Anda di halaman 1dari 10

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Titrasi asam basa merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk
menentukan kemolaran/kadar asam/basa berdasarkan reaksi netralisasi yang kerap
digunakan secara kuantitatif di laboratorium. Prosedur ini digunakan untuk
menentukan kadar suatu asam basa atau kemolaran yang didasarkan pada reaksi
netralisasi. Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai analit dan
biasanya diletakkan didalam erlenmeyer, sedangkan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai larutan sintesis atau titran dan diletakkan didalam
buret. Larutan yang belum diketahui konsentrasinya akan ditambahkan sebanyak
beberapa tetes indikator dan ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya (Nuryati, 2017).
Titrasi asam basa terdapat beberapa jenis titrasi yaitu: a). Titrasi redoks
merupakan jenis titrasi dengan reaksi redoks. Titrasi redoks dibagi menjadi tiga
macam, yaitu titrasi iodometri merupakan titrasi redoks yang menggunakan I2
dengan jenis reaksi tidak langsung karena I2 yang akan bereaksi dibuat terlebih
dahulu dengan reaksi redoks sebelumnya. Titrasi iodimetri merupakan titrasi
dengan I2 juga. Bedanya dengan iodometri yaitu I2 yang digunakan langsung dalam
wujud I2 sehingga disebut reaksi langsung. Titrasi permanganometri merupakan
reaksi titrasi dengan memanfaatkan ion Mn2; b). Titrasi kompleksasi merupakan
jenis titrasi dengan reaksi pembentukan ion kompleks yang digunakan untuk
menganalisis kadar logam pada larutan sampel yang dapat membentuk kompleks
dengan larutan standar, biasanya merupakan ligan; c). Titrasi asam basa merupakan
metode analisis kuantitatif yang berdasarkan reaksi asam basa. Persamaan umum
reaksi asam basa: asam + basa garam + air; d). Titrasi argentometrik merupakan
jenis titrasi yang digunakan untuk reaksi pengedapan. Metode titrasi argentometri
ada tiga macam. Pertama, metode Mohr, metode ini tidak ada indikator yang
digunakan, sehingga untuk menandai titik akhir titrasi adalah tingkat kekeruhan dari
larutan sampel. Kedua, metode Yolhard, metode ini menggunakan indikator yang
akan bereaksi dengan kelebihan larutan standar membentuk ion kompleks dengan
2

warna tertentu. Ketiga, metode Fajans, metode ini mengguanakan indikator


adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari reaksi utama menyerap indikator adsorpi
pada permukaannya sehingga endapan tersebut terlihat berwarna (Nuryati, 2010).
Indikator merupakan variabel-variabel yang dapat menunjukkan ataupun
mengindikasikan kepada penggunanya tentang kondisi tertentu, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur perubahan yang terjadi. Karena memang hampir semua
penelitian mempunyai sebuah tolak ukur supaya bisa menghasilkan penelitian yang
valid. Ada beberapa jenis indikator asam basa yaitu: a). Kertas lakmus ini sangat
mudah dan gampang diidentifikasi asam basanya. Jika kertas lakmus merah
mengalami perubahan warna menjadi biru, maka larutan tersebut bersifat basa.
Sedangkan, jika kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah setelah
dicelupkan ke dalam larutan, maka larutan tersebut teridentifikasi larutan asam; b).
Indikator Universal merupakan salah satu indikator asam basa dengan validitas atau
tingkat kepercayaan yang tinggi. Warna yang ada pada indikator universal ini lebih
beragam dan bervariasi yang dapat menunjukkan nilai pH 1-14. Indikator universal
ini bisa menggunakan kertas indikator universal atau dapat menggunakan larutan
indikator universal dengan meneteskan larutan tersebut pada larutan yang ingin
diuji. Warna yang terlihat dari indikator universal tersebut kemudian dibandingkan
dengan warna standar yang biasa ada di dalam daftar indikator asam basa; c).
Indikator Alami merupakan tumbuhan yang menunjukkan adanya perubahan warna
pada larutan asam atau basa. Zat ini berwarna merah pada asam, bewarna hijau
pada basa lemah, dan berwarna kuning pada basa yang kuat; d). Larutan Indikator
merupakan salah satu dari jenis indikator yang dapat digunakan dalam mengetahui
sifat asam basa sebuah senyawa. Untuk dapat mendeteksi sifat asam basa suatu zat,
pada umumnya digunakan indikator didalam sebuah bentuk larutan, sebab dengan
larutan indikator, sifat pembawaan asam maupun basa itu menjadi lebih mudah
untuk dideteksi; e). Ph meter ini digunakan sebagai alat pengukur pH pada suatu
larutan dengan cepat dan kiga akurat. pH meter ini memiliki elektroda yang dapat
dicelupkan ke dalam sebuah larutan asam basa yang akan diukur nilai pH-nya. Nilai
pH tersebut dapat dengan mudah dilihat secara langsung dengan melalui angka
yang tertera pada layar digital alat pH meter itu sendiri (Damayanti, 2015).
3

