosarjiwanto,2012).
Sebagian besar reaksi yang menghasilkan endapan berperan
penting dalam analisa kualitatif. Endapan ini berbentuk kristal atau koloid dan
dengan warna yang berbeda-beda. Dalam melakukan pemisahan endapan
dapat di lakukan dengan penyaringan atau sentrifugasi. Endapan dapat
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu,
konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Apabila terjadi perubahan larutan dan
perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif,
karena semua pekerjaan di lakukan dalam wadah terbuka pada tekanan
atmosfer. Ketika suhu naik hal ini dapat menyebabkan besarnya kelarutan
endapan kecuali pada beberapa endapan seperti kalsium sulfat, dan berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan dapat di gunakan sebagai dasar pemisahan
kation (Masterton, 1990).
Dalam melakukan analisa kimia dapat menentukan susunan
atau komposisi dari suatu bahan, seperti jenis-jenis unsur, ion, radikal, gugus
fungsi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam suatu sampel yang akan di
analisa. Sedangkan analisa kimia yang di lakukan untuk mengetahui jumlah
zat atau kadar komponen penyusun dari suatu sampel yang di analisi, yang
hasilnya dapat di nyatakan dalam bentuk persen, normalitas, molaritas, atau
bentuk konsentrasi lainnya(Underwood, 2001).
Anion adalah ion negatif yang terbentuk ketika atom nonlogam
memperoleh satu atau lebih elektron. Anion dinamakan demikian karena
mereka tertarik ke anoda (bidang positif) dalam medan listrik. Atom biasanya
mendapatkan elektron sehingga mereka akan memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia. Semua unsur dalam kelompok 17 memiliki tujuh elektron
valensi karena konfigurasi ns2np5 dibagian terluarnya. Oleh karena itu, setiap
unsur akan mendapatkan satu elektron dan menjadi anion dengan muatan -1.
Demikian juga, Kelompok 16 unsur membentuk ion dengan muatan -2, dan
Kelompok 15 non logam membentuk ion dengan muatan -3. Pengujian anion
dilakukan setelah uji kation (Svehla, 1985). Analisis anion tidak jauh berbeda
dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode
yang sistematis seperti analisis kation. Uji analisis anion juga berdasarkan
pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya
(Chang, 1996).
Identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi
7

pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian


dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang
termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai
dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru
setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis
anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat
yang memisahkan dari suatu fase padat keluar dari larutan endapan, mungkin
berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi
adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-
bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya (Sukardjo, 1985).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,
batang gelas, penangas air, pipet tetes, dan alat-alat lain yang berfungsi sesuai
dengan percobaan kali ini.

3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah ion-ion
logam Ag+, Pb2+, Hg2+, Fe2+, Ba2+, Na2+, AgNO3, HCl, NH4OH, Pb(NO3)2, KI,
HgCl2, FeSO4, NaOH, BaCl2, (NH4)2CO3, HNO3, dan NH4Cl. Selain itu bahan
kimia lain yang digunakan yaitu Br-, SO42-, FE(CN)64-, Cr42-,SO32-, NaBr,
Na2SO4, K4Fe(CN)6, H2SO4, H3PO4, (NH4)2MoO3, Na2C2O4, dan Na2S2O3.
3.3. Prosedur Kerja
a. Percobaan 1 (Identifikasi kation dengan cara reaksi basah)
1. 1 mL larutan 1% AgNO3 (gol.1) ditambahkan dengan 1 mL
pereaksi larutan 1% HCl. Diamati yang terjadi, kemudian
ditambahkan pereaksi larutan 1% NH4OH. Dan diamati
akibat endapan yang terbentuk.
2. 1 mL larutan 1% Pb(NO3)2 (gol.1) ditambahkan dengan 1
mL pereaksi larutan 1% KI. Diamati yang terjadi, kemudian
didihkan dalam penangas air. Diamati yang terjadi dan yang
terlihat bila didinginkan.
3. 1 mL larutan 1% HgCl2 (gol.3) ditambahkan dengan 1 mL
pereaksi larutan 1% KI. Diamati yang terjadi, kemudian
ditambahkan lagi 4 mL pereaksi tersebut. Diamati akibatnya
endapan yang sudah terbentuk.
4. 1 mL larutan 1% FeSO4 (gol.3) ditambahkan dengan 1 mL
pereaksi larutan 1% NaOH. Diamati yang terjadi, kemudian
dikocok. Diamati akibatnya endapan yang sudah terbentuk.
5. 1 mL larutan 1% BaCl2 (gol.4) ditambahkan dengan 1 mL
pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3. Diamati yang terjadi,
kemudian ditambahkan 1% pereaksi larutan HNO3. Lalu
diamati akibatnya endapan yang sudah terbentuk dan
sesuatu yang timbul.
6. 1 mL larutan 1% NaOH (gol.5) ditambahkan dengan 1 mL
pereaksi larutan 1% NH4Cl. Diamati yang terjadi jika
lakmus merah diletakan pada bibir tabung dan bau yang
dihasilkan. Jika tidak ada kertas lakmus gunakan batang

