Anda di halaman 1dari 10

TITRASI ASAM BASA

Disusun oleh:
1. Ridyasari Kamela Devi (F120155026)
2. Sella Ayu Oktarinda (F120155027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
Telp : (0291) 437 218/442993
TAHUN 2015/2016
TITRASI ASAM BASA

A. Tujuan : Menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu
sampel

B. Dasar Teori

Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang


menyangkut reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat,
asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan
garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W,
2012).

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika
penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam
lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi
asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton
biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur
mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara
tidak langsung pada temperatur. (Khopkar, S.M. 1990).

Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu
fenoftalen (PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika
menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek
pHnya sangat jauh dari ekuivalen. (Harjadi, W. 1990).

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,
sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun.
Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau
sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya
merupakan titik ekuivalen. (Michael. 1997).

Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan
menitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan
baku asam (asidimetri).

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara aside-alkalimetri dalam


Farmakope Indonesia Edisi IV adslah: amfetamin sulfat dan sediaan tabletnya,
ammonia, asam asetil salisilat, asam benzoate, asam sulfat, efedrin dan sediaan
tabletnya, etil paraben, eukuinin, kalamin, levamisol HCl, linestrenol, magnesium
hidroksida, magnesium oksida, metil salisilat, natrium hidroksida, natrium tetraborat,
propin tiourasil, sakarin natrium, dan zink oksida.

Larutan-larutan
1. Larutan baku primer : H2CO4.2H2O 0,1 N
2. Larutan baku sekunder : NaOH 0,1 N
3. Larutan baku sampel : asam klorida dan asam salisilat

Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan


ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan
ini disebut sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
data volume titrant. Volume dan konsentrasi titer maka bias menghitung kadar titrant.

C. Alat dan Bahan


Alat:
Erlenmeyer
Pipet ukur
Buret
Beaker glass
Labu ukur 100 ml
Botol
Bahan:
Larutan H2C2O4.5H2O 0,1 N
Larutan NaOH 0,1 N
Indikator Phenolptalein
Larutan HCl
Larutan Asam salisilat
Aquadest
Etanol 95 % netral

D. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan
1. Pembuatan larutan baku primer H2C204.5H2O 0,1 N

Timbang dengan teliti H2C2O4.5H2O yang dibutuhkan

Kemuduan masukkan kedalam labu ukur 100 ml

Larutkan dengan aquadest sampai tepat tanda batas


Tutup labu ukur dan kocok sampai homogen.

2. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N

Larutkan kurang lebih 25 gram NaOH ke dalam 25 ml aquadest dalam


botol tertutup gabus dilapisi plastic, jika perlu dekantasi.

Sementara itu panaskan 1 L aquadest didihkan 5-10 menit (sejak


mendidih).

Kemudian dinginkan dan masukkan kedalam botol yang tertutup


plastic.

Dengan menggunakan pipet ukur ambil 6,5 ml larutan NaOH


tersebut (bagian yang jernih) masukkan kedalam botol yang berisi
aquadest yang telah dididihkan tadi.

Beri etiket setelah botol dikocok. Dan bakukan NaOH ini dengan larutan
asam.

3. Pembuatan indicator phenolptalein

1 gram phenolptalein dilarutkan dalam 100 ml etanol 70%

b. Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O

Masukkan larutan NaOH ke dalam buret, sebelumnya dibilas dulu dengan


larutan NaOH tersebut

Pipet 10 ml asam oksalat dengan volume pipet dimasukkan ke dalam


Erlenmeyer kemudian tambahkan 1 tetes phenolptalein
Titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi ungu. Catat volume NaOH yang dikeluarkan

Lakukan titrasi minimal duplo (dua kali)

c. Penetapan Sampel
1. Penetapan Kadar HCl

Sampel yang mengandung HCl 5 ml masukkan kedalam Erlenmeyer,


tambahkan 1 tetes indicator phenolptalein

Titrasi larutan tersebut dengan NaOH, sampai terjadi perubahanwarna


menjadi ungu dan catat volume NaOH yang dikeluarkan

Lakukan titrasi minimal duplo

Hitunglah kadar HCl dari sampel

2. Penetapan Kadar Asam salisilat

Lebih kurang 250 mg sampel yang ditimbang seksama, larutkan dalam


15 ml etanol 95% netral.

Tambahkan 20 ml air.

Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indicator pp, hingga larutan


berubag menjadi merah muda.

Note:
Pembuatan etanol netral:
Ke dalam 15 ml etanol 95% tambahkan 1 tetes merah fenol kemudian
tambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah.

E. Hasil Praktikum
Pengamatan
a. Pembuatan larutan baku primer
Penimbangan baku primer H2CO4.2H2O 0,23 gram
Dilarutkan sampai 100 ml
b. Pembuatan larutan baku sekunder
Penimbangan baku sekunder NaOH 25 gram
Dilarutkan sampai 1000 ml
c. Pembakuan NaOH dengan H2CO4.2H2O

Titrasi ke Volume baku sekunder (ml)


1 4,3 ml

d. Penetapan kadar sampel HCl

Titrasi ke Volume baku sekunder (ml)


1 6,9 ml
2 6 ml

e. Penetapan kadar Asam salisilat

Titrasi ke Volume baku sekunder (ml)

1 2,35 ml

Perhitungan
Pembuatan Larutan Baku Primer H2C2O4.5H2O
Mr 46
BE = n = 2 = 23
m 1000
N = BE x v
m 1000
0,1 = 23 x 100

0,23 gr = m H2C2O4.5H2O

a. Penentuan Kadar Baku Primer


Massa baku primer H2CO4.2H2O yang ditimbang 0,23 gram
Mr baku primer 46
m 1000
M = Mr x V
0,23 1000
= 46 x 100
2,3
= 46

= 0,05 M

Kadar Baku Primer H2CO4.2H2O adalah 0,05 M

b. Pembakuan NaOH
Kadar baku primer H2CO4.2H2O 0,1 N
Volume titran sebesar 0,1 N
V1.N1 = V2.N2
10 x 0,1 = 4,3 x N2
0,23 N = N2
Kadar Baku Sekunder NaOH adalah 0,23 N

c. Perhitungan Kadar Sample


HCl
1. Titrasi ke-1
V1.N1(NaOH) = V2.N2(HCl)
6,9 x 0,23 = 5 x N2
1,587 = 5 x N2
0,3174 N = N2

2. Titrasi ke-2
V1.N1(NaOH) = V2.N2(HCl)
6 x 0,23 = 5 x N2
1,38 = 5 x N2
0,276 N = N2
Asam Salisilat
V1.N1(NaOH) = V2.N2(H2CO4.2H2O)
6 x 0,23 = 4 x N2
0,5405 = 4 x N2
0,136 N = N2