Manfaat titrasi asam basa dalam kehidupan sehari-hari itu ialah titrasi asam-
basa sering kali diterapkan sebagai salah satunya menentukan berapa nilai pH dari
sebuah larutan dalam bidang industri. Metode titrasi digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat tertentu yang terkandung dalam produk hasil industri. Titrasi asam
basa ini banyak diterapkan sebagai salah satu penerapan titrasi yang sering dijumpai
ialah penentuan kadar asam asetat atau yang dikenal dengan cuka. Cuka merupakan
asam lemah dengan rumus senyawa CH₃COOH. Produk cuka dari suatu perusahaan
yang satu dengan yang lainnya tentu berbeda kadarnya (Kumala, 2015).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam Basa, yaitu :
1. Mengetahui cara titrasi.
2. Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.
4

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam Basa dilaksanakan pada
hari Senin, 03 Oktober 2022, bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

2.2. Bahan dan Alat


Alat yang dipakai dalam praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam
Basa yaitu buret, statif, corong, botol semprot, gelas kimia, erlenmeyer, dan pipet
gondok. Bahan yang digunakan yaiu H2SO4, NaOH, indikator pp, dan aquades.

2.3. Cara Kerja


Cara kerja praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam Basa, yaitu :
2.3.1. Titrasi larutan H2SO4 0,1 M untuk mengetahui konsentrasi NaOH.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan NaOH dengan menyiapkan konsetrasi 0,1 M.
3. Memasukkan NaOH ke dalam buret sampai titik skala 0 buret.
4. Mengukur H2SO4 5 ml menggunakan gelas ukur.
5. Memasukkan H2SO4 ke dalam Erlenmeyer kemudian diteteskan 3 tetes
Indikator PP kemudian digojok
6. Melakukan titrasi dengan meneteskan larutan NaOH dari buret secara
perlahan-lahan, tetes demi tetes sampai larutan berubah warna.
7. Mencatat akhir buret yang menunjukkan volume larutan NaOH.
2.3.2 Titrasi larutan H2SO4 0,1 M untuk Mengetahui Konsentrasi NaOH
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan H2SO4 dengan menyiapkan konsentrasi 0,1 M.
3. Memasukkan H2SO4 kedalam buret sampai titik skala o buret.
4. Mengukur 5 ml NaOH ke dalam gelas ukur.
5. Memasukkan NaOH ke dalam Erlenmeyer lalu menambahkan 3 tetes
indikator PP kemudian digojok.
5

6. Melakukan titrasi dengan meneteskan larutan H2SO4 dari buret secara


perlahan-lahan, tetes demi tetes sampai larutan berubah warna.
7. Mencatat akhir buret yang menunjukkan volume larutan H2SO4.
6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Titrasi NaOH 0,1 M
Volume Konsentrasi Volume Konsentrasi
Titran Titran
Titran Titran Titran Titran
NaOH 3,12 ml 0,1 M H2SO4 5 ml 0,312 M
Rumus : A . MA . VA = B . MB . VB

Keterangan : Perhitungan :
A = Valensi Asam A x MA x VA = B x MB xVB
MA = Konsentrasi Asam 2 x MA x 5 = 1 x 0,1 x 3,12
3,12
VA = Volume Asam 10 MA =
10
B = Valensi Basa
MB = Konsentrasi Basa MA = 0,312 M
VB = Volume Basa

Tabel 2. Hasil Pengamatan Titrasi H2SO4 0,1 M Untuk Mengetahui


Konsentrasi NaOH
Volume Konsentrasi Volume Konsentrasi
Titran Titran
Titran Titran Titran Titran
H2SO4 2 ml 0,1 M NaOH 5 ml 0,08 M

Perhitungan :

A x MA x VA = B x MB x VB

2 x 0,1 x 2 = 1 x MB x 5

0,4 = 5 x MB

0,4
MB =
5

MB = 0,08 M
7

3.2 Pembahasan
Dari tabel.1 diatas pada percobaan pertama menggunakan larutan NaOH
sebanyak 0,1 M. Volume Titran NaOH sebanyak 3,12 ml, imdikator PP yang
digunakan sebanyak tiga tetes dan larutan H2SO4 sebanyak 5 ml, hasil konsestrasi
titrat sebesar 0,312 M dan akan terjadi perubahan warna dari orange menjadi
bening.

Gambar 1. Sebelum titrasi NaOH Gambar 1. Setelah titrasi NaOH


(Dok. Pribadi) (Dok. Pribadi)
Dari table. 2 diatas pada percobaan kedua menggunakan larutan H2SO4
sebanyak 0,1 M. Volume titran H2SO4 sebanyak 2 ml, konsentrasi titrat 0,1 M,
indikator PP digunakan sebanyak 3 tetes dan larutan NaOH sebanyak 5 ml, hasil
konsentrasi titrat sebesar 0,08 M. terjadi perubahan warna dari ungu menjadi bening

Gambar 1.Sebelum titrasi H2S04 Gambar 2. Setelah titrasi H2SO4


(Dok. Pribadi) (Dok. Pribadi)
Dapat kita ketahui data dari tabel diatas bahwa titrasi larutan NaOH 0,1 M
untuk mengetahui konsentrasi H2SO4 yaitu titrannya adalah NaOH dengan volume
titrannya 3,12 ml, memiliki konsentrasi titrannya 0,1 M, sedangkan titrat yang
dipakai adalah H2SO4 dengan volume titrat 5 ml, dengan konsentrasi titratnya 0,312
M, sebaliknya titrasi larutan H2SO4 0,1 M untuk mengetahui konsentrasi NaOH
8

yaitu titrannya adalah H2SO4 dengan volume titrannya 2 ml, memiliki konsentrasi
titrannya 0,1 M, sedangkan titrat yang dipakai adalah NaOH dengan volume titrat
adalah 5 ml, dengan konsentrasi titratnya 0,08 M. Perubahan warna ini terjadi akibat
dari logaritma didalam kurva pH, yang membuat warna menjadi sangat tajam hal
inilah yang terjadi pada percobaan diatas karena setetes fenolftalein hampir dapat
mengubah nilai pH pada titik akhir titrasi.
9

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan
dengan cara mereaksikan larutan dengan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi harus dilakukan dengan baik dan benar, agar hasil yang
didapatkan maksimal. Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada
jenis asam dan basayang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi
yang dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan.
Titrasi adalah prosedur untuk menentukan kadar (konsentrasi) suatu larutan
berdasarkan reaksi asam basa dengan larutan yang sudah diketahui kadarnya.
Kesalahan titrasi yang hanya sebesar 1 ml tidak terlalu berpengaruh pada
perhitungan kadar larutan. Kadar NaOH yang kami dapat dari percobaan ini adalah
0,04 M, hanya berbeda sedikit dengan kadar sebenarnya 0,1 M.

4.2. Saran
Praktikum dengan materi Titrasi Asam Basa sudah berjalan dengan baik,
praktikan diharapkan lebih serius dan saling bekerja sama dalam mengikuti
praktikum, agar setiap praktikum yang dilakukan dapat berjalan lebih baik lagi dari
sebelumnya, serta dapat menjaga tata tertib di dalam laboratorium saat melakukan
praktikum.
10

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, s. 2018. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta. Penerbit


rineka cipta.

Damayanti, i. 2015. Karakterisasi trayek ph dan spektrum absorbsi indikator asam


basa alami dari daun rhoediscolor, laporan penelitian. Yogyakarta. Fmipa
uny.

F. P. Sari dan s. M. Sari. 2014. Jurnal ekstraksi zat aktif antimikroba dari tanaman
yodium (jatropha multifida linn) sebagai bahan baku alternatif antibiotik
alami. Hal. 1–7.

Kumala. 2015. Adsorpsi ion logam pb2+ dan cu2+ oleh bentonit teraktivasi basa.
Jurnal kimia 9 (2). 19-24

Murdiono, c, a. 2014. Karaktrisasi trayek ph dan spektrum absorpsi kubis ungu


(brassica oleracea l), laporan penelitan. Yogyakarta. Fmipa uny.

Nuryati. 2017. Indikator titrasi asam basa dari ekstrak bunga sepatu (hibiscus rosa
sinensis l). Jurnal agritech 30 (3) : 179. (https://jurnal+titrasi+asam).

Salirawati, d., subiantoro, a, s. & pujianto. 2011. Pelatihan pengembangan


praktikum ipa berbasis lingkungan. Jurnal inovasi dan teknologi 15 (1) :
97-107.

Anda mungkin juga menyukai