8
9

gelas lalu dimasukan ke dalam HCl pekat dan diletakkan di


atas mulut tabung reaksi. Hasil kemudian diamati.

Setelah selesai praktikum dibuat laporan lengkap


dengan persamaan reaksinya.

b. Percobaan 2 (Identifikasi anion dengan cara reaksi basah)


Ke dalam tabung reaksi yang berisi:
1. 1 mL, larutan 1%NaBr (gol.l) ditambahkan 1 mL pereaksi
larutan 1% AgNO3. Diamati yang terjadi.
2. 1 mL larutan Na2SO4 (go1.2) tambahkan 1 mL pereaksi
larutan 1% BaCl2. Diamati yang terjadi.
3. l mL larutan 1% K4Fe(CN)6 (go1.2) ditambahkan 1 mL
larutan H2SO4 pekat dengan hati-hati dan menggunakan
pipet tetes. Diamati yang terjadi.
4. 1 mL larutan 1% H3PO4 (go1.3) ditambahkan larutan
pereaksi 1% (NH4)2MoO3 dan 1 mL 1% HNO3, kemudian
sedikit dipanaskan sebentar dan didinginkan,diamati yang
terjadi!
5. 1 mL larutan 1% Na2C2O4, (gol.3) ditambahkan 1 mL
larutan 1% H2SO4 pekat dengan hati-hati dan
menggunakan pipet tetes. Diamati yang timbul.
6. 1 mL larutan 1% Na2S2O3 (gol.4) ditambahkan pereaksi
larutan 1% AgNO3. Diamati yang terbentuk dan
perubahan-perubahan warna yang timbul.

Setelah praktikum selesai dibuat laporan lengkap


dengan persamaan reaksinya.
10

3.4. Skema Kerja


a. Kation

Identifikasi kation dengan cara reaksi


basah

- 1 mL larutan 1% AgNO3 + 1 mL pereaksi larutan


1% HCl diamati kemudian + pereaksi larutan 1%
NH4OH
- 1 mL larutan 1% Pb(NO3)2 + 1 mL pereaksi larutan
1% KI diamati kemudian didihkan dalam penangas
air. Diamati yang terjadi dan yang terlihat bila
didinginkan.
- 1 mL larutan 1% HgCl2 + 1 mL pereaksi larutan 1%
KI. Diamati kemudian + lagi 4 mL pereaksi 1% KI
diamati akibatnya endapan yang terbentuk.
- 1 mL larutan 1% FeSO4 + 1 mL pereaksi larutan 1%
NaOH. diamati, kemudian dikocok. Diamati
akibatnya endapan yang sudah terbentuk.
- 1 mL larutan 1% BaCl2 + 1 mL pereaksi larutan 1%
(NH4)2CO3 diamati + 1% pereaksi larutan HNO3
diamati akibatnya endapan yang sudah terbentuk
dan sesuatu yang timbul.
- 1 mL larutan 1% NaOH + 1 mL pereaksi larutan 1%
NH4Cl diamati dan lakmus merah diletakkan pada
bibir tabung.