F. Pembahasan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami mengetahui bahwa Titrasi
Asam Basa dilakukan dengan tujuan menentukan kadar senyawa asam klorida dan
asam salisilat yang terdapat dalam suatu sampel.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Pada praktikum Titrasi Asam Basa ini ada 3 percobaan, yaitu Pembuatan
Larutan, Pembakuan dan Penetapan Sampel. Pada pembuatan larutan terdiri dari
Pembuatan Larutan Baku Primer H2C2O4.5H2O 0,1 N, Pembuatan Larutan Baku
Sekunder NaOH 0,1 N dan pembuatan indicator Phenolptalein. Pada Pembakuan yaitu
Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O. Pada Penetapan Sampel yaitu
Penetapan Kadar HCl dan Penetapan Kadar Asam Salisilat. Untuk Pembakuan dan
Penetapan Sampel yaitu dengan menggunakan indicator PP (phenolptalein). Untuk
menentukan titik equivalen pada percobaan ini, suatu larutan harus sudah ditetesi
dengan Phenoftalein kemudian dititrasi. Phenoftalein ini adalah sebagai indikator
yang berfungsi untuk memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam maupun
basa.
Pembuatan Larutan
Untuk pembuatan larutan baku primer H2C2O4.5H2O 0,1 N yaitu dengan cara
menimbang H2C2O4.5H2O sebanyak 0,23 gram kemudian memasukkan kedalam labu
ukur 100 ml dan melarutkannya dengan aquadest sampai tanda batas. Setelah itu
menutup labu ukur dan mengocoknya sampai homogeny.
Untuk pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N yaitu dengan cara
menimbang NaOH sebanyak 25 gram kemudian melarutkannya dalam 25 ml aquadest
dalam botol tertutup gabus dilapisi plastic, jika perlu mendekantasinya. Sementara itu,
memanaskan 1 L aquadest dan mendidihkannya 5-10 menit (sejak mendidih).
Kemudian dinginkan dan memasukkannya kedalam botol yang tertutup plastic.
Mengambil 6,5 ml larutan NaOH (bagian yang jernih) dengan menggunakan pipet
ukur dan memasukkannya kedalam botol yang berisi aquadest yang telah dididihkan
tadi. Kemudian beri etiket setelah botol dikocok. Selanjutnya membakukan NaOH
dengan larutan asam.
Untuk pembuatan indicator phenolptalein yaitu dengan cara menimbang
sebanyak 1 gram phenolptalein kemudian melarutkannya kedalam 100 ml etanol 70%.
Pembakuan
Pada pembakuan NaOH titrasi dilakukan sekali dengan menggunakan larutan
baku primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan
yang telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang mulanya tidak berwarna menjadi ungu
dengan volume NaOH yang terpakai 4,3 ml. Cara melakukan percobaan yaitu dengan
mengukur volume asam oksalat sebanyak 10 mL dengan menggunakan gelas ukur 10
mL. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah diukur tersebut dituangkan ke dalam
Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator penolphetalein sebanyak 1 tetes. Setelah itu
larutan asam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi dengan larutan NaOH yang
ada didalam buret setetes demi setetes, erlemeyer sambil di goyang-goyang hingga
larutan asam oksalat yang semula bening berubah menjadi berwarna ungu. Apabila
larutan asam oksalat sudah berubah warna menjadi ungu, maka cepat tutup kran pada
buret supaya larutan dalam buret tidak keluar lagi. Kemudian mencatat volume NaOH
yang dikeluarkan.
Reaksinya adalah
H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Penetapan Sampel
Pada percobaan penetapan kadar HCl menggunakan penitrasi NaOH yang
telah distandarisasi. Karena menggunakan metode alkalimetri, titran ( zat yang ada di
buret) adalah basa yaitu NaOH dan titer (yang di dalam Erlenmeyer) adalah HCl
(sampel). Sampel HCl yang diberikan belum diketahui konsentrasinya. Percobaan ini
dilakaukan sebanyak dua kali (duplo) dengan menggunakan indicator phenolptalein
(pp) sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi berwarna ungu
dengan rata-rata NaOH yang terpakai 6,45 ml.
Adapun sampel (HCl) yang digunakan sebanyak 5 ml dituangkan ke
Erlenmeyer, yang kemudian ditambahkan indicator PP (phenolptalein) sebanyak 1
tetes. Kemudian dititrasi menggunakan NaOH. HCl dalam Erlenmeyer diletakkan
dibawah buret dan ditetesi dengan larutan NaOH yang ada didalam buret setetes demi
setetes, erlemeyer sambil di goyang-goyang hingga larutan HCl yang semula tidak
berwarna berubah menjadi berwarna ungu. Apabila larutan HCl sudah berubah warna
menjadi ungu, maka cepat tutup kran pada buret supaya larutan dalam buret tidak
keluar lagi. Titrasi dilakukan sebnayak 2 kali, dan diperoleh data volume NaOH yang
digunakan dari titrasi ke-satu dan ke-dua berturut-turut adalah : 6,9 ml dan 6 ml.
Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Untuk penetapan kadar sampel asam salisilat yaitu dengan cara menimbang
250 mg asam salisilat kemudian melarutkan dalam 15 ml etanol 95% netral dan
menambahkan 20 ml air. Setelah itu mentitrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan
indicator pp hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Etanol metral dibuat
dengan menambahkan 1 tetes merah fenol ke dalam 15 ml etanol 95% kemudian
menambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah.
Reaksinya NaOH(aq) + C7H6O3(aq) C7H5NaO3(aq) + H2O(l)

G. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Titrasi asam basa merupakan titrasi yang bertujuan untuk menentukan kadar
senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel.
b. Phenolptalein adalah suatu indikator yang digunakan untuk memberikan warna
yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Dan Phenoftalein ini juga digunakan
untuk menentukan titik equivalen.
c. Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya disebut titer (NaOH) dan larutan
yang belum diketahui konsentrasinya disebut titran (HCl dan asam salisilat)
d. Pada pembakuan NaOH dengan H2C2O4.5H2O setelah dititrasi diperoleh
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi ungu dengan volume NaOH yang
dikeluarkan/digunakan sebanyak 4,3 ml.
e. Pada penetapan kadar HCl setelah dititrasi dengan NaOH terjadi perubahan warna
menjadi ungu dengan rata-rata NaOH yang digunakan sebanyak 6,45 ml.
f. Pada penetapan kadar asam salisilat setelah dititrasi dengan NaOH terjadi
perubahan warna menjadi merah muda dengan NaOH yang digunakan sebanyak
2,35 ml.
H. Daftar Pustaka

Keenan. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.


Purba, Mitchael. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga.
http://www.rumahbangsa.net/2014/07/laporan-praktikum-kimia-dasar-
ii_18.html
http://www.seorangpelajar.com/2015/10/laporan-praktikum-titrasi-asam-
basa.html
https://kimiamath.wordpress.com/2015/05/26/laporan-praktikum-kimia-
titrasi-asam-basa/

Anda mungkin juga menyukai