Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK


ACARA II
PENENTUAN KADAR NAOH DAN NA2CO3 DALAM
SAMPEL ( TITRASI ASAM BASA )

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10

1. SHANDY JULIUS ( J1A019102 )


2. SHILDA HAURA FIRDAUSY ( J1A019104 )
3. SUMITA NURSARI ( J1A019110 )
4. VERAWATI ( J1A019112 )
5. VIEDYA YADA VARIZA ( J1A019114 )
6. WAFIYAH ( J1A019116 )
7. YULIA ANGGRAINI ( J1A019118 )
8. YURICO PRASTICA OKTAVIA B. ( J1A019120 )
9. ZAKIYA KHAERUNNISA’ ( J1A019122 )

PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2020

22
ACARA II
PENENTUAN KADAR NaOH DAN Na2CO3 DALAM SAMPEL
(TITRASI ASAM BASA)

ACARA II
PENENTUAN KADAR NaOH DAN Na2CO3 DALAM
SAMPEL (TITRASI ASAM BASA)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Dapat membuat larutan HCl 0,1 N.
b. Dapat melakukan standarisasi larutan HCl dengan Natrium
Tetraborat.
c. Dapat menentukan kadar NaOH dan Na 2CO3 dalam sampel dengan
titrasi.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 04 Desember 2020
3. Tempat Praktikum
Lantai I, Laboratorium Kimia Organik, Gedung C, Fakultas
Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Stoikiometri larutan merupakan perhitungan kimia untuk rekasi
yang berlangsung dalam larutan. Stoikiometri larutan terkait dengan
konsep kemolaran. Kemolaran dalam larutan didefinisikan sebagai
banyaknya jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Titrasi asam
basa dilakukan dengan meneteskan larutan standar asam/basa yang
kosentrasinya sudah diketahui kedalam asam basa yang kosentrasinya
akan dicari sampai terjadi titik ekivalen. Alat yang digunakan untuk
melakukan titrasi asam basa dinamakan buret. Titrasi asam kuat basa kuat
akan bereksi membentuk garam dan molekul air yang bersifat netral

23
dengan pH 7. Titrasi basa lemah dengan basa kuat, basa lemah harus
dititrasi dengan asam kuat. Kurva yang dihasilkan merupakan kebalikan
dari titrasi asam lemah dengan basa kuat. PH yang trjadi pada titrasi ini
adalah <7. Titrasi jenis ini cocok menggunakan indicator metil
dibandingkan indicator fenolftalein (Chang, 2004).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir titrasi yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator, bila pH pada
titik ekuivalen antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam
pada titrasi asam lemah dan basa lemah. Jika penitrasi adalah asam atau
basa kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih dari 10 4.
Selama titrasi asam basa pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
drastis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen (Khopkar, 2003: 41).
Indikator pembanding metil orange (MO) memiliki jangkauan pH
3,1-4,4. Indikator metil orange banyak digunakan dalam titrasi asam kuat-
basa lemah. Indikator metil orange (MO) merupakan basa lemah yang
berwana kuning. Jika indikaor metil orange ini dititrasi dengan basa kuat,
dapat menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi jingga dalam
suasana asam. (Yazid, 2018).
Indikator digunakan untuk menentukan titik ekivalen dalam titrasi
asam basa (titrasi netralisasi). Indikator dapat menunjukkan perubahan
warna yang berhubungan dengan pH. Indikator yang biasanya digunakan
dalam titrasi netralisasi adalah bahan kimia sintetis. Kimia sintetsis ini
berbahaya bagi tubuh manusia. Netralisasi biasanya dilakukan dengan
melakukan berbagai jenis titrasi seperti titrasi netralisasi basa kuat
melawan asam kuat, asam kuat melawan basa lemah, basa lemah melawan
asam kuat dan asam lemah melawan basa lemah (Abbas, 2018).
Senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator titrasi
asam-basa adalah senyawa organik yang dapat berubah warna dengan
berubahnya pH. Senyawa ini paling sering dijumpai sebagai indikator titik
akhir titrasi. Dua indikator yang khas yaitu metil orange dan fenolftalein.
Metil orange berwarna merah dalam larutan asam dengan pH kurang dari

