LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
TITRASI ASAM BASA
Oleh Kelompok: 6
1. Jesicha Dwi Fitria (210332626433)
2. Kelvin Wijayanti (210332626520)
3. M. Syaifudin Rizky S. (210332626431)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
1. Tujuan
1. Melakukan standarisasi larutan asam atau basa,
2. Menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda perdagangan,
3. Menentukan kadar amonium dalam suatu garam ammonium,
4. Menentukan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan.
2. Dasar Teori
Pada asam dan basa dapat kita definisikan berdasarkan sifat bila ada dalam larutan.
Asam secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air,
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif, suatu zat yang
larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif dan dapat
menetralkan basa. Sedangkan basa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat yang
bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH -sebagai ion
negative, zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan kertas lakmus merah,
menetralkan asam.
Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia
dan bidang-bidang lain seperti biologi, pertanian, dan kedokteran. Pengertian asidimetri dan
alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam basa. Titrasi yang menyangkut
asam basa sering disebut asidimetri dan alkalimetri. Titrasi asam basa digunakan secara
meluas untuk analisis kimia, dimana penentuan dilakukan dengan jalan pengukuran volume
larutan yang diketahui konsentrasinya. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut
larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar
primer dan larutan standar sekunder.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi
diketahui dari massa - volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood,
1999).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder
ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John Kenkel,
2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran
dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul)
yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah
titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot
tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak
diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik
akhir titrasi tidak tepat sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%),
disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi dgn analit,
atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan
blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi
kecuali analit.Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen
biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan
hubungan antara –log [H+ ] atau –log [X- ] atau –log [Ag+ ] atau E
(volt) terhadap volum (W. Haryadi, 1990).
Larutan HCl
-HCl tidak
berwarna.
- Diisi buret dengan larutan HCl
(ujung buret harus terisi penuh dan
tidak boleh ada gelembung udara). -Natrium tetraborat
- Diammbil 10 mL larutan natrium tidak berwarna.
Larutan NaOH
-NaOH tidak
berwarna.
Larutan Cuka
-Larutan cuka tidak
berwarna.
Sehingga, dapat diketahui larutan natrium tetraborat yang telah disediakan memiliki
nilai normalitas sebesar 0,01 N. Setelah diketahui nilai normalitas dari natrium
tetraborat selanjutnya dilakukan penentuan nilai dari HCl dalam standarisasi larutan
baku HCl.
1 10,8
2 10,7
3 10,5
N HCl 0,1
M HCl = = =0,1 M
Valensi 1
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi HCl sebesar 0,1 M. Setelah diketahui
konsentrasi HCl dapat dilakukan standarisasi NaOH dan percobaan yang lainnya.
1 5,5
2 5,2
3 5
1 3,2
2 3,2
3 3,1
Vtotal
1L 0,1 mol ek 1 1000 mL 106 gr
Massa N a 2 CO 3=6,334 mL × × × × ×
1000 mL 1L 10 mL 1L 1mol ek
gram
Massa N a 2 CO 3=6,71
L
g
0,83
L
● Kadar NaOH = ×100 %=11 %
g
(0,83+6,31)
L
g
6,71
L
● Kadar N a 2 CO3 = ×100 %=89 %
g
(0,83+6,71)
L
● Konsentrasi NaOH
Mol NaOH=M HCl × V HCl dengan NaOH
Mol NaOH=0,1 M × 2,066 mL=0,21 mmol
2,066 mL
%Volume NaOH = ×100 %=24,6 %
2,066 mL+6,334 mL
Volume NaOH dalam sampel=24,6 % ×10 mL=2,46 mL
0,21mmol
M NaOH = =0,085 M
2,46 mL
● Konsentrasi Na2CO3
Mol N a2 CO 3=M HCl ×V HCl dengan N a CO
2 3
6,334 mL
%Volume N a 2 CO 3= ×100 %=75,4 %
2,066 mL+6,334 mL
Volume N a2 CO3 dalam sampel=75,4 % ×10 mL=7,54 mL
0,63 mmol
M N a 2 CO 3= =0,084 M
7,54 mL
1 3,2
2 3,2
3 3,1
Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kadar dan persen kesalahan dari larutan
garam amonium. Penentuan kadar dan persen kesalahan dari larutan garam amonium
dapat dilakukan dengan menghitung volume rata-rata volume HCl yang diperlukan
terlebih dahulu. Perhitungan dapat dijabarkan sebagai berikut.
