Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN III
PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

OLEH:
SELVY APRILIA SARI
2311012320012

ASISTEN PRAKTIKUM:

WINDY SIDRATUL ANNISA

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah diharapkan praktikan dapat membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan
konsentrasi larutan yang telah dibuat.

1.2 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan kali ini adalah membuat larutan dengan mencampurkan


dua zat atau lebih yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut, seperti pada definisi
larutan. Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam
sejumlah pelarut. Salah satu satuan dalam konsentrasi larutan adalah molaritas.
Satu molar atau 1M suatu larutan dapat didefinisikan sebagai satu mol zat terlarut
dalam 1 Liter larutan. Konsentrasi larutan dapat dihitung dengan rumus
pengenceran (Ilham,2021).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

. Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci, 1985). Tiap-tiap komponennya
tidak dapat dibedakan secara fisik, sementara itu sistem yang heterogen dikatakan
sebagai campuran heterogen. Cara mengetahui zat terlarut dan zat pelarut pada
sebuah larutan dengan melihat jumlah banyaknya, jika jumlahnya banyak disebut
zat pelarut dan jika jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Namun, hal tersebut
tidak mutlak. Mungkin saja zat yang lebih sedikit dijadikan pelarut, tergantung
dengan keperluannya (Yusuf, 2019).

Konsentrasi larutan mengacu pada banyaknya jumlah zat terlarut dalam


suatu larutan. Menghitung konsentrasi larutan dapat dengan rumus pengenceran.
Pengenceran Merupakan langkah untuk membuat larutan yang encer dari larutan
yang sebelumnya lebih pekat. Melalui penambahan jumlah pelarut ke dalam
larutan dengan jumlah dan konsentrasi tertentu (Mainur & Lisa, 2019). Pada
proses pengenceran, menambahkan lebih banyak pelarut dapat mengurangi
konsentrasi larutan, namun tidak mengubah jumlah mol akan zat terlarut pada
larutan. Mol zat terlarut akan tetap sama sebelum maupun sesudah pengenceran.
Rumus pengenceran ditulis sebagai berikut:

M1.V1=M2. V2………………………………………………..(1)

Keterangan:
M₁ dan M2 adalah konsentrasi
V₁ dan V2 adalah volume (satuannya haruslah seragam
M₁ > M2 dan V2>V1
(Juwita, 2017)
Konsentrasi apabila tidak diketahui menggunakan analisis kuantitatif,
maka bisa menggunakan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan yang
konsetrasinya sudah diketahui. Larutan standar terbagi menjadi dua; larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
yang sudah pasti diketahui konsentrasinya (molaritas dan normalitas) melalui
perbuatan langsung. Larutan standar sekunder adalah larutan yang seringnya
diletakkan pada buret dan ditambahkan pada larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (Yusuf, 2019).

Titrasi merupakan cara yang paling umum untuk standarisasiTitrasi


merupakan cara yang cepat serta mudah untuk menentukan bersifat asam serta
basa dalam jumlah senyawa-senyawa. Seringnya asam dan basa organik maupun
anorganik bisa dititrasi dengan larutan berair, namun sebagian senyawa anorganik
tidak larut dalam air. Akan tetapi, seringnya senyawa anorganik dapat larut dalam
pelarut anorganik juga. Maka dari itulah, senyawa organik bisa ditentukan dengan
titrasi asam basa dalam pelarut air (Brady, 1999). Jadi, titrasi merupakan teknik
analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi atau kadar suatu zat dengan
larutan standar. Sehingga konsentrasi suatu larutan dapat diketahui melalui
metode ini (Asmah et al., 2020).
BAB III

METEDOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


A.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Gelas piala
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur
5. Pipet gondok
6. Labu takar
7. Buret
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Asam klorida pekat
2. Larutan natrium hidroksida 0,1 M
3. Pelet natrium hidroksida
4. Larutan asam klorida 0,1 M
5. Indikator metil merah
6. Indikator phenophtalein
7. Indikator metil orange
8. akuades
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1. Diambil 2 ML HCl menggunakan gelas ukur
2. Dilakukan di lemari asam
3. Ditambahkan akuades hingga garis batas
4. Dikocok hingga larutan homogen
5. Diberi label A
6. Dipindahkan larutan A sebanyak 10 ML kedalam
labu takar yang baru
7.
Ditambahkan akuades kedalam labu takar hingga
8. tanda batas
Diberi label B

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1. Dipindahkan larutan B sebanyak 10 ML kedalam
Erlenmeyer menggunakan pipet tetes
2. Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah V1 = 3,5 ML
3. Dititrasi menggunakan larutan NaOH hingga V2 = 3,7 ML
Terjadi perubahan warna V3 = 3,5 ML
4. Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1. Dipindahkan larutan B sebanyak 10 ML kedalam
Erlenmeyer menggunakan pipet tetes
2. Ditambahkan 2 tetes indikator phenophtalein
3. Dititrasi menggunakan NaOH hingga terjadi V1 = 3,5 ML
perubahan warna V2 = 2 ML
4. Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali V3 = 3,7 ML
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Menimbang 0,2 gram butiran NaOH
2. Dipindahkan ke gelas beker dan ditambahkan
akuades kemudian dikocok hingga larut

3.Dipindahkan kedalam labu takar 50 ML


ditambahkan akuades hingga tanda batas
4.Dikocok hingga larutan homogen Larutan berwarna
5.Dipindahkan 12,5 ML larutan C kedalam labu bening
takar 50 ML yang baru
6.Ditambahkan akuades hingga tanda batas kocok
hingga homogen

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1. Diisi buret dengan larutan HCl 1 M
2. Dicatat volume awal larutan HCl dalam buret

3.Dipindahkan 5 ML larutan NaOH encer


4. Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah V1 = 1,9 ML
5. Dititrasi larutan hingga terjadi perubahan warna V2 = 5,4 ML
dan hentikan titrasi begitu terjadi perubahan
warna yang konstan
Dicatat volume akhir NaOH yang Tersisa
6.
Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali
7.

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1. Diisi buret dengan larutan NaOH encer
2. Dicatat volume awal larutan
3. Dipindahkan 5 ML larutan HCl encer
4. Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah
5.Dititrasi larutan hingga terjadi perubahan warna
dan hentikan begitu terjadi perubahan warna
6. Dicatat volume akhir yang tersisa V1 = 17 ML
7.
Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali V2 = 16,6 M

4.1 Hasil Perhitungan


I. Penentuan konsentrasi larutan HCl pekat
Diketahui :
Massa jenis HCl : 1,19 gram/ML
Persen Berat HCl : 37% (b/b)
Massa 1 L HCl : 1,190 gram
Mr HCl pekat : 36,5 gram/mol
Ditanya ; M HCl pekat…?
Jawab :
Massa 1 gram HCl pekat = massa jenis HCl x 1 L HCl x % (b/b)
Massa HCl pekat = % (b/b) x massa 1 L HCl
= 37 % x 1.190 gram
= 440,3 gram/L
M HCI pekat = Massa HCI pekat : Mr HCI pekat
= 440,3 gram/L : 36,5 gram/mol
= 12,06 mol/L
II. Penentuan konsentrasi larutan HCI encer (Larutan A dan Larutan B)
1. Melalui pengenceran
a. Konsentrasi larutan A
Diketahui:
M HCI : 12,06 mol/L
V HCI : 2 mL
VA : 50 mL
Ditanya: M Larutan A....?
Jawab:
MA. VA = M HCI. V HCI
MA. 50 mL = 12,06 M. 2 mL
MA = 24,12 : 50
MA = 0,4824 M
b. Konsentrasi larutan B
Diketahui:
MA : 0,4824 M
VA : 10 mL
VB : 50 mL
Ditanya: M Larutan B....?
Jawab:
MA. VA = MB. VB
0,4824 Μ. 10 mL = MB. 50 mL
MB = 4,824 : 50
MB = 0,09648 M
2. Melalui Titrasi
a. Melalui Indikator MM
Diketahui:
MNaOH : 0,1 M
Vrata-rata titrasi : 4 mL
VHCL yang dititrasi : 10 mL
Ditanya: M HCl....?
Jawab:
NHCI. V HCI = M NaOH. V NaOH
NHCI. 10 mL = 0,1 M. 4 mL
NHCI = 0,4 : 10
NHCI = 0,04 N
b. Melalui Indikator PP
Diketahui:
MNaOH : 0,1 M
Vrata-rata titrasi : 3 mL
VHCL yang dititrasi : 10 mL
Ditanya: NHCI....?
Jawab:
NHCI . VHCI = MNaOH . VNaOH
NHCI. 10 mL = 0,1 M. 3,06 mL
NHCI = 0,306 : 10
NHCI = 0,0306 N

III. Penentuan konsentrasi larutan NaOH


1. Melalui pengenceran
a. Konsentrasi larutan C
Diketahui:
Massa : 0,23 gram NaOH
Mr NaOH : 40 gram/mol
V NaOH : 50 mL = 0.05 L
Ditanya: M Larutan C....?
Jawab:
Mc = Massa NaOH/ Mr NaOH/ V NaOH
Mc = 0,23/ 40/ 0,05
Mc = 0,115 mol/L
b. Konsentrasi larutan D
Diketahui:
Mc : 0,11 mol/L
Vc : 12,5 mL = 0,0125 L
VD : 100 mL = 0,1 L
Ditanya: M Larutan D....?
Jawab:
Mc. Vc = MD. VD
0,11 mol/L. 0,0125 L = MD. 0,1 L
Mo = 0,001375 : 0,1
MD = 0,01375 mol/L
2. Melalui Titrasi
a. Titrasi NaOH oleh HCI
Diketahui:
M HCI : 0,1 M
V NaOH : 5 mL = 0,005 L
V HCL yang dititrasi: 10 mL = 0,01 L
Ditanya: M NaOH....?
Jawab:
M HCL. V HCI = M NaOH. V NaOH
0,1 M. . 0,01 L = MNaOH . 0,005 L
MNaOH = 0,001 : 0,005
MNaOH = 0,2 M
b. Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui:
M HCl : 0,1 M
V NaOH : 5mL = 0.005L
VHCL yang dititrasi : 24, 6mL = 0.0246L
Ditanya: M NaOH....?
Jawab:
M HCL. V HCI = M NaOH . V NaOH
0,1 M. . 0,0246 L = MNaOH . 0,005 L
MNAOH = 0,00246 : 0,005
MNaOH = 0,492 M

4.3 Pembahasan
Prinsip percobaan kali ini adalah membuat larutan dengan
mencampurkan dua zat atau lebih yang terdiri dari zat terlarut dan
pelarut, seperti pada definisi larutan. Konsentrasi larutan
didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut.
Salah satu satuan dalam konsentrasi larutan adalah molaritas. Satu
molar atau 1M suatu larutan dapat didefinisikan sebagai satu mol zat
terlarut dalam 1 Liter larutan. Konsentrasi larutan dapat dihitung
dengan rumus pengenceran (Ilham,2021).
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan
yang terdiri dari beberapa bahan seperti HCl sebesar 0,1 M, natrium
hidroksida sebesar 0,1 M dengan indikator fenoftalein, metil merah,
dan akuades. Percobaan pertama melakukan pengenceran larutan
asam klorida pekat 2 mL. Pengenceran dilakukan dengan
mencampurkan akuades dengan asam klorida di dalam labu takar
hingga batas yang tertera. Pengenceran merupakan prosedur untuk
mengolah larutan yang lebih pekat menjadi lebih encer dengan
menambahkan pelarut pada larutan dengan konsentrasi dan volume
tertentu, jadi penambahan akuades yang merupakan zat pelarut
bertujuan untuk menurunkan konsentrasi larutan pada asam HCl
(Hikmayanti & Utami, 2019).

Asam klorida yang sebelumnya telah diencerkan diberi


indikator berupa metil merah sebanyak dua hingga tiga tetes pada
percobaan pertama. Pada percobaan kedua diberi indikator fenoftalein
dengan jumlah yang sama. Penambahan indikator ini bertujuan untuk
mengetahui titik ekuivalen (titik akhir titrasi). Titik ekuivalen adalah
keadaan dimana jumlah mol ekuivalen asam sama dengan jumlah mol
ekuivalen basa (Febriana & Kasmui, 2021).
Perubahan warna pada larutan merupakan tanda dari titik
ekuivalen. Larutan yang telah diberi dua indikator tadi dititrasi
menggunakan 11,9 mL larutan natrium hidroksida. Titrasi adalah
sebuah teknik yang digunakan agar dapat menentukan kuantitatif zat
yang terlarut (Indrajaya et al, 2021). Ketika dititrasi dengan 11,9 mL
NaOH terdapat perubahan warna yang signifikan dari kedua larutan.
Larutan yang diberi indikator metil merah ketika dititrasi berubah
warna yang semula berwarna dari merah keunguan menjadi kuning.
Maka hal tersebut sesuai dengan teori bahwa senyawa indikator yang
bersifat basa akan menghasilkan warna kuning saat dalam suasana
basa dan warna merah dalam keadaan asam (Bria et al, 2021).
Sedangkan larutan yang diberi indikator fenoftalein ketika dititrasi
berubah warna yang semula bening menjadi merah keunguan. Maka
hal tersebut juga sesuai dengan teori bahwa indikator fenoftalein akan
berwarna merah muda keunguan dalam suasana basa dan tidak
berwarna dalam keadaan asam (Bria et al, 2021). Setelah melalui
proses titrasi dan perhitungan maka diperolehlah konsentrasi HCl
sebesar 0,119 N, menggunakan rumus MHCI X VHCI = MNaOH X
VNaOH (Indrajaya et al, 2021).

Percobaan kedua adalah membuat larutan natrium hidroksida


dengan 0,4 gram butiran NaOH yang dilarutkan. Larutan tersebut
kemudian dipindahkan dalam labu takar 50 mL dan ditambahkan
akuades hingga tanda batas. Sama seperti ppercobaan sebelumnya,
penambahan akuades berfungsi untuk menurunkan konsentrasi NaOH
dengan meambahkan zat pelarut (Hikmayanti & Utami, 2019).
Larutan NaOH yang telah diencerkan dipindahkan ke dalam
Erlenmeyer sebanyak 10 mL, diberi indikator metil merah sebanyak
tiga tetes kemudian dititrasi dengan larutan HCl 20 mLTerjadi
perubahan warna pada larutan yang mana sesuai dengan teori yang
ada bahwa indikator metil merah yang bersifat basa akan
menghasilkan warna bening dan menjadi berawarna merah keunguan
saat asam (Bria et al, 2021). Setelah melalui proses titrasi dan
perhitungan maka diperolehlah konsentrasi NaOH sebesar 0,2 M,
menggunakan rumus MHCI X VHCI = MNaOH X VNaOH
(Indrajaya et al, 2021).

Percobaan selanjutnya ialah titrasi laruran HCl menggunakan


NaOH. Erlenmeyer yang telah diisi 10 mL larutan HCl diberi
indikator metil merah sebanyak tiga tetes lalu dititrasi dengan 6,5 mL
NaOH. Larutan pun berubah warna dari bening menjadi kuning, yang
mana sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa indikator metil
merah yang bersifat basa akan menghasilkan warna kuning dan yang
bersifat asam menghasilkan warna merah (Bria et al, 2021). Setelah
melalui proses titrasi dan perhitungan maka diperolehlah konsentrasi
NaOH sebesar 0,15 M, menggunakan rumus MHCI X VHCI =
MNaOH X VNaOH (Indrajaya et al, 2021).
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah untuk membuat
suatu larutan dengan konsentrasi tertentu, dapat dilakukan dengan melarutkan zat
padat ataupun mengencerkan larutan pekatnya. Perubahan konsentrasi larutan
dapat dihitung setelah pengenceran dan titrasi dengan konsep mol sebelum dan
setelah direaksikan adalah sama (V1.M1 V2.M2). Berdasarkan hasil percobaan,
diperoleh bahwa sifat keasaman pada saat tercapai titik ekivalen akan mengikuti
sifat keasaman dari titran yang ditandai dengan warna dari indikator yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmah, N., Amri, Y., & Rahmatul, F. 2020. Penentuan Kadar Anion dan Kation
pada Air Injeksi di WTIP (Water Treatment. Jurnal Kimia Sains dan
Terapan. 2(1): 1-4.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.

Bria, H. R., Maria, A. U. L., & Aloisius, M. K... 2021. Penggunaan Ekstrak Umbi
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Indikator Asam Basa Alami.
Jurnal Beta Kimia. 1(2): 35-41.

Febriana, Z., & Kasmui. 2021. Desain Media Pembelajaran Chemistry Is Fun
Berbasis Android pada Materi Titrasi Asam Basa. Journal Chemistry is
Educatio. 10(2)17-23.

Hikmayanti, M., & Utami, L. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi


Siswa Kelas XI MAN 1 Pekanaeu Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal
Riset Pendidikan Kimia. 9(1): 52-57.

Ilham, B.M., Fadhillah. 2021. Pengaruh Tegangan Listrik dan Konsentrasi Larutan
Elektrolit Pada Proses Pemurnian Timah (Sn) Berdasarkan Metoda
Electrolytic Refining di unit Metalurgi PT. Timah Tbk, Mentok, Bangka
Barat, Bangka Belitung. Jurnal Bina Tambang. 6(2): 198-207.

Indrajaya, I. N. R., Astria, N. I. & Harris, P. 2021. Titrator Otomatis untuk


Mengukur Kadar Kalsium Karbonat (CaCO2) pada Batu Kapur. Jurnal
Teknik ITS. 10(2): 108-113..

Juwita, R. 2017. Kimia Dasar. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP), Padang.

Petrucci, R. H. 1985. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern. Erlangga, Jakarta.

Yusuf, Y. 2019. Belajar Muda Kimia Analisis. EduCenter, Jakarta.


LAMPIRAN

Lampiran berisi kegiatan/ dokumentasi setiap kegiatan prosedur praktikum dan


setiap gambar diberikan keterangan.

Anda mungkin juga menyukai