Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

MENENTUKAN KADAR KARBONAT (CO32-) DAN BIKARBONAT


(HCO3-) DALAM SAMPEL

Selasa, 14 Maret 2023


Kelompok 1

Michael Ronald Gunawan (160222015)


Elizabeth Putri Tjumoko Tjokro (160222006)
Jason Vincent Elsurya (160222018)

Dosen Pembimbing:
Prof. Restu Kartiko Widi, S.Si., M.Si., Ph.D.
Arief Budhyantoro, S.Si., M.Si.

Asisten:
Ella Puspita Sari
Austin Kristandi

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SURABAYA
2023
I. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep titrasi asam-basa pada sistem asam biprotik
2. Mempelajari metode titrasi ion karbonat dan bikarbonat
3. Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel dengan metode
titrimetric (volumetri)

II. Dasar Teori


Asidi-alkalimetri atau yang sering disebut titrasi asam basa adalah
penentuan kadar/konsentrasi suatu larutan basa dengan larutan asam yang
diketahui kadarnya/konsentrasinya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam
dengan larutan basa yang diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Prosesnya melibatkan penambahan larutan standar (biasanya larutan NaOH)
ke dalam sampel yang akan dianalisis, sampai tercapai titik ekuivalen. Larutan
mencapai titik ekivalen apabila jumlah asam atau basa dalam sampel
seimbang dengan jumlah basa atau asam dalam larutan standar yang
ditambahkan. Titik ekuivalen ditentukan dengan menggunakan indikator yang
akan menunjukkan perubahan warna saat titik ekuivalen tercapai. Setelah titik
ekuivalen tercapai, konsentrasi asam atau basa dalam sampel dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus kimia yang sesuai. Lengkapnya titrasi, lazimnya
harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata,
yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah
buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia
pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam
standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan titran berupa HCl, yang
merupakan senyawa asam kuat dan titrat berupa sampel yang mengandung
karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO3-) yang akan dicari kadarnya.
Praktikan juga menggunakan 2 indikator pada percobaan ini, yaitu BPB
(Bromophenol Blue) dan PP (Phenolphtalein). Fungsi indikator pada
praktikum ini adalah untuk mengetahui titik akhir/titik ekivalen titrasi.
Indikator BPB akan merubah warna larutan menjadi warna kuning kehijauan
pada rentang pH 3-4,6, dan untuk indicator PP mempunyai rentang pH 8,0 –
9,6 dengan perubahan warna mula-mula dari tak berwarna (colorless) ke
merah keunguan menjadi warna pink. Ketika sudah terlihat adanya perubahan
warna pada titrat, titrasi harus dihentikan dan praktikan dapat menghitung
konsentrasi senyawa yang tidak diketahui dengan rumus:
Ma x Va x a = Mb x Vb x b
Dengan,
Ma: molaritas larutan asam (M)
Mb: molaritas larutan basa (M)
Va: volume larutan asam (L atau mL)
Vb: volume larutan basa (L atau mL)
a: valensi larutan asam
b: valensi larutan basa
Pada praktikum kali ini, praktikan mula-mula mereaksikan HCl dengan
karbonat (bersifat basa). Reaksi yang terjadi adalah :
CO32-(aq) + H+(aq) -> HCO3-(aq)
Hasil dari reaksi sebelumnya adalah HCO3- yang kemudian lanjut
ditambahkan HCl. Reaksi yang terjadi:
HCO3-(aq) + H+(aq) -> H2CO3 (aq)
Mula-mula indicator yang digunakan adalah PP (Fenolphtalein).
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa
fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang
karena anionnya (Day, 1981). Setelah tercapai titik ekivalen, larutan akan
berubah warna menjadi pink. Larutan tersebut kemudian ditambahkan
indicator lainnya yaitu BTB (Bromotimol biru). Indikator BTB membuat
larutan menjadi warna biru. Kemudian titrasi larutan tersebut dilanjutkan
hingga larutan berubah warna menjadi kuning.
Kurva Titrasi 100 ml Na2CO3 0,05 M Oleh HCl

Keterangan : Terdapat 2 titik ekivalen pada kurva tersebut. Titik ekivalen


pertam terjadi saat pH antara 8,2-9,8 dengan indicator PP. larutan tersebut
akan berubah warna menjadi pink. Titik ekivalen kedua terjadi pada pH antara
3-4,6 menggunakan indicator BPB. Larutan akhir berwarna kuning kehijauan.
Asam monoprotik, yaitu satu molekul asam yang dalam pelarut air
melepaskan satu ion H+. Contoh asam monoprotik adalah asam fluorida (HF),
asam bromida (HBr), dll. Asam poliprotik adalah asam yang dalam larutan air
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen (H+). Asam poliprotik dapat
dikategorikan lebih lanjut menurut berapa banyak proton yang dapat mereka
berikan (diprotik = 2, triprotik = 3, dll.).

Contoh Perhitungan:
A. Menstandarisasi larutan HCl
NHCl . VHCl = NBoraks . VBoraks
B. Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat
1) Karbonat
NHCl . VHCl = NKarbonat . VKarbonat
M HCl . V HCl . MrKarbonat
Massa karbonat =
valensi
massa karbonat
%(b/b) = . 100 %
massa sampel
massa karbonat
Kadar karbonat (% b /v) = . 100 %
volume sampel
Keterangan :
N = Normalitas (N)
V = Volume (L)
% (b/b) = Persen massa karbonat dalam sampel (%)
Mr karbonat = 60 g/mol
Mr Na2CO3 = 105,99 g/mol
2) Bikarbonat
NHCl . VHCl = NBikarbonat . VBikarbonat
M HCl . V HCl . Mr Bikarbonat
Massa bikarbonat =
valensi
VHCl=VHCl akhir - VHCl setelah titrasi 1
massa bikarbonat
%(b/b) = . 100 %
massa sampel
massa karbonat
Kadar karbonat (% b /v) = . 100 %
volume sampel
Keterangan :
N = Normalitas (N)
V = Volume (L)
% (b/b) = Persen massa bikarbonat dalam sampel (%)
Mr bikarbonat = 61 g/mol
Mr NaHCO3 = 84,01 g/mol

III. Alat dan Bahan


I. Alat
1. Gelas ukur 100 ml, 3 buah
2. Labu Erlenmeyer 250 ml, 3 buah
3. Gelas beker 500 ml, 2 buah
4. Buret 25 ml, 2 buah
5. Hot plate dan magnetic bar, 1 set
6. Corong gelas dan pengaduk gelas
II. Bahan
1. Larutan HCL 0,1 N
2. Indikator PP (Phenolphtalein) dan BPB (Brom Phenol Blue)
3. Sampel karbonat dan bikarbonat

IV. Cara Kerja


A. Standarisasi larutan HCl 0,1 N
1. Memasukkan 10 ml larutan Borax 0,1 N ke dalam Erlenmeyer.
2. Menambahkan 25 ml akuades.
3. Menambahkan 3 tetes indicator bpb.
4. Menitrasi menggunakan larutan HCl yang akan distandarisasi hingga
warna larutan berubah menjadi kuning kehijauan.
5. Mencatat volume larutan HCl yang digunakan.
6. Menghitung konsentrasi larutan HCl standar.
B. Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat
1. Menimbang 0,2 g sampel mengandung karbonat dan bikarbonat.
2. Menambahkan 50 ml akuades dan aduk hingga sampel larut homogen.
3. Menambahkan 3 tetes indikator pp, larutan akan berwarna ungu.
4. Menitrasi dengan larutan HCl yang telah distandarisasi.
5. Menghentikan titrasi saat warna larutan berubah menjadi pink.
6. Mencatat volume HCl yang digunakan pada titrasi pertama ini.
7. Menambahkan indikator BPB, larutan akan berwarna biru.
8. Melanjutkan titrasi larutan sampel dengan larutan HCl standar.
9. Menghentikan titrasi saat larutan berwarna kuning kehijauan.
10. Mencatat volume larutan HCl yang digunakan.
11. Mengulangi langkah 1-10 sebanyak 3 kali.
12. Menghitung volume HCl rerata
13. Menghitung kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel dalam
sampel % (b/b) tersebut

