Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

ASIDI-ALKALIMETRI

Oleh :

Nama : Anis Fitria Yuliani

NIM : 190105011

Hari/Tgl Praktikum : Senin, 14 September 2020

Kelompok : A1

Asisten/Dosen Pengampu : Sri Royani, M.Si.

1
ASIDI-ALKALIMETRI

I. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar suatu senyawa obat dalam sampel
menggunakan prinsip reaksi asam-basa.
II. Dasar Teori
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi suatu larutan basa dengan
menggunakan larutan asam sebagai standarnya. Sebaliknya, Alkalimetri adalah
penentuan konsentrasi suatu larutan asam dengan menggunakan larutan basa
sebagai standarnya (Suyatno, 2007).
Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat
golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi
Alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri)
dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa
lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan
senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Basset, 1994).
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Pipet tetes
2. Labu ukur
3. Timbangan analitik
4. Erlenmeyer
5. Gelas arloji
6. Gelas piala
B. Bahan
1. Asam klorida
2. Natrium karbonat
3. Asam oksalat
4. Indicator phenolphtalein

2
IV. Prosedur Kerja

Larutan Baku

A. Larutan Asam Klorida 0,1 N

Pembuatan larutan HCl 0,1 N: Dimasukkan ke dalam botol bersih


bersumbat kaca sejumlah asam klorida pekat, diencerkan dengan akuades
hingga tiap 1000 ml mengandung 8,5 ml asam klorida pekat. Dicampur
dengan membolak-balikkan labu.
Pembakuan larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3 : Ditimbang 200 mg
natrium karbonat anhidrat seksama, yang sebelumnya telah dikeringkan pada
suhu 270-300˚ C selama setengah jam. Larutkan dalam 50 ml air. Dititrasi
langsung dengan larutan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator metil
jingga hingga warna kuning berubah menjadi merah.

B. Larutan baku NaOH 0,1 N

Pembuatan NaOH 0,1 N : Dilarutkan sejumlah natrium hidroksida dalam air


bebas CO2 secukupnya hingga tiap 1000 ml larutan mengandung 4,001 g
NaOH.
Pembakuan NaOH dengan asam oksalat : Ditimbang dengan seksama
0,315 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4 2H2O) dalam gelas arloji,
masukkan zat tersebut dengan hati-hati ke dalam gelas piala 50 ml, gelas arloji
dibilas dengan akuades sampai asam oksalat masuk ke dalam gelas piala secara
kuantitatif. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur sampai tanda batas.
Labu ditutup dan larutan dikocok dengan cara membolak-balikkan labu
tersebut hingga larutan tersebut homogen.
Dipipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat (asam oksalat 0,1 N yang telah
dibuat sebelumnya), masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 2-3 tetes
indicator phenolphthalein. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai
terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Dilakukan
titrasi.

3
C. Penetapan Kadar Asam Cuka
Diambil cuka sebanyak 10 ml, lalu memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
selanjutnya menambahkan akuades hingga mencapai tanda batas.
Menghomogenkan larutan cuka. Diambil sebanyak 10 ml larutan cuka dan
memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan indikator pp sebanyak 2-
3 tetes. Dititrasi larutan cuka dengan menggunakan larutan NaOH yang berada
di dalam buret. Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dari jernih
menjadi ungu. Dicatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi larutan
cuka dan menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam cuka.
Hitung kadar total asam.
D. Penetapan Kadar Natrium Bikarbonat
Ditimbang 10 ml larutan Natrium Bikarbonat yang tidak diketahui kadarnya,
ditambahkan indikator metil jingga/metil merah, titrasi dengan HCl 0,1 N
hingga larutan berwarna jingga/merah muda lemah. Hitung kadar larutan
tersebut!

4
V. Data Pengamatan
a. Data pengamatan pembuatan dan pembakuan larutan HCL 0,1 N
No. Perlakuan Pengamatan
1 Pembuatan larutan HCl 0,1 N: Larutan HCl
Masukkan ke dalam botol bersih bersumbat kaca yang homogen
sejumlah asam klorida pekat, diencerkan dengan
akuades hingga tiap 1000 ml mengandung 8,5 ml
asam klorida pekat. Campur dengan membolak-
balikkan labu.
2 Pembakuan larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3 : Volume HCl
Lebih kurang 200 mg natrium karbonat anhidrat yang
ditimbang seksama, yang sebelumnya telah digunakan
dikeringkan pada suhu 270-300˚ C selama setengah sebanyak 30
jam. Larutkan dalam 50 ml air. Titrasi langsung ml
dengan larutan asam klorida 0,1 N menggunakan
indikator metil jingga hingga warna kuning berubah
menjadi merah.
3 Normalits HCl dihitung

b. Data pengamatan pembuatan pembakuan larutan baku NaOH 0,1 N


No Perlakuan Pengamatan
1 Pembuatan NaOH 0,1 N : Larutan NaOH
Sejumlah natrium hidroksida dilarutkan dalam air yang homogen
bebas CO2 secukupnya hingga tiap 1000 ml larutan
mengandung 4,001 g NaOH.
2 Pembakuan NaOH dengan asam oksalat : Larutan asam
Timbang dengan seksama 0,0315 gram asam oksalat oksalat yang
dihidrat (H2C2O4 2H2O) dalam gelas arloji, masukkan homogen
zat tersebut dengan hati-hati ke dalam gelas piala 50
ml, gelas arloji dibilas dengan akuades sampai asam
oksalat masuk ke dalam gelas piala secara kuantitatif.
Tambahkan akuades ke dalam labu ukur sampai tanda
batas. Labu ditutup dan larutan dikocok dengan cara

5
membolak-balikkan labu tersebut hingga larutan
tersebut homogen.
Pipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat (asam
oksalat 0,1 N yang telah dibuat sebelumnya),
masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 2-3 tetes
indicator phenolphthalein. Larutan ini dititrasi dengan
larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
Dilakukan titrasi

Volume
NaOH yang
digunakan =
5,5 ml
3 Normalitas NaOH dihitung

c. Data pengamatan penetapan kadar asam cuka


No Perlakuan Pengamatan
1 Pertama mengambil cuka sebanyak 10 ml, lalu Volume
memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, selanjutnya NaOH yang
menambahkan akuades hingga mencapai tanda batas. digunakan =
Menghomogenkan larutan cuka. Mengambil sebanyak 30 ml
10 ml larutan cuka dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer. Menambahkan indikator pp sebanyak 2-3
tetes. Menitrasi larutan cuka dengan menggunakan
larutan NaOH yang berada di dalam buret. Mengamati
hingga terjadi perubahan warna larutan dari jernih
menjadi ungu. Mencatat volume NaOH yang
digunakan untuk menitrasi larutan cuka dan
menghitung kadar asam asetat yang terkandung di
dalam cuka. Hitung kadar total asam

6
d. Data pengamatan penetapan kadar natrium bikarbonat
No Perlakuan Pengamatan
1 Sebanyak 10 ml larutan Natrium Bikarbonat yang Volume HCl
tidak diketahui kadarnya, ditambahkan indikator metil yang
jingga/metil merah, titrasi dengan HCl 0,1 N hingga digunakan =
larutan berwarna jingga/merah muda lemah. Hitung 15 ml
kadar larutan tersebut!

VI. Perhitungan
A. Normalitas HCl

Diketahui :

 mg Na2CO3 = 200 mg
 BM Na2CO3 =
Na : 23 x 2 = 46
C : 12
O : 16 x 3 = 48

Na2CO3: ( 46 + 12 + 48 ) = 106 gram/mol

 Larutan HCl = 30 ml

Jawab :

2 x mg Na2CO3
Normalitas HCl = 𝐵𝑀 𝑁𝑎2𝐶𝑂3 𝑥 𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

2 𝑥 200 𝑚𝑔 400
= 106 𝑥 8,5 𝑚𝑙 = 901 = 0,125 N

B. Normalitas NaOH
Diketahui :
 Mg asam oksalat = 0,315 mg
 Volume NaOH = 5,5 ml
 BM asam oksalat

Mr asam oksalat dihidrat (C2H4O2.2H2O)


7
Mr H2C2O4.2H2O = 2 (Ar H) + 2 (Ar C) + 4 (Ar O) + 4 (Ar H ) + 2 (Ar O)

Mr H2C2O4 . 2H2O = 2(1) + 2(12) +4(16) + 4 (1) + 2 (16)

Mr H2C2O4 . 2H2O = 90 + 36 = 126

2 x mg asam oksalat
Normalitas NaOH = 𝐵𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

2 x 0,315 mg
= = 9 x 10-4 N
126 𝑥 5,5 𝑚𝑙

C. Kadar asetat yang terkandung di dalam cuka


 Diketahui :
 N1 NaOH = 0,099 N
 V1 NaOH = 30 ml
 Fp = 10
 V2 CH3COOH = 10 ml
 Jawab

N1 NaOH X V1 NaOH x fp = N2 X V2 CH3COOH

0,099 N x 30 x 10 = N2 X 10

29,7
= N2
10

2,97 N = N2 CH3COOH

𝑔𝑟 1000
N CH3COOH = 𝑚𝑟 𝑥 𝑉

𝑔𝑟 1000
2,97 = 60 𝑥 10

600
gr = 2,97 𝑥 1000

gr = 1,782 gram

𝑔𝑟
 kadar total asam = 𝑣𝑜𝑙 𝑥 100%

1,782
= 𝑥 100%
10

8
= 17,82 %

D. Penetapan kadar natrium bikarbonat


 Diketahui :
 N1 HCl = 0,126 N
 V1 HCl = 30 ml
 Fp = 10
 V2 NaHCO3 = 10 ml
 Jawab

N1 HCl X V1 HCl x fp = N2 X V2 NaHCO3


0,126 N x 30 x 10 = N2 X 10
18,9
= N2
10

1,89 N = N2 NaHCO3

𝑔𝑟 1000
N NaHCO3 = 𝑚𝑟 𝑥 𝑉

𝑔𝑟 1000
1,89 = 𝑥
84 10

1,89 𝑋 84
gr = 100

gr = 0,84 gram
𝑔𝑟
kadar total asam = 𝑣𝑜𝑙 𝑥 100%

0,84
= 𝑥 100%
10

= 8,4 %

9
VII. Pembahasan
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang
luas penggunaanya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaanya yang
mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk
menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-beda. Salah satu
metode yang sering digunakan dalam analisis volumetri yaitu titrasi asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam reaksi itu,
menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi
terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan
membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi asam basa.
Dalam praktikum ini, Pembuatan larutan HCl 0,1 N dengan cara dimasukkan ke
dalam botol bersih bersumbat kaca sejumlah asam klorida pekat, diencerkan dengan
akuades hingga tiap 1000 ml mengandung 8,5 ml asam klorida pekat. Campur
dengan membolak-balikkan labu. Cara ini akan menghasilkan larutan HCl yang
homogen. Kemudian pada pembakuan larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3 caranya
yaitu lebih kurang 200 mg natrium karbonat anhidrat ditimbang seksama, yang
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 270-300˚ C selama setengah jam. Larutkan
dalam 50 ml air. Titrasi langsung dengan larutan asam klorida 0,1 N menggunakan
indikator metil jingga hingga warna kuning berubah menjadi merah. Pada
pembakuan ini larutan yang digunakan adalah Na2CO3 hal ini disebabkan karena
Natrium karbonat bersifat basa sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku
asam. Sehingga didapatkan normalitas HCl sebanyak 0,125 N.
Pada pembuatan NaOH 0,1 N dengan cara sejumlah natrium hidroksida
dilarutkan dalam air bebas CO2 secukupnya hingga tiap 1000 ml larutan
mengandung 4,001 g NaOH. Larutan yang dihasilkan adalah larutan NaOH yang
homogen. Kemudian pada pembakuan NaOH dengan asam oksalat dengan cara
timbang dengan seksama 0,315 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4 2H2O) dalam
gelas arloji, masukkan zat tersebut dengan hati-hati ke dalam gelas piala 50 ml,
gelas arloji dibilas dengan akuades sampai asam oksalat masuk ke dalam gelas piala
secara kuantitatif. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur sampai tanda batas.
Labu ditutup dan larutan dikocok dengan cara membolak-balikkan labu tersebut
hingga larutan tersebut homogen. Pipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat
(asam oksalat 0,1 N yang telah dibuat sebelumnya), masukkan ke dalam

10
erlenmeyer, tambahkan 2-3 tetes indicator phenolphthalein. Larutan ini dititrasi
dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda. Dilakukan titrasi. Hasil dari pembakuan ini adalah
asam oksalat yang homogen. Reaksi yang terjadi adalah :

H2C2O4 + 2 NaOH → Na2C2O4 + 2H2O

NaOH bukan merupakan larutan standar primer, karena sifatnya yang kurang
stabil. Larutan NaOH tidak dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni, itu
dikarenakan konsentrasi tepatnya tidak dapat dihitung dari berat NaOH yang
ditimbang dan volume larutan yang dibuat, walaupun kedua-duanya dilakukan
dengan cermat. (W.Harjadi) NaOH juga mempunyai sifat sangat higroskopis
dimana sangat mudah untuk menyerap uap-uap air di udara yang mana tentunya
akan mengakibatkan konsentrasi NaOH dapat berubah. Sehingga perlu adanya
standarisasi larutan NaOH terlebih dahulu supaya mendapatkan larutan NaOH
dengan konsentrasi yang tepat. Karena NaOH bersifat basa, maka diperlukan
larutan standar asam dalam proses standarisasinya. Normalitas dari NaOH tersebut
sebesar 9 x 10-4 N.
Pada saat melakukan penetapan kadar asam cuka dilakukan dengan cara
mengambil cuka sebanyak 10 ml, lalu memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
selanjutnya menambahkan akuades hingga mencapai tanda batas.
Menghomogenkan larutan cuka. Mengambil sebanyak 10 ml larutan cuka dan
memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator pp sebanyak 2-3
tetes. Menitrasi larutan cuka dengan menggunakan larutan NaOH yang berada di
dalam buret. Mengamati hingga terjadi perubahan warna larutan dari jernih menjadi
ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi larutan cuka dan
menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam cuka. Kadar asam asetat
sendiri didalam cuka sebanyak 17,82%. Reaksi yang terjadi adalah :

NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

Pada penentuan kadar natrium Bikarbonat menggunakan metode alkalimetri


dimana menggunakan HCl 0,1 N dengan indicator metil jingga/metil merah.
Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan warna. Warna akhir pada

11
titrasi penentuan kadar natrium Bikarbonat ini adalah jingga/merah muda. Kadar
pada natrium bikarbonat sendiri adalah 8,4%.

VIII. Kesimpulan
1. Titrasi asam basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi.
2. Pada pembakuan HCl dengan larutan Na2CO3 hal ini terjadi karena Na2CO3 hal
ini disebabkan karena Natrium karbonat bersifat basa sehingga titran yang
digunakan adalah larutan baku asam.
3. Hasil dari pembakuan NaOH dengan asam oksalat adalah asam oksalat yang
homogen.
4. Perubahan warna yang terjadi pada penentapan kadar asam cuka adalah
perubahan warna larutan dari jernih menjadi ungu.
5. Warna akhir pada titrasi penentuan kadar natrium Bikarbonat ini adalah
jingga/merah muda.

12
DAFTAR PUSTAKA

Basset J. dan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:

Buku kedokteran EGC.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Suyatno, dkk. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: PT Grasindo.

13

Anda mungkin juga menyukai