Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun oleh:

Nama : Aziz Prasetya Aji Saputra


NPM : E1G023035
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Hari/ Tanggal : Senin/ 16 Oktober 2023
Kelompok : 4 (Empat)
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2. Drs. Syafnil, M.Si
Co-ass : Tio Avriansyah (E1G022095)
Objek Pratikum : TITRASI ASAM-BASA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
titrasi digunakan untuk mengetahui atau menentukan konsentrasi suatu
larutan, baik asam maupun basa. Selain itu, titrasi juga digunakan untuk menentukan
kadar kemurnian suatu zat. Dalam kehidupan sehari-hari, titrasi banyak diterapkan.
Salah satu penerapan titrasi yang sering dijumpai adalah penentuan kadar asam asetat
atau yang dikenal dengan cuka. Cuka merupakan asam lemah dengan rumus
senyawa CH₃COOH. Produk cuka dari suatu perusahaan yang satu dengan yang
lainnya tentu berbeda kadarnya. Untuk mengetahuinya, cara yang mudah dilakukan
adalah dengan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau
metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat
gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titrasi yang telah ditambahkan
cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik
ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan warna
senyawa yang disebut indikator. Titik akhir titrasi atau preaksi diketahui ketika
indicator yang digunakan tepat mengalamai perubahan warna.
Dalam melakukan titrasi netralisasi sangat diperlukan sekali kecermatan dalam
pengamatan perubahan pH, untuk meminimalisir kesalahan dan kekeliruan.
Kemungkinan akan terjadi perubahan warna dari indikator. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Dalam proses titrasi
suatu larutan ditambahkan sedikit demi sediki pada larutan yang volumenya telah
diketahui, sampai tercapai titik ekuivalen jumlah stoikhiometri atau perbandingan
mol dari kedua peraksi, yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator
disebut titik ekuivalen. Untuk lebih jelasnya, sangat diperlukan dilakukannya
percobaan titrasi asam basa untuk menjelaskan dan menganalisis larutan tersebut.
1.2 Tujuan praktikum
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang
mengandung asam.
2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Materi titrasi asam basa merupakan salah satu materi yang sulit bagi
kebanyakan siswa karena siswa harus menggambarkan proses netralisasi sebagai
pencampuran fisika dari asam dan basa yang tidak menghasilkan produk dan tidak
memiliki persamaan reaksi (Marzuki et al., 2017).
Indikator asam basa merupakan senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam atau basa yang disertai dengan perubahan warna (Waty dan Hasby, 2020).
Indikator adalah senyawa kompleks yang mampu bereaksi dengan asam
maupun basa disertai adanya perubahan warna yang sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen dalam proses titrasi (Apriani et al., 2016).
Indikator asam basa adalah senyawa yang warnanya dapat berubah
olehperubahan pH larutannya. Sumber indikator alami biasanya dari tumbuh-
tumbuhan yangdiekstraksi dengan pelarut yang sesuai. Pemilihan indikator yang akan
digunakanbergantung pada pH daerah titik ekivalen titrasi. Dengan demikian selain
ketajamanperubahan warna, pemilihan indikator akan sangat membutuhkan ketelitian
dan ketepatanhasil-hasil suatu pengamatan. Batas-batas pH dimana indikator
mengalami perubahanwarna disebut trayek pH indikator. Saat ini banyak indikator
alami yang telah digunakanuntuk mengklasifikasi suatu senyawa apakah bersifat
asam atau basa. Penggunaanindikator asam basa pada penelitian ini tidak hanya
terbatas penentuan sifat asamataubasa suatu larutan tapi juga digunakan sebagai
indikator alternatif dalamtitrasi asambasa. Penggunaan bahan yang mudah ditemukan
pada lingkungan sekitar, dapat mendorongmahasiswa berfikir kreatif untuk mencoba
dan menemukan hal baru dalammengatasi keterbatasan bahan, mahalnya harga bahan
serta dampak negatif dari bahan. (Peratiwi, dkk., 2014).
Senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid yang berperan dalam
perubahan warna indikator alami adalah antosianin. Antosianin termasuk pigmen
yang larut dalam air, sehingga memiliki kemampuan yang baik dalam bereaksi
dengan asam dan basa (Ratnasari et al., 2016).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
NaOH 0,1 M
HCL 0,1 M
H2C2O4
Indicator penolphetalein
Erlemeyer
Buret 50 ml
Statif dan klem
Gelas ukur 25 ml atau 10 ml
Corong kaca

3.2 Prosedur Kerja


Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan
5 mL larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam
buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret.
Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi ke
dalam buret sampai skala tertentu. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi :
- Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M dan
masukan ke dalam setiap Erlenmeyer dan tambahankan ke dalam
masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).
- Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
Erlenmeyer digoyang.
- Catat volume NaOH terpakai.
- Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlemeyer ke II dan III
- Hitung molaritas (M) NaOH
Penentuan konsentrasi HCL
- Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke
dalam setiap erlenmeyer.
- Tambahkan kedalam masing-masing erlenmeyer 3 tetes indikator
penolphtalein (PP).
- Alirakan laruatan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit
sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
erlenmeyer digoyong.
- Catat volume NaOH terpakai.
- Ulangai dengan cara yang sama untuk elenmeyer ke II dan III.
- Hitung molaritas (M) HCl.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hail pengamatan
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
no Prosedur Ulangan Rata-rata
I II III
1. Volume larutan asam oksalat 10mL 10mL 10mL 10mL
0,1 M
2. Volume NaOH terpakai 9,5mL 9,5mL 9,5mL 9,5mL

3. Molaritas (M) NaOH 0,105M 0,105M 0,105M 0,105M

Standarisasi HCL dengan larutan HCL


no Prosedur Ulangan Rata-rata
I II III
1. Volume larutan asam oksalat 10mL 10mL 10mL 10mL
0,1 M
2. Volume NaOH terpakai 34mL 9mL 10mL 17,6mL

3. Molaritas (M) NaOH Berdasarkan hasil percobaan di M


atas

4. Molaritas (M) larutan HCL 0,029 0,11 0,11 0,079M

4.2 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, yang akan dibahas yaitu mengenai reaksi
asam dengan basa, dimana dalam prosesnya dilakukan dengan cara titrasi. Titrasi
merupakan pros edur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah larutan yang ingin diketahui kadarnya. Pada percobaan yang dilakukan,
beberapa larutan yang bersifat asam dan basa direaksikan adalah Asam Oksalat
(sebagai larutan standar primer), Natrium Hidroksida (NaOH) dan Asam
Klorida (HCl).
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat adalah sebagai berikut : 2
NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O
Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indikator yang digunakan
adalah penolftalein atau PP 1 % , pada saat indikator ditambahkan warna larutan
tetap bening, setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 5 mL, pada ulangan ke 2
sebanyak 4,5 ml, larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda.
Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron.
Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga
menunjukan warna pada range pH yang berbeda. Indikator penolftalein adalah
indikator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol.
Standarisasi NaOH dengan larutan HCl
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan HCl adalah sebagai berikut : NaOH + HCl
NaCl + H2O
Pada standarisasi NaOH terhadap HCl indicator yang digunakan adalah
penolftalein atau PP 1 %, pada saat indicator ditambahkan warna larutan tetap
bening,setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 0,1 ml, pada ulanganke 2 sebanyak
0,11 ml, larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda. Perubahan warna
pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai indicator
mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, sehingga menunjukan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Untuk mengetahui kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan kadar suatu larutan basa dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya.
2. Pada standarisasi larutan NaOH terhadap asam oksalat dan NaOH terhadap
HCl indicator yang digunakan adalah penolphtalein atau PP 1 % sebanyak 1
ml, dengan demikian didapat bahwa molaritas NaOH yang terpakai sebanyak
0,1 M dan molaritas HCl sebanyak 0,095 M.
5.2 Saran
Praktikan harus hati-hati dan memperhatikan dengan teliti pada saat
menghitung banyak larutan yang dimasukkan dalam buret dan pada saat larutan
dialirkan, berapa banyak larutan yang dikeluarkan dan untuk ko-ass pada saat
menjelaskan jangan terlalu cepat serta tidak ribut.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, F., Nora, I., dan Lia, D. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia
trifolia (L.) Domin) sebagai Indikator Alami pada Titrasi Basa Kuat Asam
Kuat. JKK, 5(4): 74-78.
Marzuki, H. & R. T. Astuti. (2017). Analisis Kesulitan Pemahaman Konep pada
Materi Titrasi Asam Basa Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Kimia, 1(1).
Pratiwi, N.K., Redhana, I.W., & Maryam, Siti. (2014). Buku pedoman
PraktikumKimiaRamah Lingkungan untuk Pembelajaran Kimia SMA. e-
Journal Pendidikan Ganes ha. 2(1) : 66-75.
Ratnasari, S., Dede, S., dan Vina, A. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa
(Rhoeo discolor) sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Chimica et Natura
Acta, 4(1): 39-46.
Waty, J., & Hasby. (2020). Analisis aktivitas antosianin dari buah senggani
(Melastoma candidum L.), kulit kopi (Coffea arabica L.) dan ubi jalar ungu
(Ipomea batatas L.) sebagai indikator asam basa. Katalis: Jurnal Penelitian
Kimia Dan Pendidikan Kimia, 3(2), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai