Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

TITRASI ASAM BASA

IPA SMA
NAJMI MY. TUNGGENG
KELAS XIB

1
TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN   
Menentukan konsentrasi molaritas  larutan asam klorida HCl dengan menggunakan  metode titrasi 
asam basa, dan menentukan kadar cuka yang ada dalam cuka makan yang beredar di pasaran.

II. DASAR TEORI


Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volume
memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu
proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah Titran yang ekuivalen dengan
Analit telah ditambahkan. Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai. Agar
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang
disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna.
Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda
ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi
tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya
merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih
indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya)
merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses untuk
mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun
istilah analisis volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi;
titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi
asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana
fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau
melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang
berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan
maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai
contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak
membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah
mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi
diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan
permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam;
sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara
signifikan, sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit
perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi.
Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi)

III. ALAT DAN BAHAN


    
No
. Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah
Secukupny
1 Statif dan Klem 01-Jan Lem Buret a

2
Larutan NaOH
2 Buret 50 mL 1 1M 100 mL
3 Corong 1 Asam Cuka 25 mL
Secukupny
4 Beaker Glass 100 mL 1 Indikator PP a
Labu Erlenmeyer 100 Secukupny
5 mL 1 Aquades a
6 Labu Ukur 100 mL 1    
7 Pipet Ukur 10 mL 1    
8 Pipet Tetes 1    
9 Botol Semprot 1    
Secukupny
10 Tisu a    
Secukupny
11 Kertas a    

IV. PROSEDUR KERJA


A. Penentuan konsentrasi HCl
1. Memipet  larutan HCl sebanyak 25 ml dengan menggunakan  pipet gondok atau pipet ukur
(tergantung yang tersedia)
2. Memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan tambahkan  3 tetes indikator  phenolftalein
(pp) ke dalamnya.
3. Menyiapkan buret dan meletakkan pada  statif  dengan menggunakan  klem .
4. Memasukkan larutan  NaOH   0,1 M kedalam  buret  dengan  menggunakan  corong.
5. Menitrasi larutan  HCl  dengan NaOH, dengan cara  membuka kran buret tersebut.
Mengatur  aliran larutan NaOH  tetes demi tetes sambil terus menggoyang-goyangkan labu
Erlenmeyer.
6. Pada saat larutan berwarna merah  muda , titrasi dihentikan dan mencatat jumlah volume
NaOH yang di gunakan.
7. Mengulangi titrasi ini sampai 3 kali.
B. Penentuan Kadar Cuka Makan
1. Memipet 10 mL sampel cuka makan dan memasukkannya ke dalam labu ukur 100 mL,
selanjutnya menambahkan aquades hingga tanda batas.
2. Mengambil 10 mL larutan diatas dengan menggunakan pipet ukur dan memasukkannya ke
dalam labu erlenmeyer selanjutnya menambahkan 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
3. Memasukkan larutan NaOH 1 M kedalam buret.
4. Menitrasi sampel cuka makan tersebut, dengan larutan NaOH 1 M hingga larutan berwarna
merah muda.
5. Mengulangi prosedur 2 – 4 diatas sebanyak 3 kali.
6. Mencatat volume NaOH yang digunakan.

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel  Hasil Pengamatan penentuan konsentrasi HCl


Titrasi Volume HCl Volume NaOH 0,1 M
I 25 mL 27,5 mL
II 25 mL 27,5 mL
III 25 mL 27,5 mL

3
Rata – rata 27, 5 ml
 Tabel Hasil Pengamatan penentuan kadar Cuka
Titrasi Volume sampel cuka Volume NaOH 0,1 M
I 10 mL 4,2 mL
II 10 mL 4,3 mL
III 10 mL 4,3 mL
Rata – rata 4,27 mL

VI. ANALISIS DATA

1. Setelah dilakukan titrasi berulang – ulang, tentukanlah volume rata – rata dari larutan NaOH 0,1
M  untuk menetralkan  larutan HCl.
2. Tentukan molaritas larutan HCl yang digunakan !
3. Tentukan kadar cuka yang ada di dalam cuka makan tersebut, jika kadar cuka murni sebesar 17,4
M
4. Tuliskan reaksi yang terjadi, persamaan ion, dan persamaan ion bersihnya.

1. Mencari V dari rata-rata volume NaOH :

V = ( V1 + V2 + V3 ) / 3

V = ( 27,5 + 27,5 + 27,5 ) / 3

V = 27,5 mL

2. Molaritas larutan HCl :

M1 . V1 = M2 . V2

0,1 . 27,5 = M2 . 25

M2 = 2,75 / 25 = 0,11 M

3. Molaritas asam cuka setelah diencerkan :

V asam cuka x M asam cuka = V NaOH x M NaOH

10 x M asam cuka = 4,27 x 1

M asam cuka = 0,427 M

Molaritas asam cuka sebelum diencerkan :

V1 x M1 = V2 x M2

10 x M1 = 100 x 0,427

4
M1 = 4,27 M

Konsentrasi asam cuka = (4,27 / 17,4) x 100% = 24,54 %

4. Persamaan reaksi & persamaan ion :

HCl(aq) H⁺(aq) + Cl⁻(aq)

NaOH(aq) Na⁺(aq) + OH⁻(aq)

VII. PEMBAHASAN

VIII. KESIMPULAN

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai