Anda di halaman 1dari 30

PERCOBAAN 8

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
TITRASI ASAM BASA

Oleh Kelompok: 6
1. Jesicha Dwi Fitria (210332626433)
2. Kelvin Wijayanti (210332626520)
3. M. Syaifudin Rizky S. (210332626431)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
1. Tujuan
1. Melakukan standarisasi larutan asam atau basa,
2. Menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda perdagangan,
3. Menentukan kadar amonium dalam suatu garam ammonium,
4. Menentukan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan.

2. Dasar Teori
Pada asam dan basa dapat kita definisikan berdasarkan sifat bila ada dalam larutan.
Asam secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air,
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif, suatu zat yang
larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif dan dapat
menetralkan basa. Sedangkan basa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat yang
bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH -sebagai ion
negative, zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan kertas lakmus merah,
menetralkan asam.
Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia
dan bidang-bidang lain seperti biologi, pertanian, dan kedokteran. Pengertian asidimetri dan
alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam basa. Titrasi yang menyangkut
asam basa sering disebut asidimetri dan alkalimetri. Titrasi asam basa digunakan secara
meluas untuk analisis kimia, dimana penentuan dilakukan dengan jalan pengukuran volume
larutan yang diketahui konsentrasinya. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut
larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar
primer dan larutan standar sekunder.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi
diketahui dari massa - volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood,
1999).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder
ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John Kenkel,
2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran
dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul)
yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah
titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot
tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak
diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik
akhir titrasi tidak tepat sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%),
disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi dgn analit,
atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan
blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi
kecuali analit.Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen
biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan
hubungan antara –log [H+ ] atau –log [X- ] atau –log [Ag+ ] atau E
(volt) terhadap volum (W. Haryadi, 1990).

3. Alat dan Bahan


⮚ Alat
- Erlenmeyer - Labu takar

- Buret - Pipet volume

- Statif dan klem - Pipet filler

- Gelas kimia 100 mL - Pipet tetes


⮚ Bahan
- Larutan HCl 0,1 M - Cuka perdagangan

- Larutan NaOH 0,1 M - Indikator PP

- Campuran NaOH dan Na2CO3 - Indikator MO

- Garam ammonium - Aquades

4. Langkah Kerja dan Data Pengamatan

No. Langkah Kerja Data Pengamatan


Sebelum Sesudah
1 Standarisasi Larutan Baku HCI

Larutan HCl

-HCl tidak
berwarna.
- Diisi buret dengan larutan HCl
(ujung buret harus terisi penuh dan
tidak boleh ada gelembung udara). -Natrium tetraborat
- Diammbil 10 mL larutan natrium tidak berwarna.

tetraborat 0,1 N, ke dalam


erlenmeyer. -Indikator MO
-Ditambahkan
- Ditambahkan 3 tetes indikator MO. berwarna jingga. indikator MO,
- Diitrasi dengan larutan HCl sampai larutan menjadi
berwarna jingga.
terjadi perubahan warna (dari
kuning muda menjadi merah -Dititrasi oleh HCl,
muda). larutan menjadi
berwarna merah.
- Dicatat volume HCI yang
diperlukan. -Volume HCl yang
- Diulangi percobaan sekali lagi. ditambahkan.
Dihitung konsentrasi HCl. Titrasi 1: 10,8 mL
Titrasi 2: 10,7 mL
Hasil Titrasi 3: 10,5 mL
2 Standarisasi Larutan Baku NaOH

Larutan NaOH
-NaOH tidak
berwarna.

- Diisi buret dengan larutan NaOH. -HCl tidak


berwarna.
- Diambil 10 mL larutan HCI (yang
telah distandarisasi) ke dalam -Indikator Pp tidak
-Ditambahkan
Erlenmeyer. berwarna.
indikator Pp, larutan
- Ditambahkan 3 tetes indikator Pp tidak ada perubahan,
dan dititrasi dengan larutan NaOH. tetap tidak
berwarna.
- Dicatat volume yang diperlukan
pada saat terjadi perubahan warna -Dititrasi oleh
(tidak berwarna menjadi merah NaOH larutan
berwarna ungu yang
muda).
sangat muda.
- Diulangi percobaan sekali lagi.
Hitung konsentrasi NaOH. -Volume NaOH
yang ditambahkan
Hasil Titrasi 1: 10,3 mL
Titrasi 2: 10,2 mL
Titrasi 3: 10 mL
3 Penetapan Campuran NaOH dan
Na2C03 dalam Soda Perdagangan
Larutan NaOH & Na2CO3 -NaOH tidak
berwarna.
- Dimbil 10 mL larutan campuran -Na2CO3 tidak
berwarna.
NaOH dan Na2CO3 ke dalam
Erlenmeyer. -Indikator Pp tidak -Ditambah indikator
- Ditambah 2 tetes indikator Pp. berwarna. PP, larutan menjadi
- Dititrasi dengan larutan HCI 0,1 M berwarna ungu.
-HCl tidak
sampai warna merah dari Pp hampir berwarna.
-Dititrasi oleh HCl
hilang. latutan berubah
- Dicatat volume yang diperlukan warna dari ungu
sebagai a mL. menjadi tidak
berwarna.