V 1 +V 2 +V 3 7,5 mL+7 mL+ 6,7 mL 21,2 mL
V HCl rata−rata = = = =7,067 mL
3 3 3
Setelah volume rata-rata telah diketahui, dilanjutkan dengan menghitung kadar
dan persen kesalahan dari larutan NH4Cl 0,1M. Konsentrasi HCl sebesar 0,1M,
volume awal larutan garam ammonium 10 mL, dan volume penambahan NaOH adalah
15 mL. Dengan menggunakan data-data tersebut dapat ditentukan kadar dan persen
kesalahan dari larutan NH4Cl sebagai berikut.
NHCl = MHCl = 0,1 N = 0,1 M
NNaOH = MNaOH = 0,1 N = 0,1 M
MrNaOH = 40 g/mol
MrNH4Cl = 53,5 g/mol
MrNH4+ = 18 g/mol
Va = 15 mL
Vb =7,067 mL
● Mmol NaOH = 0,1 M × 15 mL = 1,5 mmol
● Mmol HCl = 0,1 M × 7,067 mL = 0,7067 mmol
N H 4 C l (aq )+ NaOH ⟶ NH 4 OH (aq )+ NaC l (aq)
m x 1,5 - -
r -x -x x x
s - (1,5-x) x x
● Massa amonium= 4
×massa N H 4 Cl ¿
Mr N H 4 Cl
g
18
mol
Massa amonium= × 42,44 mg=14,28 mg
g
53,5
mol
massa amonium
● % kadar amonium= massa N H Cl
× 100 %
4
14,28 mg
% kadar amonium= ×100 %=33,65 %
42,44 mg
● % Kesalahan
n N H 4 4 Cl=M ×V
n N H 4 4 Cl=0,1 M × 10 mL=1mmol
massa=n × Mr
gram
massa=1mmol ×53,5 =53,5 mg
mol
|53,5−42,44|mg
%kesalahan=¿ 100% = 20%
53,5 mg
2. Percobaan Titrasi Alkalimetri
Pada percobaan titrasi alkalimetri ini terdapat dua jenis macam percobaan yaitu
standarisasi larutan baku NaOH dan penentuan kadar asam cuka dalam cuka
perdagangan.
Volume NaOH
10,3 mL 10,2 mL 10 mL
10,2 mL
Berdasarkan pada data pengamatan dapat diperoleh hasil konsentrasi NaOH yang
didapatkan:
Mencari Normalisasi:
Jadi molaritas yang dihasilkan oleh penambahan larutan baku NaOH dengan volume
yang digunakan yaitu volume rata-rata dari titrasi ke-1 hingga ke-3 adalah sebesar
0,098 M.
Berikut ini merupakan hasil dari volume NaOH yang ditambahkan ketika proses
titrasi:
Volume NaOH
5,2 mL 5 mL 5,3 mL
5,2 mL
M CH 3 COOH =0,052 M
Mencari % CH3COOH:
v × M × Mr × Fp
% CH 3 COOH = ×100 %
massa sampel
60 g
5,2 mL × 0,052 M × ×25
L
% CH 3 COOH = ×100 %
10 gram×1000
405,6
% CH 3 COOH = ×100 %
10000
% CH 3 COOH =4,056 %
Mencari % kesalahan:
v hasil perhitungan−v hasil percobaan
%kesalahan= ×100 %
v hasil perhitungan
( 10−5,2 ) mL
%kesalahan= ×100 %
10 mL
%kesalahan=48 %
Jadi molaritas CH 3 COOH yang dihasilkan dari percobaan di atas adalah sebesar 0,052
M, sedangkan kadar CH 3 COOH yang dihasilkan adalah sebesar 4,056 %.
6. Kesimpulan
Titrasi asam basa digunakan untuk analisis kimia dimana penentuan dilakukan dengan
jalan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya. Larutan yang diketahui
konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua
yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Titrasi alkalimetri adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Pada titrasi standarisasi larutan baku NaOH dengan digunakan larutan HCl yang
sebelumnya sudah distandarisasi. HCl yang digunakan tersebut bertindak sebagai titran dan
konsentrasi dari HCl sudah diketahui. Sedangakan untuk NaOH yang berada pada buret
bertindak sebagai analit yang akan dicari nilai dari konsentrasinya Dalam berubahnya warna
pada lautan juga dapat diartikan ketika ion basa kuat dari NaOH yang mengubah semua ion
asam kuat dari asam klorida atau HCl, maka indikator Pp yang telah tercampur pada larutan
HCl tersebut akan berubah warna menjadi merah muda. Hal tersebut dapat terjadi karena
pada proses titrasi antara ion basa kuat NaOH dengan ion HCl telah seimbang atau setara.
Pada penentuan kadar asam cuka ketika sebelum dilakukan proses tirasi oleh larutan standar
asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) yang sebagai larutan
standar tersebut akan menghasilkan garam yaitu CH3COONa yang berasal dari sisa asam
lemah dan basa kuat yang terhidrolisis.
Titrasi asidimetri merupakan metode titrasi yang menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan kadar kebasaan suatu zat (Simanjuntak, 2018). Pada percobaan ini
dilakukan untuk membuat larutan natrium tetraborat sehingga menghasilkan larutan
natrium tetraborat yang telah disediakan memiliki nilai normalitas sebesar 0,01 N.
Kemudian standarisasi HCl dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari HCl dan
didapatkan hasil konsentrasi HCl sebesar 0,1 M. Setelah diketahui konsentrasi HCl dapat
dilakukan standarisasi NaOH dan percobaan yang lainnya. Setelah itu menentukan kadar,
konsentrasi, persen kesalahan dari campuran antara NaOH dan Na2CO3.
2) Jelaskan syarat-syarat dari larutan baku sekunder, berikan contoh larutan yang termasuk
didalamnya!
Jawab:Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan
dengan cara pembakuan. Kedua larutan ini kemudian dapat digunakan untuk analisis
contoh-contoh dari asam basa. Karena larutan asam mudah disimpan dari pada larutan
basa, biasanya dipilih suatu asam sebagai suatu standar rujukan yang permanen
ketimbang suatu basa. Dalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan
standar hendaknya diperhatikan faktor-faktor berikut:
- Asam itu harus kuat, artinya sangat terdisosiasi
- Asam itu tidak boleh atsiri (mudah menguap)
- Larutan asam itu harus stabil
- Garam dari asam itu harus dapat larut
- Asam itu tidak boleh merupakan pengoksida yang cukup kuat sehingga merusak
senyawa organik yang digunakan sebagai indikator.
3) Tuliskan reaksi dalam pembakuan larutan HCl dengan larutan natrium tetraborate!
Jawab:
4) Dalam percobaan ini, standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan cara tidak langsung.
Bagaimana jika dilakukan dengan cara langsung? Berikan contohnya dan tuliskan reaksi
yang terjadi!
Jawab:
5) Tuliskan reaksi penetapan campuran NaOH dan Na2CO3 dalam soda perdagangan!
Jawab:
Na2B4O7.10H2O(aq)+2HCl(aq)→2NaCl(aq)+4H3BO3(aq)
Jawab:
9. Lampiran
● Asidimetri
a) Standarisasi Larutan HCl
Hasil titrasi oleh NaOH Hasil titrasi oleh NaOH Setelah dilakukan titrasi
yang kedua yang ketiga sebanyak 3 kali