24
3,1 dan dalam larutan basa berwarna kuning dengan pH di atas 4,4. Metil
orange dalam larutan asam terdapat sebagai hibrida resonansi dari azo
terprotonkan (Rahmawati, 2017).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Praktikum
a. Batang penganduk
b. Buret 50 mL
c. Corong kaca
d. Erlenmeyer 100 mL
e. Erlenmeyer 250 mL
f. Gelas arloji
g. Gelas kimia 100 mL
h. Gelas kimia 250 mL
i. Klem
j. Labu ukur 50 mL
k. Pipet tetes
l. Rubber bulb
m. Statif
n. Timbangan analitik

2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Larutan asam klorida pekat (HCl) pekat 0,1 N
c. Larutan indikator fenolftalein (C20H14O4)
d. Larutan indikator metil orange (C14H14N3NaO3S)
e. Larutan sampel (NaOH dan Na2CO3)
f. Padatan natrium tetraborat (Na2B4O7∙10 H2O)

25
D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N dan HCl pekat
1 mLHCl pekat
 Dimasukkan ke dalam labu ukur
 + aquades sampai batas labu ukur 100 mL

Hasil

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan Na2B4O7.10H2O


0,4 gram Na2B4O7.10H2O
 Dimasukkan ke dalam gelas kimia
 Dilarutkan dengan aquades sampai larut
 Diencerkan dengan labu ukur sampai 50 mL

Hasil
 Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
 + 2 tetes indikator metil orange

Hasil
 Dititrasi dengan HCl standar

Hasil

3. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel


25 mL larutan sampel (NaOH + Na2CO3)
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
+ 2 tetes indikator PP

Hasil
Dititrasi dengan HCl (standarisasi) sampai
warna merah hampir hilang

Hasil
 + 2 tetes indikator MO (metil orange)
 Dititrasi kembali dengan HCl (standarisasi) sampai
warna orange kemerahan
Hasil

26
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan Perubahan Warna
No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Pembuatan HCl 0,1 N dari HCl


pekat.
 HCl pekat diencerkan dengan  Warna awal HCl pekat = bening,
aquades dalam labu ukur 100 setelah diencerkan tetap bening.
mL.
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N
dengan Na2B4O7. 10H2O
 0,4 gram Na2B4O7. 10H2O  Warna awal Na2B4O7. 10H2O =
dilarutkan hingga 50 ml padatan putih, setelah dilarutkan,
dengan aquades padatan larut, larutan bening
 + 2 tetes Indicator MO  Larutan yang awalnya bening, setelah
ditambahkan indikator MO menjadi
orange bening.
 Dititrasi dengan larutan HCl  Larutan menjadi berwarna orange agak
0,1 N pekat setelah dititrasi.

3. Penentuan kadar NaOH dan
Na2CO3 dalam sampel
 25 mL larutan sampel + 2 tetes
 Warna awal larutan sampel = bening,
indikator PP
setelah ditambahkan indikator warna
larutan berubahmenjadi pink.
 Dititrasi dengan HCl
 Setelah dititrasi warna merah pada
larutan kemudian menghilang,
sehingga warna larutan memudar
hampir bening.
 Setelah ditambah indikator MO larutan
 + 2 tetes indikator MO

27
menjadi berwarna orange bening.
 Dititrasi kembali hingga  Setelah dititrasi, warna larutan menjadi
warnanya lebih pekat. lebih pekat.

2. Tabel Volume Titrasi


No Percobaan Hasil Pengamatan
.

1. Standarisasi larutan HCl 0,1 N V = 23,2 ml


dengan Na2B4O7. 10H2O

2. Penentuan kadar NaOH dan V1 = 7,5 ml


Na2CO3 dalam sampel
V2 = 3,5 ml

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi

a. HCl pekat(aq) + H2O(l) HCl encer(aq) + H2O(l)

b. Na2B4O7.10H2O(s) + H2O(l) Na2B4O7.11H2O(aq)

c. Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) H2B4O7.10H2O(aq) + 2NaCl(aq)

d. NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

e. Na2CO3(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + NaHCO3(aq)

f. NaHCO3(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2CO3(aq)

2. Perhitungan
a. Pembuatan 100 mL HCl 0,1 N
Diketahui: Mr HCl = 36,5 gr/mol
V HCl = 100 mL
% HCl = 32,5 % = 0,325
P HCl = 1190 gr/mL

28
N HCl = 0,1 N
Ditanya : V HCl pekat ?
Penyelesaian :
L×K
N=
Mr
0,325 ×1 ,19 gr
¿ ¿ 0,010595
36 ,5 ml
gr
¿ 10,595
l

V HCl pekat × N HCl pekat =V HCl × N HCl


V HCl pekat ×10,595=100 ×0 , 1
100 × 0 ,1
V HCl pekat =
10,595
¿ 0,9438 mL

b. Normalitas HCl Standar


Diketahui: Massa Na2B4O7.10H2O = 0,4 gr
= 400 mg
Mr Na2B4O7.10H2O = 382 gr/mol
Valensi Na2B4O7.10H2O =2
Volume Na2B4O7.10H2O = 50 mL
V HCl = 23,2 mL

Ditanya : N HCl ?
Penyelesaian :
Mr Na2 B 4 O 7 .10 H 2 O
BE Na2 B 4 O7 .10 H 2 O=
valensi Na 2 B 4 O 7 .10 H 2 O
382
¿
2
gram
¿ 191
mol

29
mg Na2 B 4 O7 .10 H 2 O
N Na2 B4 O7 .10 H 2 O=
BE Na2 B4 O7 .10 H 2 O ×V Na2 B4 O7 .10 H 2 O
400
¿
191×50
= 0,0419 N

mek Na2 B 4 O7 .10 H 2 O=mek HCl


( N ×V ) Na2 B4 O7 .10 H 2 O=( N ×V ) HCl
( N ×V ) Na2 B 4 O7 .10 H 2 O
N HCl=
V HCl
0,0419 ×50
¿
23 , 2
= 0,0903 N

c. Penentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel


Diketahui : Mr NaOH = 40 gr/mol
Valensi NaOH =1
Mr Na2CO3 = 106 gr/mol
Valensi Na2CO3 =2
N HCl = 0,0903 N
Va = 7,5 ml
Vb = 3,5 ml

Ditanya : Kadar NaOH dan Na2CO3 ?

Penyelesaian :
mek NaOH=mek HCl

( mg
BE )
NaOH =( N ×V ) HCl

Mr NaOH
mg NaOH=N HCl ×V HCl ( a−b ) ×
valensi NaOH
40
¿ 0,0903 ×23 , 2 ( 7 , 5−3 , 5 ) ×
1
30
¿ 335 , 19 mg

mek Na2 C O3=mek HCL

( mg
BE )
=( N ×V ) HCL

Mr Na2 C O3
mg Na2 C O3=N HCl ×VHCl ( 2 b ) ×
Valensi Na2 C O3
106
¿ 0,0903 ×23 , 2 ( 2× 3 ,5 ) ×
2
¿ 777,2310 mg
 Kadar NaOH
mg NaOH
Kadar NaOH = x 100%
mg NaOH + mg Na 2CO 3

335 , 19
= x 100%
335 ,19+777,2310 mg
335 , 19
= x 100%
1112.421
= 30,131 %
 Kadar Na2CO3
mg Na2 CO 3
Kadar Na2CO3 = x 100%
mg Na 2CO 3+mg NaOH

777,2310 mg
= x 100%
777,2310 mg+ 335 ,19 mg
777,2310
= x 100%
1112,421
= 69.868 %