-Volume HCl yang


ditambahkan
Titrasi 1: 5,5 mL
Titrasi 2: 5,2 mL
Titrasi 3: 5 mL

-Indikator MO -Larutan menjadi


- Ditambahkan 2 tetes indikator MO.
berwarna jingga. berwarna kuning.
- Dilanjutkan titrasi sampai terjadi
perubahan warna (dari kuning -Ditirasi oleh HCl
larutan berwarna
menjadi merah muda.).
dari kuning menjadi
- Dicatat volume sebagai b mL. berwarna merah.
- Dihitung kadar NaOH dan Na2C03.
- Dihitung persen kesalahan hasil -Volume HCl yang
ditambahkan.
percobaan. Titrasi 1: 3,2 mL
-Hasil Titrasi 2: 3,2 mL
Titrasi3: 3,1 mL
4 Penetapan Amonium dalam Garam
Amonium
Larutan Garam Amonium
-Larutan garam
ammonium tidak
- Diambil 10 mL larutan garam berwarna.
amonium, ke dalam erlenmeyer.
-NaOH ditambahkan
- Ditambabkan NaOH secara sebanyak 10 mL,
berlebih (mencatat volume,Ml. larutan NaOH tidak
- Dididihkan dan didinginkan berwarna.
(setelah dingin). -Indikator MO
-Ditambahkan
- Ditambah indikator MO. berwarna jingga.
indikator MO
- Dititrasi dengan larutan HCI. larutan berwarna
-HCl tidak berwarna
- Dicatat volume HCl yang kuning.
diperlukan pada saat terjadi
-Titrasi 1: 6,2 mL
perubahan warna (sebagai b mL). -Titrasi 2: 5,8 mL
- Dihitung kadar ammonium dalam -Titrasi 3: 5,9 mL
garam.
-Larutan setelah
- Dihitung persen kesalahan. dititrasi berubah dari
Hasil kuning menjadi
merah
5 Penentuan Kadar Asam Cuka
dalam Cuka Perdagangan

Larutan Cuka
-Larutan cuka tidak
berwarna.

- Diambil 10 mL larutan cuka


perdagangan ke dalam labu takar
50 mL.
- Diencerkan menggunakan akuades
hingga tanda batas. Ambil 10 mL -Ditambahkan
- Larutan hasil pengenceran, indikator Pp larutan
ditempatkan di erlenmeyer. tidak ada perubahan
-Indikator Pp tidak
(tetap tidak
- Ditambabkan indikator PP. berwarna.
berwarna)
- Dititrasi dengan larutan NaOH
-Larutan NaOH
sampai terjadi perubahan warna. -Dititrasi oleh
tidak berwarna.
NaOH larutan
- Dicatat volume yang diperlukan.
berubah warna
- Diulangi sekali lagi dari larutan menjadi merah
yang sudah diencerkan. muda.
- Dihitung kadar asam cuka.
-Volume NaOH
- Dihitung persen kesalahannya. yang ditambahkan:
Titrasi 1: 5,2 mL
Hasil Titrasi 2: 5 mL
Titrasi 3: 5,3 mL

5. Analisis Data dan Hasil Pembahasan


Dalam praktikum mengenai “Titrasi Asam Basa” terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu titrasi
asidimetri dan titrasi alkalimetri. Kedua kelompok menggunakan jenis bahan yang berbeda-
beda sehingga pengamatan yang dihasilkan pun berbeda-beda. Pengamatan tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1. Percobaan Titrasi Asidimetri
Titrasi asidimetri merupakan metode titrasi yang menggunakan larutan standar
asam untuk menentukan kadar kebasaan suatu zat (Simanjuntak, 2018). Larutan standar
asam yang biasa digunakan adalah HCl. Sehingga, pada percobaan kali ini digunakan
larutan standar asam berupa larutan HCl. Percobaan titrasi asidimetri terbagi menjadi 4
percobaan, yaitu pembuatan larutan baku primer (larutan natrium tetraborat), standarisasi
larutan baku HCl, penetapan campuran NaOH dan Na2CO3 dalam soda perdagangan, dan
penetapan amonium dalam garam amonium.
a) Pembuatan Larutan Baku Primer (Larutan Natrium Tetraborat)
Pada percobaan ini dilakukan untuk membuat larutan natrium tetraborat 0,1 N.
Sebelum melakukan standarisasi HCl dilakukan pembuatan larutan natrium tetraborat
agar mengetahui konsentrasi dari larutan HCl. Pembuatan larutan natrium tetraborat
dapat dilakukan dengan melarutkan padatan natrium tetraborat ke dalam air. Akan
tetapi, larutan natrium tetraborat sudah disediakan oleh laboran namun tidak
tercantumkan nilai normalitas dari larutan tersebut. Sehingga, pada label larutan
tersebut hanya tertulis 19,068 g/L. Natrium tetraborat memiliki massa molar sebesar
381,37 g/mol dan jumlah valensi sebanyak 2. Sehingga, dengan data-data tersebut
dapat ditentukan nilai normalitasnya (N) sebagai berikut.
massa × valensi
N Na B O7 .10 H 2 O =
2 4
Mr× V
g
19,068
×2
L
N Na B O7 .10 H 2 O=
2 4
g
381,37 ×1L
mol
N Na B 2 4 O7 .10H 2 O =0,099 N ≈ 0,1 N

