Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Disusun Oleh :

Nama : Fachrial Mukmin

NPM : E1C022041

Prodi : Peternakan

Kelompok : 1 (Satu)

Hari / tanggal : Selasa / 25 Oktober 2022

Dosen :1. Dr. Agusin Zarkani,. SP, M.Si, PHD

2. Dra. Devi Silsia., M.Si

Ko-Ass : Widia yolanda (E1G019007)

Objek Praktikum : TITRASI ASAM DAN BASA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam
proses titrasi. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
biasanya diletakkan didalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer
maupun titrant biasanya berupa larutan. Titrasi disebut juga titrasi adisi
alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan
metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik
analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran
volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan
kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna
indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan
persamaan reaksi.
Titrasi merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa serta pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan
kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari
perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui
perhitungan berdasarkan persamaan reaksi, yang terjadi merupakan reaksi asam
basa (netralisasi). Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan
baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi
dengan disertai perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi adalah saat
terjadinya perubahan warna indikator.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh
yang mengandung asam.
2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di dalam


larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam titrasi, suatu larutan yang harus
dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau tabung. Larutan lain yaitu basa,
dimasukkan ke dalam buret lalu dimasukkan ke asam, mula-mula cepat, kemudian
tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Titik pada saat
titrasi dimana indicator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari
indikator. Yang diperlukan ialah memadankan titik akhir indikator yang
perubahan nya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik
setara (Adel, 2020)
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetric yaitu suatu cara
atau metode yang menggunakan larutan yang di sebutiran, dan dilepaskan dari
perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam basa sering dipantau
dengan penggambaran pH larutan yang disebut kurva pH atau kurva titrasi yang
didalamnya terdapat kurva ekuivalen yaitu titik dimana titrasi dihentikan (Bere,
2017)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes ekuivalen, artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indicator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen” yaitu titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : (H+) = (OH-).
Sedangkan keadaan dimanatitrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen.
Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen
(Cavera, 2013)
Indikator terkenal penolptalein merupakan asam diprotic dan tak berwarna.
Ia mula-mula bedisoisasi menjadi suatu menjadi suatu bentuk tak berwarna dan
kemudian dengan kehilangan hydrogen kedua, menjadi ion dengan system
terkonjugasikan, maka dihasilkan lah warna merah. Phenolptalein berubah warna
pada kira-kira titik ekuivalen dan merupakan indikator yang cocok. Volume basa
yang lebih besarakan diperlukan untuk merubah warna suatu indicator dan titik
ekuivalen tidak akan dideteksi dengan ketepatan yang biasa diharapkan (Day,
2012).

Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya
merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH = 7,
tetapi bila asam ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi
akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7
(bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung
dari tetap anionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi
larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan
indicator asam basa (Harjanti, 2015)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat : 3.1.2 Bahan :
1. Buret 50mL 1. Indikator Penelphetalein
2. Erlenmeyer 2. HCL 0,1 M
3. Gelas ukur 25 mL atau 10 mL 3. H 2 C 2 O4
4. Statif dan Klem 4. NaOH 0,1 M
5. Corong kaca

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Mencuci bersih yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan
5 mL larutan NaOH. Putar kran buret untukl mengeluarkan cairan yang tersisa
dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding
buret. Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH
dimasukkkan ;agi ke dalam buret sampai skala tertentu Catat kedudukan volum
awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi :
1. Mencuci 3 erlenmeyer, pipe 10 mL larutan asam oksalat 0.1 M dan
memasukan ke dalam setiap erlenmeyer dan menembahkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer 3 tetes indikator penolphtakein.
2. Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit
sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
erlenmeyer digoyang.
3. Mencatat volume NaOH terpakai.
4. Mengulangi dengan cara yang sama untuk erlenmeyer ke II dan III.
5. Lalu menghitung molaritas (M) NaOH.
3.2.2 Penentuan Konsentrasi HCl
1. Mencuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan memasukkan
ke dalam setiap erlenmeyer.
2. Menambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 3 tetes indikator
penolphtalein (PP).
3. Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit
sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
erlenmeyer digoyang.
4. Mencatat volume NaOH ysng terpakai.
5. Mengulangi dengan cara yang sama untuk erlenmeyer ke II dan ke III.
6. Menghitung molaritas (M) HCl.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 StandarisasiNaOHdenganLarutanAsamOksalat
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
I II
10
1 Volume larutan asam oksalat 0,1 N 10 mL 10 mL
mL
2 Volume NaOH terpakai 6 mL 3 mL 4,5 mL
3 Normalitas (N) NaOH 0,3 M 0,6M 0,44 N

4.2 StandarisasiNaOHdenganLarutanHCl
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
I II
1 Volume larutan HCl 10 mL 10 Ml 10 mL
2 Volume NaOH terpakai 6,5 mL 32 mL 19,25 mL
3 Normalitas (N) NaOH Berdasarkan Hasil 0,0519 N
4 Normalitas Larutan HCl Percobaan di Atas 0,1 N
BAB V
PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di
butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan
lain.
Pada percobaan kali ini, kami menentukan molaritas NaOH dengan menggunakan
NaOH. Dimana artinya titrasi basakuat + asam kuat.
Pada percobaan pertama titrasi NaOH 50 ml + 3 tetes PP + 10 ml asam
oksalat, terjadi perubahan warna pada volume ke 15 ml. Warna titrasi larutan yang
hasilkan ungu pekat. Sedangkan pada percobaan kedua dengan bahan yang sama
didapat hasil warna titrasi yang tidak terlalu cerah. Dikarenakan kesalahan pada
saat meneteskan indicator penolphetalein, proses pencucian alat yang kurang
bersih, dan kesalahan dalam pengadukan larutan. Dimana warna yang seharusnya
adalah ungu atau pink pekat, yakni apabila tak berwarna atau warna tidak terlalu
pekat, berarti sifatnya asam dan jika berwarna merah ungu berarti basa. Jika
larutan sudah ekuivalen maka, larutan akan mengalami perubahan warna paling
awal, dan warnanya sangat muda dan cerah saat itulah titrasi dihentikan. Saat
larutan menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut titik akhir
titrasi.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan
basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang
belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga
asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa
tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa
dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi
tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Percobaan menggunakan NaOH. Dimana artinya titrasi basa kuat + asam
kuat. Pada percobaan pertama titrasi NaOH 50 ml + 3 tetes PP + 10 ml asam
oksalat, terjadi perubahan warna pada volume ke 15 ml. Warna titrasi larutan yang
dihasilkan ungu pekat. Sedangkan pada percobaan kedua dengan bahan yang sama
didapati hasil warna titrasi yang tidak terlalu cerah. Dimana warna yang
seharusnya adalah ungu atau pink pekat dikarenakan kesalahan pada saat
meneteskan indikator penolphetalein. Proses pencucian alat yang kurang bersih,
dan kesalahan dalam pengadukan larutan. Dimana warna yang seharusnya adalah
ungu atau pink pekat.
Percobaan menggunakan HCl. Dimana artinya titrasi asam kuat + basa
kuat. Pada percobaan pertama titrasi HCl 50 ml + 3 tetes PP + 10 ml NaOH,
terjadi perubahan warna pada volume ke 26 ml. Warna titrasi larutan yang
dihasilkan tidak berwarna atau bening. Tidak terjadinya perubahan warna tersebut
disebabkan kurang telitinya dalam pencampuran larutan dan kurang bersih dalam
pencucian alat. Sedangkan pada percobaan kedua titrasi HCl dengan dosis yang
sama didapat hasil titrasi larutan berwarna ungu.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Teknik mentitrasi untuk menganalisis contoh larutan asam adalah dengan
mengetahui terlebih dahulu nama larutan dan berapa pH nya. jika pH nya 1-6
itu Asam, jika pHnya 7 maka larutan garam dan jika pH 8-14 itu larutan basa.
2. Menstandarisasi larutan yaitu dengan menggunakan indikator penolphtalein
yang ditetesi kedalam larutan yang ingin distandarisasi dan alirkan larutan
NaOH kedalam erlenmeyer dan digoyang erlenmeyernya sampai warna
larutan merah muda.

6.1 Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam
menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan
praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur dan
menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen?


Jawaban:
Caranya adalah ketika sudah mendekati titik ekivalen usahakan agar
penambahan titernya secara perlahan, apabila perlu setengah tetes biar
tidak melewati titik ekivalen terlalu jauh.

2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator?


Jawaban:
Fungsi indikator untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam
proses penitrasian, dan untuk menandai titik ekivalen titrasi.

3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan


indikator?
Jawaban:
Indikator adalah senyawa organik yang dapat berubah warna jika pH
larutannya berubah. Jadi, dalam reaksi indikator phenolptalein menjadi
bahan yang sangat penting. Jika dalam percobaan tidak ditambahkan
dengan indikator, maka reaksi tidak akan berjalan.

4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas?


Jawaban:
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
(COOH) + 2NaOH >>> Na2C2O4 + 2H2O
Untuk menstandarisasi larutan NaOH maka dalam percobaan ini
menggunakan larutan asam oksalat H2C2O2 sebagai larutan standarnya.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui ini
merupakan reaksi di-alkalimetri asam basa antara asam oksalat dan basa
NaOH. Volume asam oksalat yang digunakan untuk titrasi adalah 10 mL.
Asamoksalat sebagai sebagai titrant yang diketahui berwarna bening dan
NaOH sebagai titer yang berwarna bening pula, sebelum dilakukan titrasi
kita masukkan 3 tetes indikator PP yang diketahui berwarna bening
kedalam larutan oksalat agar pada saat titrasi dapat terjadi perubahan
warna ketika mencapai titik ekuivalen yaitu titik dimana jumlah larutan
asam oksalat sama dengan jumlah larutan pada NaOH yang diperlukan
untuk bereaksi sempurna. Dalam titrasi ini kita menggunakan indikator PP
karena fenol phenolptalein itu tergolong asam yang sangat lemah dalam
keadaan terionisasi lebih banyak dan dia akan memberikan warna yang
terang dan perubahan warnanya lebih mudah untuk diamati.
Standarisai HCl dengan larutan HCl
NaOH + HCl >>> NaCl + H2O
Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H+ dari HCl akan bereaksi
dengan ion OH- dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksi ini disebut
reaksi penetralan. Sementara, Cl- dari HCl akan bereaksi dengan ion Na+
dari NaCl membentuk garam NaCl.
HCl (aq) + NaOH (aq) >>> NaCl (aq) + H2O (I)
Di dalam larutannya, HCl dan NaOH akan terurai menjadi ion-ionnya,
sehingga reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
H+ (aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH- (aq) >>> Na+ (aq) + Cl- (aq) + H2O
(aq)
Dari reaksi diatas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih adalah
H+ (aq) + OH-(aq) >>> H2O (aq)

5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder?


Jawaban :
Larutan primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menimbang. Larutan standar sekunder adalah larutan yang
konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer.

6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi.


Jawaban :
Tidak semua reaksi dapat dipergunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu
harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan.
2. Reaksi harus cepat dan reversible. Bila tidak cepat, titrasi akan
memakan waktu terlalu banyak apalagi menjelang titik akhir reaksi.
Bila reaksi tidak reversible, penentuan akhir titrasi tidak tegas.
3. Harus ada penunjuk akhir titrasi (indikator)
4. Larutan baku yang direaksikan dengan analit harus mudah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Adel. 2020. Kimia Dasar II. Jakarta :Erlangga
Bere. 2017. Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo
Cavera.2013.TitrasiAsamBasa.http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-
asam-basa/diakses pada 10 November 2019, pada pukul 19.23.
Day, Brady. 2012. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Harjanti, W .2015. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai