Anda di halaman 1dari 16

TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS

Disusun Oleh :
Kelompok V
Anggota : 1. Denta (F1B019017)
2. Gunawan Sinabang (F1B019033)
3. Kurnia Farah Andina (F1B019047)
4. Elia Indriani (F1B019055)
Hari/tanggal : Senin, 24 Februari 2020
Dosen Pengampu : Drs.Nesbah, M.S
Asisten Dosen : 1. Libertina Ersinalsari (F1B016027)
2. Elvi Anggreini (F1B016045)
3. Neneng Purnama Sari (F1B016048)
4. Sri Wahyu Kurnia Putri (F1B016053)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa volumetrik adalah suatu cara menentukan jumlah (kuantitatif) suatu zat. Analisa ini
tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam larutan yang bereaksi sempurna.
salah satu larutan harus di ketahui konsentrasi nya, larutan ini di sebut larutan standar sedangkan
larutan yang lain akan di tentukan konsentrasinya oleh larutan standar. Proses penentuan
konsentrasi ini di sebut titrasi.
Dalam proses titrasi suatu larutan di tambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang
volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen, yaitu jumlah stoikhiometri
(perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reaksi di ketahui ketika indikator
yang di gunakan tepat mengalami perubahan warna.
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya
atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan
biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”.
Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau
aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
1.2 Tujuan
1. Menentukan konsentrasi basa ( NaOH ) dengan larutan standar primer asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi asam ( HCl ) dengan larutan standar sekunder basa ( NaOH )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan
basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan OH- ketika bereaksi
dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air.)Teori Bronsted
memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan
kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium
klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam
didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton kepada zat yang lain . Dalam hali
ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima
proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain.
(Golberg, 2002).
Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika
konsentrasi hidrogen lebih tinggi dari pada suatu harga tertentu dan suatu warna lain jika
konsentrasi itu lebih rendah. Indikator asam basa dapat berubah warna apabila pH lingkungan
berubah. Apabila dalam suatu titrasi asam maupun basa merupakan elektrolit kuat, larutan pada
titik ekuivalen akan mempunyai pH = 7. Apabila asam ataupun basa merupakan elektrolit lemah,
garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis pada titik ekivalen larutan akan mempunyai
pH>7. Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah
tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh ( Sundari, 2016 ).
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat , asam lemah ( analit atau titrat ) berada dalam
erlenmeyer 250 ml dan larutan basa kuat ( titrant ) berada di dalam buret . Titik ekivalen dicapai
bila jumlah titrant yang ditambahkan ekivalen / setara secara kimia dengan jumlah analit yang
dititrasi ( stoikiometris ) (Bassett, 1978 ).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan
titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan
titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan
ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam
yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena
itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Gunawan, 2004).
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin)
pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter. Gambar
berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.
(Bredy, 1999).
Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir
titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”(Gunawan, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
(Erlenmeyer 50 mL) (Buret 50 mL) (Statif dan klem)

( Pipet Gondok 10 mL) (Corong)

3.1.2. Bahan
(HCl 0,1 N) (NaOH 0,1 N) (Akuades (H2O)
−¿→¿

H +¿+Cl ¿
HCl

Na+¿¿ +OH −¿¿  NaOH


(Indikator Phenolphetalein ( (Asam Oksalat (C 2 H 2 O 4 ¿ 0,1 N)
C 20 H 14 O 4 ¿ 1 %)

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1 Pembuatan Larutan

A. Dibuat 50 ml larutan HCL 0,1 N

0,40 ml HCL Aquadest


pekat 37%

Dicampurkan hingga
tanda batas 50 ml
Larutan

B. Dibuat 50 ml larutan asam oksalat 0,1 N

0,3151 gram Aquadest


asam oksalat
Ditimbang
Menggunakan
Neraca analitik
Dicampurkan hingga
tanda batas 50 ml
Larutan

C. Dibuat 50 ml larutan N 0,1 N

0,2 gram NaOH Aquadest


Ditimbang
Menggunakan
Neraca analitik
Dicampurkan hingga
tanda batas 50 ml
Larutan

3.2.1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N

A. Dimasukkan NaOH kedalam buret

Buret 50 ml larutan NaOH

Dicuci
dengan baik,
kemudian ditutup
keratnya Dimasukkan 5 ml larutan NaOH, bilas
Larutan NaOH permukaan dalam NaOH, kemudian isi larutan
didalam buret NaOH hingga angka mencapai nol.

