Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
ACARA I
LARUTAN

DISUSUN OLEH
ANGGOTA KELOMPOK 2
1. ENDANG AGUSTINI (B1D021011)
2. EVA SONIA (B1D021012)
3. FITRIYANI (B1D021013)
4. HAMZANI (B1D021014)
5. HAYATI FUJI ASTUTI (B1D021015)
6. HELMAWATI (B1D021016)
7. HERLINA MALNIATI (B1D021017)
8. IIS MUZDHALIFAH (B1D021018)
9. INDI (B1D021019)
10. IRFAN SAPUTRA (B1D021020)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA I
LARUTAN

A. PELAKSANAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui perbedaan asam dan basa berdasarkan pH Larutan.
b. Menentukan konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 23 November 2021
3. Tempat Praktikum
Online.

B. LANDASAN TEORI

Banyak hal di sekitar kita yang terdiri dari larutan. Udara, lautan,
bensin, dan soda hanyalah beberapa contoh zat umum yang ada sebagai
larutan. Suatu larutan tidak lebih dari campuran homogen di mana ukuran
partikelnya berkisar dari 0,2 hingga 2,0 nm. Saat mempertimbangkan
larutan, ada baiknya berpikir dalam hal satu zat terlarut dalam zat lain.
Larutan paling sederhana terdiri dari dua komponen. Komponen dalam
jumlah yang lebih besar disebut sebagai pelarut, dan komponen dalam
jumlah yang lebih kecil disebut zat terlarut. Oleh karena itu, larutan dapat
dianggap sebagai campuran homogen yang mengandung zat terlarut dalam
larutan (Myers, 2003: 12).
Pengenceran berarti menambahkan pelarut ke dalam larutan. Jumlah
zat terlarut tetap konstan, tetapi jumlah larutan meningkat. Pengenceran
diperlukan karena larutan diperoleh dan disimpan dalam bentuk
terkonsentrasi, sedangkan kita menggunakan larutan dengan konsentrasi
yang berbeda sesuai dengan persyaratan pada penerapannya. Konsentrasi
larutan dinyatakan dalam format konsentrasi yang berbeda sebagai
persentase massa, fraksi mol, molaritas, normalitas atau format lainnya.
Prinsip yang mendasarinya adalah bahwa jumlah zat terlarut tetap ada baik
sebelum dan sesudah pengenceran. Pengenceran larutan dari konsep kimia
tertentu juga dapat direalisasikan dengan mencampurkan larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi dengan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah. Pencampuran ini setara dengan peningkatan jumlah pelarut (Singh,
2012: 43).
Asam dan basa telah dikenal sejak lama. Ketika Robert Boyle
mencirikannya pada tahun 1680, ia mencatat bahwa asam melarutkan
banyak zat, mengubah warna pewarna alami tertentu (misalnya, mereka
mengubah lakmus dari biru menjadi merah), dan kehilangan sifat-sifat khas
ini setelah bersentuhan dengan basa (basa). Pada abad kedelapan belas,
diakui bahwa asam memiliki rasa asam, bereaksi dengan batu kapur untuk
membebaskan zat gas (sekarang dikenal sebagai CO2), dan berinteraksi
dengan alkali untuk membentuk zat netral. Pada tahun 1815, Humphry
Davy berkontribusi besar terhadap pengembangan konsep asam-basa
modern dengan menunjukkan bahwa hidrogen adalah unsur esensial asam.
Sekitar waktu yang sama, Joseph Louis Gay-Lussac menyimpulkan bahwa
asam adalah zat yang dapat menetralkan basa dan bahwa dua kelas zat ini
dapat didefinisikan hanya dalam hal satu sama lain. Signifikansi hidrogen
ditekankan kembali pada tahun 1884 ketika Svante Arrhenius
mendefinisikan asam sebagai senyawa yang larut dalam air untuk
menghasilkan kation hidrogen (sekarang dikenal sebagai ion hidronium) dan
basa sebagai senyawa yang larut dalam air untuk menghasilkan anion
hidroksida (Pant, 2014: 390).
Definisi kimia umum untuk asam dan basa diusulkan oleh Svante
Arrhenius pada tahun 1887. Arrhenius mendefinisikan asam sebagai zat yang
berdisosiasi dalam air untuk menghasilkan ion hidrogen (H+) dan
mendefinisikan basa sebagai zat yang berdisosiasi dalam air untuk
menghasilkan ion hidroksida (OH-). Ion hidrogen hanyalah atom hidrogen
minus elektronnya. Karena atom hidrogen terdiri dari satu proton dan satu
elektron, mengeluarkan satu elektron meninggalkan hanya proton. Oleh
karena itu, ion hidrogen setara dengan proton, dan keduanya dapat
dilambangkan sebagai H+ . Jika rumus umum asam diwakili sebagai HA dan
basa sebagai BOH, definisi Arrhenius untuk asam dan basa dapat diwakili
oleh reaksi umum berikut (Myers, 2003:156-157).

Asam HA + H2O → H+(aq) + A-(aq) Base BOH + H2O → OH- (aq) + B+ (aq)

Derajat disosiasi berbeda-beda antar satu asam dengan asam lainya.


Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna pada pengenceran yang sedang,
karena merupakan elektrolit kuat, asam lemah berdisosiasi hanya sedikit
pada konsentrasi sedang, karena itu asam lemah merupakan elektrolit lemah.
Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan ke dalam air mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion
negatif. Hidroksida logam larut, seperti natrium hidroksida atau kalium
hidroksida, yang berdisosiasi hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan
encer (Sudaryat, 2016: 125).
Penggunaan indikator pH sangat penting dalam titrasi asam basa
(netralisasi) untuk menunjukkan perubahan warna pada saat akhir titrasi.
Selama ini dalam titrasi asam basa masih banyak digunakan indikator
sintetis dengan ketersediaan terbatas dan biaya relatif mahal. Penelitian ini
bertujuan mengetahui potensi bahan alami antosianin dari ekstrak kelopak
bunga rosella sebagai alternatif indikator titrasi asam basa dengan biaya
murah dan mudah didapatkan (Yazid dan Munir, 2018).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alatPraktikum
a. Buret
b. Corang kaca 75 mm
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Gelas kimia 100 mL
e. Gelas ukur 50 mL
f. klem
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 10 mL
i. Rubber bulb
j. Statif
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (ag)
b. Indikator Fenolftalein (pp)
c. Kertas pH universal
d. Larutan asam klorida (HCI) 0,1 M
e. Larutan asam klorida (HCI) 0,01 M
f. Larutan natrium hiroksida (NaOH) 0,1 M
g. Larutan natrium niroksida (NaOH) 0,01 M

D. PROSEDUR KERJA
Penentuan asam-basa berdasarkan pH larutan.
1. Membuatlarutan NaOH 0,01 M sebanyak 50 mL.
a. Dimasukkan larutan-larutan NaOH 0,01 sebanyak 50 mL ke dalam
gelas ukur.
b. Diukur pH menggunakan pH stick.
2. Membuat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 50 mL.
a. Dimasukkan larutan HCl 0,01 M sebanyak 50 mL ke dalam gelas
ukur menggunakan corong kaca.
b. Dimasukkan pH menggunakan pH stick.
3. Membuat larutan HCl 0,01 M sebanyak 50 mL.
a. Dimasukkan larutan HCl 0,01 M sebanyak 50 mL ke dalam gelas
ukur menggunakan corong kaca.
b. Diukur pH menggunakan pH stick.
4. Membuat larutan HCl 0,1 M sebanyak 50 mL.
a. Dimasukkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 50 mL ke dalam gelas
ukur menggunakan corong kaca.
b. Diukur pH menggunakan pH stick.

Penentuan konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi.

A. Diisi buret dengan larutan standar NaOH 0,1 M sampai skala 0.


B. Dimasukkan 10 mL larutan HCl 0,01 M ke dalam erlenmeyer, lalu
tambahkan 3-4 tetes indikator PP.
C. Dibuka keran buret dan teteskan pelan-pean titrasi ke dalam erlenmeyer.
Kemudian erlenmeyer digoyangkan perlahan.
D. Ditambahkan titran ditentukan Ketika terjadi perubahan warna yang tidak
mau hilang pada larutan yang dititrasi.

E. HASIL PENGAMATAN
a. Tabel Hasil Pengamatan pH

N Larutan Yang Akan Diuji pH Teoritis pH Hasil


O
1 50 mL NaOH 0,1 M 13 14
2 50 mL NaOH 0,01 M 12 13
3 50 mL HCl 0,1 M 1 1
4 50 mL HCl 0,01 M 2 3

b. Tabel Hasil Volume Titrasi

N Larutan Titran Volume Volume Konsentrasi


O Larutan Larutan Larutan Yang
Yang Titran Dititran
Dititrasi
1 NaOH 0,1 M 10 mL HCL 7,2 mL 0,072 M
2 NaOH 0,1 M 10 mL HCL 2,25 mL 0,0225 M

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi

2. Perhitungan pH
a. Larutan NaOH 0,1 M
Dik :[OH-]=0,1 M=1x10-1
V NaOH =50 ml…..
Dit :pH…..?
Penyelesaian :
pOH = -log [OH-]
=
-log [1x10-1]
=1-log 1
=1

pH = pKw-pOH
=14-1
=13

b. Larutan NaOH 0,01 M


Dik :[OH-]=0,01 M=1x102
V NaOH =50 ml…..
Dit :pH…..?
Penyelesaian :
pOH = -log [OH-]
=-log [1x102]
=2-log 1
=2

pH = pKw-pOH
=14-2
=12

c. Larutan HCl 0,1 M


Dik :[H|+]=0,1 M=1x10-1]
V HCl =50 ml..
Dit :pH…..?
Penyelesaian :
pH = -log [H+]
=-log
[1x10-1]
=1-log 1
=1

d. Larutan HCl 0,01 M


Dik :[H+]=0,01=1x10-2
V HCl =50 ml…..
Dit :pH…..?
Penyelesaian :
pH = -log [H+]
=-log [1x10-2]
=2 –log 1
=2

3. Perhitungan konsentrasi
a. Percobaan I
Dik :V NaOH=7,2 ml
M NaOH=0,1 M
Valensi NaOH=1
V HCl=10 ml
Valensi HCl=1…
Dit : M HCl…?
Penyelesaian :
(M×V)NaOH = (M×V)HCl
M NaOHxValensi NaOHxV NaOH=M HclxValensi HClxV HCl
0,1x1x7,2=M HClx1x10
M HCl =0,1x1x7,2
1x10
M HCl =0,072 M
b. Percobaan II
Dik :V NaOH=2,25 ml
M NaOH=0,1 M
Valensi NaOH=1
V HCl=10 ml
Valensi HCl=1…
Dit : M HCl..?
Penyelesaian :
(M×V)NaOH = (M×V)HCl
M NaOHxValensi NaOHxV NaOH=M HclxValensi HClx V HCl
0,1x1x2,25=M HClx1x10
M HCl =0,1x1x2,25
1x10
M HCl =0,0225 M

G. PEMBAHASAN

Larutan merupakan suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit yang ada di dalam larutan itu solute atau
terlarut, sedangkan zat yang memiliki jumlah zat yang lebih banyak
dibandingkan dengan zat-zat lain dalam larutan disebut solven atau pelarut.

Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan pH kurang dari 7, sedangkan basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan pH
lebih besar dari 7.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada penentuan asam dan basa


berdasarkan pH larutan. Pada percobaan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 50 ml,
ketika diukur menggunakan pH stick menghasilkan pH 14, yakni larutan
tersebut bersifat basa kuat. Sedangkan pada percobaan larutan HCl 0,01 M
sebanyak 50 ml, ketika diukur menggunakan pH stick menghasilkan 3 pH,
yakni larutan tersebut bersifat asam kuat. Dan pada percobaan larutan HCl 0,1
M ketika diukur menggunakan pH stick menghasilkan pH 1, yakni larutan
tersebut bersifat asam. Sehingga dapat dilihat bahwa pH larutan dipengaruhi
oleh ion H+ maupun ion H- dalam larutan tersebut. Dimana semakin besar
konsentrasi H+ dalam suatu larutan, maka semakin tingkat keasaman larutan
tersebut. Karena konsentrasi H+ maupun ion H- dalam larutan dipengaruhi oleh
salah satunya kemolaran larutan tersebut, maka konsentrasinya dipengaruhi
oleh Mol zat terlarut dan volume larutannya. Jika ingin menambah atau
memperkuat sifat asam suatu larutan, maka dapat dilakukan dengan
memperbesar konsentrasi H+ melalui penambahan zat terlarut. Semakin besar
nilai kemolaran larutan asam atau basa, semakin besar konsentrasi H+. Semakin
besar konsentrasi ion H+ semakin kecil pH larutan, yang berarti larutan tersebut
semakin asam. Sebaliknya, jika ingin memperlemah sifat asam suatu larutan,
maka dapat memperkecil konsentrasi ion H+dengan memperkecil kemolaran
larutan. 

Kemudian pada percobaan penentuan konsentrasi asam basa


menggunakan metode titrasi yaitu digunakan NaOH 0,1 m untuk mentitrasi
larutan HCl sebanyak 10 mL yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
dari larutan HCl tersebut pada saat proses titrasi digunakan penambahan
indikator PP sebanyak 3-4 tetes guna menambah yang inkantor PP yaitu untuk
yang bersifat asam atau HCl dititrasi dengan larutan bersifat basa NaOH yang
konsentrasinya sudah diketahui dan apabila larutan asam dan basa tersebut
direaksikan, apakah terjadi reaksi penetralan yang menghasilkan suatu garam
dan air pada pH netral hasil akhir yang didapatkan pada titrasi tersebut adalah
pada percobaan pertama volume yang dihasilkan 7,2 sedangkan pada
percobaan ke-2 volume yang dihasilkan 2,25. Adapun alasan perbedaan hasil
pH teoritis dan praktikum yaitu karena dalam kenyataan tidak ada bahan kimia
atau reagen 100% pure. Padahal pada saat kita menghitung pH teoritis, kita
beramsumsi reagen % pure. Belum lagi apabila ada intervensi alat. Jika kita
menggunakan alat pH meter baik yang analog atau (kertas lakmus) atau yang
digital, sehingga hasil dari pengukuran pH tidak akan pernah sama persis
antara pH teoritis dengan pH praktis di laboratorium. Titik akhir adalah dimana
titrasi selesai, yang ditentukan dengan indicator idealnya indikator akan
berubah warna pada saat titik ekuivalensi, dimana volume dari peniter uang
ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang
dititrasi dalam titrasi asam basa kuat jika akhir dari titrasi adalah titik pada saat
pH reaktan hamper mencapai 7 dan biasanya ketika larutan berubah warna
menjadi merah muda (pink) karena adanya indikator pH fenolflatein. Selain
titrasi asam basa terdapat pula jenis titrasi lainnya.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Larutan yang bersifat basa memiliki pH >7 dan larutan yang bersifat asam
memiliki pH < 7 sehingga pada percobaan yang telah dilakukan
membuktikan bahwa larutan NaOH adalah larutan yang bersifat basa dan
larutan HCl bersifat asam.

b. Percobaan titrasi pada praktikum ini membuktikan bahwa titrasi asam


basa, memiliki prinsip yaitu zat yang bersifat asam akan dititrasi dengan
larutan basa yang telah diketahui kadarnya, sehingga jika suatu senyawa
asam dan basa diekrosikan maka akan terjadi reaksi penetralan, yang
dimana hasil akhir dalam perhitungan nitrasi kita adalah sebesar 0,0225 M.
DAFTAR PUSTAKA

Myers, R., 2003, The Basic Of Chemistry, California, Greenwood Press. Pant, P.,
2014, Basic Chemistry Concepts, Texas, Rice University.
Singh, S. K., 2012, Stoichiometry, Texas, Rice University. Sudaryat, Y., 2016,
Kimia Dasar, Jakarta, Pusdik SDM Kesehatan.
Yazid, E. A. dan M. M. Munir, 2018, Potensi Antosianin Dari Ekstrak Bunga
Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Sebagai Alternatif Indikator Titrasi Asam
Basa, Jurnal Sains,Vol. 8, pp. 1-7
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai