TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Analisis kualtatif
Analisa kualitatif adalah analisa yang berhubungan dengan identifikasi
suatu zat atau campuran yang belum diketahui, misalnya penyelidikan kimia
mengenai jenis unsur atu ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campura
(Sukardjo, 1985).
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang analisis identifikasi zat-
zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat
tertentu yang ada dalam sampel (A.L Underwood, 1993).
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik,
pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis
kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan
terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk
endapan, terjadinya perubahan warna, bau, dan timbulnya gas (G. Svehla, 1985).
Tujuan utama analisis adalah untuk menemukan dan mengidentifikasi
komponen dalam zat kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif,
seperti terbentuknya endapan, warna, gas, maupun data non-numerik lainnya.
Umumnya dari analisis kualitatif hanya diperoleh indikasi kasar dan komponen
penyusun suatu analit. Analisis kualitatif biasanya digunakan sebagai langkah
untuk analisis kuantitatif. Pada berbagai cara analisis modern, seperti cara-cara
analisis spektroskopi dapat dilakukan dengan analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan biaya analisis yang dapat
ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasilnya lebih akurat. Analisis
kualitatif adalah suatu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat
atau campuran yang tidak diketahui. Analisis kualitatif lengkap sampel anorganik,
meliputi analisis identifikasi semua jenis kation maupun anion yang mungkin ada
dalam sampel.
2.1.1 Analisis Anion
Anion adalah ion atau gugus yang memiliki muatan negatif. Reaksi dalam
anion digunakan untuk memudahkan reaksi asam-asam organik. Menurut
Mulyono, (2005) anion dikelompokkan menjadi beberapa termasuk lebih dari satu
sub golongan dan tidak mempunyai data teoritis. Pada hakekatnya, proses-proses
yang dipakai dapat dibagi kedalam (A) proses yang melibatkan identifikasi
produk-produk yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan
asam-asam, dan (B) proses yang dalam larutan. Kelas (A) dibagi dibagai lagi
kedalam sub-kelas (i) gas-gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam
silfat encer dan (ii) gas atau uap dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Kelas (B)
dibagi lagi kedalam sub kelas (i) reaksi pengendapan, (ii) oksidasi dan reduksi
dalam larutan.
Anion dibagi menjadi 3 golongan, golongan sulfat : SO42-, SO32-, PO43-,
Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42-,AsO43- golongan halida : Cl–, Br–, I–, S2- dan golongan
nitrat : NO3–, NO2–,C2H3O2–. Garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2,
BaCO3, BaC2O4,Ba3(AsO4)2 tidak larut dalam air kondisi basa, sedangkan garam
barium anion lainnya mudah larut.
Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada
analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis seperti
analisis kation. Uji pendahuluan awal pada analisis anion juga berdasarkan pada
sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya. Beberapa
anion menghasilkan asam lemah volatil atau dioksidasi dengan asam sulfat pekat
(Widiarto, 2011).
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode
untuk mendeteksi kation. Sampai saat ini suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum kedalam
golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan
tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion kedalam golongan utama
tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan
garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari
keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema
yang kaku, karena satu anion termasuk kedalam lebih dari satu golongan (G.
Svehla, 1985).
Untuk menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam
karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga zat yang akan
dianalisa berupa zat yang sukar larut atau memberikan endapan (Wiro,2009).
2.1.2 Analisis Kation
Analisis kation adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
menentukan jenis dan jumlah ion kation yang terkandung dalam suatu sampel
(Sukardjo, 1985).
Proses analisis kation dan anion dilakukan dengan dua cara yaitu
pemisahan dan identifikasi. Pemisahan dilakukan dengan mengendapkan kation
dari larutannya. Endapan yang dihasilkan dipisahkan dengan mencuci larutannya
dan dibuat larutan dengan jalan mengaduk menggunakan alat sentrifuge lalu
membagi dua hasil penyaringan. Larutan yang masih mengandung kation lain lalu
diendapkan juga sehingga terbentuk grup kation baru. Apabila di dalam grup
tersebut masih terdapat kation lain, proses pengendapan dilakukan lagi sehingga
tertinggal hanya satu kation saja. Berbagai jenis pereaksi dan pengaturan
konsentrasi tertentu serta pengaturan pH larutan dilakukan untuk memisahkan
kation menjadi beberapa grup. Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan
pada perbedaan kelarutan dari:
• Klorida
• Sulfida
• Karbonat
Identifikasi (pemastian) kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui
dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun
agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena
itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan
pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan
padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik,
zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan.
Menurut Siti (2012) dalam analisis cara H2S kation-kation diklasifikan
dalam lima golongan berdasarkan sifat – sifat larutan contoh terhadap beberapa
pereaksi. Pereaksi yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
amonium sulfida, dan amonium karbonat. Jadi klasifikasi kation dilakukan
berdasarkan atas perbedaan reaksi dari klorida, sulfida, dan karbonat kation
tersebut secara sistematis yaitu:
Golongan I : Mengandung logam-logam yang kloridanya tidak atau sukar
larut dalam asam-asam encer. Kation-kation golongan ini diendapkan dari
larutannya dengan pereaksi HCl.
Golongan II : Mengandung logam-logam yang kloridanya larut tetapi
sulfidanya tidak larut meskipun dalam asam-asam encer. Kation-kation
golongan ini diendapkan dari larutannya dengan H2S.
Golongan III : Mengandung logam-logam yang sulfidanya larut dalam
asam encer, tetapi tidak larut dalam air dan alkali. Kation- kation ini
diendapkan dengan NH4OH dan (NH4)S.
Golongan IV : Mengandung logam-logam yang sulfidanya larut dalam air,
tetapi karbonatnya tidak larut dalam larutan yang mengandung NH4Cl.
Kation-kation ini diendapkan dengan(NH4)2CO3 dalam dalam NH4Cl.
Golongan V : Mengandung magnesium dan logam-logam alkali yang tidak
mengendap dengan semua pereaksi di atas.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen Pom, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol
Sinonim : Alkohol, Etanol, Ethyl Alcohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :
Makassar.
: Jakarta.
Svehla. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.
Widiarto, Sonny. 2011. Analisi Anion dan Kation. Staff UNILA : Lampung.