Hasil pengamatan lengkap dengan


persamaan reaksinya
11

b. Anion
Identifikasi anion dengan cara reaksi
basah

- 1 mL, larutan 1%NaBr (gol.l) + 1 mL pereaksi


larutan 1% AgNO3 dan diamati.
- 1 mL larutan Na2SO4 (go1.2) + 1 mL pereaksi
larutan 1% BaCl2 dan diamati.
- l mL larutan 1% K4Fe(CN)6 (go1.2) + 1 mL
larutan H2SO4 pekat dengan hati-hati dan
menggunakan pipet tetes kemudian diamati.
- 1 mL larutan 1% H3PO4 (go1.3) + larutan
pereaksi 1% (NH4)2MoO3 + 1 mL 1% HNO3,
kemudian sedikit dipanaskan sebentar dan
didinginkan,lalu diamati.
- 1 mL larutan 1% Na2C2O4, (gol.3) + 1 mL
larutan 1% H2SO4 pekat dengan hati-hati dan
menggunakan pipet tetes kemudian diamati
sesuatu yang timbul
- 1 mL larutan 1% Na2S2O3 (gol.4) + pereaksi
larutan 1% AgNO3 kemudian diamati yang
terbentuk dan perubahan-perubahan warna
yang timbul.

Hasil pengamatan lengkap dengan


persamaan reaksinya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
1. IDENTIFIKASI KATION DENGAN REAKSI BASAH

No. Perlakuan Pengamatan


1. - 0,1 mL larutan AgNO3 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 0,1 mL HCL 1% - larutan berwarna putih (+++++)
- ditambah NH4OH berlebih - larutan berwarna putih (+++++) dan
terbentuk endapan putih
2. - 1 mL larutan Pb(NO3)2 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 0,1 mL KI 1% - larutan berwarna kuning (+++++)
- dididihkan - larutan berwarna kuning (+++) dan
terbentuk endapan kuning
3. - 1 mL larutan HgCl2 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 0,1 mL KI 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah KI 1% berlebih - larutan tidak berwarna
4. - 1 mL larutan FeSO4 1% - larutan berwarna kuning (++)
- ditambah 1 mL larutan NaOH - larutan berwarna hijau (+++)
1%
5. - 1 mL larutan BaCl2 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL (NH4)2CO3 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL HNO3 1% - larutan tidak berwarna
6. - 1 mL larutan NaOH 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL NH4Cl 1% - larutan tidak berwarna
- dipanaskan dengan kertas - larutan menguap dan kertas lakmus merah
lakmus merah dipasang pada menjadi berwarna biru
bibir tabung

2. IDENTIFIKASI ANION DENGAN REAKSI BASAH

No. Perlakuan Pengamatan


1. - 1 mL larutan KBr 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 0,1 mL AgNO3 1% - larutan berwarna putih (+++++)
2. - 1 mL larutan Na2SO4 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL BaCl2 1% - larutan berwarna putih (+++)
3. - 1 mL larutan K4Fe(CN)6 1% - larutan berwarna kuning (+++)
- ditambah 0,1 mL H2SO4 pekat - larutan berwarna kuning (++)
4. - 1 mL larutan H3PO4 1% - larutan tidak berwarna

12
13

- ditambah 1 mL larutan - larutan tidak berwarna


(NH4)2MoO4 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL HNO3 1% - larutan tidak berwarna
-dipanaskan kemudian
didinginkan
5. - 1 mL larutan Na2C2O4 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL H2SO4 pekat - larutan tidak berwarna
6. - 0,1 mL larutan Na2SO4 1% - larutan tidak berwarna
- ditambah 1 mL AgNO3 1% - larutan tidak berwarna

4.2. Pembahasan
1. IDENTIFIKASI KATION DENGAN REAKSI BASAH

a.) AgNO3 + HCl AgCl+ HNO3 + NH4OH

Pertama AgNO3 (tidak berwarna) ditambahkan HCL (tidak


berwarna) dan larutan berubah menjadi warna putih, kemudian
ditambahkan dengan NH4OH sehingga menghasilkan larutan
endapan berwarna putih.
Hasil pengamatan sesuai dengan referensi G. Svehla, Texbook
Of Macro and Semicro Qualitative InorganicAnalysis, Vogel’s,
Library of Congresss Cataloging in Publication Data, New York,
1985 yang menyatakan bahwa HCl dalam efluen proses tersebut
dapat mengendapkan Ag+ sesuai dengan kaidah kimia kualitatif,
yang menyatakan bahwa semua kation golongan I dapat diendapkan
14

oleh asam. dan Jurnal Sains & Matematika (JSM) Volume 15,
Nomor 1, Januari 2007 menyatakan jika ditambahkan ion klorid
kation tersebut akan endapan putih dari garam kloridanya.

