Anda di halaman 1dari 8

Nama : Keisha Azmiarti

NIM : L1A020055

Prodi : Manajemen Sumberdaya Perairan - A

GERAKAN DAN SINKRONASI GERAKAN PADA RENANG GAYA BEBAS

Olahraga renang menurut Agus Supriyanto (2013) merupakan aktivitas yang


dilakukan di air dengan berbagai macam bentuk dan gaya yang sudah sejak lama dikenal
banyak memberikan manfaat kepada manusia. Lebih lanjut Agus Supriyanto (2013)
menjelaskan bahwa olahraga renang merupakan keterampilan kompleks dan memerlukan
banyak unsur pengetahuan dan keterampilan dasar untuk dapat menguasai dengan cepat.
Menurut Boyke Mulyana (2011) olahraga renang terdiri dari empat gaya yang
diperlombakan, yaitu gaya crawl (bebas), gaya dada (katak), gaya punggung, dan gaya
dolphin (kupu-kupu).

Renang gaya bebas disebut juga gaya crawl yang artinya merangkak. Disebut gaya
merangkak karena gerakannya seperti merangkak. Gerakan gaya bebas, Tubuh kita harus
berada pada posisi datar di atas air dengan bahu kita agak ke belakang sedangkan tungkai
hanya beberapa inci di bawah permukaan, yang terpenting adalah mempertahankan wajah
kita di atas air, dengan mata terus tertancap ke depan bawah kecuali pada waktu bernafas
(Haller, 2007).

Teknik renang gaya bebas adalah yang sangat efesien dari gaya-gaya renang lain,
karena tangan dan kaki digunakan dalam cara yang berbeda, dimana memberikan fase
istirahat selama melakukan recovery. Menurut pendapat (Sukmawati & Hartoto, 2015)
renang gaya bebas adalah gaya yang menggunakan gerakan mengayunkan tangan lewat atas
permukaan air atau gaya crawl. Keuntungan dari renang gaya bebas yaitu pola gerak kayuhan
lengan yang paling efisien, memiliki hambatan air yang kecil,dan memiliki pola gerak yang
efisien (Rasyid, 2017). Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa renang
gaya bebas adalah merupakan teknik dasar renang yang efisien dan lebih mudah dari genang
gaya lainnya dengan menggunakan gerakan mengayunkan tangan lewat atas permukaan air.

Gerakan Lengan
Dandeng Kurnia dan Murni (1987: 20-21) mengatakan gerakan lengan renang gaya bebas
terbagi beberapa fase, yaitu:

1. Fase masuknya tangan ke permukaan air (Entry Phase) masuk permukaan air dengan
ujung-ujung jari, dengan posisi telapak tangan menghadap kebawah (telungkup),masuk
permukaan air dengan ibu jari lebih dahulu, sudut kemiringan yang dibentuk antara
telapak tangan dengan permukaan air berkisar 30 - 40 derajat.

2. Fase menarik (Pull Phase) gerakan menarik dimulai setelah siku masuk kedalam air
sampai tangan mencapai bidang vertical. Gerakkan tangan pada waktu pull harus
dilakukan dengan kuat, dan arahnya dari muka kebelakang sampai tangan berada dibawah
dada.
3. Fase menekan (Pressure Phase) Fase ini dikerjakan setelah fase menarik atau fase sapuan
kedalam telah berakhir, dilanjutkan dengan tenaga yang kuat didorong kebelakang sampai
siku lurus, arahnya horizontal dan telapak tangan menghadap kebelakang. Akhir dari fase
mendorong adalah bagian bawah dari paha, dengan patokan ibu jari menyentuh bagian
bagian samping paha. Istilah untuk fase ini adalah fase mendorong ke belakang.

