Oleh
KB2018(18030234036)
KIMIA
S1 KIMIA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Indikator adalah salah satu bagian yang paling penting dalam analisis
titrimetrik, karena kemampuan indikator dapat menunjukan titik akhir dari titrasi.
Pada titrasi asam basa, indikator merupakan zat yang memiliki perubahan warna
yang agak tajam dalam medium asam dan basa. Terdapat beberapa indikator
dengan jangkauan pH masing masin yang dapat digunakan dalam titrasi asam basa,
diantaranya yaitu : fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan brontimol biru.
Terdapat pula indikator yang terbuat dari bahan bahan alam dan telah
banyak digunakan misalnya kubis ungu, bunga sepatu, kunyit, kulit buah manggis
dan lain lain. Penggunaan indikator alami sebagai asam-basa pernah dilakukan oleh
beberapa ilmuan dan menghasilkan ekstrak zat warna dalam daun rhoe discolor
hasil maserasi dengan pelarut air dan alkohol dapat digunakan sebagai indikator
alami dalam titrasi asam-basa. Zat warna ini merupakan indikator dua warna yang
berubah warna dari coklat ke hijau atau merah kehijau.
Titrasi asam basa merupakan salah satu metode untuk menentukan kadar
asam ataupun kadar basa pada suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat didalam proses titrasi. Ada pula titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan
reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dan titrasi yang lain yaitu titrasi kompleksometri
yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan standarisasi larutan basa?
2. Berapa kadar CH3COOH dalam cuka pasar?
2.3 Tujuan
1. Menentukan kadar CH3COOH dalam cuka pasar
2. Menentukan standarisasi larutan basa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HB ↔ H+ + B
Asam HB secara listrik bisa bersifat netral, anion, atau kation (misalnya HCl,
HSO4-, NH4+), sehingga tidak dapat disebutkan muatannya baik HB maupun B.
Sebagai unit unsur yang bermuatan positif, proton memiliki suatu kerapatan
muatan yang membuat keberadaannya yang bebas dalam larutan sangat tidak
mungkin. Jadi untuk mengubah HB menjadi B, suatu akseptor proton (yaitu basa
lainnya) harus ada. Seringkali seperti dalam penguraian asam asetat dalam air,
basa ini bisa jadi adalah pelarut itu sendiri.(Underwood,2002)
2.1.2 Larutan Standar
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu
zat, dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi
sempurna disebut analisis volumetri. Analisis ini juga menyangkut pengukuran
volume gas.
Proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna disebut titrasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut
larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan yang diketahui
konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetrik. Ada cara dalam
menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan
berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara
tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang digunakan
disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang
zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandarkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar sekunder.
(Ilham,2017)
3.1 Alat
- Buret 50 mL 1 buah
- Pipet tetes 5 buah
- Erlenmeyer 250 mL 1 buah
- Statif dan klem 1 set
- Labu ukur 100 mL + tutup 1 buah
- Gelas kimia 250 mL 1 buah
- Spatula 1 buah
- Neraca analitik 1 buah
- Corong 1 buah
- Kaca arloji 1 buah
3.2 Bahan
- Asam oksalat 0,6324 gram
- Cuka pasar 25 mL
- Indikator PP 18 tetes
- Larutan NaOH secukupnya
- Aquades secukupnya
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan Larutan NaOH ±0,1 N
Serbuk NaOH ditimbang dalam kaca arloji sebanyak ±4,2 gram lalu
dilarutkan dengan sedikit aquades yang sudah dididihkan dan diencerkan hingga
mencapai volume 1 liter lalu dikocok hingga homogen dan disimpan dalam botol
dengan sumbat karet.
Reaksi : NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq)
3.3.2 Standarisasi Larutan NaOH ±0,1N dengan Asam Oksalat
a) Membuat bahan baku asam oksalat
Asam oksalat (H2C2O4.2H2O) ditimbang kaca arloji sebanyak ±0,6323
gram lalu dipindahkan pada labu ukur 250ml dan dilarutkan dengan air setelah itu
diencerkan hingga tanda batas dan dikocok hingga tercampur dengan sempurna.
Reaksi : H2C2O4(s) + 2H2O(l) → H2C2O4(aq)
b) standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
bilas buret dengan larutan NaOH hingga bersih lalu diisi tepat pada tanda
batas. (disarankan untuk tidak menggunakan buret dengan kran kaca)
Asam Oksalat dipipet sebanyak 25ml dan dimasukkan dalam erlenmeyer
ukuran 250ml lalu ditambahkan 3tetes indikator PP(fenolftalin).
Titrasikan dengan NaOH dan hentikan proses titrasi pada saat terjadi
perubahan warna indikator. Lalu baca dan catat angka pada buret pada awaldan
akhir titrasi, tentukan volume NaOH yang diperlukan. Ulangi titrasi sebanyak 3
kali dengan volume asam oksalat yang sama. Hitung konsentrasi rata rata NaOH.
Reaksi : H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O (l) (John,C,2005).