Dosen Pembimbing:
Prof. Restu Kartiko Widi, S.Si., M.Si., Ph.D.
Arief Budhyantoro, S.Si., M.Si.
Asisten:
Ella Puspita Sari
Austin Kristandi
Contoh Perhitungan:
A. Menstandarisasi larutan HCl
NHCl . VHCl = NBoraks . VBoraks
B. Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat
1) Karbonat
NHCl . VHCl = NKarbonat . VKarbonat
M HCl . V HCl . MrKarbonat
Massa karbonat =
valensi
massa karbonat
%(b/b) = . 100 %
massa sampel
massa karbonat
Kadar karbonat (% b /v) = . 100 %
volume sampel
Keterangan :
N = Normalitas (N)
V = Volume (L)
% (b/b) = Persen massa karbonat dalam sampel (%)
Mr karbonat = 60 g/mol
Mr Na2CO3 = 105,99 g/mol
2) Bikarbonat
NHCl . VHCl = NBikarbonat . VBikarbonat
M HCl . V HCl . Mr Bikarbonat
Massa bikarbonat =
valensi
VHCl=VHCl akhir - VHCl setelah titrasi 1
massa bikarbonat
%(b/b) = . 100 %
massa sampel
massa karbonat
Kadar karbonat (% b /v) = . 100 %
volume sampel
Keterangan :
N = Normalitas (N)
V = Volume (L)
% (b/b) = Persen massa bikarbonat dalam sampel (%)
Mr bikarbonat = 61 g/mol
Mr NaHCO3 = 84,01 g/mol
V.
V. Skema Kerja
VI.
VI. Material Safety Data Sheet (MSDS)
Keterangan HCl Aquades
Sifat fisis dan kimia Wujud : Cair Cair
Dapat larut dalam air Tidak berwarna
pada 20oC Tidak berbau
Bening, tidak berbau Titik didih 100°C
Tekanan uap : pH = 7
1mmHg @145,8OC Tekanan uap 23 hPa
Kepadatan uap : pada 20 °C
<0,3@25OC Densitas 1,00 g/cm3
Densitas : 1,00 g/cm3
pada 20 °C
pH : 1,2 pada suhu
20 OC
Identifikasi bahaya Menyebabkan Tidak diklasifikasikan
gangguan mata berat. sebagai bahan berbahaya
Menyebabkan iritasi
pada kulit dan kulit
terbakar.
Dapat menyebabkan
iritasi pernapasan.
Pertolongan pertama Bila terhirup: hirup Tidak diperlukan
udara segar, beri Tindakan pertolongan
oksigen atau napas pertama yang khusus
buatan. karena tidak berbahaya.
Bila terkena kulit:
ganti baju dan
membilas kulit
dengan air/shower.
Bila terkena mata:
melepas lensa kontak,
membilas mata
dengan eye wash
shower dengan
kelopak mata
terbuka.
Penanganan dan Menaati label Penanganan : Aman
penyimpanan tindakan pencegahan. Tertutup sangat rapat.
Segera ganti pakaian Suhu penyimpanan
yang terkontaminasi. yang
Menggunakan krim direkomendasikan,
pelindung kulit yang Simpan pada +5°C
dianjurkan. hingga +30°C
Mencuci tangan dan
muka setelah bekerja.
Simpan dibawah suhu
30℃ dan kering.
Simpan di tempat
yang berventilasi baik
dan jauhkan dari
sinar matahari secara
langsung.
Simpan di wadah
yang tidak terbuat
dari logam.
Keterangan Na2HCO3
Sifat fisis dan kimia Berbentuk serbuk
Berwarna putih
Tidak berbau
pH 8,6 pada 50 g/l 20°C
Titik lebur 270°C
Densitas 2,22 g/cm3 pada 20°C
Kelarutan dalam air 96 g/l pada
20°C
Berat molekul 84.01 g/mol
Identifikasi bahaya Bahan ini tidak diklasifikasikan
sebagai berbahaya menurut undang-
undang Uni Eropa. Tapi dapat
menyebabkan mual, muntah, dan
iritasi ringan.
Pertolongan pertama Bila terhirup: cari dan hirup udara
segar
Bila terkena kulit: ganti baju,
membilas kulit dengan air
sebanyak mungkin/shower.
Bila terkena mata: melepas lensa
kontak, membilas mata dengan eye
wash shower.
Bila tertelan: segera minum air
putih paling banyak 2 gelas.
Penanganan dan penyimpanan Menaati label Tindakan
pencegahan.
Mengganti pakaian jika terkena
bahan tersebut.
Cuci tangan setelah bekerja.
Simpan di tempat yang tertutup
sangat rapat dan kering.
VII.
VII. Data Hasil Percobaan & Pengolahan Data
Data Hasil Percobaan
Volume borax yang dibuat = 100 mL
Massa borax yang tertimbang = 1,0389 gram
A. Standarisasi HCl
Volume Borax (ml) Volume Akuades (ml) Volume HCl (ml)
10 25 9.8
10 25 9.7
Volume Rata-Rata HCl 9.75
Pengolahan Data
A. Menghitung Konsentrasi Larutan Boraks
Vboraks = 100 ml = 0,1 L
mboraks = 1,0389 gram
Valensi boraks = 2
Mr = 201,22 g/mol
Perhitungan valensi :
Na2B4O7 2Na+ + B4O72-
2Na+ + H2O Tidak terhidrolisis
B4O72- + 2H2O H2B4O7 + 2OH-
mboraks 1
N= . . valensi
Mr boraks v
1,0389 gram 1
N= . .2=0,103 N
201 ,22 g/mol 0 , 1 L
B. Standarisasi HCl
9.8+9.7
Volume HCl rata-rata = =9.75 mL
2
Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) → 4H3BO3(aq) + 2NaCl(aq) + 5H2O(l)
Vboraks=10 ml
N boraks = 0,103 N
NHCl . VHCl rata-rata = NBoraks . VBoraks
0,103 N . 10 mL
NHCl = =0.1056 N
9.75 mL
C. Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat
Titrasi pertama
16 , 8+16 , 8
Volume HCl rata-rata (1) = =16 , 8 mL
2
Valensi CO32- = 1
Mr CO32-= 60 g/mol
NHCl . VHCl (1) = NKarbonat . VKarbonat
MHCl . VHCl (1) . Valensi HCl = MKarbonat . VKarbonat . Valensi Karbonat
0,1056 .16 ,8
MKarbonat =
V karbonat
n karbonat 0,1056 .16 ,8
=
V karbonat V karbonat
m karbonat
= 0,1056 . 16,8
mr karbonat
1 g
mkarbonat = 0,1056 . 16,8 . . 60
1000 ml mol
mkarbonat = 0.1031 gram
0,1031
% CO32- (b/b)= x 100 % = 1.031% (b/b)
10
Titrasi kedua
18+17 , 3
Volume HCl rata-rata (2) = =17 , 65 mL
2
Valensi HCO3- = 1
Mr HCO3- = 61 g/mol
N HCl . V HCl ( 2 )
NBikarbonat =
V Bikarbonat
0,1056 .17 ,65
MBikarbonat . Valensi Bikarbonat =
V Bikarbonat
n bikarbonat 0,1056 ×17.65
. 1=
V bikarbonat V bikarbonat
mbikarbonat
=0,1056 N ×17.65 mL
Mr bikarbonat
1L g
m bikarbonat=0,1056 N × 17.65 mL × × 61
1000 mL mol
M bikarbonat = 0,1137 gram
0,1137
% HCO3- (b/b)= x 100 % = 1.137% (b/b)
10
VIII. Pembahasan
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan praktikan
adalah melakukan standarisasi larutan HCL yang akan digunakan untuk
menitrasi larutan sampel. Larutan hcl harus distandarisasi terlebih dahulu
karena larutan tersebut mudah menguap dan bereaksi dengan senyawa lain
seperti karbon dioksida (CO2) di udara sehingga konsentrasinya dapat
berubah-ubah. Standarisasi larutan HCl menggunakan larutan boraks
sebagai larutan baku primernya. Boraks dipilih sebagai bahan larutan baku
primer karena memiliki berat molekul yang sangat besar sehingga
cenderung stabil serta dapat ditemukan dengan kemurnian yang cukup
tinggi. Massa borax yang digunakan sebanyak 1,0389 gram dan dilarutkan
sampai volumenya 100 ml. Boraks memiliki valensi 2, hal ini terjadi
karena saat boraks dihidrolisis menghasilkan 2 ion OH - karena senyawa
B4O72- yang terhidrolisis. Setelah semua data yang diperlukan didapat,
praktikan dapat menghitung konsentrasi boraks, yaitu sebesar 0,103 N.
Larutan boraks 0,103 N tadi diambil 10 ml dengan pipet dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Ke dalam Erlenmeyer yang sama, juga dimasukkan
25 ml aquades dan 3 tetes indicator BPB (Brom Phenol Blue). Praktikan
memasukkan aquades ke dalam Erlenmeyer bertujuan untuk menambah
volume larutan sehingga praktikan lebih mudah dalam pengamatan
terhadap perubahan warna indicator. Kemudian praktikan menitrasi larutan
tersebut dengan HCl 0,1N. Mula-mula, larutan dalam Erlenmeyer
berwarna biru dan setelah dititrasi berubah warna menjadi kuning
kehijauan. Titrasi ini memiliki titik ekivalen pada pH ±3,6 sehingga
digunakanlah indicator BPB yang memiliki trayek pH 3 - 4,6. Jadi saat pH
larutan 4,6, larutan berwarna biru dan saat pH larutan antara 3-4,6 larutan
berwarna kuning kehijauan. Reaksi yang terjadi saat standarisasi HCl:
Na2B4O7(aq) + 2HCl(aq)H2B4O7(aq) + 2NaCl(aq)
Titrasi standarisasi ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk emningkatkan nilai
akurasi hasil. Volume rata-rata HCl yang digunakanan 9,75 ml. setelah
memperoleh volume HCl, praktikan dapat menghitung konsentrasi HCl
tersebut, yaitu sebesar 0,1056 N.
Setelah standarisasi, praktikan akan menentukan kadar karbonat
dan bikarbonat dalam sampel yang diberi. Penentuan kadar karbonat dan
bikarbonat dalam sampel ini tentunya menggunakan metode titrimetric.
Pada saat mentitrasi ssampe dengan HCl, HCl mengalami 2 reaksi yaitu
reaksi HCl-karbonat dan HCl-bikarbonat. Yang mula-mula bereaksi
dengan HCl adalah karbonat, berikut reaksi antara karbonat dan HCl:
CO32-(aq) + HCl (aq) → HCO3-(aq) + Cl-(aq)
Titik ekivalen reaksi ini berada pada pH ±8,3 karena produk akhir reaksi
yaitu larutan HCO3-. Karena titik ekivalen tersebut, maka indicator yang
digunakan adalah PP (Phenolphtalein) yang memiliki trayek pH 8,3 – 10.
Saat larutan memiliki pH > 10 maka sampel akan berwarna ungu dan saat
pH larutan <10 larutan akan berubah warna menjadi merah muda. Titrasi
ini dilakukan 2 kali, volume rata-rata HCl untuk reaksi dengan karbonat
adalah 16,8 mL. Setelah volume rata-rata HCl didapat, praktikan dapat
menghitung kadar karbonat dala sampel, yaitu sebesar 1.031% (b/b).
Setelah titrasi pertama selesai dan larutan berwarna merah muda,
praktikan menambahkan indicator lain yaitu indicator BPB. Kemudian,
praktikan melakukan titrasi kedua guna untuk mencari kadar bikarbonat
dalam sampel. Setelah larutan ditambahkan indicator BPB, larutan akan
berubah warna menjadi biru. Kemudian larutan akan dititrasi dengan HCl
hingga mencapai titik ekivalen. Saat larutan telah mencapai titik ekivalen,
larutan akan berubah warna menjadi kuning kehijauan. Reaksi yang terjadi
adalah:
HCO3-(aq) + HCl (aq) → H2CO3 (aq) + Cl-(aq)
Dapat dilihat bahwa produk yang dihasilkan adalah larutan H 2CO3 yang
menyebabkan titik akhir titrasi berada pada pH ± 3,7. Karena titik akhir
titrasi sudah diketahui, praktikan menggunakan indicator BPB yang
memiliki trayek pH 3 - 4,6. Indikator BPB menunjukkan warna biru saat
pH > 4,6 (keadaan basa) dan akan menunjukkan perubahan warna menjadi
kuning kehijauan saat pH < 4,6 (keadaan asam).
Titrasi kedua ini juga dilakukan 2 kali dan praktikan mendapat nilai
rata-rata volume HCl sebesar 17,65 ml. setelah mendapatkan nilai volume
HCl rata-rata untuk titrasi kedua, praktikan dapat menghitung kadar
bikarbonat dalam sampel. Kadar bikarbonat dalam sampel adalah sebesar
1.137% (b/b).
Factor yang menyebabkan error dalam percobaan ini adalah
kerusakan pada indicator. Hal ini menyebabkan perubahan warna yang
seharusnya sudah berubah, masih belum berubah hingga volume sangat
berlebih dari seharusnya.