b.) Pb(NO3)2 + 2KI → 2KNO3 + PbI2

Awalnya Pb(NO3)2 tidak berwarna ditambahkan KI tidak berwarna


kemudian larutan berubah warna menjadi kuning lalu selanjutnya
larutan dididihkan untuk dapat mempercepat reaksi sehingga
menghasilkan larutan berwarna kuning dan endapan kuning.
Dalam referensi Rais Razak dan Siti Masyitah, 2013 pada
analisis kualitatif dilakukan identifikasi logam Pb dengan
menambahkan larutan kalium iodida pada tabung reaksi yang berisi
larutan sampel, dimana menghasilkan endapan kuning yang
menandakan adanya logam timbal (Pb). Maka sesuai dengan referensi
Rais Razak dan Siti Masyitah, 2013.

c.) HgCl2 + KI → HgI2 + 2KCl


HgI2 + 2KI → K2[HgI4]

Pertama 1 mL larutan HgCl2 1% tidak


berwarna ditambahkan dengan 0,1 mL KI 1% tidak berwarna
kemudian ditambahkan KI 1% berlebih dan larutan tetap tidak
berwarna.
Berdasarkan referensi, larutan mercury(II) klorida ditambah
kalium iodida akan membentuk endapan merah mercury mercury(II)
15

iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan


terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1985).

d.) FeSO4 + 2NaOH → Na2SO4 + Fe(OH)2

Pada awalnya FeSO4 yang berwarna kuning ditambahkan


NaOH tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan yang berwarna
hijau.
Secara kimia, Fe2+ dan Fe3+ dalam larutan dapat diketahui
dengan menambahkan basa sehingga menghasilkan membentuk
endapan berwarna hijau, warna hijau yang terbentuk adalah Fe(OH) 2
(Legodi dan de Waal, 2007)
e.) BaCl2 + (NH4)2CO3 → BaCO3 + 2NH4Cl + HNO3

Pertama BaCl2 tidak berwarna ditambahkan (NH4)2CO3 atau


asam karbonat tidak berwarna dan larutan tidak berubah warna
kemudian ditambahkan dengan HNO3 menghasilkan larutan tidak
berwarna.
Berdasarkan referensi dari Syarif (2012), hasil pengamatan
percobaan tidak sesuai dengan referensi karena dalam referensi tertulis
jika Ba2+ direaksikan dengan (NH4)2CO3 menghasilkan larutan yang
terdapat endapan. Lalu, jika ditambahkan dengan HNO 3 akan
menghasilkan larutan yang juga berbentuk endapan.
16

f.) NH4Cl + NaOH

+
Reaksi kimia yang terbentuk sebelum dilakukan pemanasan adalah:
NH4Cl + NaOH NaCl + NH4OH
Zat NH4OH (amonium hidroksida) tidak pernah ada, zat
tersebut tidak dapat diisolasi dalam bentuk murni seperti NaOH
(natrium hidroksida). (Petrucci, 1987).
Ketika dipanaskan, maka akan terjadi perubahan reaksi menjadi:
NH4OH + NaOH NH3 + NaCl + H2O.
Pemanasan yang dilakukan berfungsi untuk
memaksimalkan kerja reaksi dan mempercepat terbentuknya gas NH3.
Gas NH3 bersifat mudah bereaksi dengan air dan membentuk larutan
amonium hidroksida yang bersifat basa. Untuk mendapatkan gas NH 3,
dilakukan pemanasan untuk merombak larutan NH4OH menjadi NH3
dan H2O. (Manan, 2005).
Saat percobaan, gas NH 3 (amonia) yang dihasilkan dari persamaan
diatas dapat kita deteksi dengan meletakkan kertas lakmus merah di
permukaan tabung reaksi yang akan berubah menjadi berwarna biru
(Chang, 2009). Maka hasil pengamatan praktikum ini sesuai dengan
referensi.

