NIM : 1818131
Kelas : 2C
Kelompok :5
LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUK DAN BAHAN INDUSTRI KIMIA
JUDUL
Analisis Sabun Mandi Cair
Percobaan 1: Pengukuran pH
Percobaan 2: Pengujian Alkali Bebas
TUJUAN
Percobaan 1 : Mengetahui dan mengukur pH sabun mandi cair.
Percobaan 2 : Menetapkan kadar alkali bebas dalam sabun mandi cair;
Dapat mengideantifikasi kualitas sabun mandi cair berdasarkan kadar alkali
bebas.
PRINSIP
Percobaan 1 : pH dihasilkan dari aktivitas ion H+ dan ion OH- yang terdapat pada larutan
asam atau basa. Sabun merupakan hasil reaksi dari asam lemah dan basa kuat
sehingga ketika dilarutkan akan menghasilkan ion OH- yang bersifat basa,
karena itulah sabun bersifat basa.
Percobaan 2 : Penetapan kadar alkali bebas dalam sabun mandi cair dapat dilakukan dengan
titrasi asidimetri. Sabun mandi cair dilarutkan dengan alkohol lalu dipanaskan,
maka ion alkali akan lepas dari molekul sabun dan dititar dengan asam klorida
dengan indikator phenolphthalein (PP). Jumlah alkali bebas sebanding dengan
jumlah asam klorida yang digunakan untuk menetralkan sampel.
REAKSI
H2C – O – C – R1 H2C – OH
HC – O – C – R2 + 3NaOH HC – OH + 3H – C - ONa
H2C – O – C – R3 H2C – OH
d) Indikator PP
OH OH ONa O
C + NaOH C + 2H2O
C C ONa
C + HCl C
C ONa C
DASAR TEORI
Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium ) dari asam lemak. Sabun
dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliseril
dalam kondisi basa.
Sabun adalah senyawa dari garam asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat
(C17H33COO-Na+). Sabun merupakan produk pembersih untuk kulit manusia, seperti
detergen. Sabun mempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan
ujung anionik yang larut air. Mekanisme sabun mengangkat minyak atau lemak dari benda
adalah molekul sabun larut dalam air dan ujung hidrofobik mengepung molekul
minyak, sedangkan ujung anion terlarut dalam air membentuk misel sehingga minyak
terlepas dari benda (Cakrabuana, 2010). Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat
sabun terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda. Apabila semua ikatan karbon dalam asam
lemak terdiri dari ikatan tunggal disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua
atom karbon berikatan dengan ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Jumlah asam
lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh kelembutan pada
sabun yang dibuat (Zaelana, dkk, 2011).
Bentuk-bentuk sabun :
1. Sabun Cair
1) Dibuat dari minyak kelapa
2) Alkali yang digunakan NaOH
3) Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2. Sabun Lunak
1) Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit
2) Alkali yang dipakai NaOH
3) Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3. Sabun Keras
1) Dibuat dari lemak netral yang padat
2) Alkali yang dipakai NaOH
3) Sukar larut dalam air (Prawira, 2010).
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun. Sabun dibuat dari proses
saponifikasi lemak hewan dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fattyacids yang
terdiri dari rantai hidrikarbon panjang yang berikatan membentuk gugus karboksil. Reaksi
saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH)
(Prawira, 2010). Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dari gliserin sebagai produk samping. Gliserin dari produk samping juga
mempunyai nilai jual. Sabun dengan berat molekul rendah akan mudah larut dan memiliki
struktur sabun yang lebih keras (Astuti, 2012). Apabila trigliserida direaksikan dengan alkil,
maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan
terpisah. Proses ini disebut saponifikasi. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal
dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air.
Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH
dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus lemak
tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dianggap selesai (Zaelana, 2011).
Suatu sabun mandi yang baik, kualitas kadar alkali bebas tidak boleh melebihi 0,05 %.
Kadar air dalam sabun kecantikan maksimum 15 % dan kadar garam dalam sabun mandi
tidak boleh melebihi 0,6 % (Zaelana, dkk, 2011).
CARA KERJA
a) Pengukuran pH
Dikalibrasi pH Ditimbang 50 mg sample, Diukur pH sampel
meter dengan diarutkan dengan dengan pH meter
larutan Buffer pH 4 menambahkan 50 mL yang sudah
dan pH 10 aquadest dikalibrasi
Dioleskan vaselin di
Dipasang ujung mulut
Dipanaskan hingga Erlenmeyer yang Erlenmeyer dan
mendidih selama berisi sampel ke ditambahkan batu
30 menit pendingin tegak didih
Ditambahkan indikator Jika belum merah, Jika masih belum
PP setetes demi setetes ditambahkan NaOH merah, dihitung
sampai berwana merah 0,1 N maksimum 2 %LDM nya
drop
DATA PENGAMATAN
a) Data Pengamatan Fisik
b) Tabel pengukuran PH
2. Sampel
RUMUS PERHITUNGAN
c) Stadardisasi HCl
mg Boraks
N HCl =
BE Boraks x V HCl
Ulangan 1 = (190,6 mg / (190,6 mg/mgrek x 10,10 ml))
= 0,0990 mgrek/ml
Ulangan 2 = (190,7 mg / (190,6 mg/mgrek x 10,15 ml))
= 0,0986 mgrek/ml
Rata-rata = 0,0988 mgrek/ml
% RPD = (0,0004 / 0,0988) mgrek/ml x 100%
= 0,40 %
PEMBAHASAN
Sabun adalah garam logam dari asam lemak. Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara
mereaksikan asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan. Suatu molekul sabun
mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang dengan ujungnya ion. Bagian hidrokarbon dari
molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat nonpolar, sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air, karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Sifat-sifat sabun ditentukan oleh jumlah dan
komposisi dari komponen asam-asam lemak yang digunakan komposisi asam-asam lemak
yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada
umumnya panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaannya karena
dapat membuat iritasi pada kulit. Sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian-
bagian asam-asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena
udara. Sabun umumnya mengandung bahan-bahan seperti texapon, camperion, etilen diamin
tetraasetat (EDTA), propilen glikol, dan pewarna.
Kemudian untuk pengujian parameter yang kedua yaitu penetapan kadar alkali bebas,
diperoleh hasil kadar alkali bebas sebesar 0,09 %(b/b) dan 0,09 %(b/b) dengan rerata 0,09 %
(b/b) dimana hasil ini memenuhi syarat dalam SNI karena kadar alkali bebas maksimal 0,1%.
Dalam penetapan kadar alkali bebas digunakan metode titrasi asidimetri dengan HCl
sebagai titran dan sampel sabun sebagai titrat. HCl yang digunakan sudah distandarisasi
dengan hasil Normalitas 0.0990 mgrek/mL dan 0.0986 mgrek/mL . Titik ekuivalen asidimetri
yaitu memudarnya warna merah muda pada sampel dan titik akhir dengan tidak berwarnanya
larutan.
KESIMPULAN
1. PH sampel sabun cair memenuhi syarat yang ditetapkan SNI 06-4085-1996 (pH 8-11)
yaitu sebesar 9,16.
2. Kadar alkali bebas dalam sampel sabun cair memenuhi syarat yang ditetapkan SNI 06-
4085-1996 (kadar alkali bebas maksimal 0,1 % (b/b) yaitu sebesar 0.09 % (b/b).
%RPD pH : 0,33 %
Semua hasil %RPD memenuhi syarat %RPD < 5%. %RPD dapat menunjukkan tingkat
keakuratan data yang satu dengan yang lain (pengulangan) yang diperoleh perbedaan tidak
berbeda nyata dan menunjukan kekonsistensian kerja praktikan dalam menganalisis.
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia. Standar Mutu Sabun Mandi Cair. Badan Standarisasi
Nasional Indonesia. Indonesia. No.06-4085-1996
LAMPIRAN
O O
C C
R ONa + H2O R OH + NaOH