Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TITRASI ASAM KUAT oleh BASA KUAT


TAHUN PELAJARAN 2018-2019

Kelompok 5 :
1. Novinda Kharisma (25)
2. Nur Khamidah (26)
3. Reziani Novendra (27)
4. Safira Noer (28)
5. Sealomita Rizka (29)
6. Sinta Fajarita (30)
XI MIPA 3
(Guru Pembimbing: Bapak Iskandar, S.Pd.)

SMA NEGERI 1 PORONG


Jl. Bhayangkari No.12 Porong
e-mail : sma1porong@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam,
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum yang berjudul “ Laporan Praktikum Titrasi Asam Kuat Oleh Basa
Kuat”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iskandar, S.Pd. selaku Guru
pembimbing mata pelajaran Kimia yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap kerangka acuan
laporan praktikum ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca.

Sidoarjo, 27 April 2019

Penulis
Laporan Praktikum Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat

I. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum uji kandungan urine ini berlangsung pada tanggal 23 April 2019
bertempat di Labolatorium SMAN 1 Porong.

II. Tujuan
Untuk mengetahui titrasi asam kuat oleh basa kuat

III. Landasan Teori


Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu
zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat yang diketahui
konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi
netralisasi asam basa.
Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. Pada
titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam
basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang
pH dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik ekuivalen tersebut sulit
diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau
sesudah titik ekuivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
dicapai yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak
selalu berimpit dengan titik ekuivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita
dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Jika suatu asam atau basa dititrasi, setia penambahan pereaksi akan
mengakibatkan perubahan pH. Grafik yang diperoleh dengan menyalurkan pH
terhadap volume pereaksi yang ditambahkan disebut kurva titrasi.
Ada empat macam perhitungan jika suatu asam dititrasi dengan suatu basa.
1. Titik awal, sebelum penambahan basa
2. Daerah antara (sebelum titik ekuivalen), larutan mengandung garam dan asam
yang berlebih.
3. Titik ekuivalen, larutan mengandung garam.
4. Setelah titik ekuivalen, larutan mengandung garam dan basa berlebih.
Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam
wadah atau tabung. Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu
dimasukkan ke dalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik
setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu usaha untuk mencapai titik setara dalam
melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik pada saat titrasi dimana
indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang
diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam
selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara
Indikator asam basa adalah asam lemah yang tak terionnya (Hln) mempunyai
warna yang berbeda dengan warna anionnya. Jika sedikit indikator dimasukkan dalam
larutan, larutan akan berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2) tergantung
pada apakah kesetimbangan bergerak ke arah bentuk asam atau anion. (Ralph H
petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern : 308-310)
Seorang analisis mengambil faedah dari perubahan besar dari pH yang terjadi
dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik ekivalennya akan tercapai. Ada
banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang bentuk-bentuk tak
berdisosiasi dan ionnya menunjukka wrana yang berbeda warna. Molekul-molekul
demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan
dan disebut indikator visual. Suatu contoh yang sederhana adalah para-nitrofenol,
yang merupakan suatu asam lemah da berdisosiasi.
Bentuk tak terdisosiasi adalah tak berwarna, tetapi anionnya, yang mempunyai
sistem ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang berganti-ganti (suatu system
terkonjugasikan), berwarna kuning. Molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai
system terkonjugasikan, menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang lebih
panjang dibandingkan dengan molekul-molekul sebanding tetapi yang tanpa system
terkonjugasikan. Cahaya yang diserap sering ada pada bagian spectrum yang tampak,
dan dengan demikian molekul atau ionnya berwarna.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia
mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan
kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka
dihasilakanlah wrana merah. Metal oranye, indikator lain yang secara luas digunakan,
merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular. Penambahan ion
hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna merah muda.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan
pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari
netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang
memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen
tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik
akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir
titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air
akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida
selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan.
Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7.
RUMUS :

Asm . Aav = Bsm . Bsv


Ket : Asm : konsentrasi asam (M)
Asv : volume asam (ml)
Bsm : konsentrasi basa (M)
Bsv : volume basa (ml)
IV. Alat dan Bahan

No Alat yang diperlukan No. Bahan yang diperlukan


.
1. Erlenmeyer 250 ml 1. Larutan HCl

2. botol seprot berisi air 2. Larutan CH3COOH

3. Buret 3. Larutan NaOH 0,2 M

4. Statif dan Klem 4. Indikator phenolfpthalaein (pp)

5. Corong kecil

V. Langkah-Langkah
Eksperimen 1 : titrasi asam kuat oleh basa kuat
1. Isi erlenmeyer dengan 20 ml HCl gunakan pipet volumetrik.
2. Tambahkan sebanyak 5 tetes indikator pp ke dalam erlenmeyer.
3. Siapkan buret, statif, dan klem.
4. Isi buret dengan larutan NaOH 0,2 M tepat 50 ml dengan bantuan corong.
5. Buka kran secara perlahan sehingga NaOH mengalir tepat ke dalam erlenmeyer.
6. Selama penambahan NaOH, goyangkan erlenmeyer agar NaOH merata pada
seluruh larutan.
7. Amati perubahan warna larutan yang terjadi, catat hasilnya.

Eksperimen 2 : titrasi asam lemah oleh basa kuat


Ulangi eksperimen 1 dengan mengganti larutan HCl, menjadi 25 ml larutan
CH3COOH.

VI. Data pengamatan


Indikator pp = 10 tetes dan 15 tetes
HCl = 20ml
CH3COOH = 25ml
Eksperimen 1 Eksperimen 2
No Volume Pengamata Volume Pengamata
NaOH n warna Gambar pH NaOH n warna Gambar pH
(ml) larutan (ml) larutan
1. 0,0 Bening 0,1 M . 0,0 Bening 0,1 M .
20ml = 20ml =
0,1M . 0 0,1M . 0
ml ml
Maka Maka
pH = 7 pH > 7

2. 5,0 Bening 0,1 M . 5,0 Bening 0,1 M .


20ml = 20ml =
0,1M . 5 0,1M . 5
ml ml
Maka Maka
pH = 7 pH > 7
3. 10,0 Berubah 0,1 M . 6,0 Berubah 0,1 M .
menjadi 20ml = menjadi 20ml =
ungu 0,1M . 10 merah 0,1M .
ml jingga 10 ml
Maka Maka
pH = 7 pH > 7

4. 15,0 Berubah 0,1 M . 10,0 Berubah 0,1 M .


menjadi 20ml = menjadi 20ml =
ungu 0,1M . 15 merah 0,1M .
ml jingga 15 ml
Maka Maka
pH = 7 pH > 7

5. 30,0 Berubah 0,1 M . 30,0 Berubah 0,1 M .


menjadi 20ml = menjadi 20ml =
ungu 0,1M . 30 merah 0,1M .
ml jingga 30 ml
Maka Maka
pH = 7 pH > 7

6. 15,0 Berubah 0,1 M .


menjadi 20ml =
ungu 0,1M .
15 ml
Maka
pH > 7

VII. Pembahasan

Keterangan :
M1 = Molaritas NaOH
V1 = Volume NaOH
M2 = Molaritas HCl
V2 = Volume HCl
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
V1 . M1 = V2 . M2 V1 . M1 = V2 . M2 V1 . M1 = V2 . M2
0,0 . 0,2 = 20 . M2 5,0 . 0,2 = 20 . M2 10,0 . 0,2 = 20 . M2
0 = 20 M2 1 = 20 M2 2 = 20 . M2
M2 =0 M2 = 0.05 M M2 = 0,1 M

Percobaan 4 Percobaan 5
V1 . M1 = V2 . M2 V1 . M1 = V2 . M2
15,0 . 0,2 = 20 M2 30,0 . 0,2 = 20 . M2
3 = 20 M2 6 = 20. M2
M2 = 0,15 M M2 = 0,3 M

Rata-rata : % M = M2 . total M
V1 . M1 = V2 . M2 = 0.12 . 100%
12,0 . 0,2 = 20 . M2 = 12 %
2,4 = 20 . M2
M2 = 0,12 M

Keterangan :
M1 = Molaritas NaOH
V1 = Volume NaOH
M2 = Molaritas CH3COOH
V2 = Volume CH3COOH
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
V1 . M1 = V2 . M2 V1 . M1 = V2 . M2 V1 . M1 = V2 . M2
0,0 . 0,2 = 25 . M2 5,0 . 0,2 = 25 . M2 6,0 . 0,2 = 25 . M2
0 = 25 M2 1 = 25 M2 1,2 = 25 . M2
M2 =0 M2 = 0,04 M M2 = 0,048 M

Percobaan 4 Percobaan 5
V1 . M1 = V2 . M2 V1 . M1 = V2 . M2
10,0 . 0,2 = 25 M2 30,0 . 0,1 = 25 . M2
2 = 25 M2 6 = 25. M2
M2 = 0,08 M M2 = 0,24 M

Rata-rata : % M = M2 . total M
V1 . M1 = V2 . M2 = 0.0816 . 100%
10,2 . 0,2 = 25 . M2 = 8,16 %
2,04 = 25 . M2
M2 = 0,0816 M

VIII. Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan pada eksperimen 1 dan 2?
Eksperimen 1 = asam kuat dan basa kuat
Eksperimen 2 = asam lemah dan basa kuat
Pada eksperimen pertama yaitu larutan NaOH dan HCl awal titrasi, pH larutan
sangat rendah dan penambahan larutan NaOH 0,2 M menyebabkan pH naik
perlahan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen tercapai setelah
penambahan 40ml larutan NaOH 0,2 M dengan pH ekuivalen = 7 dibandingkan
eksperimen ke 2 yaitu larutan NaOH dan CH3COOH titik ekuivalen tercapai pada
pH>7

IX. Kesimpulan
1. Titrasi asam kuat oleh basa kuat pH ekuivalennya = 7 sedangkan titrasi asam
lemah oleh basa kuat pH ekuivalennya >7
2. Indikator fenolftalein(PP) mempengaruhi perubahan pH pada kedua larutan

Anda mungkin juga menyukai