Anda di halaman 1dari 22

MODUL I

STANDARISASI LARUTAN

KELOMPOK XVI/JUMAT SIANG


Nindya Tsabitah
NRP : 02211940000113
Afifah Nur Aini
NRP : 02211940000150

ASISTEN
Muhammad Farkhan Apriadi
NRP : 02211640000024

Tanggal Percobaan : 28 Februari 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan : 6 Maret 2020

I-1
TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menggunakan peralatan didalam laboratorium sesuai dengan


fungsinya secara baik dan tepat.
2. Mahasiswa mampu melakukan standarisasi larutan standar sekunder menggunakan
larutan standar primer.
3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan konsentrasi (normalitas) dari larutan yang
diberikan.

DASAR TEORI
Standarisasi merupakan proses dimana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat.
Pada praktikum standarisasi larutan terdapat larutan standar, yang pada umumnya dapat
didapatkan dengan cara melarutkan sejumlah suatu sampel yang telah ditimbang dalam suatu
larutan yang sudah diukur volumenya. Substansi yang dapat digunakan dalam hal ini disebut
larutan standar primer. Atau dapat dikatakan, suatu larutan distandarisasi dengan titrasi dan
larutan tersebut bereaksi dengan sejumlah larutan primer yang telah ditimbang. (Underwood,
2002)
Untuk titrasi asam basa,, biasanya dipersiapkan larutan asam dan basa dari konsentrasi
yang diinginkan dan kemudian menstandarisasikannya dengan larutan standar primer. Larutan
yang telah distandarisasi dapat dipergunalan sebagai standar sekunder untuk mendapat
konsentrasi larutan lain. (Underwood, 2002)
Seperti diketahui, standarisasi larutan dapat dilakukan dengan metode titrimetri.
Reaktan ditambahkan secara kontinu dari sebuah buret ke suatu larutan primer. Larutan
tersebut tidak diketahui konsentrasinya atau disebut juga larutan sekunder. Penambahan
reaktan secara kontinu dilakukan sampai mencapai titik ekivalen dimana kedua larutan
(larutan primer dan larutan sekunder) tepat bereaksi. Agar tepat mengetahui kapan berhenti
menambahkan larutan sekunder , pada larutan sekunder diberi indikator warna agar terjadi
perubahan warna saat mencapai titik ekivalen. (Underwood, 2002)

ALAT DAN BAHAN

1. Gelas arloji
2. Labu takar 100 mL.
3. Pipet volume 10 mL.
4. Erlenmeyer 250 mL.
5. Gelas piala
6. Pengaduk kaca.
7. Corong. 14. Asam Oksalat (H2C2O4)
8. Timbangan analitik 15. Indikator PP
9. Botol pencuci. 16. Indikator MO
10. Buret. 17. Aquades
11. Pipet tetes. 18. Pipet ukur
12. Larutan tugas
13. Natrium boraks ( Na2B4O7.10 H2O )

PROSEDUR
Larutan Sekunder Asam Larutan Sekunder Basa

Start
Start

Asam Oksalat
Natrium Boraks (H2C2O4)
( Na2B4O7.10 H2O)

Menimbang 1,9 gram Natrium Menimbang 0,63 gram Asam


Boraks menggunakan gelas arloji. Oksalat menggunakan gelas arloji.

Memasukkan natrium boraks yang telah Memasukkan Asam Oksalat yang telah
ditimbang ke dalam labu takar 100 ml ditimbang ke dalam labu takar 100 ml

Melarutkan dengan aquades 50 ml Melarutkan dengan aquades 50 ml

Mengocok dengan benar sampai larutan homogen Mengocok dengan benar sampai larutan homogen

Menambahkan aquades sehingga Menambahkan aquades sehingga


volume larutan menjadi 100 ml volume larutan menjadi 100 ml

Mengocok dengan benar sampai larutan homogen Mengocok dengan benar sampai larutan homogen

