Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Nama

: Elsa Sari Samosir

Npm

: E1B015060

Prodi

: Kehutanan

Kelompok

: Viii (delapan)

Hari/Jam

: Senin/12.00 Wib

Tanggal

: 16 November 2015

Ko-As

: -Yosy Monica Nababan


-Desto Hia

Dosen

: Dra. Devi Silsia, M.Si


: Drs. Syafnil, M.Si

Objek Praktikum

: TITRASI ASAM DAN BASA

LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI


PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam menentukan konsentrasi suatu larutan, ada banyak cara yang dapat
kita lakukan, salah satunya adalah titrasi asam basa atau analisa volumetrik. Pada
titrasi asam basa ini, kita akan dapat menghitung dan mengetahui berapa
konsentrasi larutan yang satu apabila konsentrasi larutan yang lain diketahui atau
disebut juga dengan larutan standar. Dalam prosesnya kita juga menggunakan
indikator. Indikator digunakan untuk mengetahui tercapainya titik ekuivalen,
dapat kita lihat dari perubahan warnanya. Saat ini kita menggunakan indikator
fenolplatein karena kita menggunakan asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH) .
penggunaan indikator fenolplatein (pp) menyebabkan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda setelah larutan dititrasi. Perubahan warna dalam
percobaan ini harus bersifat tetap (warna tidak hilang ketika digoyang).
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh
yang mengandung asam.
2. Mahasiswa mampu menstandarisasikan larutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa organik dan
anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu,
terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya
senyawa senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa
organik, itu dapat ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dalam pelarut nirair
(Rivai, 1995).
Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat (misalnya
HCl), sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat
(misalnya NaOH). Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan
perubahan warna indikator asam-basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan
(misalnya potensiometer, spektrofotometer, konduktometer) (Rivai, 1995).
Titrasi asama-basa dianggap sebagai interaksi pasangan asam-basa yang
berpasangan menurut teori Bronsted-Lowry, yaitu : asam1 + basa2 = basa1 + asam2
Selama proses titrasi pH larutan berubah perlahan-lahan, tetapi di daerah titik
kesetaraan perubahan pH sangat besar. Itulah sebabnya sajian grafik pH sebagai
fungsi volume pentiter yang ditambahkan sangat penting artinya. Sajian grafik
tersebut disebut kurva titrasi percabaan (Rivai, 1995).
Volumetrik atau titrimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi
kimia. Pada analisis ini, zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat
lain yang telah diketahui konsentrasinya hingga tercapai suatu titik ekuivalen
sehingga kepakaan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Sukmariah &
Kamianti, 2011).
Larutan yang kita ketahui konsentrasinya dengan pasti disebut larutan
standar. Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam
erlemeyer yang mengandung zat yang akan bisa ditentukan kadarnya sampai

reaksi selesai. Proses ini dinamakan titrasi. Titik dimana reaksi telah selesai
disebut titik akhir teoritis. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi
suatu perubahan warna. Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya
sendiri (misal KMnO4) atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator.
Titik dimana terjadi perubahan warna ini disebut titik akhir titrasi. Larutan standar
adalah larutan yang mengandung berat tertentu suatu reagen dalam volume
tertentu larutan. Larutan standar dinyatakan dalam satuan molar atau normal
(Sukmariah & Kamianti, 2011).
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam basa diperlukan larutan
standar, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dan biasanya berupa
larutan asam atau basa yang mantap (konsentrasinya tidak berubah). Larutan
standar dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui
konsetrasinya, dalam proses pembuatnnya larutan standar primer ini tidak perlu
distandarisasi dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi sebenarnya.
Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk
menstandarisasi larutan lain, tetapi larutan standar tersebut harus distandarisasi
terlebih untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya (Syafnil & Silsia, 2015).
Asam kuat dan basa kuat terurai sempurna dalm larutan air, sehingga pH
larutan dapat pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari
jumlah stoikiometri asam basa yang bereaksi. Pada titik ekuivalen, pH larutan dari
reaksi asam kuat dan basa kuat ditentukan oleh peruraian air. Pada temperatur
250C maka pH air murni adalah 7. Sebagai contoh asam kuat dan basa kuat adalah
titrasi asam klorida dengan natrium hidroksida. Larutan HCl dalam air akan
terionisasi sempurna menjadi ion H+ dan Cl-. Demikian juga dengan NaOH
terionisasi sempurna menjadi Na+ dan OH- (Pursitasari, 2014).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
NaOH 0,1 M

Buret 50 ml

HCl 0,1 M

Statif dan klem

H2C2O4

Gelas ukur 25 ml atau 10 ml

Indikator penolphetalein

Corong kaca

Erlemeyer

3.2 Cara Kerja


3.2.1

Standarisasi larutan NaOH 0,1 M


Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan

5 ml larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa
dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 ml NaOH untuk membasahi dinding
buret. Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan
lagi ke dalam buret sampai skala tertentu. Catat kedudukan volum awal NaOH
dalam buret.
Proses standarisasi :
-

Cuci 3 erlemeyer, pipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 M dan masukkan


ke dalam setiap erlemeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing
erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).

Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer
digoyang.

Catat volume NaOH terpakai.

Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlemeyer ke II dan III.

Hitung molaritas (M) NaOH.

3.2.2 Penentuan konsentrasi HCl


-

Cuci 3 erlemeyer, pipet 10 ml larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam


setiap erlemeyer

Tambahkan ke dalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator


penolphtalein (PP)

Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer
digoyang

Catat volume NaOH terpakai

Ulangi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke II dan III

Hitung molaritas (M) HCl

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
No Prosedur

Ulangan
I

Rata-rata

II

III

Volume larutan asam oksalat 0,1M 10 ml

10 ml

10 ml

10 ml

Volume NaOH terpakai

28,7 ml

50 ml

50 ml

42, 9 ml

Molaritas (M) NaOH

0,03 M

0,02M 0,02M 0,02 M

Standarisasi HCl dengan larutan HCl


No

Prosedur

Ulangan

Rata - rata

II

III

Volume larutan HCl

10 ml

10 ml

10 ml

10 ml

Volume NaOH terpakai

41,5 ml

29 ml

33 ml

34,5 ml

Molaritas (M) NaOH

Berdasarkan percobaan diatas

0,02 M

Molaritas (M) larutan HCl

0,083 ml

0,069 ml

0,058 ml

0,066 ml

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Titrasi Asam Basa
Salah satu jenis analisis titrimetri adalah titrasi asam- basa. Titrasi asam
dan basa merupakan suatu cara untuk menentukan jumlah suatu zat. Analisa ini
tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari kedua macam larutan yang
bereaksi sempurna. Salah satu larutan harus diketahui konsentrasinya, yang
disebut dengan larutan standar, larutan standar inilah yang akan digunakan untuk
menentukan konsentrasi larutan lain yan belum diketahui konsentrasinya. Dalam
proses ini, laarutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang
volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekuivalen, yaitu jumlah
perbandingan mol dari kedua pereaksi.
Dalam titrasi, suatu larutan A dengan konsentrasi Ma bereaksi dengan
larutan B dengan konsentrasi Mb dengan persamaan reaksi:
aA + bB
a dan b

hasil reaksi

= perbandingan mol zat yand bereaksi

A dan B = zat yang bereaksi


Konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (M) : M = mol/liter larutan
Maka, VA x

MA x a = VB x

MB x b

5.2 Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa pada prinsipnya merupakan reaksi netralisasi. Oleh
karena itu titrasi asam basa bisa disebut titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi
merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk garam dan air. Metode
analisis titrimetri berdasarkan pada reaksi kimia antara larutan analit dengan
larutan titran. Larutan analit pada titrasi netralisasi bisa berupa asam lemah,asam
kuat, basa lema , basa kuat, ataupun garam yang bersifat asam maupun basa.

Adapun larutan yang bertindak sebagai titran (larutan standar) adalah asam kuat
atau basa kuat.
Titrasi asam kuat dengan basa kuat melibatkan reaksi antara asam kuat dan
basa kuat. Pada titik ekivalen, larutan asam kuat akan tepat habis bereaksi dengan
basa kuat, sehingga pH larutan hanya ditentukan oleh pH air. Dengan demikian
pada titik ekuivalen larutan yang terjadi bersifat netral, sehingga diprediksi larutan
memiliki pH = 7. Penentuan pH titik ekuivalen untuk titrasi asam kuat dengan
basa lemah , asam kuat dengan asam lemah, dan basa lemah dengan asam lemah
dapat kita prediksikan dengan pola yang sama.
5.3 Indikator Asam Basa
Indikator asam basa menunjukkan warna yang berbeda dalam Suasana
asam maupun basa. Oleh karena itu indikator digunakan dalam titrasi asam basa
untuk mengetahui tercapainya titik ekuivalen. Ketika telah terjadi perubahan
warna yang menetap pada larutan yang dititrasi, maka kita harus segera
menghentikan proses titrasi. Indikator yang digunakan dalam titrasi harus
memberikan perubahan warna yang jelas di sekitar pH titik ekuivalen. Dengan
demikian kita dapat memilih suatu indikator yang pKa-nya mendekati pH pada
titik ekuivalen. Contoh indikator fenolpletein (pp) digunakan untuk titrasi asam
kuat dengan basa kuat atau asm lemah dengan basa kuat.
5.4 Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
Ulangan I
Dik : V asam oksalat = 10 ml

V NaOH = 28,7 ml

M asam oksalat = 0,1 M


Dit : M NaOH = ?
Jawab : Vasam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
= 10 ml x 0,1 M = 28,7 ml x M NaOH
=

M NaOH =
Ulangan II

= 28,7 X M NaOH
= 0,03 M

Dik : V asam oksalat = 10 ml

V NaOH = 50 ml

M asam oksalat = 0,1 M


Dit : M NaOH = ?
Jawab : Vasam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
= 10 ml x 0,1 M = 50 ml x M NaOH
=

M NaOH =

= 50 X M NaOH
= 0,02 M

Ulangan III
Dik : V asam oksalat = 10 ml

V NaOH = 50 ml

M asam oksalat = 0,1 M


Dit : M NaOH = ?
Jawab : Vasam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
= 10 ml x 0,1 M = 50 ml x M NaOH
=

M NaOH =

= 50 X M NaOH
= 0,02 M

Rata rata volume NaOH terpakai =


Rata rata molaritas NaOH =

= 42,9 ml
= 0,02 M

5.5 standarisasi HCl dengan larutan HCl


Ulangan I
Dik : V NaOH = 41,5 ml

V HCl = 10 ml

M NaOH = 0,02 M
Dit : M HCl =?
Jawab : V NaOH x M NaOH = V HCl x M HCl

= 41,5 ml x 0,02 M = 10 ml x M HCl


= 0,83

= 10 x M HCl

M HCl

= 0,083 M

Ulangan II
Dik : V NaOH = 29 ml

V HCl = 10 ml

M NaOH = 0,02 M
Dit : M HCl =?
Jawab : V NaOH x M NaOH = V HCl x M HCl
= 29 ml x 0,02 M = 10 ml x M HCl
= 0,58

= 10 x M HCl

M HCl

= 0,058 M

Ulangan III
Dik : V NaOH = 33 ml

V HCl = 10 ml

M NaOH = 0,02 M
Dit : M HCl =?
Jawab : V NaOH x M NaOH = V HCl x M HCl
= 33 ml x 0,02 M = 10 ml x M HCl
= 0,66
M HCl

= 10 x M HCl
=

= 0,066 M

Rata- rata volume NaOH terpakai =


Rata rata molaritas HCl =

= 34,5 ml
= 0,069 M

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
volume tertentu menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya, yaitu dengan teknik titrasi.
2. Proses titrasi berakhir apabila warna larutan berubah menjadi
merah muda dan tidak hilang bila di goyang.
3. Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna indikator.
4. Ada 4 macam reaksi yang digunkan dalam proses titrasi, yaitu :
reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi
pembentukan kompleks.
6.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya praktikan harus berhati-hati
dalam menggunakan larutan serta peralatan yang ada di laboratorium. Juga dalam
percobaan ini praktikan harus memperhatikan dengan teliti banyaknya suatu
larutan yang akan kita titrasi. Dengan demikian maka percobaan akan berjalan
dengan lancar serta hasil yang baik.

BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen?
Dengan cara menambahkan titer ke dalam titran setetes demi setetes sampai
mencapai keadaan ekuivalen yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
Keadaan ini disebut dengan titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam
sama dengan konsentrasi basa.
2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator ?
Indikator berfungsi untuk mengetahui tercapainya titik ekuivalen, yaitu dengan
perubahan warna indikator.
3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan indikator?
Ya, dapat berlangsung karena setiap asam maupun basa telah memiliki pH
masing-masing dan warna yang kontras yang dapat digunakan sebagai indikator.
4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas?
2 NaOH + H2C2O4
HCl + NaOH

Na2C2O4 + 2 H2O
NaCl + H2O

5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder ?


Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dan
tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi yang
sebenarnya. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang
dipergunakan untuk menstandarisasi larutan lain tetapi larutan tersebut harus
distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya.
6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi?
Zat harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan
kemurnian yang diketahui.
Zat harus mudah dikeringkan dan tidak boleh terlalu higroskopik sehingga
menyerap air selama penimbangan.
Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar kesalahan dalam
penimbangan dapat diminalkan.
Lebih baik zat yang berasal dari asam dan basa kuat.
Asam dan basa lemah dapat juga digunakan sebagai standar primer untuk
menstandarisasi larutan yang lain.

BAB VIII
DAFAR PUSTAKA
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia
hal. 117-120.
Sukmariah dan Kamianti. Kimia Kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara hal
170-172.
Syafnil & Silsia, D. 2015. Penuntun Praktikum Kimia. Universitas

Bengkulu:

Bengkulu hal.31-35.
Pursitasari, I.D. 2014. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Alfabeta hal. 94-103.

Anda mungkin juga menyukai