Anda di halaman 1dari 21

I.

II.
III.
IV.

Judul Percobaan
: TITRASI ASAM BASA
Tanggal/Hari Percobaan
: Rabu, 18 November 2015
Selesai Percobaan
: Rabu, 18 November 2015
Tujuan Percobaan
:
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

V.

Dasar Teori

Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam
laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Titrasi asam basa sering disebut
asidi-alkalimetri. Kata metri berasal dari Yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. Jadi
asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang
diukur dalam jumlah basa atau garam).
Titrasi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah volume dari larutan tertentu
yang sudah diketahui konsentrasinya, untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang
belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna,
maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.
Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat dalam proses reaksinya, yaitu :
a. Titrasi Asam Basa
Prinsip dasar dari metode ini adalah reaksi penetralan yang terdiri dari H + (asam) dan OH(basa) dan menjadi netral (H2O).
b. Titrasi Redoks (Oksidometri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi yang terdiri dari O
(oksidator) dan R (reduktor).
c. Titrasi Pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah proses pengendapan yang terdiri dari kation
sehingga terbentuk endapan.
d. Titrasi Pengomplekan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor donor pasangan elektron yang
terdiri dari ion logam dan ligan.
Dalam hal ini yang akan dibahas lebih lanjut yaitu titrasi asam basa. Titrasi ini
melibatkan larutan asam dan basa. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titer maupun titran. Titran ditambahkan titer setetes demi setetes sampai keadaan ekuivalen
yang artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, dalam hal ini biasanya

ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen
yaitu dimana jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa. Sehingga didapat persamaan :
mol titran = mol titer
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen,
tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalennya. Dalam titrasi biasanya titran telah
dapat diketahui. Dan untuk menghitung konsentrasi titer dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
na . Ma . Va = nb . Mb . Vb

Keterangan :
na = Valensi asam
Ma = Molaritas asam
Va = Volume asam
nb = Valensi basa
Mb = Molaritas basa
Vb = Volume basa
Ada 2 cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu :
1) Dengan memakai pH meter, untuk menentukan perubahan pH selama titrasi dilakukan.
Kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh konsentrasi.
Titik tengah dari titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2) Memakai indikator asam dan basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
inilah titrasi dihentikan. Pada umumnya, cara kedua dipilih karena kemudahan pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Indikator ini akan
berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Terdapat beberapa indikator yang memiliki
trayek perubahan warna yang cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil
jingga, metil merah, fenolftalein memiliki trayek pH rentang 8,0-9,6 sehingga memiliki
warna antara tidak berwarna-warna merah. Selain indikator sitetis, ada bekerapa tumbuhan
yang dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Indikator ini juga memiliki tingkat

akurasi yang cukup tinggi. Indikator herbal digunakan untuk mengurangi polusi kimia yang
disebabkan oleh indikator sintesis. Contoh dari indikator herbal adalah ekstrak kunyit, bunga
sepatu, kol ungu, dan juwet.
Selain indikator, di didalam proses titrasi terdapat istilah larutan baku. Larutan baku
adalah larutan yang zat terlarutnya telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 3 macam larutan
baku, yaitu
1. Larutan Baku Primer
Larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri atau
perhitungan.
2. Larutan Baku Sekunder
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan melakukan titrasi dengan larutan baku
primer.
3. Larutan Baku Tersier
Larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara melakukan titrasi dengan larutan baku
sekunder.
VI.

VII.

Alat dan Bahan


:
1. Alat
Buret 100 mL
1 Buah
Labu Erlenmeyer 250 mL
3 Buah
Pipet gondok 10 mL
1 Buah
Gelas Kimia 25 mL
2 Buah
Klem dan Statif
1 set
Corong
1 Buah
Pipet tetes
2 Buah
Mortar dan Alu
1 Set
2. Bahan
C2H2O4 0,05 M
30 mL
NaOH
secukupnya
HCl
60 mL
Phenolptalein
secukupnya
Ekstrak tumbuhan (Bunga Sepatu)
secukupnya
Etanol
secukupnya
Alur Percobaan
:
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku C2H2O4
NaOH
C2H2O4 0,1 M
dimasukkan kedalam buret

diambil 10 mL menggunakan pipet

sebagai pembilas

gondok

dimasukkan ke dalam buret sampai

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

melebihi skala nol


diturunkan sampai tepat skala nol

ditambah 4 tetes indikator phenolptalein

NaOH

10 mL C2H2O4 0,1 M
diteteskan sedikit demi sedikit
di goyang goyang

larutan berubah warna


menjadi merah muda

dihitung volume NaOH yang bereaksi


dengan C2H2O4

Molaritas NaOH

2. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH


NaOH
HCl
dimasukkan kedalam buret

diambil 10 mL menggunakan pipet

sebagai pembilas
dimasukkan ke dalam buret sampai

gondok
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

melebihi skala nol


diturunkan sampai tepat skala nol

ditambah 4 tetes indikator phenolptalein

NaOH

10 mL HCl
diteteskan sedikit demi sedikit
di goyang goyang

larutan berubah warna


menjadi merah muda

dihitung volume NaOH yang bereaksi


dengan HCl

Molaritas HCl

3. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH


NaOH
HCl
dimasukkan kedalam buret

diambil 10 mL menggunakan pipet

sebagai pembilas
dimasukkan ke dalam buret sampai

gondok
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

melebihi skala nol


diturunkan sampai tepat skala nol

ditambah 4 tetes indikator ekstrak bunga


sepatu

NaOH

10 mL HCl
diteteskan sedikit demi sedikit
di goyang goyang

larutan berubah warna


menjadi hijau pudar

dihitung volume NaOH yang bereaksi


dengan HCl

Molaritas HCl

IX.

Analisis Data
Pada percobaan pertama kami melakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi NaOH

dengan larutan C2H2O4 0,05 M sebanyak 10 mL. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, dan
Volume NaOH yang digunakan sampai larutan berwarna merah muda pudar sebesar 7,5 mL;
7,4 mL; dan 7,2 mL. Sehingga dapat diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,133 M, 0,135 M,
dan 0,139 M dengan konsentrasi NaOH rata-rata sebesar 0,136 M dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
Persaaman reaksi pada percobaan pertama yaitu :
2NaOH(aq) + C2H2O4(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Perhitungan
Diketahui : V C2H2O4 = 10 mL

* 1 = C2H2O4

M C2H2O4 = 0,05 M

2 = NaOH

Pengulangan 1
V NaOH = 7,5 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
0,05 x 10 x 2 = M2 x 7,5 x 1
1
= 7,5 M2
1
= M2
7,5

Pengulangan 2
V NaOH = 7,4 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
0,05 x 10 x 2 = M2 x 7,4 x 1
1
= 7,4 M2
1
= M2
7,4

0,133 M = M2

0,135 M = M2

Pengulangan 3
V NaOH = 7,2 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2
0,05 x 10 x 2 = M2 x
1
= 7,2 M2
1
= M2
7,2

M NaOH rata-rata =
0,133+ 0,135+0,139
3

0,139 M = M2

x n2
7,2 x 1

0,40689
3

Pada percobaan yang kedua kami melakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi HCl
dengan larutan NaOH yang konsentrasinya diperoleh dari percobaan pertama yaitu sebesar
0,136 M. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, dan Volume NaOH yang digunakan
sampai larutan berwarna merah muda pudar sebesar 3,6 mL; 3,5 mL; dan 3,5 mL. Sehingga

dapat diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,049 M, 0,048 M, dan 0,048 M dengan konsentrasi
HCl rata-rata sebesar 0,048 M dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
Persaaman reaksi pada percobaan kedua yaitu :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Perhitungan
Diketahui : V HCl

= 10 mL

* 1 = HCl

M NaOH = 0,136 M

2 = NaOH

Pengulangan 1
V NaOH = 3,6 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 x 1 = 0,136 x 3,6 x 1
M1 x 10

Pengulangan 2
V NaOH = 3,5 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 x 1 = 0,136 x 3,5 x 1
M1 x 10
= 0,4760
0,4760
M1 =
10

= 0,4896

M1 =

0,4896
10

M1 = 0,049 M
Pengulangan 3
V NaOH = 3,5 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2
M1 x 10 x 1 = 0,136 x
M1 x 10
= 0,4760
M1 =

M1 = 0,048 M

M NaOH rata-rata =
0,049+ 0,048+0,048
3

x n2
3,5 x 1
0,4760
10

0,143
M
3
Pada percobaan yang ketiga kami melakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi HCl
M1 = 0,048

dengan larutan NaOH yang konsentrasinya diperoleh dari percobaan pertama yaitu sebesar
0,136 M. Namun, pada percobaan ketiga menggunakan ekstrak tumbuhan (bunga sepatu) .
Percobaan dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali, dan Volume NaOH yang
digunakan sampai larutan berwarna hijau pudar sebesar 3,6 mL; 3,5 mL; dan 3,6 mL.
Sehingga dapat diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,049 M, 0,048 M, dan 0,049 M dengan
konsentrasi HCl rata-rata sebesar 0,049 M dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
Persaaman reaksi pada percobaan ketiga yaitu :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Perhitungan
Diketahui : V HCl

= 10 mL

* 1 = HCl

M NaOH = 0,136 M

2 = NaOH

Pengulangan 1
V NaOH = 3,6 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 x 1 = 0,136 x 3,6 x 1
M1 x 10

Pengulangan 2
V NaOH = 3,5 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 x 1 = 0,136 x 3,5 x 1
M1 x 10
= 0,4760
0,4760
M1 =
10

= 0,4896

M1 =

0,4896
10

M1 = 0,049 M
Pengulangan 3
V NaOH = 3,5 mL
M1 x V1 x n1 = M2 x V2
M1 x 10 x 1 = 0,136 x
M1 x 10
= 0,4896
M1 =
M1 = 0,049

M1 = 0,048 M

M NaOH rata-rata =
0,049+ 0,048+0,049
3

0,146
3

x n2
3,6 x 1
0,4896
10
M

= 0,049 M
X.

Pembahasan
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam

laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Pada percobaan titrasi asam-basa
ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi NaOH dan HCl. Pada percobaan ini kami
menentukan molaritas NaOH dengan menggunakan proses titrasi antara larutan baku C 2H2O4
sebanyak 10 mL 0,05 M dengan larutan NaOH. 10 mL larutan C 2H2O4 dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 4 tetes indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH
yang sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis bereaksi.
Begitu pula titrasi antara larutan HCl sebanyak 10 mL dengan larutan NaOH. 10 mL larutan
HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 4 tetes indikator PP, lalu
ditetesi dengan larutan NaOH yang sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai
ekuivalen atau habis bereaksi.
Titik ekuivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi
dengan jumlah mol basa. Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran

warna yaitu tidak berwarna sampai merah muda, yakni apabila tak berwarna berarti sifatnya
asam dan jika berwarna merah muda berarti basa. Jika larutan sudah ekuivalen, maka larutan
akan mengalami perubahan warna paling awal, dan warnanya sangat muda dan cerah saat
itulah titrasi dihentikan. Saat larutan telah menunjukkan perubahan warna itulah yang disebut
titik akhir titrasi. Sementara untuk indikator ekstrak bunga sepatu, akan berubah menjadi
hijau pudar ketika menunjukkan basa dan menjadi jingga kemerahan ketika menunjukkan
asam. trayek pH perubahan warna ekstrak bunga sepatu pH 6 pH 7.
Percobaan 1 menggunakan larutan baku C2H2O4
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan C 2H2O4 sebanyak 10 mL
dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut :
2NaOH(aq) + C2H2O4(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Pengulangan 1
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah
C2H2O4 sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian

dimasukkan

ditambahkan 4 tetes

fenoftalin. NaOH dimasukkan ke dalam buret hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes
setetes demi setetes hingga larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi
tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 7,5 mL dan warnanya merah muda pudar.
Pengulangan 2
C2H2O4 sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 4 tetes fenoftalin. NaOH dari buret dibiarkan menetes hingga larutan dalam
erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya
7,4 mL dan warnanya merah muda pudar.
Pengulangan 3
C2H2O4 sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 4 tetes penoftalin. NaOH dari buret dibiarkan menetes hingga larutan dalam
erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya
7,2 mL dan warnanya merah muda pudar.
Dari ketiga percobaan yang dilakukan didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,136 M
yang didapatkan dari rata-rata nilai konsentrasi NaOH dari setiap percobaan yaitu, 0,133 M,
0,135 M, 0,139 M.
Percobaan 2 menggunakan HCl dengan indikator Phenolptalein

Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10 mL
dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Pengulangan 1
10 mL HCl dimasukkan ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes
indikator PP. Kemudian NaOH dari buret dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga
larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
volume titrasinya 3,6 mL dan warnanya merah muda pudar.
Pengulangan 2
10 mL HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes
indikator PP. NaOH dalam buret, dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga larutan
dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume
titrasinya 3,5 mL dan warnanya merah muda pudar.
Pengulangan 3
10 mL HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes
indikator PP. Kemudian NaOH dalam buret dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga
larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
volume titrasinya 3,5 mL dan warnanya merah muda pudar.
Dari ketiga percobaan yang dilakukan didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,048 M
yang didapatkan dari rata-rata nilai konsentrasi HCl dari setiap percobaan yaitu, 0,049 M,;
0,048 M; 0,048 M.
Percobaan 3 menggunakan HCl dengan indikator ekstrak tumbuhan (bunga sepatu)
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10 mL
dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Pengulangan 1
10 mL HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes
ekstrak bunga sepatu. Kemudian NaOH dalam buret dibiarkan menetes setetes demi setetes
hingga larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
didapatkan volume titrasinya 3,6 mL dan warnanya hijau pudar.
Pengulangan 2

10 mL HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes


ekstrak bunga sepatu. NaOH dalam buret, dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga
larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
volume titrasinya 3,5 mL dan warnanya hijau pudar.
Pengulangan 3
10 mL HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes
ekstrak bunga sepatu. Kemudian NaOH dalam buret dibiarkan menetes setetes demi setetes
hingga larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
didapatkan volume titrasinya 3,6 mL dan warnanya hijau pudar.
Dari ketiga percobaan yang dilakukan didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,049 M
yang didapatkan dari rata-rata nilai konsentrasi HCl dari setiap percobaan yaitu, 0,049 M,
0,048 M, 0,049 M.
XI.

Kesimpulan
Berdasarkan percoban yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pada percobaan pertama diperoleh konsentrasi NaOH rata-rata sebesar 0,136 M.
Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda

pudar (+).
Pada percobaan kedua diperoleh konsentrasi HCl rata-rata sebesar 0,048 M.
Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda

pudar (++).
Pada percobaan ketiga dengan menggunakan indikator ekstraks tumbuhan
(bunga sepatu) diperoleh konsentrasi HCl rata-rata sebesar 0,049 M. Dari

XII.

seluruh pengulangan terjadi perubahan warna larutan menjadi hijau pudar.


Pertaanyaan
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator
phenolptalein ?
Jawab : Karena indikator Phenolphthalein atau biasa disingkat sebagai PP adalah
suatu senyawa organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator
untuk titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia
(pink) bila dalam larutan basa. Phenolphthalein tidak akan berwarna (bening) dalam
keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam
keadaan zat yang basa.Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 Phenolphthalein tidak
berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin
kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan
semakin. Seperti yang kita ketahui bahwa NaOH merupakan larutan yang bersifat

basa, sehingga asam oksalat yang telah diberi indikator phenolptalein akan berubah
warna menjadi kemerahan ketika ditetesi NaOH.

