Anda di halaman 1dari 12

B.

DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0.1 M
HCl pekat

Dihitung Konsentrasinya
Dilakukan pengenceran dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
Aquades

Dihomogenkan

Hasil

2. Standarisasi larutan HCl dengan Boraks 0,05 M (Na2B4O7.10H2O)


Na2B4O7.10H2O

Ditimbang 1,9 gram


Dilarutkan ke dalam gelas beker

Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml


Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas


Dihomogenkan
Diambil 10 ml ke dalam erlenmeyer
Indikator pp

Ditambahkan 1-2 tetes

C. DATA HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN


1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
BJ HCl

: 1,19

Kadar HCl

: 32%

Volume HCl yang dibutuhkan

: 0,96 mL

Perhitungan: Diket: Mr HCl = 36,5


M=
=
= 10,43 molar
M1 . V1 = M2 . V2
V1 =
= 0,96 mL
Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?
Karena HCl yang kita pakai merupakan HCl pekat dengan kadar 32%, jadi harus
menggunakan rumus diatas sehingga tetap memperhitungkan BJ HCl untuk mendapatkan
konsentrasi dari HCl pekat.
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M
Volume HCl

: 9,4 mL

Molaritas HCl

: 0,05 M

Berat boraks

: 1,905 gram

Molaritas larutan HCl hasil


standarisai
Perhitungan: Mr Boraks = 381

: 0,106 M

Persamaan Reaksi : Na2B4O7.10H2O + 2HCl


M

0,05 =

x
x

0,05 =

2NaCl + 4H3BO4 + 5H2

Koef =
Standarisasi :
M HCl =

1905 = 1000.gr

gr = 1,905 gram

= 0,106 M

Mengapa asam boraks digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl?


Karena Na pada boraks memiliki massa setara relatif tinggi, yang berarti potensi kesalahan
dalam standarisasi lebih kecil daripada dalam kasus bahan lain. Sehingga terjadi reaksi yang
positif yakni terjadi perubahan warna dari oranye menjadi kuning konstan. Asam boraks

begitu lemah, sehingga keberadaannya tidak mengganggu dengan deteksi titik akhir
(Mukaromah, 2009).
3. Pembuatan larutan standar NaOH
Berat NaOH

: 0,4 gram

Volume larutan NaOH

: 100 mL

Molaritas larutan NaOH

: 0,1 M

Perhitungan

:M

0,1M =
gr

= 0,4 gram

Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?


NaOH perlu distandardisasi karena senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah
mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara.
4. Standarisasi larutan standar NaOH
Berat asam oksalat

: 5,6 mL

Volume akuades

: 90 mL

Volume larutan NaOH 0,1 M

: 10 mL

Molaritas larutan NaOH

: 0,17 M

Perhitungan:
Persamaan Reaksi:
H2C2O4 + 2NaOH
MNaOH

Na2C2O4 + 2H2O
=
=
= 0,17 M

Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan asam oksalat?


Dalam pembuatannya mungkin NaOH dapat dihasilkan cukup murni akan tetapi
dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan, NaOH bersifat higroskopis, artinya
menarik uap air dari udara, selain itu juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua
proses ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi dan bila ditimbang sejumlah tertentu sukar
untuk mengetahui berapa sebenarnya NaOH murni yang terkandung di dalamnya karena
jumlah H2O maupun CO2 yang ditarik oleh NaOH tidak dapat ditentukan. Padahal NaOH itu

nantinya akan digunakan sebagai titran. Itulah sebabnya NaOH harus distandardisasi untuk
mengetahui konsentrasinya pada saat itu. Bahan seperti NaOH yang mudah berubah
konsentrasinya disebut bahan baku sekunder. Standardisasi NaOH dilakukan dengan
menggunakan larutan baku primer (asam oksalat), yaitu suatu bahan yang konsentrasi
larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan yang sangat murni (sifatnya stabil dan
memiliki berat ekuivalen tinggi) (Day, 2004).
Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?
Indikator pp digunakan dalam percobaan ini karena phenolphthalein tidak berwarna
dengan pH antara 8,3 10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa dalam
proses sudah mencapai titik ekuivalen (Day, 2004).
5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Volume larutan asam cuka

: 10 mL

Volume NaOH (titrasi)

: 45 mL

Persamaan reaksi

: NaOH + CH3OOH

Kadar total asam (% b/v)

: 45,9 %

CH3COONa +H2O

Perhitungan:
Persamaan reaksi : NaOH + CH3OOH

CH3COONa +H2O

Mas.cuka x Vas.cuka = (MNaOH x VNaOH) x Fp


M as.cuka =

x Fp

x 10

= 7,65 M
% (b/v) =
=

M=

gr =
gr =
gr = 4,59 gr

x 100%
x 100%

= 45,9 % (b/v)

Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk
pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!
Bisa, contohnya adalah untuk menganalisis bahan organik, keasaman dalam cuka,
kadar garam, kadar asam dalam minuman, dan kadar OH- yang terkandung didalam obat
maag.

