Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENENTUAN KADAR


ASAM CUKA PERDAGANGAN

Dosen Pengampu:
Apt. Dewa Ayu Sri Handani,S.Farm.,M.Clin.Pharm

Kelompok III Kelas 1B

Komang Diska Avrilianza Aisuarya (2309482010056)


I Gusti Ayu Sri Candramukhi Devi Dasi (2309482010057)
Ni Kadek Dwipayanti (2309482010058)
Ni Luh Sintia Dewi (2309482010059)
Kadek Sri Ayu Fadma (2309482010060)

FALKUTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN AJARAN 2023
I. TUJUAN
1. Mentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
II. DASAR TEORI
Analisis kuantitatif volumetri yang didasarkan pada reaksi netralisasi dikenal
sebagai asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri menggunakan asam sebagai larutan
standardnya. Reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik
ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Yaitu yang pertama dengan cara memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant
untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalent”. Yang kedua dengan memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan
pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika
titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai
dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan
yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan
dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan
jalan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Larutan baku
primer harus dibuat dengan penimbangan dengan teliti menggunakan neraca analitik
dan dilarutkan dalam labu ukur. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai
larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat
padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada
titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. berat ekivalen asam oksalat adalah
63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan
dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang
digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong
dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga
dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan
menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH.
NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya.
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi
telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna
yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi
kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik
akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada
umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada
suatu senyawa.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Labu ukur 100 ml
b. Buret 25 ml
c. Erlenmeyer
d. Pipet ukur
e. Pipet volume
f. Pipet tetes
g. Ember
2. Bahan
a. Asam Oksalat
b. NaOH
c. Asam cuka perdagangan (Dixi)
d. Indikator Penolptalein
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penentuan Molaritas NaOH
1. Sebanyak 1,263 g asam oksalat ditimbang dengan timbangan analtik
2. Asam oksalat yang telah ditimbang dimasukan ke dalam ukur 100 mL dan
ditambahkan dengan akuades hingga volume 100 mL

3. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan

4. Sebanyak 10 ml larutan NaOH dituangkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan


10 mL air suling dan 2 tetes indikato pp, kemudian dititrasikan dengan larutan
asam oksalat hingga warna merah jambu hilang
5. Dilakukan pengulangan titrasi sebanyak 3 kali

b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan


1. Sebanyak 10 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur diambil,
kemudian dimasukan dalam labu ukur kapasitas 100 mL dan diencerkan hingga
volume 100 mL

2. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan NaOH


3. Sebanyak 10 mL larutan encer (seperti cara kerja no.1) diambil, dimasukan ke
dalam Erlenmeyer ukuran 125 mL dan ditambahkan 2 tetes indikator pp

4. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan
warna

5. Dilakukan titrasi dengan pengulangan sebanyak 3 kali


V. HASIL PENGAMATAN
A. PENGAMATAN I
Massa asam oksalat yang ditimbang = 1,2633 g
Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata
VNaOH+ 10 ml + 10 10 ml + 10 10 ml + 10 20ml
Aquadest ml ml ml
VH2C2O4.2H2O 6 ml 5,5 ml 5,5 ml 5,667=5,67 ml

B. PENGAMATAN II
Merk asam cuka yang digunakan : Dixi ( kadar 25%)
Titrasi I Titrasi II Titrasi II
Vol. NaOH (ml) 68,5 ml 61,5 ml 59 ml
Volume rata-rata NaOh yang digunakan = 63 ml
VI. PERHITUNGAN
Penentuan molaritas NaOH
M asam oksalat
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 x 𝑉
1,263 1000
= x
120 100
1263
= 12600

= 0,1002 mol/ml

M NaOh = M1 x V1= M2 x V2

= M1 x 20 ml = 0,1002 x 5,7 ml

0,571
M1= 20

= 0,028 mol/ml

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Fp = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙

20
= 10

= 2 ml
M NaOH sebenarnya = M NaOH x fp

= 0,028 x 2

= 0,056 mol/ml

Jadi M NaOH sebenarnya yaitu 0,056 mol/ml

Penetapan kadar asam cuka perdagangan

M1 x V1 = M2 x V2

M asam cuka x V asam cuka = M NaOh x V NaOH

M1 x 10 ml = 0,056 x 59

3,304
M1 = 10

M1 = o,33 mol/ml

M asam cuka sebenarnya

M asam cuka x fp

= 0,33 x 10

3,3 mol/ml

𝑏
%𝑣

𝑔𝑟 100
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑣

𝑔𝑟 1000
0,33 = 60 𝑥 10

3,3𝑥60𝑥10
gr = 1000

1980
= 1000

= 1,98 gram
Kadar %
𝑔𝑟
= 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 x 100%

1,98
= 𝑥 100%
10

= 19,8 %

Perbandingan kadar asam cuka dari percobaan dengan kadar asam cuka yang tertera pada label
cuka (Kadar asam cuka di lab = 25%) yaitu:

Percobaan ; Perdagangan = 19,8 ; 25

VII. PEMBAHASAN

Titrasi asam-basa merupakan suatu proses penentuan kadar/konsentrasi suatu larutan


basa dengan larutan standar asam yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Proses
tritrasi dikenal dengan istilah titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Penambahan larutan standar
dilakukan sampai mencapai titik cekivalen, yaitu suatu keadaan pada saat asam dan basa tepat
habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan menggunakan suatu indikator yang
harus berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik pada saat perubahan warna indikator itu
terjadi disebut titik akhir titrasi.

Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di
dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya
ion positif. Basa di definisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen yang artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, dalam hal ini biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai "titik ekuivalen", yaitu titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan wama indikator disebut sebagai "titik
akhir titrasi". Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami pada praktikum penentuan molaritas
NaOH yang di lakukan dengan titrasi yang kemudian mendapatkan hasil molaritas yaitu
0,056mol/ml dan pada percobaan penetapan kadar asam cuka perdagangan yang
dilakukan dengan titrasi yang kemudian mendapatkan hasil perbandingan 19,8 ; 25.
DAFTAR PUSTAKA
Rizqi Sunarso Putri (2014) Standarisasi larutan, available at :
https://www.academia.edu/11433300/STANDARDISASI_LARUTAN_0_1_
N_NaOH_DAN_PENGGUNAANNYA_DALAM_PENENTUAN_KADAR_
ASAM_CUKA diakses 21 November 2023)
Kanisius Ardiman, Maria B Tukan, Anselmus Boy Baunsele(2021) Makalah titrasi
asam basa.https://www.academia.edu/41324667/Makalah_Titrasi_Asam_Basa
(diakses pada 21 November 2023)

Anda mungkin juga menyukai