Struktur molekul dari indikator


Phenolptalein

2. Apa perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir ?


Jawab : Titik ekuivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis
bereaksi dengan jumlah mol basa. Sedangkan titik akhir adalah titik dimana telah
terjadi perubahan warna pada larutan.
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku
sekunder, dan larutan baku tersier ?
Jawab : Larutan baku primer
= Asam Oksalat (C2H2O4)
Larutan baku sekunder
= NaOH
Larutan baku tersier
= HCl

XIII. Daftar Pustaka


Affandi, Alfi. 2013. Titrasi Asam Basa. Online. Web Publikasi :https://www.academia.edu/
9890503/TITRASI-ASAM-BASA?. Diakses pada tanggal 15 November 2015.
Anonim. 2015. Titrasi. Online. Web Publikasi : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Titrasi.
Diakses pada tanggal 15 November 2015.
Anonim. 2014. Laporan Praktikum Kimia (Titrasi Asam Basa). Online. Web Publikasi :
http://arrofathtekperunib.blogspot.co.id/2015/w/laporan-praktikum-kimiatitrasi-asam
basa.html?M=1. Diakses pada tanggal 15 November 2015.

Tim Kimia Dasar. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1. Surabaya : Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya.
http://repository.unib.ac.id/4777/

Surabaya, 25 November 2015

Mengetahui,
Dosen/Asisten Pembimbing

Praktikan,

()

(........................................)

LAMPIRAN
No.

Gambar

Keterangan

1.

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan


Titrasi asam basa

2.

NaOH dalam buret diturunkan smpai dengan


skala nol.

3.

Saat meneteskan NaOH dari dalam buret ke


dalam labu erlenmeyer dengan perlahan.

4.

Pada percobaan pertama pengulangan pertama


warna larutan berubah menjadi merah muda
pudar (+)

5.

Pada percobaan pertama pengulangan kedua


volume NaOH yang terpakai sebesar 7,4 mL
yaitu dengan skala = 7,5 dan skala= 14,9

6.

Pada percobaan pertama pengulangan kedua


warna larutan berubah menjadi merah muda
pudar (+).

7.

Pada percobaan pertama pengulangan ketiga


volume NaOH yang terpakai sebesar 7,2 mL
yaitu dengan skala = 14,9 dan skala= 22,1

8.

Pada percobaan pertama pengulangan ketiga


warna larutan berubah menjadi merah muda
pudar (+)

9.

Pada percobaan kedua pengulangan pertama


volume NaOH yang terpakai sebesar 3,6 mL
yaitu dengan skala = 22,1 dan skala= 25,7

10.

Pada percobaan kedua pengulangan pertama


pertama warna larutan berubah menjadi merah
muda pudar (++).

11.

Pada percobaan kedua pengulangan kedua


volume NaOH yang terpakai sebesar 3,5 mL
yaitu dengan skala = 25,8 dan skala= 29,3

12.

Pada percobaan kedua pengulangan kedua


pertama warna larutan berubah menjadi merah
muda pudar (++).

13.

Pada percobaan kedua pengulangan ketiga


volume NaOH yang terpakai sebesar 3,5 mL
yaitu dengan skala = 29,3 dan skala= 32,8

14.

Pada percobaan kedua pengulangan ketiga


pertama warna larutan berubah menjadi merah
muda pudar (++).

15.

Ekstrak tumbuhan (Bunga Sepatu)

16.

Pada percobaan ketiga, larutan HCl setelah


ditambahkan 4 tetes indikator ekstrak
tumbuhan (bunga sepatu)

17.
Pada percobaan ketiga pengulangan pertama
pertama warna larutan berubah menjadi hijau
pudar.

18.

Pada percobaan ketiga pengulangan kedua


pertama warna larutan berubah menjadi hijau
pudar.

19.
Pada percobaan ketiga pengulangan ketiga
volume NaOH yang terpakai sebesar 3,6 mL
yaitu dengan skala = 39,9 dan skala= 43,5

20.

Pada percobaan ketiga pengulangan ketiga


pertama warna larutan berubah menjadi hijau
pudar.

Anda mungkin juga menyukai