2. IDENTIFIKASI ANION DENGAN REAKSI BASAH

a.) KBr + AgNO3 → AgBr + KNO3

Awalnya KBr tidak berwarna ditambahkan dengan AgNO3


tidak berwarna kemudian campuran kedua larutan tersebut
menghasilkan warna putih susu.
17

Berdasarkan referensi dari Diana (2012) hasil pengamatan


sesuai dengan referensi, hasil reaksi antara KBr + AgNO 3
menghasilkan warna yang tetap dari larutan KNO3.
b.) BaCl2 + Na2SO4 → BaSO4 + 2NaCl

Awalnya 1 mL larutan BaCl2 1% berwarna putih


ditambahkan 1 mL Na2SO4 yang tidak berwarna menjadi BaSO4 +
2NaCl dengan endapan berwarna putih.
Berdasarkan referensi Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 2
April 2018 oleh Gusti Ayu Rai Saputri, dan Syaifulloh dikutip ketika
barium klorida (BaCl2) direaksikan dengan natrium sulfat (Na2SO4)
akan menghasilkan suatu endapan putih barium sulfat (BaSO4).
c.) -K4Fe(CN)6 + H2SO4 → 2K2SO4 + FeSO4 + 2HCN

Awalnya -K4Fe(CN)6 dengan warna sedikit kekuningan


ditambahkan H2SO4 tidak berwarna menghasilkan larutan yang
berwarna kuning pucat.
Berdasarkan referensi dariTim Kimia Analisis Dasar 2017
hasil pengamatan sesuai dengan referensi karena disebutkan jika hasil
reaksi K4Fe(CN)6 + H2SO4 menghasilkan larutan yang berwarna
kuning pucat dari senyawa [ Fe (CN)6] 4-.
d.) H3Po4 + (NH4)2MoO4 + HNO3 → (NH4)3Po412MoO3 + NH4NO3 +
H2O
18

Awalnya larutan H3Po4 tidak berwarna ditambahkan larutan


(NH4)2MoO4 tidak berwarna dan tidak terjadi perubahan, kemudian
ditambahkan dengan larutan HNO3 tidak berwarna dan hasilnya tidak
berubah setelah dipanaskanpun hasilnya tetap tidak berubah.
Berdasarkan referensi praktikum kimia analisis Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia hasilnya sama seperti yang dipraktikan. bahwa
larutan H3Po4 tidak berwarna ditambahkan larutan (NH4)2MoO4 tidak
berwarna dan tidak terjadi perubahan, kemudian ditambahkan dengan
larutan HNO3 tidak berwarna dan hasilnya tidak berubah setelah
dipanaskanpun hasilnya tetap tidak berubah.
e.) Na2C2O4 + H2SO4 → Na2SO4 + H2 + 2CO2

Awalnya 1 mL larutan Na2C2O4 tidak berwarna 1%


ditambahkan 1 mL H2SO4 tidak berwarna reaksi menjadi Na2SO4 + H2
+ 2CO2 tetap tidak berwarna. Reaksi sesuai dengan referensi (Syarif,
2012) karena reaksi menghasilkan zat tidak berwarna.
f.) Na2S2O4 + 2AgNO3  2NaNo + Ag2S2O4
19

Dalam praktikum ini tidak terjadi reaksi. Namun berdasarkan sumber


praktikum lain terdapat endapan hitam Ag2S2O4(s) dengan warna
larutannya abu-abu. Pada percobaan Na2S2O4 ditambahkan dengan
AgNO3 yang akan menghasilkan endapan hitam Ag2S2O4(s) adapun
reaksinya yaitu :
Na2S2O4 + 2AgNO3 → 2NaNO + Ag2S2O4
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Praktikan menjadi tahu cara mengidentifikasi ion-ion logam Ag +, Pb2+,
Hg2+, Fe2+, Ba2+, Na2+ dalam larutan dengan menggunakan pereaksi
pembentukan endapan, warna, gas dan bau yang dapat diamati.
2. Praktikan menjadi tahu cara mengidentifikasi anion-anion Br -, SO42-,
FE(CN)64-, Cr42-, SO32- dengan perekasi atas dasar perbedaan kelarutan
garam peraknya dan bariumnya.
3. Adapun reaksi-reaksi yang terjadi terhadap kation dan anion yaitu:
a) Golongan I: Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam
klorida encer.
b) Golongan II: Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer.
c) Golongan III: Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida
encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida
dalam suasana netral / amoniakal.
d) Golongan IV: Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III.
Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan
adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.
e) Golongan V: Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan
regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang
terakhir.
4. Analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk
mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam
suatu sampel. Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada
identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan
anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak dan bariumnya.
5. Untuk identifikasi kation pada percobaan yang dilakukan terdapat 1
percobaan dari pengamatan yang tidak sesuai dengan hasil teoritis yang
telah tersedia yaitu kation FeSO4 + NaOH dan BaCl2 + (NH4)2CO3.

20
21

6. Untuk identifikasi anion pada percobaan yang dilakukan terdapat satu


percobaan dari pengamatan yang tidak sesuai dengan hasil teoritis yang
telah tersedia yaitu reaksi antara Na2S2O4 + 2AgNO3.
5.2. Saran
Pastikan larutan dalam kondisi yang baik dan tersimpan dengan benar.
Lakukan identifikasi dengan sangat teliti karena kesalahan kecil dapat
menyebabkan perubahan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Armiyanti wahyu, 2015. Laporan analisis senyawa kimia. UNY. Yogyakarta

Chadijah, Sitti. Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: UIN Press, 2012.


Chang, D.Y. 1996. Application of The Extent Analysis Method on Fuzzy AHP.

European Journal of Operational Research 95:649-655.

Chang, Raymond. 2009. Chemistry 10th Edition. McGraw-Hill, New York:


Barsasella.
Day, R.A dan A.L, Underwood. Quantitative Analysis. Terj, Dr. Ir. Lis sopyan, M.
Eng. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga, 2001.
Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Trans Info Media. Jakarta.

Febrianti Dini, 2015. Laporan Praktikum. Universitas Alghifari. Bandung.

Hamdani syarif, 2012. Panduan praktikum kimia analisis. STIF. Bandung.

Kisman, sarjono. 1998. Analisis farmasi. Terjemahan dari pharmazeutische analityk


oleh H.J. Roth. Gadjah mada university press, Yogyakarta.

Legodi, M. A., dan de Waal D. 2007. The Preparation of Magnetite, Goethite,

Hematite, and Maghemite of Pigment Quality From Mill Scale Iron Waste.

Dyes and Pigments, 74(2007):161-168

Manan, M. 2005. Membuat Reagen Kimia di Labolatorium. Bumi Aksara, Jakarta.

Masterlon, W.L. 1990. Analisa Kualitatif. http ://www.Chemistry.co.id.Pdf.

Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prisip dan Terapan Modern. PT. Gelora Akasara

Pratama, Jakarta.

Razak, Rais dan Siti Masyitah. 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)

22
23

Dan Kadmium (Cd) Pada Udang Windu (Penaeus Monodon) Di Perairan

Beniung Tarakan Kalimantan Timur Dengan Metode Spektrofotometri


Serapan Atom. As-Syifaa, 05 (01): 80-87

Redhana, I Wayan. 2014. Kimia Hjau Dalam Praktikum Laju Reaksi. UNDIKSHA:
Bali.
Sarjiwanto, Cokro.2012. Kimia Analitik Kualitatif l.Yogyakarta; UNY Press.
Suhartana. 2007. Kemampuan Ligan Hipoxantin dan Quanin untuk Ekstraksi Kation

Perak pada Fasa Air- Kloroform, Jurnal Sains & Matematika, 15(1), 25-32

Sukardjo, Drs. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Svehla,G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Edisi kelima,
Bagian I, Kalman Media Pusaka, Jakarta.

Svehla,G. 2010.Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitati Makro dan


Semimikro.Jakarta;PT.Kalaman media pustaka.
Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Vogel,A.I.,1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif  Makro dan Semimikro


Bagian 1 Edisi V, PT. Kalma Media Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai