DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10
22
ACARA II
PENENTUAN KADAR NaOH DAN Na2CO3 DALAM SAMPEL
(TITRASI ASAM BASA)
ACARA II
PENENTUAN KADAR NaOH DAN Na2CO3 DALAM
SAMPEL (TITRASI ASAM BASA)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Dapat membuat larutan HCl 0,1 N.
b. Dapat melakukan standarisasi larutan HCl dengan Natrium
Tetraborat.
c. Dapat menentukan kadar NaOH dan Na 2CO3 dalam sampel dengan
titrasi.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 04 Desember 2020
3. Tempat Praktikum
Lantai I, Laboratorium Kimia Organik, Gedung C, Fakultas
Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Stoikiometri larutan merupakan perhitungan kimia untuk rekasi
yang berlangsung dalam larutan. Stoikiometri larutan terkait dengan
konsep kemolaran. Kemolaran dalam larutan didefinisikan sebagai
banyaknya jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Titrasi asam
basa dilakukan dengan meneteskan larutan standar asam/basa yang
kosentrasinya sudah diketahui kedalam asam basa yang kosentrasinya
akan dicari sampai terjadi titik ekivalen. Alat yang digunakan untuk
melakukan titrasi asam basa dinamakan buret. Titrasi asam kuat basa kuat
akan bereksi membentuk garam dan molekul air yang bersifat netral
23
dengan pH 7. Titrasi basa lemah dengan basa kuat, basa lemah harus
dititrasi dengan asam kuat. Kurva yang dihasilkan merupakan kebalikan
dari titrasi asam lemah dengan basa kuat. PH yang trjadi pada titrasi ini
adalah <7. Titrasi jenis ini cocok menggunakan indicator metil
dibandingkan indicator fenolftalein (Chang, 2004).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir titrasi yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator, bila pH pada
titik ekuivalen antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam
pada titrasi asam lemah dan basa lemah. Jika penitrasi adalah asam atau
basa kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih dari 10 4.
Selama titrasi asam basa pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
drastis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen (Khopkar, 2003: 41).
Indikator pembanding metil orange (MO) memiliki jangkauan pH
3,1-4,4. Indikator metil orange banyak digunakan dalam titrasi asam kuat-
basa lemah. Indikator metil orange (MO) merupakan basa lemah yang
berwana kuning. Jika indikaor metil orange ini dititrasi dengan basa kuat,
dapat menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi jingga dalam
suasana asam. (Yazid, 2018).
Indikator digunakan untuk menentukan titik ekivalen dalam titrasi
asam basa (titrasi netralisasi). Indikator dapat menunjukkan perubahan
warna yang berhubungan dengan pH. Indikator yang biasanya digunakan
dalam titrasi netralisasi adalah bahan kimia sintetis. Kimia sintetsis ini
berbahaya bagi tubuh manusia. Netralisasi biasanya dilakukan dengan
melakukan berbagai jenis titrasi seperti titrasi netralisasi basa kuat
melawan asam kuat, asam kuat melawan basa lemah, basa lemah melawan
asam kuat dan asam lemah melawan basa lemah (Abbas, 2018).
Senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator titrasi
asam-basa adalah senyawa organik yang dapat berubah warna dengan
berubahnya pH. Senyawa ini paling sering dijumpai sebagai indikator titik
akhir titrasi. Dua indikator yang khas yaitu metil orange dan fenolftalein.
Metil orange berwarna merah dalam larutan asam dengan pH kurang dari
24
3,1 dan dalam larutan basa berwarna kuning dengan pH di atas 4,4. Metil
orange dalam larutan asam terdapat sebagai hibrida resonansi dari azo
terprotonkan (Rahmawati, 2017).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Praktikum
a. Batang penganduk
b. Buret 50 mL
c. Corong kaca
d. Erlenmeyer 100 mL
e. Erlenmeyer 250 mL
f. Gelas arloji
g. Gelas kimia 100 mL
h. Gelas kimia 250 mL
i. Klem
j. Labu ukur 50 mL
k. Pipet tetes
l. Rubber bulb
m. Statif
n. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Larutan asam klorida pekat (HCl) pekat 0,1 N
c. Larutan indikator fenolftalein (C20H14O4)
d. Larutan indikator metil orange (C14H14N3NaO3S)
e. Larutan sampel (NaOH dan Na2CO3)
f. Padatan natrium tetraborat (Na2B4O7∙10 H2O)
25
D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N dan HCl pekat
1 mLHCl pekat
Dimasukkan ke dalam labu ukur
+ aquades sampai batas labu ukur 100 mL
Hasil
Hasil
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
+ 2 tetes indikator metil orange
Hasil
Dititrasi dengan HCl standar
Hasil
Hasil
Dititrasi dengan HCl (standarisasi) sampai
warna merah hampir hilang
Hasil
+ 2 tetes indikator MO (metil orange)
Dititrasi kembali dengan HCl (standarisasi) sampai
warna orange kemerahan
Hasil
26
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan Perubahan Warna
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
27
menjadi berwarna orange bening.
Dititrasi kembali hingga Setelah dititrasi, warna larutan menjadi
warnanya lebih pekat. lebih pekat.
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
2. Perhitungan
a. Pembuatan 100 mL HCl 0,1 N
Diketahui: Mr HCl = 36,5 gr/mol
V HCl = 100 mL
% HCl = 32,5 % = 0,325
P HCl = 1190 gr/mL
28
N HCl = 0,1 N
Ditanya : V HCl pekat ?
Penyelesaian :
L×K
N=
Mr
0,325 ×1 ,19 gr
¿ ¿ 0,010595
36 ,5 ml
gr
¿ 10,595
l
Ditanya : N HCl ?
Penyelesaian :
Mr Na2 B 4 O 7 .10 H 2 O
BE Na2 B 4 O7 .10 H 2 O=
valensi Na 2 B 4 O 7 .10 H 2 O
382
¿
2
gram
¿ 191
mol
29
mg Na2 B 4 O7 .10 H 2 O
N Na2 B4 O7 .10 H 2 O=
BE Na2 B4 O7 .10 H 2 O ×V Na2 B4 O7 .10 H 2 O
400
¿
191×50
= 0,0419 N
Penyelesaian :
mek NaOH=mek HCl
( mg
BE )
NaOH =( N ×V ) HCl
Mr NaOH
mg NaOH=N HCl ×V HCl ( a−b ) ×
valensi NaOH
40
¿ 0,0903 ×23 , 2 ( 7 , 5−3 , 5 ) ×
1
30
¿ 335 , 19 mg
( mg
BE )
=( N ×V ) HCL
Mr Na2 C O3
mg Na2 C O3=N HCl ×VHCl ( 2 b ) ×
Valensi Na2 C O3
106
¿ 0,0903 ×23 , 2 ( 2× 3 ,5 ) ×
2
¿ 777,2310 mg
Kadar NaOH
mg NaOH
Kadar NaOH = x 100%
mg NaOH + mg Na 2CO 3
335 , 19
= x 100%
335 ,19+777,2310 mg
335 , 19
= x 100%
1112.421
= 30,131 %
Kadar Na2CO3
mg Na2 CO 3
Kadar Na2CO3 = x 100%
mg Na 2CO 3+mg NaOH
777,2310 mg
= x 100%
777,2310 mg+ 335 ,19 mg
777,2310
= x 100%
1112,421
= 69.868 %
31
G. PEMBAHASAN
32
(PP) dan Methyl Orange (MO), dimana Na2CO3 bereaksi dengan HCl
dalam 2 tahap yaitu titrasi sampel pertama kali digunakan indicator PP
yang mempunyai rentang pH 8,3 – 10. Larutan setelah dititrasi
menghasilkan warna pink. Ini menandakan telah tercapai titik akhir titrasi.
Na2CO3 yang belum bereaksi dideteksi dengan titrasi selanjutnya dimana
pada titrasi selanjutnya yang digunakan sebagai indicator adalah
methylorange yang titik ekivalen titrasinya terletak pada rentang pH
perubahan warna dari indicatormethylorange, karena penggunaan
indicatorpp tidak akan memberikan perubahan warna sekalipundilakukan
dengan titrasi volume HCl yang tidak melebihi titik ekivalen titrasi.
Penambahan HCl berlanjut menyebabkan NaHCO3 bereaksi dengan
H2CO3 yang merupakan asam hipotesis yang tidak stabil dan akan segera
terurai mejadi CO2 dan H2O ( Ibnu, 2005 ).
Dengan tercapinya titik ekivalen titrasi yaitu pada saat Na2CO3 telah
habis bereaksi dengan HCl maka titrasi dapat dihentikan. Dari hasil
perhitungan pada analisa data didapatkan kadar NaOH sebesar 30,131% ,
sedangkan kadar Na2CO3 sebesar 69,868 %.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Untuk membuat larutan HCl 0,1 N dapat dilakukan dengan
mengencerkan HCl pekat hingga menjadi 100 ml. Berdasarkan
perhitungan volume HCl pekat yang digunakan sebanyak 0,9438 ml.
2. Standarisasi larutan HCl dengan natrium tetraborat dilakukan dengan
cara menitrasi larutan natrium tetraborat dengan HCl. Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan didapat normalitas HCl sebesar
0,0903 N dengan volume HCl sebanyak 23,2 ml.
3. Dalam menentukan kadar NaOH dan Na 2CO3 dalam sampel,
dilakukan dua kali titrasi dengan indikator yang berbeda. Didapatkan
kadar NaOH sebesar 30,131% dan kadar Na2CO3 sebesar 69,868 %.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. K., Preeja, G.P., & Pavithra.P.I. 2018. A study on acid-base
indicator property of flowers of impatiens balsamina. The
pharmaceutical and chemical journal, 5(5), 88-92.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Jilid 2.
Erlangga : Jakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Rahmawati, R., Nuryanti, S., & Ratman, R. 2017. Indikator Asam-Basa dari
Bunga Dadap Merah Erythrina crista-gallil. Jurnal Akademika
Kimia, 5(1), 29-36.
Yazid, E. A., & Munir, M. M. 2018. Potensi antosianin dari ekstrak bunga rosella
hibiscus sabdariffal. Sebagai alternative indikator titrasi asam basa. Jurnal
sains, 8(15), 1-7.
34