Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN

TITRASI ASAM BASA




OLEH;
KARTIKA ROSYAH
XI IPA A


SMA NEGERI 1 GANTUNG
TAHUN 2012

A. TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan kosentrasi suatu sampel asam dengan menitrasinya dengan
larutan baku basa (alkalimetri ) atau sampel basa dengan larutan baku
asam (asidimetri ).

B. DASAR TEORI
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Istilah
titrasi berarti penetapan titer atau kadar. Titrasi asam basa adalah
titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam-basa.
Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan
laruta basa yang sudah diketahui kadarnya,dan sebaiknya kadar suatu
larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang
sudah diketahui kadarnya.
Pada titrasi asam basa, kita kenal istilah titik ekuivalen dan titik
akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika
asam dan basa tepat habis bereaksi. Sedangkan titik akhir titrasi
berdasarkan pada saat indikator menunjukan perubahan warna. Titrasi
(penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukan
perubahan warna.
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan suatu indikator.
Indikator untuk suatu titrasi dipilih sedemikian sehingga pH pada
titik ekivalen berada dalam rentang pH indikatornya.
Prosedur titrasi asam-basa adalah untuk menentukan kadar.
Misalkan untuk menentukan kadar suatu larutan HCl dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Untuk tujuan itu kita perlu
melakukan percobaan untuk mengetahui berapa volume larutan NaOH
0,1 M yang ekuivalen dengan volume tertentu larutan HCl tersebut.
Untuk itu ,sejumlah tertentu larutan HCl tersebut, misalkan 20 ml,
ditempatkan dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan larutan
NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekivalen (tepat habis
bereaksi).


Untuk memperoleh kosentrasi dengan akurasi tinggi, maka
diperlukan sifat zat terlarut berikut;
Tersedia dalam kemurnian tinggi.
Tidak higrokopis dan tidak bereaksi dengan sesuatu dari udara.
Mempunyai massa molekul relatife yang relatife besar sehingga
lebih teliti dalam penimbangan.
Larut dalam pelarut yang diinginkan, misalnya dalam air.
Bersifat stabil (tidak mudah terurai atau berubah menjadi zat
lain).
Sebaiknya relatife murah, tidak bercun, dan aman bagi
lingkungan.
Ketepatan (akurasi) dari konsentrasi larutan yang dititer salah
satunya bergantung pada kepastian kemolaran dari larutan peniter.
Larutan peniter itu kita sebut Larutan standar .Jika kemolaran
larutan peniter tidak pasti, maka kemolaran larutan yang dititer
pastilah tidak akurat. Larutan standar dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu Larutan standar primer dan Larutan standar sekunder.
Larutan standar primer, yaitu larutan standar yang dibuat dengan
ketelitian tinggi. Sedangkan larutan sekunder, yaitu larutan yang
kemolarannya ditetapkan dengan larutan standar primer.
Pada titrasi asam- basa dikenal dengan kurva titrasi. Kurva
titrasi yaitu grafik yang menyatakan perubahan pH pada titrasi asam
dengan basa (atau sebaliknya). Dan bentuk kurva titrasi tergantung
pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.













C. Alat dan Bahan

a. Alat
Kaca arloji
Buret 50 ml
Gelas kimia 250 ml
Erlenmeyer 250 ml
Gelas ukur 25 ml
Corong
Botol aquades
Timbangan digital (neraca Ohauss)
Pipet tetes
Labu ukur 250 mL
Labu ukur 100 mL
Sendok pengaduk

b. Bahan
Aquadest
NaOH 2 gr
HCl 36%
Indikator Phenolptalein
















D. CARA KERJA :

I. Membuat larutan NaOH 0,2 M
1. Timbang kaca arloji terlebih dahulu menggunakan timbangan
digital, kemudian tambahkan 2 gr NaOH.
2. Kemudian masukan 2 gr NaOH yang sudah ditimbang
kedalam gelas kimia, lalu siram kaca arloji dengan
aquades. Untuk menghilangkan NaOH yang tersisa dikaca.
3. Setelah itu tambahkan aquades sekitar 50-100 mL, lalu aduk
sampai NaOH larut dengan menggunakan sendok pengaduk.
4. Kemudian tuang larutan NaOH kedalam labu ukur yang
berukuran 250 mL dengan menggunakan sendok pengaduk
dan corong. Lalu tambahkan lagi dengan aquades sampai
tepat dengan garis, karena jika lebih atau kurang ,
kosentrasinya akan berbeda.
5. Kemudian dikocok, setelah itu kita masukan kedalam buret
menggunakan corong sampai mencapai 50 mL.
II. Membuat larutan HCl
6. Larutan HCl dibuat dengan mengencerkan sebanyak 60 mL
HCl 1M dengan menggunakan labu ukur yang berukuran 100
mL.
8. Kemudian kita tambahkan aquades sampai tepat garis.
9. Setelah itu tuang lagi kedalam gelas kimia, kemudian kita
ambil dengan menggunakan pipet ukur sebanyak 20 mL.
10. Lalu kita masukan kedalam Erlenmeyer sebanyak 20 mL.
III. Titrasi
11. Setelah kita mendapatkan HCl dalam Erlenmeyer, taruh
larutan HCl tersebut dibawah buret yang telah terisi
dengan larutan NaOH.
12. Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH sedikit demi
sedikit sambil digoyangkan labu Erlenmeyer, sampai
warnanya berubah menjadi merah muda.
13. Ulangi prosedur diatas hingga diperoleh 3 data yang hampir
sama.






Perubahan warna yang terjadi jika menggunakan indicator
fenolftalein;

Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen

Hasil percobaan;

Percobaan V. HCl yang dititrasi Volume NaOH yang digunakan
1 20 mL 15 mL
2 20mL 14 mL
3 20 mL 16 mL
Rata-rata 15 mL

Kurva titrasi HCl dengan NaOH;

Analisis data;

Menentukan massa HCl padat untuk membuat larutannya;
M =


0,2 =


0,2 =


1000 . gr = 2000
gr =


massa = 2 gr

Volum rata-rata NaOH yang digunakan;
v =

= 15 mL

Dari percobaan diatas dapat diketahui kosentrasi HCl;
Va . Ma = Vb . Mb
20 . x = 15 . 0,2
x =


x = 0,15 M
E. PEMBAHASAN
Pada standarisasi NaOH terhadap HCl indikator yang digunakan
adalah penolftalein atau PP 1 % ,pada saat indikator ditambahkan
warna larutan tetap bening,setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak
14 ml larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda. Namun
demikian, kelebihan NaOH satu tetes saja akan mengubah pH menjadi
pH. Artinya kelebihan 1 tetes jelas berada dalam batas-batas yang
kecil. Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi
isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang
berbeda,sehingga menunjukan warna pada range pH yang berbeda.
Indikator penolftalein adalah indikator yang dibuat dengan kondensasi
anhidrida fthalein dengan fenol. Jika indikator ini digunakan,maka
akan menunjukan trayek pH yang berkisar antara 8,3 10,0. Artinya
penolftalein baru akan mulai berwarna merah jika pH larutan sudah
lebih besar dari 8,3. Sementara itu, titik ekivalen pada titrasi HCl
dengan NaOH adalah 7.

F. KESIMPULAN
Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan
laruta basa yang sudah diketahui kadarnya,dan sebaiknya kadar
suatu larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan asam yang sudah diketahui kadarnya.
Pada kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat tersebut mula-
mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, tetapi perubahan yang
cukup drastis terjadi sekitar titik ekivalen.kurva
memperlihatkan bahwa sedikit sebelum dan sedikit sesudah
titik ekivalen, terjadi perubahan pH sekitar 4-10.
Titik ekivalen , pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis
bereaksi adalah 7 (netral).
Untuk menunjukan titik ekivalen dapat digunakan indikator
metal merah, bromtimol biru, atau fenolftalein. Indikator-
indikator itu mengalami perubahan warna sekitar titik ekivalen.
Oleh karena perubahan warna fenolftalein lebih tajam (lebih
mudah diamati), maka fenolftalein lebih sering digunakan.





DAFTAR FUSTAKA ;

Kalsum, siti dkk. 2007. Kimia 2. Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
Paring dkk. 2007. Kimia 2. Jakarja; Yudistira.
Purba, Michael. 2004. kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta;
Erlangga.
Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta;
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai