Judul Praktikum
Titrasi Asam Basa
Teori asam basa pertama kali dikemukakan oleh Arrhenius yang mendefinisikan
bahwa asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H +, sedangkan
basa ialah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH. Namun, meskipun
teori asam basa yang dikemukakan oleh Arrhenius bersifat baru dan persuasive, teori tersebut
gagal menjelaskan fakta bahwa senyawa seperti gas ammonia, yang tidak menghasilkan
gugus hidroksida atau OH termasuk kedalam senyawa basa (Yoshito, 2006).
Konsep asam basa kemudian diperluas oleh ilmuwan bernama Johannes N. Brønsted
dan Thomas M Lowry yang mengemukakan bahwa reaksi asam-basa melibatkan transfer
proton (ion H+) dari satu zat ke zat lainnya. Proses transfer proton ini selalu melibatkan asam
sebagai pemberi/donor proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton. Menurut teori
Brønsted-Lowry, zat dapat berperan sebagai asam maupun basa. Apabila suatu zat tertentu
lebih mudah dalam melepas proton, maka zat tersebut akan berperan sebagai zat asam dan
lawannya sebagai basa, begitupun sebaliknya. Dalam suatu larutan asam dalam air, yang
berperan sebagai basa adalah air (Yoshito, 2006)
Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih lengkap
dibanding kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang
berkaitan dengan struktur dan ikatan. Menurut definisi asam basa Lewis, asam adalah
akseptor pasangan electron, dan basa adalah donor pasangan elektron. Keuntungan utama
dari teori asam basa yang dikemukakan oleh Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa reaksi
yang tidak termasuk kedalam teori asam basa menurut Arrhenius dan Bronsted-Lowry,
terbukti sebagai sebuah reaksi asam basa dalam teori Lewis (Yoshito, 2006).
Dari ketiga teori asam basa yang telah dikemukakan, teori asam basa Arrhenius
termasuk teori yang paling sempit/terbatas. Teori yang dikemukakan oleh Brønsted-Lowry
termasuk teori yang paling mudah diaplikasikan, namun teori asam biasa yang dikemukakan
oleh Lewis menjadi teori yang paling tepat apabila reaksi asam basa melibatkan senyawa
tanpa proton (Yoshito, 2006).
Bahan :
1. Larutan NaOH 0,1M
2. Larutan asam oksalat 0,1M
3. Larutan HCL 0,1 M
4. Indikator PP
V. Prosedur Percobaan
A.Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan Asam oksalat.
1. Buret dibilas dengan NaOH sebanyak tiga kali.
2. Lalu diisi dengan larutan NaOH tersebut.
3. Maukkan 10 ml larutan baku asam oksalat ke dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan 2 tetes indikator PP.
5. Lakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna pada larutan asam oksalat catat volume
NaOH dari buret.
6. Ulangi titrasi sebanyak 3 kali.
VII. Pembahasan
Pada praktikum titrasi asam basa ini buret dibilas terlebih dahulu dengan NaOH
sebanyak 3 kali. Hal ini bertujuan agar larutan NaOH yang akan diisikan ke dalam buret tidak
tercampur dengan zat lain dan konsentrasinya tidak berubah. Kemudian mengukur volume
larutan asam oksalat dengan menggunakan gelas ukur sebanyak 10 mL dan tuangkan ke
Erlenmeyer.
Kemudian tetesi larutan asam oksalat dengan indikator PP sebanyak 2 tetes
menggunakan pipet tetes. Lalu letakkan erlenmeyer tadi dibawah buret yang berisi larutan
NaOH dan tetesi sedikit demi sedikit sambil erlenmeyer digoyang-goyang. Lakukan hingga
larutan asam oksalat yang mulanya bening hingga berubah menjadi pink/ungu. Apabila
larutan asam oksalat sudah berubah warna menjadi pink/ungu, maka cepat-cepat tutup kran
pada buret untuk menghindari larutan NaOH menetes kembali, lalu didapatkan volume
NaOH. Lakukan kegiatan yang sama untuk percobaan menggunakan larutan HCl.
Pada percobaan menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
dilakukan 3 kali percobaan. Di mana volume larutan asam oksalat 0,1 M yang diperlukan
sebanyak 10 ml dan dua tetes indikator pp.
Pada percobaan pertama, volume NaOH yang terpakai sebanyak 20 ml, sehingga
didapatkan molaritas NaOH pada percobaan pertama adalah 0,05 M. Pada percobaan kedua,
volume NaOH yang terpakai yaitu sebanyak 22 ml, sehingga didapatkan molaritas pada
percobaan kedua yaitu 0,04 M.
Dan pada percobaan ketiga, volume NaOH yang terpakai sebanyak 29 ml, sehingga
didapatkan molaritas NaOH pada percobaan ketiga yaitu 0,03 M. Dari ketiga percobaan di
atas didapatkan rata-rata dari volume NaOH yang terpakai yaitu sebanyak 23,6 ml, sehingga
didapatkan rata-rata molaritas dari NaOH yaitu 0,04 M.
Pada percobaan menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH, dilakukan
percobaan sebanyak 3 kali. Di mana volume larutan HCL yang diperlukan sebanyak 10 ml
dan 2 sampai 3 tetes indikator pp.
Pada percobaan pertama volume NaOH yang terpakai sebanyak 10 ml, sehingga
didapatkan molaritas NaOH pada percobaan pertama yaitu 0,1 M dan molaritas dari larutan
HCl pada percobaan pertama yaitu 0,1 M.
Pada percobaan kedua volume NaOH yang terpakai sebanyak 10 ml, sehingga
didapatkan molaritas NaOH pada percobaan kedua yaitu 0,1 M dan molaritas dari larutan
HCl pada percobaan kedua yaitu 0,1 M.
Dan pada percobaan ketiga volume NaOH yang terpakai sebanyak 10 ml, sehingga
didapatkan molaritas NaOH pada percobaan ketiga yaitu 0,1 M dan molaritas dari larutan
HCl pada percobaan ketiga yaitu 0,1 M.
Dari ketiga percobaan di atas didapatkan rata-rata dari volume NaOH yang terpakai yaitu
10 ml, rata-rata dari molaritas larutan NaOH yaitu 0,1 M dan rata-rata dari molaritas larutan
HCL yaitu 0,1 M.
VIII. Mekanisme Reaksi
1. NaOH → Na+ + OH-
2. H₂C₂O₄ → 2H+ + C₂O₄²-
3. HCl → H+ + Cl-
4. 2NaOH + H₂C₂O₄ → Na₂C₂O₄ + 2H₂O
5. HCl + NaOH → NaCl + H2O
2. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.
3. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai "titran" dan biasanya
diletakkan di dalam labu Erlenmeyer. sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai "titer" atau "titrat" dan biasanya diletakkan di dalam "buret".
B. Saran
Sebaiknya enlenmayer digoyangkan dengan baik dan benar dan lakukan titrasi secara perlahan agar
tidak terjadi kesalahan dalam melihat titik akhir dan titik ekuivalen larutan .
Daftar Pustaka