Analisa Prosedur
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
Langkah pertama adalah perhitungan konsentrasi larutan HCl 0,1 M dari HCl 32%.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu HCl 0,1 M dari HCl 32% (sebagai larutan yang
akan dititrasi) dan aquades (sebagai pelarut). Alat-alat yang digunakan yaitu gelas
beker (untuk wadah sementara HCl yang akan dibuat), pipet ukur (untuk mengambil
larutan HCl 0,1 M yang telah dibuat) dan labu takar 100 ml (untuk menghomogenkan
larutan HCl dengan aquades dan untuk mengukur volume larutan campuran). Langkah
pertama, cari molaritas HCl yang akan digunakan dengan rumus M =

kemudian setelah didapat molaritas HCl sebesar 10,43 M, cari volume HCl yang
dibutuhkan dengan rumus V1.M1 = V2.M2, akan didapat volume HCl sebesar 0,96
mL. Ambil larutan HCl sebanyak 0,96 mL dengan pipet ukur dan masukkan ke dalam
gelas beker sebagai tempat sementara larutan, kemudian masukkan aquades
secukupnya. Selanjutnya pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar dan
tambahkan aquades sampai tanda batas, kemudian homogenkan dengan pengocokan
minimal 12 kali agar larutan homogen dengan sempurna.

2. Standarisasi larutan HCl dengan Boraks 0,05 M (Na2B4O7.10H2O)


Pada praktikum kedua bahan-bahan yang akan digunakan adalah HCl 0,1 M (sebagai
larutan yang akan distandarisasi), boraks (Na2B4O7.10H2O) (sebagai larutan standar
primer), aquades (sebagai pelarut), dan indikator pp (sebagai indikator untuk
menandai tercapainya titik ekuivalen). Alat- alat yang digunakan adalah spatula
(sebagai pengaduk), gelas beker (untuk wadah sementara larutan dan untuk
melarutkan padatan boraks), labu takar 100 mL (untuk menghomogenkan larutan
dengan pelarut dan tempat ukur volume larutan campuran), timbangan analitik (untuk
menimbang padatan boraks), Erlenmeyer (sebagai wadah larutan yang akan dititrasi),
pipet tetes (untuk mengambil larutan dan indikator pp dalam skala tetes), dan buret
(untuk meneteskan larutan standar sekunder saat titrasi). Langkah pertama, hitung
berat boraks dengan rumus n = M . V sehingga akan didapatkan berat boraks sebesar
1,905 gram, hitung molaritas HCl dengan rumus M HCl =

. Ambil

boraks menggunakan spatula sampai dengan berat tersebut dan timbang dengan
timbangan analitik agar massa yang diambil sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
membuat larutan boraks 0,05 M. Larutkan di dalam gelas beaker dengan aquades
secukupnya, aduk dengan menggunakan pengaduk. Kemudian masukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas, dan homogenkan. Ambil
10 mL larutan tersebut dan masukkan ke dalam erlenmeyer sebagai tempat titrasi, beri
2 tetes indikator pp, kemudian titrasikan dengan larutan HCl 0,106 M sampai terlihat
perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Lakukan titrasi sebanyak dua kali
untuk memastikan hasil pengukuran telah benar, kemudian catat hasilnya.

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M


Bahan-bahan yang digunakan yaitu NaOH 0,4 gram (sebagai bahan untuk membuat
larutan standar NaOH 0,1 M) dan aquades (sebagai pelarut). Alat-alat yang digunakan
yaitu gelas beker (untuk wadah melarutkan padatan NaOH), timbangan analitik (untuk
menimbang massa padatan NaOH), pengaduk (untuk mengaduk dalam melarutkan
padatan NaOH) dan labu takar 100 ml (untuk menghomogenkan larutan NaOH dengan
aquades dan untuk mengukur volume larutan campuran). Langkah pertama adalah
perhitungan massa padatan NaOH menggunakan rumus M =

sehingga

didapatkan massa padatan NaOH sebanyak 0,4 gram. Langkah selanjutnya adalah
melarutkan padatan NaOH dengan aquades secukupnya didalam gelas beker,
pindahkan ke labu ukur 100 ml dan tambahkan air hingga tanda batas kemudian
homogenkan. Homogenkan dengan pengocokan minimal 12 kali agar larutan
homogen dengan sempurna.

4. Standarisasi Larutan NaOH


Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan NaOH yang telah dibuat (sebagai larutan
yang akan distandarisasi), aquades (sebagai pelarut), indikator pp (sebagai indikator
untuk menandai tercapainya titik ekuivalen), dan larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
(sebagai larutan standar primer). Alat-alat yang digunakan adalah gelas beker (sebagai
wadah larutan sementara), Erlenmeyer (sebagai wadah larutan yang akan dititrasi),
pipet tetes (untuk mengambil larutan dan indikator pp dalam skala tetes), pipet ukur
(untuk mengambil larutan NaOH dan asam oksalat dalam volume yang telah
ditentukan), dan buret (untuk meneteskan larutan standar sekunder saat titrasi).
Langkah pertama adalah mengambil 10 mL larutan asam oksalat 0,05 M dengan
menggunakan pipet ukur ke dalam erlenmeyer sebagai tempat titrasi, kemudian
berikan 2 tetes indikator pp. Lalu titrasikan dengan larutan NaOH yang telah
dimasukkan ke dalam buret. Amati hingga warna berubah dari bening menjadi merah
muda, lakukan sebanyak dua kali dan catat kedua volume NaOH yang digunakan
untuk titrasi, kemudian hitung rata- rata volume NaOH yang digunakan. Untuk

mendapatkan molaritas NaOH, menggunakan rumus MNaOH =


,maka akan didapatkan molaritas NaOH sebesar 0,17 M.

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka


Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan NaOH yang telah dibuat (sebagai larutan
yang akan distandarisasi), aquades (sebagai pelarut), indikator pp (sebagai indikator
untuk menandai tercapainya titik ekuivalen), dan asam cuka perdagangan (sebagai
larutan standar primer). Alat-alat yang digunakan adalah gelas beker (sebagai wadah
larutan sementara), Erlenmeyer (sebagai wadah larutan yang akan dititrasi), pipet tetes
(untuk mengambil larutan dan indikator pp dalam skala tetes), pipet ukur (untuk
mengambil larutan NaOH dan cuka dalam volume yang telah ditentukan), dan buret
(untuk meneteskan larutan standar sekunder saat titrasi). Langkah pertama ambil 10
mL larutan asam cuka perdagangan dengan menggunakan pipet ukur, kemudian
masukkan kedalam labu ukur 100 mL untuk dihomogenkan dan tambahkan aquades
sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp = 10). Kemudian ambil 10 mL larutan
asam cuka yang telah diencerkan, masukkan kedalam erlenmeyer sebagai tempat
titrasi dan tambahkan 2 tetes indikator pp. Kemudian titrasikan dengan larutan NaOH
sampai warna berubah dari bening hingga menjadi merah muda. Catat volume NaOH
yang digunakan hingga terjadinya perubahan warna larutan dan lakukan percobaan
sebanyak 2 kali. Untuk menghitung kadar asam cuka, pertama hitung molaritas asam
cuka dengan rumus Mas.cuka =

x Fp , maka akan didapatkan molaritas

asam cuka sebesar 7,65 M. Kemudian hitung massa asam cuka dengan rumus gr =
, maka akan didapatkan massa asam cuka sebesar 4,59 gram. Kemudian
hitung kadar dengan rumus % (b/v) =

x 100%. Sehingga akan didapatkan

kadar asam cuka perdagangan sebesar 45,9 % (b/v).

Analisa Hasil
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M dari HCl 32%:
Menggunakan rumus M =
M =

dengan diketahui % = 32,

= 1,19 dan Mr = 36,5.

dan didapatkan hasil berupa molaritas awal HCl yaitu 10,43 M.

Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan volume HCl yang dibutuhkan yaitu dengan
rumus:
M1 . V1 = M2 . V2

V1 =

sehingga didapatkan hasil volume HCl sebanyak 0,96 mL. Perhitungan

yang dilakukan sesuai dengan literatur yang ada yaitu perhitungan menggunakan
rumus pengenceran dan mencari molaritas dari kadar larutan (Mukaromah, 2009).
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks
Menggunakan rumus M =

dan dihitung massa boraks yang dibutuhkan yaitu

didapatkan sebanyak 1,905 gram. Diketahui dari persamaan reaksi boraks dengan HCl
didapatkan perbandingan koefisien yang merupakan perbandingan mol pula yaitu n
HCl : n Boraks = 2 : 1. Maka jika dimasukkan ke dalam rumus adalah
MHCl =

dan didapatkan hasil molaritas HCl yaitu 0,106 M.

Rumus yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada yaitu rumus molaritas
(Mukaromah, 2009).
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Menggunakan rumus molaritas yaitu M =

dan yang dicari adalah massa

padatan NaOH maka rumus menjadi, m =

dan massa yang diperoleh dari

perhitungan adalah 0,4 gram. Rumus yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada
yaitu rumus molaritas (Mukaromah, 2009).
4. Standarisasi larutan standar NaOH dengan asam oksalat
Diketahui dari persamaan reaksi asam oksalat dengan NaOH didapatkan perbandingan
koefisien yang merupakan perbandingan mol pula yaitu n HCl : n Boraks = 2 : 1.
Maka

jika

dimasukkan

ke

dalam

rumus

adalah

NaOH

dan didapatkan hasil molaritas NaOH yaitu 0,17 M.


Rumus yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada yaitu rumus molaritas
(Mukaromah, 2009).
5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Menggunakan rumus pengenceran tetapi ditambahkan dengan faktor pengenceran
yaitu Mas.cuka x Vas.cuka = (MNaOH x VNaOH) x Fp, karena yang dicari adalah molaritas
asam cuka maka rumus menjadi: Mas.cuka =

x Fp. Fp (faktor

pengenceran) ditetapkan 10 karena pengenceran asam cuka dilakukan dengan


mengencerkan 10 mL larutan asam cuka menjadi 100 mL. Molaritas asam cuka yang
didapatkan dari perhitungan sebesar 7,65 M. Kemudian dalam mencari kadar asam
asetat dalam cuka harus mencari beratnya terlebih dahulu menggunakan rumus
molaritas m =

dan didapatkan massanya sebesar 4,59 gram. Selanjutnya

dihitung kadarnya menggunakan rumus % (b/v) =

x 100%, dan

didapatkan kadar asam asetat pada cuka sebesar 45,9 % (b/v) (Mukaromah, 2009).

KESIMPULAN
Analisisis volumetri dilakukan dengan tujuan menentukan kadar atau konsentrasi
larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Pada
titrasi aside akalimetri digunakan larutan asam atau basa sebagai titer atau titrannya. Adapun
titrasi ini dilakukan dengan cara menambahkan titer ke dalam titran sedikit demi sedikit
hingga mencapai titik ekuivalen.
Pembuatan larutan HCl standar dilakukan dengan pengenceran larutan HCl pekat. Dari
hasil perhitungan didapatkan volume 0,96 mL HCl pekat 32% untuk membuat HCl 0,1 M.
Larutan standar HCl distandarisasi dengan boraks sebanyak 1,905 gram, dengan volume 9,4
mL sehingga konsetrasi yang didapatkan yaitu 0,106 M. Pembuatan larutan standar NaOH
dilakukan dengan pelarutan padatan NaOH sebanyak 0,4 gram yang berasal dari perhitungan.
Larutan standar NaOH distandarisasi menggunakan asam oksalat, dengan volume 10 mL
sehingga konsentrasi yang didapatkan yaitu 0,17 M. Penentuan kadar asam asetat dalam
dilakukan dengan larutan NaOH dan penambahan indikator fenolftalein, sehingga kadar yang
didapatkan sebesar 45,9% (b/v).

Tanggal

Nilai

Paraf Asisten

DAFTAR PUSTAKA
Cairns, Donald. 2004. Essentials of pharmaceutical chemistry, 2nd Ed. London: EGC
Cairns, 2008. Intisari Kimia Farmasi Ed 2/Egc. EGC Emergency Arcan Buku
Kedokteran: Jakarta
Chang, 2006. General Chemistry: The Essential Concepts Jl. 2 Ed. 3. Jakarta: Erlangga
Day, 2004. Analisis Kimia Kuantitatif/6. Jakarta: Erlangga
Silberberg, Martin Stuart. 2012. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change.
USA: McGraw-Hill Education
Syarif. 2011. Syarat-Syarat Titrasi. Bandung: Themegallery
Untoro. 2010. Buku Pintar. Jakarta: Wahyumedia
Watson, David. 2005. Pharmaceutical Analysis: a textbook for pharmacy students and
pharmaceutical chemists, 2nd ed. UK: EGC

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN


Mukaromah, Ana Hidayati. 2009. Petunjuk Praktikum Dasar Kimia Analitik. Semarang:
Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Anda mungkin juga menyukai