Mengambil larutan menggunakan pipet Mengambil larutan menggunakan pipet


volume 10 mL volume 10 mL

Memasukkan ke dalam Erlenmeyer dan Memasukkan ke dalam Erlenmeyer dan


ditambahkan aquades 15 mL ditambahkan aquades 15 mL

Mengocok dengan benar sampai larutan homogen Mengocok dengan benar sampai larutan homogen

A I-2 B
A B

Menambahkan 2 - 3 tetes indikator MO ke Menambahkan 2 - 3 tetes indikator PP ke


dalam larutan yang terdapat di Erlenmeyer dalam larutan yang terdapat di Erlenmeyer

Menambahkan larutan NaOH ke dalam


Menambahkan larutan HCl ke dalam buret buret

Melakukan titrasi Melakukan titrasi

Tidak
Tidak
Larutan berubah
Larutan berubah
warna menjadi
jingga warna menjadi
jingga

Ya
Ya
Mencatat volume larutan HCl
Mencatat volume larutan NaOH

Menambahkan HCl ke larutan Natrium


Boraks yang baru Menambahkan NaOH ke larutan Asam
Oksalat yang baru

Menglangi titrasi sampai tiga kali


Menglangi titrasi sampai tiga kali

Menghitung rata-rata volume HCl


Menghitung rata-rata volume NaOH

Konsentrasi HCl
Konsentrasi NaOH

Finish
Finish

PEMBAHASAN

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi

I-3
diketahuidari massa -volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan

I-5
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi. (Day Underwood, 1999). Tujuan diadakannya
percobaan ini yaitu agar dapat melakukan standarisasi larutan sekunder dengan larutan standar
primer dan agar mengetahui normalitas dari larutan yang diberikan.

Standardisasi larutan sendiri merupakan proses saat konsentrasi larutan standar


sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John
Kenkel, 2003).
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secarapasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran
dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu (Tutik Regina,2006).
Percobaan ini dibagi menjadi 2, yaitu larutan sekunder asam (HCl) dengan larutan
primer Natrium Boraks ( Na2B4O7.10 H2O) dan larutan sekunder basa (NaOH) dengan larutan
primer Asam Oksalat (H2C2O4).
Percobaan pertama dilakukan dengan melarutkan 1,9gr natrium boraks dengan 100 ml
aquadest, lalu ambil 10 ml dengan pipet volume dan masukkan ke Erlenmeyer. Larutan
primer yang digunakan yaitu natrium boraks karena natrium boraks memiliki sifat tidak
higroskopis, mudah ditimbang secara akurat, dan tidak mudah bereaksi di udara. Selanjutnya
teteskan indikator MO. Indikator MO digunakan karena larutan sekunder yang akan dihitung
merupakan HCl yang merupakan asam, dan indikator MO memiliki trayek Ph 3,1-4,4 yang
dengan kata lain dapat membaca hanya dapat ph asam. titrasi natrium boraks bersama dengan
HCl yang sebelumnya sudah diisikan ke buret. Catat volume HCl yang diperlukan untuk
menitrasi natrium boraks dan setelah tiga kali pengulangan titrasi, cari rata-rata volume HCl.
Reaksi yang dihasilkan yaitu :

Na2B4O7.10 H2O + HCl 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O


Dan didapatkan data volume HCl :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Titrasi dengan Analit Natrium Boraks dan Titran HCl

No Vol. Rata-Rata
Vol Analit Vol.Titran
. (ml)
1 10 mL 14,3 mL 11,9 mL 14,5 mL 13,56 mL

I-4
Percobaan kedua dilakukan dengan melarutkan 0,63gr asam oksalat dengan 100ml
aquadest, lalu ambil 10 ml dengan pipet volume dan masukkan ke Erlenmeyer. Larutan yang
digunakan disini yaitu asam oksalat karena asam oksalat memiliki sifat higroskopis, tidak
I-4
mudah bereaksi di udara. Selanjutnya teteskan indikator PP, indikator PP digunakan karena
memilik trayek ph 8-10 yang dapat dikatakan bahwa indikator PP dapat membaca ph dari
larutan standar yang akan dihitung yaitu NaOH. Lalu titrasi asam oksalat bersama dengan
NaOH yang sebelumnya sudah diisikan ke buret. Catat volume NaOH yang diperlukan untuk
menitrasi asam oksalat dan setelah tiga kali pengulangan titrasi, cari rata-rata volume NaOH.
Reaksi yang dihasilkan yaitu :

H2C2O4 +2NaOH Na2C2O4 + 2 H2O


Dan didapatkan volume NaOH :

Tabel 2 . Hasil Pengamatan Titrasi dengan Analit Asam Oksalat dan Titran NaOH

No Vol. Rata-Rata
Vol Analit Vol.Titran
. (ml)
1 10 mL 13,4 mL 14,1 mL 12,1 mL 13,2 mL

Untuk mendapatkan normalitas larutan standar sekunder yang diinginkan, digunakan


rumus persamaan mol ekivalen. Dimana jumlah mol ekivalen dari larutan standar primer yang
diketahui sama dengan jumlah mol ekivalen larutan standar sekunder yang dicari.

SIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui dan didapatkan volume larutan
standar sekunder asam (HCl) sebesar 0,1474 N, dan volume larutan standar sekunder basa
sebesar 0,0757 N.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R A, dan Underwood, A L.1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga


Day, R A, dan Underwood, A L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga
Kenkel,John. 2003 . Analytical Chemistry for Technicians . Washington:Lewis Publisher

Tutik, Regina. 2006. Titrasi Asidimetri

I-5
APPENDIKS

 Perhitungan Molaritas dan Normalitas pada HCl adalah sebagai berikut:

Dik : Massa Natrium boraks = 1,91 gram

Massa Relatif (Mr) = 191 gram/mol

Volume Natrium boraks = 10 mL

gram boraks 1.91


n= = = 10-2 mol
Mr boraks 191

Titrasi
Dik : Volume HCl yang bereaksi = 13,56 mL = 13,56 . 10-3 L

Valensi Natrium boraks = 2

Valensi HCl = 1

Volume Boraks yang diambil atau dicuplik yaitu = 10 mL= 0,01 L dari 25 ml
larutan analit. Dengan dipengaruhi oleh Faktor Pengenceran sebesar 10

N1 x V1 = N2 x V2

M1 x V1 x e1 = M2 x V2 x e2

n 1
M1 x V1 x e1 = x V2 x e2 x
V2 Fp

1
M1 x 13,56 .10-3 x 1 = 0,01 x 2 x
10

M1 = 0,1474 M

Normalitas HCl = M x 1 = 0,1474 N

1. Perhitungan Molaritas dan Normalitas pada NaOH adalah sebagai berikut:

Dik : Massa Asam Oksalat = 0,63 gram

Massa Relatif (Mr) = 126 gram/mol

Volume Asam Oksalat = 10 mL

I-6
gram 0,63
n= = = 5 . 10-3 mol
Mr 126

I-5
Titrasi

Dik : Volume NaOH yang bereaksi = 13,2 mL = 13,2 . 10-3 L

Valensi H2C2O4 = 2

Valensi NaOH = 1

Volume Asam Oksalat yang digunakan = 10 mL = 0,01 L dari 25 ml larutan


analit. Dengan Faktor pengenceran sebesar 10.

N1 x V1 = N2 x V2

M1 x V1 x e1 = M2 x V2 x e2

n 1
M1 x V1 x e1 = x V2 x e2 x
V2 Fp

1
M1 x 13,2 .10-3 x 1 = 5 . 10-3 x 2 x
10

M1 = 0,0757 M

Normalitas NaOH = M x 1 = 0,0757 N

I-7
Risk Assessment
I-7
Hari/Kelompok : Jumat Siang/16

Modul praktikum : Standarisasi Larutan

No Problem Causes Possible Action Required


Consequences
(Risk)
1. Jika larutan asam oksalat atau Karena Mengenai kulit Segera lap dan
natrium boraks tumpah tersenggol, atau dan dapat keringkan
wadah menyebabkan
pecah/bocor iritasi