4. Fase istirahat (Recovery Phase) irama gerakan recovery haruslah sama dengan irama
gerakkan pull dan push, yaitu setelah lengan lurus kebelakang dangan jalan mengangkat
siku keluar dari air, diikuti lengan kebawah dan jari-jari secara rileks digeser dari
belakang ke muka dekat diluar permukaan air dan dekat dengan badan.
Gerakan Kaki

Gerak (gerakan yang juga disebut flutter kick/tendangan mengipas-ngipas) dimana kaki (dari
pangkal paha) secara bergantian bergerak naik turun secara vertikal, atau hampir vertikal,
pertama mendorong ke atas dan ke belakang sampai kaki berada di permukaan air dan
kemudian turun dan ke belakang sampai mencapai satu siklus penuh. Gerakan kaki yang bisa
dilakukan dalam berenang adalah tungkai kanan kiri diluruskan dan digerakkan secara
bergantian dan dengan jarak kira-kira 40 cm. Gerakan kaki menurut Soekarno (1985) yaitu:

1) Kaki pada jarak maksimalnya (kira-kira 40 cm)


2) Tungkai kiri ada pada dasar gerakan ke bawah dan tungkai kanan pada puncak
gerakan ke atas.
3) Tungkai kiri, tanpa menekuk lutut, mulai bergerak ke atas. Perenang harus selalu
diperingatkan untuk gerakan ke atas dengan tungkai lurus, karena bila lutut di
tekukakan menimbulkan kekuatan negatif yang akan menahan perenang. Tungkai
kanan mulai bergerak ke bawah dengan diikuti tekukan pada lutut; tungkai hampir
sama seperti dalam posisi 1.
4) Tungkai kiri turun ke atas, tanpa pembengkokan pada lutut. Tungkai kanan mulai ke
bawah dengan kuat dengan tungkai atas dipaksa ke bawah. Lutut mulai lurus dan
ketika kaki kanan melewati tungkai kiri, mata kaki berada pada garis pararel dengan
tumit kaki kanan.
5) Tungkai kiri, mendekati puncak dari gerakan ke atasnya, lutut mulai agak menekuk
ketika kaki kanan hampir menyelesaikan gerakan ke bawahnya. Lutut kana nada pada
titik terdalamnya dan akan mulai ke atas, walaupun kaki kanan akan terus ke bawah.
6) Bagian atas dari tungkai kiri mulai ke bawah dan kaki terus ke atas. Tungkai kana
nada pada dasar gerakan ke bawah dengan lutut terentang dengan sempurna.
Pengambilan Napas

Gerakan mengambil napas. Pemutaran kepala untuk pengambilan napas ini dimulai
pada akhir tarikan lengan, segera mengambil napas dan dimasukkan kembali ke dalam air
sebelum pemulihan renang dimulai (Soekarno, 1985).

Sinkronisasi
Selama melakukan sinkronisasi gerakan tungkai kaki secara terus menerus bergerak
melakukan cambukan ke atas dan ke bawah dengan irama yang tetap dan rileks. Kemudian
lengan melakukan tarikan dimulai dari entry, cacth, pull, dan push. Ketika lengan yang
melakukan tarikan telah selesai berada di samping paha kemudian mengambil napas. Posisi
kepala tetap dijaga agar tidak keluar dari porosnya. Pada saat lengan masuk ke permukaan
air, kepala segera masuk ke dalam air. Gerakan koordinasi dikatakan baik apabila antara
gerakan tungkai, lengan, dan napas terjadinya sinkronisasi dalam irama yang tetap sehingga
menghasilkan daya laju yang mulus (Mashud, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriyanto. 2013. Pedoman Identifikasi Pemanduan Bakat Istimewa. Yogyakarta:


Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Yogyakarta.

Boyke Mulyana. 2011. Aktivitas Akuatik. Bahan Ajar, Jakarta: Depdikbud.

Dadeng Kurnia Dan Muhammad Murni. 1987. Renang. Jakarta.

Haller David. 2007. Belajar Berenang. Bandung: Pioner Jaya.

Mashud. 2019. Variasi dan Kombinasi Dasar Gerang Renang. Banjarbaru: PRODI. PJ JPOK
FKIP ULM press.

Rasyid, H. Al. 2017. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai dan Kekuatan Otot Lengan Dengan
Hasil Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada Atlet Millennium Aquatic Swimming Club.
Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education, 1(1), 71–85.

Soekarno. 1985. Renang Dasar. Yogyakarta: IKIP.

Sukmawati, D. dan Hartoto, S.. 2015. Penerapan Pembelajaran Renang Gaya Bebas terhadap
Hasil Belajar Renang Gaya Bebas. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. 3(2):
366 – 370.

Anda mungkin juga menyukai