31
G. PEMBAHASAN

Titrasi asam dan basa merupakan teknik yang banyak digunakan


untuk mentapkansecara tepat konsentrasi asam dan basa suatu larutan.
Untuk titrasi asam basa biasanya dipersiapkan larutan asam – basa dari
konsentrasi yang diinginkan dan kemudian mensrtandarisasikan salah
satunya dengan sebuah standar primer.
Praktikum kali ini bertujuan agar dapat membuat larutan HCl 0,1 N, dapat
melakukan standarisasi larutan HCl dengan natrium tetraborat serta dapat
menentukan kadar NaOH dan Na 2CO3 dalam sampel. Pada percobaan ini
larutan HCl 0,1 N tidak dilakukan karena larutan HCl 0,1 N sudah
tersedia. Pada praktikum kali ini digunakan larutan HCl yang
distandarisasi sehingga larutan HCl disebut larutan standar sekunder
dengan larutan standar primer Na2B4O7. Hali ini dikarenakan larutan asam
lebih mudah dipertahankan maka larutan asam dipilih sebagai standar
untuk suatu basa. Walaupun HCl tidak memenuhi syarat – syarat
pemilihan larutan standar yang baik untuk titrasi, tetapi HCl tidak
menyebabkan masalah dalam kebanyakan penerapan titrasi asam basa.
Dalam titrasi asam basa digunakan indicator untuk mengetahui titik
akhir titrasi suatu larutan, karena pada saat titik akhir titrasi, indicator yang
digunakan akan mengalami perubahan warna. Untuk menstandarisasi
larutan HCl digunakan indicatorMethylOrange. Hal ini didasarkan pada
pemikiran titik ekivalen titrasi berada pada rentang pH 3,1 – 4,4. Methyl
Orange merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekulnya.
Namun titik akhir titrasi diperoleh pada saat larutan berubah warna
menjadi orange pekat. Dari hasil titrasi diperoleh volume HCl yang
digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi adalah 23,2 mL sehingga dari
hasil perhitungan pada analisis data dapat diperoleh hasil normalitas HCl
yaitu sebesar 0,0903 N.
Untuk menentukan kadar NaOH dan kadar Na2CO3 dalam larutan sampel
dapat dilakukan dengan titrasi yang menggunakan indicator fenolftalein

32
(PP) dan Methyl Orange (MO), dimana Na2CO3 bereaksi dengan HCl
dalam 2 tahap yaitu titrasi sampel pertama kali digunakan indicator PP
yang mempunyai rentang pH 8,3 – 10. Larutan setelah dititrasi
menghasilkan warna pink. Ini menandakan telah tercapai titik akhir titrasi.
Na2CO3 yang belum bereaksi dideteksi dengan titrasi selanjutnya dimana
pada titrasi selanjutnya yang digunakan sebagai indicator adalah
methylorange yang titik ekivalen titrasinya terletak pada rentang pH
perubahan warna dari indicatormethylorange, karena penggunaan
indicatorpp tidak akan memberikan perubahan warna sekalipundilakukan
dengan titrasi volume HCl yang tidak melebihi titik ekivalen titrasi.
Penambahan HCl berlanjut menyebabkan NaHCO3 bereaksi dengan
H2CO3 yang merupakan asam hipotesis yang tidak stabil dan akan segera
terurai mejadi CO2 dan H2O ( Ibnu, 2005 ).
Dengan tercapinya titik ekivalen titrasi yaitu pada saat Na2CO3 telah
habis bereaksi dengan HCl maka titrasi dapat dihentikan. Dari hasil
perhitungan pada analisa data didapatkan kadar NaOH sebesar 30,131% ,
sedangkan kadar Na2CO3 sebesar 69,868 %.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Untuk membuat larutan HCl 0,1 N dapat dilakukan dengan
mengencerkan HCl pekat hingga menjadi 100 ml. Berdasarkan
perhitungan volume HCl pekat yang digunakan sebanyak 0,9438 ml.
2. Standarisasi larutan HCl dengan natrium tetraborat dilakukan dengan
cara menitrasi larutan natrium tetraborat dengan HCl. Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan didapat normalitas HCl sebesar
0,0903 N dengan volume HCl sebanyak 23,2 ml.
3. Dalam menentukan kadar NaOH dan Na 2CO3 dalam sampel,
dilakukan dua kali titrasi dengan indikator yang berbeda. Didapatkan
kadar NaOH sebesar 30,131% dan kadar Na2CO3 sebesar 69,868 %.

33
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. K., Preeja, G.P., & Pavithra.P.I. 2018. A study on acid-base
indicator property of flowers of impatiens balsamina. The
pharmaceutical and chemical journal, 5(5), 88-92.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Jilid 2.
Erlangga : Jakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Rahmawati, R., Nuryanti, S., & Ratman, R. 2017. Indikator Asam-Basa dari
Bunga Dadap Merah Erythrina crista-gallil. Jurnal Akademika
Kimia, 5(1), 29-36.
Yazid, E. A., & Munir, M. M. 2018. Potensi antosianin dari ekstrak bunga rosella
hibiscus sabdariffal. Sebagai alternative indikator titrasi asam basa. Jurnal
sains, 8(15), 1-7.

34

Anda mungkin juga menyukai