2. Jika buret bocor Kerusakan pada Menyebabkan Segera tutup


keran, atau lupa larutan yang keran, dan
menutup keran terdapat dalam keringkan larutan
buret tumpah yang mengalir
dari keran buret

3. Jika Erlenmeyer pecah Karena Pecahannya Jika terkena atau


tersenggol, atau dapat melukai melukai kulit
terkena alat lain tangan, dan segera bersihkan
larutan pecahan, dan
didalamnya obati.
dapat tercecer Lalu keringkan
dan lap larutan
yang tercecer

I-8
I-9
MSDS

Hari/Kelompok : Jumat Siang/16

Modul praktikum : Standarisasi Larutan

No Name (Formula) Physical and Toxicological First Aid


Chemical Information Measures
Properties
1 HCl Rumus molekul :HCl Mata: Dapat Mata: Jika
Massa molekul : 36,5 menyebabkan terjadi kontak,
gr/mol Densitas : cedera mata yang segera basuh
1,0455g/cm3 ireversibel. mata dengan
Warna : Tidak Kulit: Kontak banyak air
berwarna Titik didih: dengan cairan setidaknya
-850C bersifat korosif selama 15
Titik Beku : -1140C menyebabkan menit.
Densitas: 1,0455 luka bakar dan Kulit: Jika
gr/mlEnthalpy (∆Hf parah. terkena, segera
(298)): -167,20kJ Inhalasi: Dapat basuh kulit
/molEnergi Bebas menyebabkan dengan banyak
Gibbs (∆G): - iritasi parah pada air selama
100.4kJ/mo saluran minimal 15
pernapasan menit sambil
-Larut dalam air - melepaskan
Larut dalam alkohol - pakaian yang
Melarutkan terkontaminasi.
magnesium Penghirupan:
hidroksida Bahan RACUN.
Jika terhirup,
segera dapatkan
bantuan medis.
Pindahkan
korban ke udara
segar. Jika sulit
bernafas,
berikan oksigen.

Kulit:
2 NaOH menyebabkan kulit: Bersihkan
luka bakar produk kering
Penglihatan : dari kulit.
Massa molar sebesar Menyebabkan Lepaskan
36,5 g/mol kerusakan parah pakaian sebelum
Massa jenis sebesar pada mata mencuci tangan.
3,21 gr/cm³ Segera cuci
Titik leleh sebesar - dengan banyak
101°C (172 K dan -69 air (15 menit) /
F) mandi.. Tutupi
Energi ionisasi luka dengan
sebesar 1250 kj/mol perban steril.
Kalor jenis sebesar kontak mata:
0,115 kal/gr°C Segera bilas
I-10
dengan banyak
air selama 15
Larut dalam menit. Lepaskan
hidroksida, lensa kontak,
kloroform, dan eter. Pencernaan : jika ada
Termasuk ke dalam menyebabkan
3 Natrium Boraks oksidator kuat. iritasi pada Pencernaan :
lambung Segera bilas
Mata : mulut dan
menyebabkan jangan
BM : 114.2 gr/mol iritasi pada mata dimuntahkan
-Titik lebur: 75֯ C paksa
-Titik didih :320֯ C mata: Segera
-Titik beku : - Penglihatan : bilas dengan
-Larut dalam: Air dan menyebabkan banyak air.
Glyserol kerusakan serius
4 Asam Oksalat -Warna: Putih pada mata Peglihatan:
-Wujud : Solid Kulit: Segera bilas
menyebabkan mata dengan air,
luka bakar jangan beri
BM: 90.04 gr/mol penetralisir
-Titik Lebur:189,5 ֯C Kulit: segera
-Titik didih: - bilas dengan air
-Titik beku: dalam jumlah
-Larut dalam : air Pencernaan: akan banyak
dingin, dietil menimbulkan rasa
eter,.alkohol,gliserol sakit apabila
. Benzen,eter. tertelan
5 Indikator MO -Warna : tak Penglihatan: Pencernaan :
berwarna, putih iritasi pada mata berikan 2-4
-Wujud: Kulit : cangkir susu
menyebabkan kulit : cuci
BM : 327,3 gr/mol iritasi pada kulit pakaian yang
-Titik lebur : >300֯ C terkena dan cuci
-Wujud : Padat semua area kulit
(serbuk) yang terkena
-Warna : Orange dengan sabun
Penglihatan: dan air ringan,
iritasi pada mata diikuti dengan
Kulit : bilas air hangat.
menyebabkan kontak mata:
iritasi pada kulit Segera bilas
Penapasan : dengan banyak
menyebabkan air.
iritasi pada
6 Indikator PP saluran Penglihatan:
penapasan segera bilas
dengan banyak
air
Kulit: cuci
-Titik Lebur:- pakaian yang
-Titik Didih:- terkena dan cuci
-Larut dalam:air semua area kulit
pada 20֯ yang terkena
C,alkohol,eter dengan sabun

I-12
-Warna : tidak dan air ringan,
berwarna Pernapasan:
-Wujud : cair Bawa ke tempat
udara segar,
apabila sulit
bernapas,
berikan oksigen

I-11
Time Schedule

Hari/Kelompok : Jumat Siang / 6

Modul praktikum : Standarisasi Larutan

No Waktu Kegiatan Pelaksanaan

1. 12.45-13.00 Berada di depan lab Praktikan

2. 13.00-13.05 Masuk kedalam lab Praktikan

3. 13.05-13.25 Briefing. Praktikan & Aslab

4. 13.25-13.28 Menimbang natrium boraks dengan gelas arloji. Nindya

5. 13.28-13.29 Memasukkan natrium boraks ke dalan labu ukur 100 ml Nindya

dan melarutkan dengan aquades.

6. 13.29-13.31 Menambahkan aquades hingga volume 100 ml. Afifah

7. 13.31-13.33 Mengocok larutan hingga homogen. Afifah

8. 13.33-13.35 Ambil larutan menggunakan pipet volumetri lalu taruh di Afifah

labu erlenmeyer

9. 13.35-13.36 Masukkan indikatir MO ke dalam labu erlenmeyer. Nindya

10. 13.36-13.37 Menaruh HCL ke dalam buret. Nindya

11. 13.37-13.44 Menitrasi larutan natrium boraks yang telah di beri Afifah

indikator MO lalu kocok hingga warna berubah menjadi

pink

12. 13.44-13.46 Setelah warna berubah hentikan titrasi dan and catat Nindya

volume

13. 13.46-13.48 Perlahan masukkan HCL ke larutan natrium boraks Afifah

14. 13.48-14.10 Ulangi 2 kali Afifah

15. 14.10-14.13 Menimbang asam oksalat dengan gelas arloji Afifah

16. 14.13-14.16 Pindahkan asam oksalat ke labu takar 100 ml dan Nindya

larutkan dengan aquades 50 ml

17. 14.16-14.17 Kemudian kocok larutan. Nindya

I-13
18. 14.17-14.19 Menambahkan aquades hingga 100 ml Nindya

19. 14.19-14.20 Kocok larutan Nindya

20. 14.20-14.25 Ambil larutan dengan pipet 25 ml dan taruh di Nindya

erlenmeyer

21. 14.25-14.26 Masukkan indikator PP ke dalam labu erlenmeyer. Afifah

22. 14.26-14.27 Menaruh NaOH ke dalam buret Afifah

23. 14.27-14.34 Menitrasi larutan asam oksalat yang telah di beri Nindya

indikator PP lalu kocok hingga warna berubah menjadi

pink

24. 14.34-14.38 Setelah warna berubah hentikan titrasi dan catat volume Afifah

25. 14.38-14.40 Menambahkan NaOH ke dalam larutan asam oksalat Nindya

26. 15.40-15.10 Ulangi 2 kali Nindya

27. 15.10-15.25 Membersihkan lab Afifah & Nindya

28. 15.25-15.35 Evaluasi Praktikan & Aslab

29. 15.35-15.40 Persiapan pulang Praktikan & Aslab

I-15
I-14
I-7

I-16
I-17
I-18
I-19

Anda mungkin juga menyukai