Sehingga, dapat diketahui larutan natrium tetraborat yang telah disediakan memiliki
nilai normalitas sebesar 0,01 N. Setelah diketahui nilai normalitas dari natrium
tetraborat selanjutnya dilakukan penentuan nilai dari HCl dalam standarisasi larutan
baku HCl.

b) Standarisasi Larutan Baku HCl


Percobaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari larutan standar HCl.
Standarisasi HCl dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari HCl. Percobaan ini
dilakukan memasukkan larutan HCl tidak berwarna ke dalam buret (titran). Kemudian,
pada erlenmeyer dimasukkan 10 mL larutan natrium tetraborat 0,1 N tidak berwarna
(titrat). Pada erlenmeyer tersebut ditambahkan 3 tetes indikator methyl orange (MO)
berwarna jingga. Penambahan 3 tetes indikator MO menyebabkan larutan berubah
menjadi jingga. Perubahan larutan menjadi jingga disebabkan larutan Natrium
tetraborat bersifat basa. Indikator MO memiliki trayek pH dengan rentang antara 3,1-
4,4 dengan pKa 3,46, berwarna merah ketika larutan dalam kondisi asam dan berwarna
kuning/jingga ketika larutan dalam kondisi basa (Suirta, 2010). Setelahnya, larutan
dititrasi dengan menggunakan larutan HCl yang belum diketahui. Larutan yang
mulanya berwarna jingga dititrasi dengan menghasilkan warna merah muda.
Percobaan diulangi sebanyak 2 kali dengan menghasilkan 3 data volume HCl yang
diperlukan. Data dan persamaan reaksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Titrasi ke- Jumlah Volume HCl yang diperlukan (mL)

1 10,8

2 10,7

3 10,5

(Tabel 1. Data penambahan HCl pada titrasi ke-1,2, dan 3)


Na 2 B4 O7 .10 H 2 O(aq )+ 2 HC l(aq) → 2 NaCl (aq)+ 4 H 3 BO3 (aq) +5 H 2 O(l )

Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan konsentrasi HCl. Penentuan konsentrasi


HCl dilakukan menghitung volume rata-rata volume HCl yang diperlukan.
Perhitungan dapat dijabarkan sebagai berikut.
V 1+V 2+V 3 10,8 mL+10,7 mL +10,5 mL 32 mL
V rata−rata = = = =10,67 mL
3 3 3
Setelah volume rata-rata telah diketahui, dilanjutkan dengan menghitung
konsentrasi larutan HCl. Konsentrasi natrium tetraborat sebesar 0,1N dengan volume
awal 10 mL. Dengan menggunakan data-data tersebut dapat ditentukan konsentrasi
HCl sebagai berikut.
N HCl ×V HCl=N N a B2 4 O7 .10 H 2 O ×V N a 2 B4 O7 .10 H2 O

N HCl ×10,67 mL=0,1 N × 10 mL


0,1 N × 10 mL
N HCl=
10,67 mL
0,1 N × 10 mL
N HCl=
10,67 mL
N HCl=0,094 N ≈ 0,1 N

N HCl 0,1
M HCl = = =0,1 M
Valensi 1
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi HCl sebesar 0,1 M. Setelah diketahui
konsentrasi HCl dapat dilakukan standarisasi NaOH dan percobaan yang lainnya.

c) Penetapan Campuran NaOH dan Na2CO3 dalam Soda Perdagangan


Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar, konsentrasi, persen kesalahan
dari campuran antara NaOH dan Na2CO3. Percobaan ini dilakukan memasukkan 10
mL campuran NaOH 1,003 gram dan Na2CO3 3,043 gram tidak berwarna yang belum
diketahui konsentrasinya ke dalam erlenmeyer (titrat). Kemudian, pada erlenmeyer
ditambahkan 2 tetes indikator phenolphthalein (pp). Penambahan 2 tetes indikator pp
menyebabkan larutan berubah dari tidak berwarna menjadi berwarna ungu. Perubahan
warna larutan menjadi ungu disebabkan campuran NaOH + Na 2CO3 bersifat basa.
Indikator pp memiliki trayek pH dengan rentang antara 8,3-10,0 dalam kondisi asam
tidak berwarna dan dalam kondisi basa berwarna ungu. Setelahnya, larutan dititrasi
dengan menggunakan larutan HCl hasil standarisasi. Berdasarkan hasil pengamatan,
larutan yang mulanya berwarna ungu berubah menjadi larutan tidak berwarna.
Percobaan diulangi sebanyak 2 kali dengan menghasilkan 3 data volume HCl yang
diperlukan. Data dan persamaan reaksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Titrasi ke- Jumlah Volume HCl yang diperlukan (mL)

1 5,5

2 5,2

3 5

(Tabel 2. Data penambahan HCl pada titrasi ke-1,2, dan 3)


N a2 C O3 (aq )+ HC l (aq ) → NaCl (aq )+ NaHCO 3 (aq )
NaO H (aq) + HC l (aq) → NaC l(aq) + H 2 O(l)

Setelah dititrasi dan menghasilkan larutan tak berwarna. Larutan. Kemudian,


larutan pada erlenmeyer ditambahkan 2 tetes indikator methyl orange (MO) berwarna
jingga. Penambahan 2 tetes indikator MO menyebabkan larutan berubah menjadi
kuning. Perubahan larutan menjadi kuning disebabkan larutan bersifat basa. Indikator
MO memiliki trayek pH dengan rentang antara 3,1-4,4 dengan pKa 3,46, berwarna
merah ketika larutan dalam kondisi asam dan berwarna kuning/jingga ketika larutan
dalam kondisi basa (Suirta, 2010). Setelahnya, larutan dititrasi dengan menggunakan
larutan HCl hasil standarisasi. Larutan yang mulanya berwarna kuning dititrasi dengan
menghasilkan warna merah muda. Percobaan diulangi sebanyak 2 kali dengan
menghasilkan 3 data volume HCl yang diperlukan. Data dan persamaan reaksi tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.
Titrasi ke- Jumlah Volume HCl yang diperlukan (mL)

1 3,2

2 3,2

3 3,1

(Tabel 3. Data penambahan HCl pada titrasi ke-1,2, dan 3)


N a2 C O3 (aq )+ HC l (aq ) → NaCl (aq )+ NaHCO 3 (aq )

NaHCO 3 (aq) + HC l(aq) → NaC l (aq) + H 2 O(l ) +C O2(g )

Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kadar, konsentrasi, persen kesalahan


dari campuran NaOH 1,003 gram dan Na2CO3 3,043 gram. Penentuan konsentrasi
NaOH 1,003 gram dan Na2CO3 3,043 gram dapat dilakukan dengan menghitung
volume rata-rata volume HCl yang diperlukan terlebih dahulu. Perhitungan dapat
dijabarkan sebagai berikut.
V 1 +V 2 +V 3 5,5 mL+5,2 mL+5 mL 15,7 mL
V rata−rata ( a)= = = =5,233 mL
3 3 3
V 1 +V 2 +V 3 3,2mL +3,2 mL+3,1 mL 15,7 mL
V rata−rata ( b)= = = =3,167 mL
3 3 3
Setelah volume rata-rata telah diketahui, dilanjutkan dengan menghitung kadar,
konsentrasi, persen kesalahan dari campuran NaOH 1,003 gram dan Na 2CO3 3,043
gram. Konsentrasi HCl sebesar 0,1 N dan volume awal 10 mL. Dengan menggunakan
data-data tersebut dapat ditentukan kadar, konsentrasi, persen kesalahan dari campuran
NaOH 1,003 gram dan Na2CO3 3,043 gram.
Va = 5,233 mL
Vb = 3,167 mL
VHCl yang bereaksi dengan NaOH = 5,233 mL – 3,167 mL = 2,066 mL
VHCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2×3,167 = 6,334 mL
V HCl denganNaOH × N HCl × M r NaOH
● Massa NaOH =
Vtotal
1L 0,1 mol ek 1 1000 mL 40 gr
Massa NaOH =2,066 mL × × × × ×
1000 mL 1L 10 mL 1L 1 mol ek
gram
Massa NaOH =0,83
L
V HCl denganN a CO × N HCl × M r N a CO
● Massa N a 2 CO 3= 2 3 2 3

Vtotal
1L 0,1 mol ek 1 1000 mL 106 gr
Massa N a 2 CO 3=6,334 mL × × × × ×
1000 mL 1L 10 mL 1L 1mol ek
gram
Massa N a 2 CO 3=6,71
L
g
0,83
L
● Kadar NaOH = ×100 %=11 %
g
(0,83+6,31)
L
g
6,71
L
● Kadar N a 2 CO3 = ×100 %=89 %
g
(0,83+6,71)
L
● Konsentrasi NaOH
Mol NaOH=M HCl × V HCl dengan NaOH
Mol NaOH=0,1 M × 2,066 mL=0,21 mmol

2,066 mL
%Volume NaOH = ×100 %=24,6 %
2,066 mL+6,334 mL
Volume NaOH dalam sampel=24,6 % ×10 mL=2,46 mL
0,21mmol
M NaOH = =0,085 M
2,46 mL

● Konsentrasi Na2CO3
Mol N a2 CO 3=M HCl ×V HCl dengan N a CO
2 3

Mol N a2 CO 3=0,1 M × 6,334 mL=0,63 mmol

6,334 mL
%Volume N a 2 CO 3= ×100 %=75,4 %
2,066 mL+6,334 mL
Volume N a2 CO3 dalam sampel=75,4 % ×10 mL=7,54 mL
0,63 mmol
M N a 2 CO 3= =0,084 M
7,54 mL