B. Posedur standarisasi NaOH 0,1 N

larutan asam oksalat Indikator PP 2 tetes


0,1 N 10 ml

Dicampurkan Dicampurkan
NaOH dalam Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 NaOH dalam
Buret Buret
Dialirkan Dialirkan
Sedikit Sedikit

Diamati Diamati
Hingga Terjadi Hingga Terjadi
perubahan Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 perubahan
3.2.2. Penetuan Konsentrasi HCL 0,1 N

A. Posedur standarisasi NaOH 0,1 N

larutan HCL 0,1 N 10 Indikator PP 3 tetes


ml

Dicampurkan Dicampurkan
NaOH dalam Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 NaOH dalam
Buret Buret
Dialirkan Dialirkan
Sedikit Sedikit

Diamati Diamati
Hingga Terjadi Hingga Terjadi
perubahan Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 perubahan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1.Standarisasi NaOH dengan larutan standar primer Asam Oksalat
Percobaan Volume asam oksalat 0,1N
Volume NaOH
I 10 ml 15 ml
II 10 ml 14,5ml
Rata-rata 22,25ml
2.Penentuan konsentrasi HCldengan larutan standar sekunder basa ( NaOH)
Percobaan Volume HCl
Volume NaOH
I 10 ml 12,4 ml
II 10 ml 12,4 ml
Rata-rata 12,4 ml

4.2 perhitungan
1. Standarisasi naoh dengan asam oklasat
2NaOH + H 2 C 2 O 4 Na 2 C 2 O 4 + 2 H 2 O
Dalam reaksi diatas,bisa dilihat bahwa NaOH berkoefsien 2,jadi nilai n = 2
Percobaan I
Diketahui: V1 = 10 ml = 0,01 lt V2 =15 ml = 0,015 lt
N1 = 0,1 N n NaOH = 2
n H 2 C 2 O 4= 1
Ditanya : N2 ?
Penyelesaian :
n.V1.N1 = n.V2.N2
1 ×0,01 lt ×0,1 N = 2×0,015 lt ×N2
0,001 = 0,03 ×N2
N2 = 0,03 N

Percobaan II
Diketahui: V1 = 10 ml = 0,01 lt V2 =17 ml = 0,017 lt
N1 = 0,1 N n NaOH = 2
n H 2 C 2 O 4= 1
Ditanya : N2 ?
Penyelesaian :
n.V1.N1 = n.V2.N2
1 × 0,01 lt × 0,1 N = 2 × 0,017 lt × N2
0,001 = 0,034 × N2
N2 = 0,029 N
¿
Rata-rata V2 = 0.015<+ 0,017< 2 ¿ = 0,016 lt

0,03+0,029
Rata –rata N2 = = 0,029 N
2
2.Penentuan konsentrasi HCl dengan NaOH
HCl + NaOH NaCl + H 2 O
Dalam reaksi diatas,bisa dilihat bahwa Hcl berkoefsien 1,jadi nilai n = 1
Peercobaan I
Diketahui : V2 = 0,016 lt V3 = 0,01 lt
N2 = 0,029 N n HCl = 1
n NaOH = 1
Ditanya : N3 ?
Penyelesaian :
Percobaan I
n.V2.N2 = n.V3.N3
1 × 0,016 lt × 0,029 N = 1 × 0,01 × N3
0,00046 = 0,01 × N3
N3 = 0,046 N