Berikut merupakan kurva titrasi penentuan kadar karbonat dan
bikarbonat dengan menggunakan 2 indikator berbeda yaitu indikator PP
dan indikator BPB yang menghasilkan 2 titik ekuivalen yang berbeda juga:
IX. Kesimpulan
Titrasi asam basa adalah penentuan kadar/konsentrasi suatu larutan
basa dengan larutan asam yang diketahui kadarnya/konsentrasinya atau
sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang diketahui,
dengan didasarkan pada reaksi netralisasi. Untuk menentukan titik akhir
titrasi, dibutuhkan suatu indikator yang dapat berubah warna sesuai
dengan trayeknya. Pada percobaan ini dilakukan titrasi sebanyak dua kali
terhadap sampel karena termasuk asam diprotik yang melepaskan dua H +
sehingga memiliki dua titik ekivalen, Pada titrasi ion karbonat dan
bikarbonat digunakan larutan HCL yang telah distandarisasi. Untuk titrasi
pertama menggunakan indikator fenolftalein (PP), sedangkan titrasi kedua
menggunakan indikator BPB. Dari kedua titrasi tersebut, diperoleh kadar
karbonat dalam sampel sebesar 1.031% (b/b) dan kadar bikarbonat dalam
sampel sebesar 1.137% (b/b). Metode yang digunakan dalam menentukan
kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel adalah metode titrimetri.
X. Tugas
1. A) Karbonat : CO32- (aq) + HCl (aq) → HCO3 - (aq) + Cl- (aq)
B) Bikarbonat : HCO3- (aq) + HCl (aq) → H2CO3 (aq) + Cl- (aq)
2. A) Persamaan untuk menentukan kadar karbonat :
NHCl . VHCl = NKarbonat . VKarbonat
M HCl ×V HCl × Mr karbonat
Massa karbonat =
valensi karbonat
massa karbonat
% (b /b) = × 100%
massa sampel
massa karbonat
% (b /v) = × 100%
massa sampel
B) Persamaan untuk menentukan kadar bikarbonat :
NHCl . VHCl = NBikarbonat . VBikarbonat
M HCl ×V HCl × Mr Bikarbonat
Massa bikarbonat =
valensi bikarbonat
massa karbonat
% (b /b) = × 100%
massa sampel
massa karbonat
% (b /v) = × 100%
massa sampel
3. Faktor yang mempengaruhi ketepatan titrasi karbonat dan bikarbonat
a. Perubahan warna indikator yang tidak jauh berbeda dari warna
larutan mula-mula sehingga pengamatan titik akhir salah. Contoh :
indicator pp yang mula-mula berwarna merah pekat menjadi merah
muda .
b. Sifat keterbatasan alat buret dalam menentukan volume titran bila
volume berada di antara dua garis tanpa skala
c. Sifat larutan HCL yang mudah bereaksi dengan CO2 di udara
sehingga pengaruh pada titrasi.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. dkk., 1991, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
R. K. Widi, A. Budhyantoro. (2017). Modul Praktikum Kimia Analitik.
Surabaya: Departemen MIPA Universitas Surabaya.
https://apacontoh.com/sains/teori-asam-dan-basa-arrhenius.html Diakses
tanggal 10 Maret 2023
https://apacontoh.com/sains/bromtimol-biru-rumus-kimia-kegunaan-dan-cara-
kerja.html Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://apoteker.net/3491/analisis-titrimetri-asidi-alkalimetri/ Diakses tanggal
10 Maret 2023
https://www.avkimia.com/2021/01/menentukan-warna-indikator-dalam-
larutan-asam-dan-basa-dengan-pH-tertentu.html Diakses tanggal 10 Maret
2023
https://bisakimia.com/2013/03/08/bagaimana-indikator-asam-basa-berubah-
warna/ Diakses tanggal 10 Maret 2023
ttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AQUADEST_(INDO).pdfdiakses
tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_DISODIUM_TETRABORATE_D
ECAHYDRATE_(INDO).pdfhttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS
_DISODIUM_TETRABORATE_DECAHYDRATE_(INDO).pdf diakses
tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_HYDROCHLORIC_ACID_0.5_N
_in_Demin_(INDO)_.pdfhttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_HY
DROCHLORIC_ACID_0.5_N_in_Demin_(INDO)_.pdf diakses tanggal 9
Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_PHENOLPHTHALEIN_INDICAT
OR_(INDO).pdf diakses tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_BICARBONATE_(IND
O).pdfhttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_BICARBO
NATE_(INDO).pdf diakses tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_SODIUM_CARBONATE_(INDO) .pdf diakses tanggal 9 Maret
2023.
https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/definition-of-
monoprotic-acid-605376/ Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/18/175228569/titrasi-asam-
basa-pengertian-dan-prosedurnya Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://www.studiobelajar.com/titrasi-asam-basa/#:~:text=Titrasi%20asam
%20basa%20adalah%20penentuan%20kadar%20suatu%20larutan,basa
%20yang%20diketahui%2C%20dengan%20didasarkan%20pada
%20reaksi%20netralisasi. Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://www.oxfordlabchem.com/msds/Bromophenol_Blue.pdf diakses
tanggal 9 Maret 2023.
XII.
XII. Lampiran
Standarisasi HCl Hasil Titrasi 1
Hasil Titrasi 2