● Persen kesalahan NaOH dan Na2CO3


|( 0,83 g−1,003 g ) +( 6,71 g−3,043 g)|
%Kesalahan= × 100 %=86,23 %
1,003 g+3,043 g

d) Penetapan Amonium dalam Garam Amonium


Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar dan persen kesalahan dari
larutan garam amonium. Percobaan ini dilakukan memasukkan 10 mL larutan NH 4Cl
0,1M tidak berwarna ke dalam erlenmeyer (titrat). Kemudian, ditambahkan larutan
NaOH tidak berwarna secara berlebih mencatat volume yang diambil secara pasti.
Larutan NaOH yang diambil sebanyak 15 mL dan dicatat sebagai volume a.
Penambahan NaOH dalam larutan NH4Cl tidak mengakibatkan perubahan warna atau
tetap tidak berwarna. Setelahnya, erlenmeyer dipanaskan hingga mendidih pada almari
asam. Jika sudah mendidih, erlenmeyer didinginkan. Apabila sudah dingin,
ditambahkan 2 tetes indikator methyl orange (MO) berwarna jingga. Penambahan 2
tetes indikator MO menyebabkan larutan berubah menjadi kuning. Perubahan larutan
menjadi kuning disebabkan larutan bersifat basa. Indikator MO memiliki trayek pH
dengan rentang antara 3,1-4,4 dengan pKa 3,46, berwarna merah ketika larutan dalam
kondisi asam dan berwarna kuning/jingga ketika larutan dalam kondisi basa (Suirta,
2010). Setelahnya, larutan dititrasi dengan menggunakan larutan HCl hasil
standarisasi. Larutan yang mulanya berwarna kuning dititrasi dengan menghasilkan
warna merah muda. Percobaan diulangi sebanyak 2 kali dengan menghasilkan 3 data
volume HCl yang diperlukan. Volume dicatat sebagai volume b. Data dan persamaan
reaksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Titrasi ke- Jumlah Volume HCl yang diperlukan (mL)

1 3,2

2 3,2

3 3,1

(Tabel 4. Data penambahan HCl pada titrasi ke-1,2, dan 3)


N H 4 Cl(aq) + NaO H (aq) → NH 4 OH (aq )+ NaCl(aq)

NH 4 OH (aq) ⇄ NH 3 (aq) + H 2 O(l)

NH 3(aq) + HCl(aq) ⟶ NH 4 Cl(aq)

Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kadar dan persen kesalahan dari larutan
garam amonium. Penentuan kadar dan persen kesalahan dari larutan garam amonium
dapat dilakukan dengan menghitung volume rata-rata volume HCl yang diperlukan
terlebih dahulu. Perhitungan dapat dijabarkan sebagai berikut.
V 1 +V 2 +V 3 7,5 mL+7 mL+ 6,7 mL 21,2 mL
V HCl rata−rata = = = =7,067 mL
3 3 3
Setelah volume rata-rata telah diketahui, dilanjutkan dengan menghitung kadar
dan persen kesalahan dari larutan NH4Cl 0,1M. Konsentrasi HCl sebesar 0,1M,
volume awal larutan garam ammonium 10 mL, dan volume penambahan NaOH adalah
15 mL. Dengan menggunakan data-data tersebut dapat ditentukan kadar dan persen
kesalahan dari larutan NH4Cl sebagai berikut.
NHCl = MHCl = 0,1 N = 0,1 M
NNaOH = MNaOH = 0,1 N = 0,1 M
MrNaOH = 40 g/mol
MrNH4Cl = 53,5 g/mol
MrNH4+ = 18 g/mol
Va = 15 mL
Vb =7,067 mL
● Mmol NaOH = 0,1 M × 15 mL = 1,5 mmol
● Mmol HCl = 0,1 M × 7,067 mL = 0,7067 mmol
N H 4 C l (aq )+ NaOH ⟶ NH 4 OH (aq )+ NaC l (aq)

m x 1,5 - -

r -x -x x x

s - (1,5-x) x x

● Mmol NaOHsisa = mmol HCl


(1,5-x) mmol = 0,7067 mmol
X = 0,7933 mmol
● Massa NH4Cl = mmol NH4Cl × Mr NH4Cl
Massa NH4Cl = 0,7933 mmol × 53,5 g/mol
Massa NH4Cl = 42,44 mg
Mr N H +¿

● Massa amonium= 4
×massa N H 4 Cl ¿
Mr N H 4 Cl

g
18
mol
Massa amonium= × 42,44 mg=14,28 mg
g
53,5
mol
massa amonium
● % kadar amonium= massa N H Cl
× 100 %
4

14,28 mg
% kadar amonium= ×100 %=33,65 %
42,44 mg
● % Kesalahan
n N H 4 4 Cl=M ×V
n N H 4 4 Cl=0,1 M × 10 mL=1mmol
massa=n × Mr
gram
massa=1mmol ×53,5 =53,5 mg
mol
|53,5−42,44|mg
%kesalahan=¿ 100% = 20%
53,5 mg
2. Percobaan Titrasi Alkalimetri
Pada percobaan titrasi alkalimetri ini terdapat dua jenis macam percobaan yaitu
standarisasi larutan baku NaOH dan penentuan kadar asam cuka dalam cuka
perdagangan.

