A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara I “Pembuatan dan Standarisasi Larutan serta
Penggunaan Larutan Standar untuk Penentuan Kadar Suatu Zat” adalah sebagai
berikut:
1. Membuat larutan HCl 0,1 N dan standarisasi larutan tersebut untuk
menentukan normalitas larutan HCL yang sebenarnya.
2. Membuat larutan NaOH 0,1 N dan standarisasi larutan tersebut untuk
menentukan normalitas larutan NaOH yang sebenarnya.
3. Penggunaan larutan standar untuk penentuan kadar suatu zat.
B. METODOLOGI
1. Alat
a. Buret dan statif
b. Gelas beker 100 ml dan 250 ml
c. Labu takar 50 ml dan 100 ml
d. Neraca analitik
e. Pipet tetes
f. Pipet volime 5 ml
g. Propipet
h. Tabung Erlenmeyer
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam asetat
c. Asam cuka komersial 25%
d. Asam oksalat
e. Boraks
f. HCl pekat
g. Methyl Orange (MO) 3 tetes
h. NaOh kristal
i. Phenol phatlein (PP) 3 tetes
3. Cara kerja
a. Pembuatan larutan HCl
Penghomogenisasian
Aquades
Pelarutan boraks
Penghomogenisasian
Perhitungan N HCl
N HCl
Penimbangan NaOH
Aquades
Pelarutan NaOH
Penghomegenisasian
Pelarutan
Penghomogenisasian
3 tetes PP
Penambahan indikator
Larutan
Penitrasian
NaOH 0,1 N
Penghomogenisasian
Perhitungan konsentrasi
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci, 1985). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut (Putri dkk, 2017).
Standarisasi merupakan suatu proses penentuan konsentrasi larutan secara
tepat dan akurat. Standarisasi dilakukan berdasarkan prinsip penentuan jumlah
asam sehingga dapat dilkukan dengan penambahan basa dalam jumlah yang
ekuivalen. Dalam prinsip penentuan jumlah basa, asam ditambahkan dalam jumlah
yang ekuivalen juga (Darlina, 1998). Standarisasi larutan merupakan proses saat
konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer (John, 2003). Titrasi adalah suatu teknik
laboratorium kimia dasar yang berfungsi untuk menganalisis secara kuantitatif dari
suatu zat yang tidak diketahui konsentrasinya dengan menggunakan sistem
standarisasi suatu zat yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti. Substansi
dari suatu larutan yang tridak diketahui konsentrasinya disebut dengan analit,
sedangkan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya disebut dengan
titran (Pradeep dan Kavil, 2013). HCl merupakan larutan standar sekunder
sehingga harus distandarisasi dengan larutan standar primer. Pada praktikum kali
ini, HCl distandarisasi menggunakan boraks atau natrium tetraborat (Na2B4O7)
sehingga menghasilkan reaksi sebagai berikut :
2 HCl(aq) + Na2B4O7 (aq) + 5 H2O(aq) 4 H3BO(3)(aq) + 2 NaCl (aq)
D. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil standarisasi larutan HCl 0,1 N, dihasilkan normalitas larutan
HCl sebesar 0,094 N gr/L.
2. Berdasarkan hasil standarisasi larutan NaOH 0,1 N, dihasilkan normalitas larutan
NaOH sebesar 0,09337 N gr/L.
3. Berdasarkan hasil standarisasi larutan cuka, dihasilkan normalitas larutan asam
cuka sebesar 4,203 N gr/ L sehingga dapat ditemukan kadar asam cuka dalam zat
tersebut sebesar 25,218%.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. EGC : Jakarta.
Darlina. 1998. Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah KIT RIA T3. Jurnal
Radioisotop dan Radiofarmaka. 1(2).
Day dan Underwood. 1998. Quantitave Analysis: Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga: Surabaya.
Ika, Dani. 2009. Alat Otomatis Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi
Asam Basa. Jurnal Neutrino. 1(2) : 163-168.
Juaristi, Eusphia., Richo, Antonio Martinez., Rivera Arde Gracia., and Samuel Cruz s.
1982. Use of 4 Biphenyl Metanol 4 Biphenyl Acetic Acid and 4 Biphenyl
Carboxilus Acid Triphenyl Metane as Indicator in Titration of Alkyls Study
of Diano Biphenyl Metanol. Jurnal of Organic Chemistry. 48(15) : 2603-
2606.
Khan, Dathan Mocth and Matahar Faroqui. 2011. Analytical Application of Plant
Extract as Natural PH Indicator a Review. Journal Advanced Scientific
Research. 2(4): 20-27.
Kneen, Malea., Farinas Javier., Li Yuxin, and A.S Verkam. 1998. Green Fluorescent
Proyein as As Noninvasive Intracelular PH Indicators. Biophysical Journal.
74(2) : 1591-1599.
Nuryanti, Siti; Sabirin Matsjeh, Chairil Anwar, dan Tri Joko Raharjo. 2010. Indikator
Titrasi Asam-Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L).
AGRITECH. 30(3) : 178-183.
Obei L, Bée A, Talbot D, Jaafar SB, Dupuis V, Abramson S, Cabuil V, & Welschbillig
M. 2013. chitosan/maghemite composite: a magsorbent for the adsorption of
MO. J Colloid Interfac. 4(10) : 52–58.
Petrucci, R.H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Gramedia:
Jakarta.
Putri, Laili Mei A., Trapsilo Prihandono, dan Bambang Supriadi. 2017. Pengaruh
Konsentrasi Larutan terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 6(2) : 147-153.
Pradeep, D. and Kavil Dave. Inexpensive and Less Hazardous Acid Base Indicator.
Journal of Laboratory Chemical Education. 1(2) : 34-38.
Surakarta, I Nyoman. 1999. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Terayama, H. 1952. Method of Colloid Titration (A New Titration Between Polymer
Ions). Journal of Polymer Science. 8(2) : 243–253.
Suryandari, Ervin., Tri. (2011). Analisis Bahan Pengawet Benzoat pada Saos Tomat
Yang Beredar di Wilayah Kota Surabaya. Jurnal Phenomeon, 2(1).
Taufik, M., Seveline, S., & Adriyanti, M. (2018). Evaluasi Penetapan Kadar Kalsium
pada Minuman Yogurt secara Titrasi Kelatometri. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan, 7(1)
LAMPIRAN PERHITUNGAN
0,6×2×1 15
NHCl = 382×0,01 × 50
0,3×2×1 15
NNaOH = 126×0,0153 × 50
1𝐿
4,203 𝑁 𝑔𝑟/𝐿×60×
1000 𝑚𝐿
(%b/v) = × 100%
1
(%b/v) = 25,218%