4.3 Pembahasan
Gambar 1.1. Standarisasi NaOH Gambar 1.2. Penentuan konsentrasi
dengan larutan Asam Oksalat larutan HCl dengan larutan NaOH
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan titasi asam basa dimana digunakan NaOH
(Basa kuat) sebagai titran sedangkan titrat atau yang berada didalam elenmeyer yaitu asam
oksalat dan aquadest. Dalam percobaan ini, yang berperan sebagai larutan standar primer adalah
Asam Oksalat dan larutan standar sekundernya adalah NaOH. Sesuai dengan yang ada diliteratur
bahwa asidi-alkalimetri merupakan suatu metode analisis volumetri yang digunakan dengan cara
titrasi berdasarkan terjadinya reaksi netralisasi. Pada alkalimetri digunakan basa kuat sebagai
larutan standar. Pada saat setelah dilakukan penambahan indikator PP dilakukan titrasi, dimana
secara teknis titrasi dilakukan dengan mereaksikan sedikit demi sedikit bahkan tetes demi tetes
larutan basa 50 mL melalui buret kedalam larutan asam yang telah dicampur dengan aquadest
(asam oksalat 10 mL + aquadest 10 mL) yang disimpan dalam Erlenmeyer sampai keduanya
tepat habis bereaksi yang ditandai dengan perubahan warna.
Pada percobaan alkalimetri terjadi perubahan warna akibat penambahan indikator PP
terhadap asam oksalat yaitu dari warna bening menjadi warna merah muda, titrasi dihentikan dan
volumenya dicatat sebesar volume titik akhir titrasi yaitu pada percobaan pertama didapatkan
volume 15 ml dan percobaan kedua didapatkan volume 17 ml.
Pada praktikum alkalimetri ini dilakukan penambahan indikator PP sebanyak 3 tetes. Hal
tersebut mempengaruhi warna pada larutan, dimana pada praktikum digunakan NaOH sebagai
titrat yang menyebabkan perubahan warna menjadi merah muda. Perubahan warna menjadi
merah muda ini disebabkan karena indikator bereaksi dengan basa. Selain itu, perubahan warna
yang terjadi sesuai literatur yang menyatakan perubahan warna dikarenakan penambahan [OH-]
yang menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser kekanan (Svehla,1985).
Pada proses terjadinya perubahan warna menjadi merah muda saat titrasi, larutan baku atau
titran yang digunakan adalah basa, karena pada proses ini yang menjadi titer (larutan yang
dititrasi) adalah larutan yang bersifat asam dan yang menjadi titran bersifat basa. Untuk titer
sendiri diberikan indikator PP dengan tujuan agar kita dapat mengetahui senyawa tersebut
memiliki sifat asam atau basa.
Pada penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH, dimana larutan standar primernya adalah
NaOH dan larutan standar sekundernya adalah HCl. Pada percobaan alkalimetri terjadi
perubahan warna akibat penambahan indikator PP terhadap HCl yaitu dari warna bening menjadi
warna merah muda, titrasi dihentikan dan volumenya dicatat sebesar volume titik akhir titrasi
yaitu pada percobaan pertama didapatkan volume 12,4 ml dan percobaan kedua didapatkan
volume 12,4 ml.
Pada percobaan Aquadest volume titran lebih banyak dibandingkan tanpa penambahan
aquadest karena asam akan memberikan proton ke air yang bertindak sebagai basa. Sehingga air
menjadi asam, setelah penambahan basa terhidrolisis oleh garam. Sedangkan tanpa penambahan
aquadest asam ditambah basa akan terhidrolisis jadi garam dan air.
Pada saat praktikum digunakan aquadest sebagai pelarut, aquadest sendiri merupakan
larutan yang mudah menyerap dan melarutkan berbagai macam jenis partikel halus yang
bermuatan racun dan dapat mencegah pencemaran pda kualitas air sehingga tersebut dapat
diminum setiap saat dengan aman.
Aquadest sendiri mengalami destilasi atau penyulingan yaitu pemisahan bahan-bahan
kimia yang ada didalam air dimana mengandung zat racun hasil radikal bebas yang kemudian
dibersihkan atau disterilisasikan atau dibersihkan agar tidak lagi tercemar racun apapun sehingga
kondisinya bersih. Beberapa alasan digunnakannya aquadest sebagai pelarut yaitu :
1. Aquadest mampu melarutkan kemudian menetralkan bahan kimia yang bersifat racun didalam
makanan dan minuman tertentu.
2. Aquadest mampu melarutkan dan menetralisir racun yang telah mencapai ginjal lalu akan
membuangnya kearah kandung kemih agar segera dikeluarkan.
3. Aquadest merupakan air murni atau larutan yang dihasilkan dari proses sterilisasi melalui cara
penyulingan beberapa kali sehingga logam dan partikel berbahaya yang terkandung didalamnya
dapat dibersihkan dan dinetralkan agar aquadest dapat diminum dengan aman (Petrucci, 2008).

BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum titrasi asam basa yang telah ditentukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Dari percobaaan yang telah
dilakukan, kita dapat mengetahui dan menerapkan teknik tirasi yang benar untuk menganalisis
contoh yang mengandung asam.
2. Dengan menggunakan teknik titrasi yang benar, kita dapat menstandarisasi larutan yang di uji.
Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang distandarisasi yaitu larutan NaOH dan HCl.

BAB VI
TUGAS PROMBLEMA
1. Apa yang dimaksud dengan asam,basa,titik ekivalen,titik akhir titrasi dan indikator
asam/basa?
Jawab : Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion
H +¿¿ dalam larutannya.
Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air,terionisasi menghasilkan ion
OH – dalam larutannya.
Titik ekivalen yaitu pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen
atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi
Titik akhir titrasi yaitu terjadi bila indikator berubah warna.
Indikator asam/basa adalah suatu asam atau basa organik lemah yang
menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan
bentuk terionisasinya.

2. Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen,bagaimana caranya?dan bagaimana pula
pengamatannya untuk titrasi ini?
Jawab : Dengan cara pemilihan indikator yang tepat,karena indikator yang tepat dapat
membuat titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen untuk itu harus dipilih
indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang
digunakan dalam titrasi(dengan kata lain apakah mereka kuat atau lemah).
Untuk pengamatannya pada saat NaOH dialirkan sedikit demi sedikit melalui
buret pada erlenmeyer yang berisi larutan HCl ,diamati pada saat erlenmeyer
digoncang bila terjadi perubahan warna ,berarti titik akhir titrasi sudah
mendekati titk ekivalen.

3. Tulis dengan lengkap reaksi yang terjadi pada percobaan diatas!


Reaksi standarisasi NaOH dengan Na2 C 2 O 4
2NaOH + H 2 C 2 O 4 Na2 C 2 O 4 + 2 H 2 O
Reaksi konsentrasi HCl dengan NaOH
HCl + NaOH NaCl + H 2 O
4. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan sekunder?
Jawab : Larutan standar primer adalah larutan yang konsentrasinya dibuat berdasarkan
penimbangan.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dihitung
berdasarkan larutan standar sekunder.

5. Sebutkan syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi?


Jawab : 1.Reaksi harus berlangsung sempurna,tunggal dan menurut persamaan yang
jelas.
2. Reaksi harus cepat dan reversible.Bila tidak cepat ,titrasi akan memakan
waktu terlalu banyak apalagi menjelang titik akhir reaksi.bila reaksi tidak
revesible,penentuan akhir titrasi tidak tegas.
3. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator).
4. Larutan baku yang direaksikandengan analit harus mudah dibuat dan
sedehana penanganannya serta harus stabil sehingga konsentrasinya tidak
mudah berubah.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta.Binarupa Aksara
Day, R.A., dan Underwood,A.L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Day, R.A., dan Underwood,A.L. (2002).Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga:
Jakarta
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia.Surabaya.Kartika.
Goldberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta ; Erlangga.
J.Bassett. ( 1978 ). Vogel’s Textbook of Quantitative inorganic analysis. Great Britain :
Longman Group
Keenan. 1982. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C., Raharjo, J. T. 2010. Indikator Titrasi Asam Basa dari
Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L). Journal of Agritechnology, Vol.
30(3), 178-183
Petrucci, R. H. 2008. Kimia Dasar: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Jakarta: Erlangga
Ratnasari, S., Suhendar, D., Vina, A. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
discolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam- Basa. Journal of Chimica et Natura Acta,
Vol.4 (1), 39-46
Sudarto, U. 2008. Analisis Kimia Dasar. Yogyakarta: UNY
Sundari, Ratna . 2016. Pemanfaatan dan efisiensi kurkumin kunyit ( curcuma domestica val )
sebagai indikator titrasi asam basa , vol 22 , 595-601 . Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi kelima Bagian I.
Jakarta: Kalman Media Pusaka

Anda mungkin juga menyukai