a) Standarisasi Larutan Baku NaOH


Pada titrasi standarisasi larutan baku NaOH dengan digunakan larutan HCl yang
sebelumnya sudah distandarisasi. HCl yang digunakan tersebut bertindak sebagai
titran dan konsentrasi dari HCl sudah diketahui. Sedangakan untuk NaOH yang berada
pada buret bertindak sebagai analit yang akan dicari nilai dari konsentrasinya.
Penempatan NaOH pada buret tersebut bertujuan untuk meminimalisir penambahan
larutan baku NaOH dan dapat mengetahui jumlah titran yang terpakai dari skala yang
ada pada buret. Titrasi larutan baku NaOH dengan HCl ini merupakan titrasi antara
asam kuat dan basa kuat.

Persamaan reaksi yang dihasilkan yaitu sebagai berikut:

NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

Titrasi ini dilakukan dengan mengambil larutan HCl sebanyak 10 mL ke dalam


gelas Erlenmeyer. Kemudian larutan HCl tersebut ditambahkan dengan indikator Pp
sebanyak 3-4 tetes. Penambahan indikator tersebut bertujuan untuk membantu proses
titrasi untuk menandakan volume NaOH pada titik akhir titrasi dengan berubahnya
warna larutan yang menjadi merah muda. Ketika warna larutan menjadi merah muda,
maka volume NaOH yang ditambahkan tersebut telah berada pada titik akhir titrasi.
Indikator Pp ini memiliki trayek pH 8,3-10 yang merupakan sifat basa. Dalam
berubahnya warna pada lautan juga dapat diartikan ketika ion basa kuat dari NaOH
yang mengubah semua ion asam kuat dari asam klorida atau HCl, maka indikator Pp
yang telah tercampur pada larutan HCl tersebut akan berubah warna menjadi merah
muda. Hal tersebut dapat terjadi karena pada proses titrasi antara ion basa kuat NaOH
dengan ion HCl telah seimbang atau setara.
Berikut ini merupakan hasil dari volume NaOH yang ditambahkan ketika proses
titrasi:

Volume NaOH

Titrasi ke-1 (Kelvin) Titrasi ke-2 (Jesicha) Titrasi ke-3 (M.Syaifudin)

10,3 mL 10,2 mL 10 mL

Rata-rata Volume NaOH

10,2 mL

Berdasarkan pada data pengamatan dapat diperoleh hasil konsentrasi NaOH yang
didapatkan:

Mencari Normalisasi:

VHCl × NHCl=VNaOH × NNaOH


10 mL× 0,1 N =10,2mL× NNaOH
NNaOH =0,098 N
Mencari Konsentrasi:

NNaOH =MNaOH × valensi


0,098 N=MNaOH × 1
MNaOH =0,098 M .

Jadi molaritas yang dihasilkan oleh penambahan larutan baku NaOH dengan volume
yang digunakan yaitu volume rata-rata dari titrasi ke-1 hingga ke-3 adalah sebesar
0,098 M.

b) Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Cuka Perdagangan.


Pada penentuan kadar asam cuka ketika sebelum dilakukan proses tirasi oleh
larutan standar, asam setat atau asam cuka dilakukan pengenceran dengan air atau
H2O. Pengenceran assam cuka dengan air tersebut bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi yang terkandung dalam asam cuka dan juga memperkecil adanya
kontaminasi zat-zat pengotor yang terkandung dalam asam cuka. Selain itu,
pengenceran ini juga bertujuan untuk jumlah ion dari asam asetat yang terkandung
dalam larutan sedikit berkurang, sehingga akan mempercepat pada saat proses titrasi
dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi karena NaOH hanya dapat mengubah ion asam
asetat dalam jumlah yang kecil.
Reaksi yang terjadi saat proses pengenceran asam cuka yaitu sebagai berikut:
CH3COOH (aq) + H2O (l) → CH3COO- + H3O
Kemudian untuk penetapan kadar asam cuka atau asam asetat dilakukan dengan
proses titrasi dengan mengambil 10 mL larutan asam cuka hasil pengenceran ke dalam
Erlenmeyer dan ditambahkan indikator Pp sebanyak 3-4 tetes. Proses titrasi tersebut
dilakukan secara alkalimetri dengan menggunakan larutan NaOH sebagai larutan
standar. Titrasi yang dilakukan oleh larutan NaOH yang merupakan basa kuat
mengakibatkan larutan yang dihasilkan dari titrasi memiliki sifat yang sedikit basa.
Hal tersebut dapat terjadi karena disebabkan oleh dominannya kandungan basa kuat
dibandingkan dengan asam asetat atau asam cuka yang merupakan asam lemah.
Kemudian untuk penambahan indikator Pp bertujuan untuk membantu proses titrasi
dengan menandakan perubahan warna jika sudah mencapai titik akhir titrasi. Indikator
Pp tersebut memiliki trayek pH 8,3-10 dengan rentang diatas pH 7 adalah basa. Ketika
ion basa kuat dari NaOH mengubah semua ion asam lemah dari asam asetat atau asam
cuka, maka indikator Pp tersebut akan berubah warna menjadi merah muda. Karena
pada proses tersebut antara ion basa kuat NaOH dengan ion asam asetat telah setara.
Namun ketika pada saat proses titrasi oleh larutan NaOH warna pada larutan asam
cuka menjadi ungu pekat, maka dalam larutan tersebut telah melebih dari titik akhir
titrasi dan mengandung kelebihan basa dari larutan NaOH dan dapat dinyatakan gagal
dalam proses titrasi. Dan dalam percobaan titrasi asam cuka (CH3COOH) dengan
larutan natrium hidroksida (NaOH) yang sebagai larutan standar tersebut akan
menghasilkan garam yaitu CH3COONa yang berasal dari sisa asam lemah dan basa
kuat yang terhidrolisis.
Reaksi hidrolisis yang terjadi yaitu sebagai berikut:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)
Berikut ini merupakan sifat-sifat dari asam asetat menurut dengan konsentrasinya:

Konsentrasi Molaritas Klasifikasi Frase-R


Berdasarakan Berat

10% −¿ 25% 1,67−¿ 4,16 mol/L Iritasn (Xi) R36/38

25% −¿ 90% 4,16−¿ 14,99 mol/L Korosif (C) R34

>90% >14,99 mol/L Korosif (C) R10,R35

Berikut ini merupakan hasil dari volume NaOH yang ditambahkan ketika proses
titrasi:

Volume NaOH

Titrasi ke-1 (Kelvin) Titrasi ke-2 (Jesicha) Titrasi ke-3 (M.Syaifudin)

5,2 mL 5 mL 5,3 mL

Rata-rata Volume NaOH

5,2 mL

Berdasarkan data pengamatan di atas maka dapat diperoleh perhitungan sebagai


berikut:
Diketahui:
M NaOH = 0,1 M
V NaOH rata-rata = 5,2 mL
V CH3COOH = 10 mL
Mencari molaritas CH3COOH :
nNaOH =n CH 3 COOH

valensi × MNaOH × vNaOH =M CH 3 COOH × v CH 3 COOH ×valensi

1 ×0,1 M ×5,2 mL=M CH 3 COOH ×10 mL × 1

M CH 3 COOH =0,052 M

Mencari % CH3COOH:
v × M × Mr × Fp
% CH 3 COOH = ×100 %
massa sampel
60 g
5,2 mL × 0,052 M × ×25
L
% CH 3 COOH = ×100 %
10 gram×1000
405,6
% CH 3 COOH = ×100 %
10000
% CH 3 COOH =4,056 %

Mencari % kesalahan:
v hasil perhitungan−v hasil percobaan
%kesalahan= ×100 %
v hasil perhitungan
( 10−5,2 ) mL
%kesalahan= ×100 %
10 mL
%kesalahan=48 %
Jadi molaritas CH 3 COOH yang dihasilkan dari percobaan di atas adalah sebesar 0,052
M, sedangkan kadar CH 3 COOH yang dihasilkan adalah sebesar 4,056 %.

6. Kesimpulan
Titrasi asam basa digunakan untuk analisis kimia dimana penentuan dilakukan dengan
jalan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya. Larutan yang diketahui
konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua
yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder.

Titrasi alkalimetri adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Pada titrasi standarisasi larutan baku NaOH dengan digunakan larutan HCl yang
sebelumnya sudah distandarisasi. HCl yang digunakan tersebut bertindak sebagai titran dan
konsentrasi dari HCl sudah diketahui. Sedangakan untuk NaOH yang berada pada buret
bertindak sebagai analit yang akan dicari nilai dari konsentrasinya Dalam berubahnya warna
pada lautan juga dapat diartikan ketika ion basa kuat dari NaOH yang mengubah semua ion
asam kuat dari asam klorida atau HCl, maka indikator Pp yang telah tercampur pada larutan
HCl tersebut akan berubah warna menjadi merah muda. Hal tersebut dapat terjadi karena
pada proses titrasi antara ion basa kuat NaOH dengan ion HCl telah seimbang atau setara.
Pada penentuan kadar asam cuka ketika sebelum dilakukan proses tirasi oleh larutan standar
asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) yang sebagai larutan
standar tersebut akan menghasilkan garam yaitu CH3COONa yang berasal dari sisa asam
lemah dan basa kuat yang terhidrolisis.

Titrasi asidimetri merupakan metode titrasi yang menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan kadar kebasaan suatu zat (Simanjuntak, 2018). Pada percobaan ini
dilakukan untuk membuat larutan natrium tetraborat sehingga menghasilkan larutan
natrium tetraborat yang telah disediakan memiliki nilai normalitas sebesar 0,01 N.
Kemudian standarisasi HCl dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari HCl dan
didapatkan hasil konsentrasi HCl sebesar 0,1 M. Setelah diketahui konsentrasi HCl dapat
dilakukan standarisasi NaOH dan percobaan yang lainnya. Setelah itu menentukan kadar,
konsentrasi, persen kesalahan dari campuran antara NaOH dan Na2CO3.

7. Lembar Kerja Mahasiswa


1) Jelaskan syarat-syarat dari larutan baku primer, berikan contoh larutan yang termasuk
didalamnya!
Jawab:Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara
langsung dari hasil penimbangannya. Adapun syarat-syarat larutan standar primer
adalah:
- Mempunyai kemurnian yang tinggi
- Mempunyai rumus molekul yang pasti
- Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
- Mempunyai berat ekivalen tinggi sehingga kesalahan penimbangan dapat
diabaikan.

2) Jelaskan syarat-syarat dari larutan baku sekunder, berikan contoh larutan yang termasuk
didalamnya!
Jawab:Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan
dengan cara pembakuan. Kedua larutan ini kemudian dapat digunakan untuk analisis
contoh-contoh dari asam basa. Karena larutan asam mudah disimpan dari pada larutan
basa, biasanya dipilih suatu asam sebagai suatu standar rujukan yang permanen
ketimbang suatu basa. Dalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan
standar hendaknya diperhatikan faktor-faktor berikut:
- Asam itu harus kuat, artinya sangat terdisosiasi
- Asam itu tidak boleh atsiri (mudah menguap)
- Larutan asam itu harus stabil
- Garam dari asam itu harus dapat larut
- Asam itu tidak boleh merupakan pengoksida yang cukup kuat sehingga merusak
senyawa organik yang digunakan sebagai indikator.

3) Tuliskan reaksi dalam pembakuan larutan HCl dengan larutan natrium tetraborate!
Jawab:
4) Dalam percobaan ini, standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan cara tidak langsung.
Bagaimana jika dilakukan dengan cara langsung? Berikan contohnya dan tuliskan reaksi
yang terjadi!
Jawab:
5) Tuliskan reaksi penetapan campuran NaOH dan Na2CO3 dalam soda perdagangan!
Jawab:

Na2B4O7.10H2O(aq)+2HCl(aq)→2NaCl(aq)+4H3BO3(aq)

6) Apa yang dimaksud dengan titrasi tidak langsung?


Jawab:Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel direaksikan dulu
dengan pereaksi yang jumlah kepekatannya tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi
dengan larutan standar/ baku.
7) Mengapa digunakan dua indikator dalam penetapan campuran NaOH dan Na2CO3
dalam soda perdagangan? Hubungkan dengan reaksi yang terjadi!

Jawab:

a. Untuk mengetahui titik titrasi pertama digunakan indikator pp

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O

b. Untuk mengetahui titik titrasi kedua digunakan indikator MO

HCO3- + H+ mejadi H2CO3


8. Daftar Pustaka
Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, (1998). Contemporary in Analytical Chemistry.
Toronto: John Wiley & Sons
W. Haryadi, (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
J. Bassett. (1978). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain :
Longman Group.
Simanjuntak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair
Merek “Lx” Dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi, 2(4), 59–70.
Suirta, I. W. (2010). SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI
INDIKATOR DALAM TITRASI. Jurnal Kimia, 4(1), 27–34.
Cahyadi, A. B. (2014). ASIDI-ALKALIMETRI. PRAKTIKUM ASIDI-ALKALIMETRI, 1-
14.
Das Salirawati, M., & Regina Tutik Padmaningrum, M. (2018). PENGEMBANGAN
PROSEDUR PENENTUAN KADAR ASAM CUKA SECARA. Jurdik Kimia
FMIPA - UNY, 1-6.
HARIANI, F. (2018). Standarisasi Larutan NaOH Titrasi Alkalimetri. LAPORAN KIMIA
ANALITIK, 1-12.

9. Lampiran
● Asidimetri
a) Standarisasi Larutan HCl

Pengambilan larutan natrium Penambahan indikator MO 3 tetes


tetraborat

Hasil Titrasi oleh HCl Setelah dilakukan titrasi sebanyak 3


kali

b) Penetapan Campuran NaOH dan Na2CO3


Pengambilan larutan Penambahan 2 tetes Proses titrasi oleh HCl
NaOH dan Na2CO3 indikator Pp

Setelah ditambahkan 2 Hasil Titrasi Setelah dilakukan titrasi


tetes indikator MO, sebanyak 3 kali
dititrasi lagi oleh HCl

c) Penetapan Amonium dalam Garam Amonium

Pengambilan larutan garam amonium Setelah ditambahkan NaOH berlebih


dan dipanaskan

Didinginkan dan ditambahkan Dilakukan titrasi oleh HCl sebanyak 3


indikator MO kali titrasi
● Alkalimetri
a) Standarisasi Larutan Baku NaOH

Pengambilan larutan HCl Penambahan 3 tetes Hasil titrasi oleh NaOH


indikator Pp

Hasil titrasi oleh NaOH Setelah dilakukan titrasi sebanyak 3 kali


yang kedua
b) Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Cuka Perdagangan

Pengambilan larutan Setelah ditambah 3 tetes Hasil titrasi oleh NaOH


asam cuka 10mL Pp dan dilakukan proses yang pertama
titrasi

Hasil titrasi oleh NaOH Hasil titrasi oleh NaOH Setelah dilakukan titrasi
yang kedua yang ketiga sebanyak 3 kali

Anda mungkin juga menyukai