V.
V. Skema Kerja

VI.
VI. Material Safety Data Sheet (MSDS)
Keterangan HCl Aquades
Sifat fisis dan kimia  Wujud : Cair  Cair
 Dapat larut dalam air  Tidak berwarna
pada 20oC  Tidak berbau
 Bening, tidak berbau  Titik didih 100°C
 Tekanan uap :  pH = 7
1mmHg @145,8OC  Tekanan uap 23 hPa
 Kepadatan uap : pada 20 °C
<0,3@25OC  Densitas 1,00 g/cm3
 Densitas : 1,00 g/cm3
pada 20 °C
 pH : 1,2 pada suhu
20 OC
Identifikasi bahaya  Menyebabkan Tidak diklasifikasikan
gangguan mata berat. sebagai bahan berbahaya
 Menyebabkan iritasi
pada kulit dan kulit
terbakar.
 Dapat menyebabkan
iritasi pernapasan.
Pertolongan pertama  Bila terhirup: hirup Tidak diperlukan
udara segar, beri Tindakan pertolongan
oksigen atau napas pertama yang khusus
buatan. karena tidak berbahaya.
 Bila terkena kulit:
ganti baju dan
membilas kulit
dengan air/shower.
 Bila terkena mata:
melepas lensa kontak,
membilas mata
dengan eye wash
shower dengan
kelopak mata
terbuka.
Penanganan dan  Menaati label  Penanganan : Aman
penyimpanan tindakan pencegahan.  Tertutup sangat rapat.
 Segera ganti pakaian  Suhu penyimpanan
yang terkontaminasi. yang
 Menggunakan krim direkomendasikan,
pelindung kulit yang Simpan pada +5°C
dianjurkan. hingga +30°C
 Mencuci tangan dan
muka setelah bekerja.
 Simpan dibawah suhu
30℃ dan kering.
 Simpan di tempat
yang berventilasi baik
dan jauhkan dari
sinar matahari secara
langsung.
 Simpan di wadah
yang tidak terbuat
dari logam.

Keterangan Indikator pp Indikator bpb


Sifat fisis dan kimia  Bentuknya padat  Bubuk padatan
berwarna putih.  Jingga, biru, merah
 Tidak berbau. muda, ungu
 Titik lebur 263,7℃  Titik didih 279°C
 Titik didih > 450 °C  Berat molekul =
 Tekanan uap < 669.97 g/mol
0,00001 Pa pada
50 °C
 Kelarutan dalam air
3,36 mg/l pada 20 °C
Identifikasi bahaya  Dapat menyebabkan  Menyebabkan iritasi
kanker. mata, kulit, dan
 Diduga menyebabkan saluran pernapasan.
kerusakan genetik.  Dapat menyebabkan
 Diduga dapat mual dan muntah jika
merusak kesuburan. tertelan
Pertolongan pertama  Bila terhirup: hirup  Bila terhirup: hirup
udara segar, beri udara segar, beri
oksigen atau napas oksigen atau napas
buatan. buatan.
 Bila terkena kulit:  Bila terkena kulit:
ganti baju dan ganti baju dan
membilas kulit membilas kulit
dengan air/shower. dengan air/shower
 Bila terkena mata: dan sabun.
melepas lensa kontak,  Bila terkena mata:
membilas mata melepas lensa
dengan eye wash kontak, membilas
shower dengan mata dengan eye
kelopak mata wash shower dengan
terbuka. kelopak mata terbuka
 Bila tertelan: segera setidaknya selama 15
minum air putih menit dan
paling banyak dua menggunakan air
gelas. hangat.
 Bila tertelan: jangan
memaksakan untuk
muntah kecuali
diarahkan oleh
tenaga medis dan
jangan memberikan
makan/minum ke
orang yang tidak
sadarkan diri.
Penanganan dan  Kenakan pakaian  Jauhkan dari panas
penyimpanan pelindung.  Jauhkan dari sumber
 Jangan menghirup api
zat/campuran.  Jauhkan dari agen
 Segera ganti pakaian pengoksidasi.
yang terkontaminasi.  Simpan di tempat
 Menaati label yang tertutup sangat
tindakan pencegahan. rapat, kering, sejuk,
 Mencuci tangan dan dan berventilasi baik.
muka setelah bekerja.
 Simpan di tempat
yang tertutup sangat
rapat dan kering.
 Simpan di tempat
yang berventilasi
baik.
 Simpan dalam tempat
terkunci atau di
tempat yang hanya
bisa dimasuki oleh
orang-orang yang
mempunyai
kualifikasi atau
berwenang.

Keterangan Boraks Na2CO3


Sifat fisis dan kimia  Berbentuk kristal  Berbentuk serbuk
 Berwarna putih  Berwarna putih
 Tidak berbau  pH 11,6 pada 4 g/l
 pH 9,2 pada 47 g/l 25°C
20°C  Tidak berbau
 Titik lebur 75°C  Titik lebur 854°C
 Tekanan uap 0,213  Titik didih 300°C
hPa pada 20°C pada 1.013 hPa
 Kelarutan dalam air  Densitas 2,53 g/cm3
49,74 g/l pada 20°C pada 20°C
 Kelarutan dalam air
212,5 g/l pada 20°C
Identifikasi bahaya  Dapat merusak Menyebabkan iritasi
kesuburan mata yang serius
 Dapat merusak janin
 Menyebabkan iritasi
mata yang serius
Pertolongan pertama  Bila terhirup: cari  Bila terhirup: cari
udara segar udara segar
 Bila terkena kulit:  Bila terkena kulit:
ganti baju dan membilas kulit
membilas kulit dengan air sebanyak
dengan air/shower. mungkin/shower.
 Bila terkena mata:  Bila terkena mata:
melepas lensa kontak, melepas lensa kontak,
membilas mata membilas mata
dengan eye wash dengan eye wash
shower dengan shower dengan
kelopak mata terbuka kelopak mata terbuka
setidaknya selama 15 setidaknya selama 15
menit dan menit
menggunakan air  Bila tertelan: segera
hangat. minum air putih/susu
 Bila tertelan: segera paling banyak 2 gelas.
minum air putih
paling banyak 2 gelas
dan jangan
memberikan
makan/minum ke
orang yang tidak
sadarkan diri.
Penanganan dan  Memakai pakaian  Menaati label
penyimpanan pelindung Tindakan pencegahan
 Jangan menghirup  Menggunakan krim
zat/campuran. pelindung kulit.
 Menaati label  Cuci tangan dan muka
Tindakan pencegahan setelah bekerja.
 Menggunakan krim  Simpan di tempat
pelindung kulit. yang tertutup sangat
 Cuci tangan dan rapat dan berventilasi
muka setelah bekerja. baik.
 Simpan di tempat  Simpan di dalam
yang tertutup sangat tempat yang terkunci
rapat dan berventilasi atau di tempat yang
baik. hanya bisa dimasuki
 Simpan di dalam oleh orang yang
tempat yang terkunci berwenang.
atau di tempat yang
hanya bisa dimasuki
oleh orang yang
berwenang.

Keterangan Na2HCO3
Sifat fisis dan kimia  Berbentuk serbuk
 Berwarna putih
 Tidak berbau
 pH 8,6 pada 50 g/l 20°C
 Titik lebur 270°C
 Densitas 2,22 g/cm3 pada 20°C
 Kelarutan dalam air 96 g/l pada
20°C
 Berat molekul 84.01 g/mol
Identifikasi bahaya Bahan ini tidak diklasifikasikan
sebagai berbahaya menurut undang-
undang Uni Eropa. Tapi dapat
menyebabkan mual, muntah, dan
iritasi ringan.
Pertolongan pertama  Bila terhirup: cari dan hirup udara
segar
 Bila terkena kulit: ganti baju,
membilas kulit dengan air
sebanyak mungkin/shower.
 Bila terkena mata: melepas lensa
kontak, membilas mata dengan eye
wash shower.
 Bila tertelan: segera minum air
putih paling banyak 2 gelas.
Penanganan dan penyimpanan  Menaati label Tindakan
pencegahan.
 Mengganti pakaian jika terkena
bahan tersebut.
 Cuci tangan setelah bekerja.
 Simpan di tempat yang tertutup
sangat rapat dan kering.

VII.
VII. Data Hasil Percobaan & Pengolahan Data
Data Hasil Percobaan
Volume borax yang dibuat = 100 mL
Massa borax yang tertimbang = 1,0389 gram
A. Standarisasi HCl
Volume Borax (ml) Volume Akuades (ml) Volume HCl (ml)
10 25 9.8
10 25 9.7
Volume Rata-Rata HCl 9.75

B. Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat


Volume Sampel (ml) Volume HCl (1) (ml) Volume HCl (2) (ml)
10 16.8 18
10 16.8 17.3
Volume Rata-Rata HCl 16.8 17.65

Pengolahan Data
A. Menghitung Konsentrasi Larutan Boraks
Vboraks = 100 ml = 0,1 L
mboraks = 1,0389 gram
Valensi boraks = 2
Mr = 201,22 g/mol
Perhitungan valensi :
Na2B4O7 2Na+ + B4O72-
2Na+ + H2O  Tidak terhidrolisis
B4O72- + 2H2O H2B4O7 + 2OH-
mboraks 1
N= . . valensi
Mr boraks v
1,0389 gram 1
N= . .2=0,103 N
201 ,22 g/mol 0 , 1 L
B. Standarisasi HCl
9.8+9.7
Volume HCl rata-rata = =9.75 mL
2
Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) → 4H3BO3(aq) + 2NaCl(aq) + 5H2O(l)
Vboraks=10 ml
N boraks = 0,103 N
NHCl . VHCl rata-rata = NBoraks . VBoraks
0,103 N . 10 mL
NHCl = =0.1056 N
9.75 mL
C. Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat
Titrasi pertama
16 , 8+16 , 8
Volume HCl rata-rata (1) = =16 , 8 mL
2
Valensi CO32- = 1
Mr CO32-= 60 g/mol
NHCl . VHCl (1) = NKarbonat . VKarbonat
MHCl . VHCl (1) . Valensi HCl = MKarbonat . VKarbonat . Valensi Karbonat
0,1056 .16 ,8
MKarbonat =
V karbonat
n karbonat 0,1056 .16 ,8
=
V karbonat V karbonat
m karbonat
= 0,1056 . 16,8
mr karbonat
1 g
mkarbonat = 0,1056 . 16,8 . . 60
1000 ml mol
mkarbonat = 0.1031 gram
0,1031
% CO32- (b/b)= x 100 % = 1.031% (b/b)
10
Titrasi kedua
18+17 , 3
Volume HCl rata-rata (2) = =17 , 65 mL
2
Valensi HCO3- = 1
Mr HCO3- = 61 g/mol
N HCl . V HCl ( 2 )
NBikarbonat =
V Bikarbonat
0,1056 .17 ,65
MBikarbonat . Valensi Bikarbonat =
V Bikarbonat
n bikarbonat 0,1056 ×17.65
. 1=
V bikarbonat V bikarbonat
mbikarbonat
=0,1056 N ×17.65 mL
Mr bikarbonat
1L g
m bikarbonat=0,1056 N × 17.65 mL × × 61
1000 mL mol
M bikarbonat = 0,1137 gram
0,1137
% HCO3- (b/b)= x 100 % = 1.137% (b/b)
10

VIII. Pembahasan
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan praktikan
adalah melakukan standarisasi larutan HCL yang akan digunakan untuk
menitrasi larutan sampel. Larutan hcl harus distandarisasi terlebih dahulu
karena larutan tersebut mudah menguap dan bereaksi dengan senyawa lain
seperti karbon dioksida (CO2) di udara sehingga konsentrasinya dapat
berubah-ubah. Standarisasi larutan HCl menggunakan larutan boraks
sebagai larutan baku primernya. Boraks dipilih sebagai bahan larutan baku
primer karena memiliki berat molekul yang sangat besar sehingga
cenderung stabil serta dapat ditemukan dengan kemurnian yang cukup
tinggi. Massa borax yang digunakan sebanyak 1,0389 gram dan dilarutkan
sampai volumenya 100 ml. Boraks memiliki valensi 2, hal ini terjadi
karena saat boraks dihidrolisis menghasilkan 2 ion OH - karena senyawa
B4O72- yang terhidrolisis. Setelah semua data yang diperlukan didapat,
praktikan dapat menghitung konsentrasi boraks, yaitu sebesar 0,103 N.
Larutan boraks 0,103 N tadi diambil 10 ml dengan pipet dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Ke dalam Erlenmeyer yang sama, juga dimasukkan
25 ml aquades dan 3 tetes indicator BPB (Brom Phenol Blue). Praktikan
memasukkan aquades ke dalam Erlenmeyer bertujuan untuk menambah
volume larutan sehingga praktikan lebih mudah dalam pengamatan
terhadap perubahan warna indicator. Kemudian praktikan menitrasi larutan
tersebut dengan HCl 0,1N. Mula-mula, larutan dalam Erlenmeyer
berwarna biru dan setelah dititrasi berubah warna menjadi kuning
kehijauan. Titrasi ini memiliki titik ekivalen pada pH ±3,6 sehingga
digunakanlah indicator BPB yang memiliki trayek pH 3 - 4,6. Jadi saat pH
larutan 4,6, larutan berwarna biru dan saat pH larutan antara 3-4,6 larutan
berwarna kuning kehijauan. Reaksi yang terjadi saat standarisasi HCl:
Na2B4O7(aq) + 2HCl(aq)H2B4O7(aq) + 2NaCl(aq)
Titrasi standarisasi ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk emningkatkan nilai
akurasi hasil. Volume rata-rata HCl yang digunakanan 9,75 ml. setelah
memperoleh volume HCl, praktikan dapat menghitung konsentrasi HCl
tersebut, yaitu sebesar 0,1056 N.
Setelah standarisasi, praktikan akan menentukan kadar karbonat
dan bikarbonat dalam sampel yang diberi. Penentuan kadar karbonat dan
bikarbonat dalam sampel ini tentunya menggunakan metode titrimetric.
Pada saat mentitrasi ssampe dengan HCl, HCl mengalami 2 reaksi yaitu
reaksi HCl-karbonat dan HCl-bikarbonat. Yang mula-mula bereaksi
dengan HCl adalah karbonat, berikut reaksi antara karbonat dan HCl:
CO32-(aq) + HCl (aq) → HCO3-(aq) + Cl-(aq)
Titik ekivalen reaksi ini berada pada pH ±8,3 karena produk akhir reaksi
yaitu larutan HCO3-. Karena titik ekivalen tersebut, maka indicator yang
digunakan adalah PP (Phenolphtalein) yang memiliki trayek pH 8,3 – 10.
Saat larutan memiliki pH > 10 maka sampel akan berwarna ungu dan saat
pH larutan <10 larutan akan berubah warna menjadi merah muda. Titrasi
ini dilakukan 2 kali, volume rata-rata HCl untuk reaksi dengan karbonat
adalah 16,8 mL. Setelah volume rata-rata HCl didapat, praktikan dapat
menghitung kadar karbonat dala sampel, yaitu sebesar 1.031% (b/b).
Setelah titrasi pertama selesai dan larutan berwarna merah muda,
praktikan menambahkan indicator lain yaitu indicator BPB. Kemudian,
praktikan melakukan titrasi kedua guna untuk mencari kadar bikarbonat
dalam sampel. Setelah larutan ditambahkan indicator BPB, larutan akan
berubah warna menjadi biru. Kemudian larutan akan dititrasi dengan HCl
hingga mencapai titik ekivalen. Saat larutan telah mencapai titik ekivalen,
larutan akan berubah warna menjadi kuning kehijauan. Reaksi yang terjadi
adalah:
HCO3-(aq) + HCl (aq) → H2CO3 (aq) + Cl-(aq)
Dapat dilihat bahwa produk yang dihasilkan adalah larutan H 2CO3 yang
menyebabkan titik akhir titrasi berada pada pH ± 3,7. Karena titik akhir
titrasi sudah diketahui, praktikan menggunakan indicator BPB yang
memiliki trayek pH 3 - 4,6. Indikator BPB menunjukkan warna biru saat
pH > 4,6 (keadaan basa) dan akan menunjukkan perubahan warna menjadi
kuning kehijauan saat pH < 4,6 (keadaan asam).
Titrasi kedua ini juga dilakukan 2 kali dan praktikan mendapat nilai
rata-rata volume HCl sebesar 17,65 ml. setelah mendapatkan nilai volume
HCl rata-rata untuk titrasi kedua, praktikan dapat menghitung kadar
bikarbonat dalam sampel. Kadar bikarbonat dalam sampel adalah sebesar
1.137% (b/b).
Factor yang menyebabkan error dalam percobaan ini adalah
kerusakan pada indicator. Hal ini menyebabkan perubahan warna yang
seharusnya sudah berubah, masih belum berubah hingga volume sangat
berlebih dari seharusnya.
Berikut merupakan kurva titrasi penentuan kadar karbonat dan
bikarbonat dengan menggunakan 2 indikator berbeda yaitu indikator PP
dan indikator BPB yang menghasilkan 2 titik ekuivalen yang berbeda juga:
IX. Kesimpulan
Titrasi asam basa adalah penentuan kadar/konsentrasi suatu larutan
basa dengan larutan asam yang diketahui kadarnya/konsentrasinya atau
sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang diketahui,
dengan didasarkan pada reaksi netralisasi. Untuk menentukan titik akhir
titrasi, dibutuhkan suatu indikator yang dapat berubah warna sesuai
dengan trayeknya. Pada percobaan ini dilakukan titrasi sebanyak dua kali
terhadap sampel karena termasuk asam diprotik yang melepaskan dua H +
sehingga memiliki dua titik ekivalen, Pada titrasi ion karbonat dan
bikarbonat digunakan larutan HCL yang telah distandarisasi. Untuk titrasi
pertama menggunakan indikator fenolftalein (PP), sedangkan titrasi kedua
menggunakan indikator BPB. Dari kedua titrasi tersebut, diperoleh kadar
karbonat dalam sampel sebesar 1.031% (b/b) dan kadar bikarbonat dalam
sampel sebesar 1.137% (b/b). Metode yang digunakan dalam menentukan
kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel adalah metode titrimetri.

X. Tugas
1. A) Karbonat : CO32- (aq) + HCl (aq) → HCO3 - (aq) + Cl- (aq)
B) Bikarbonat : HCO3- (aq) + HCl (aq) → H2CO3 (aq) + Cl- (aq)
2. A) Persamaan untuk menentukan kadar karbonat :
NHCl . VHCl = NKarbonat . VKarbonat
M HCl ×V HCl × Mr karbonat
Massa karbonat =
valensi karbonat
massa karbonat
% (b /b) = × 100%
massa sampel
massa karbonat
% (b /v) = × 100%
massa sampel
B) Persamaan untuk menentukan kadar bikarbonat :
NHCl . VHCl = NBikarbonat . VBikarbonat
M HCl ×V HCl × Mr Bikarbonat
Massa bikarbonat =
valensi bikarbonat
massa karbonat
% (b /b) = × 100%
massa sampel
massa karbonat
% (b /v) = × 100%
massa sampel
3. Faktor yang mempengaruhi ketepatan titrasi karbonat dan bikarbonat
a. Perubahan warna indikator yang tidak jauh berbeda dari warna
larutan mula-mula sehingga pengamatan titik akhir salah. Contoh :
indicator pp yang mula-mula berwarna merah pekat menjadi merah
muda .
b. Sifat keterbatasan alat buret dalam menentukan volume titran bila
volume berada di antara dua garis tanpa skala
c. Sifat larutan HCL yang mudah bereaksi dengan CO2 di udara
sehingga pengaruh pada titrasi.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. dkk., 1991, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
R. K. Widi, A. Budhyantoro. (2017). Modul Praktikum Kimia Analitik.
Surabaya: Departemen MIPA Universitas Surabaya.
https://apacontoh.com/sains/teori-asam-dan-basa-arrhenius.html Diakses
tanggal 10 Maret 2023
https://apacontoh.com/sains/bromtimol-biru-rumus-kimia-kegunaan-dan-cara-
kerja.html Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://apoteker.net/3491/analisis-titrimetri-asidi-alkalimetri/ Diakses tanggal
10 Maret 2023
https://www.avkimia.com/2021/01/menentukan-warna-indikator-dalam-
larutan-asam-dan-basa-dengan-pH-tertentu.html Diakses tanggal 10 Maret
2023
https://bisakimia.com/2013/03/08/bagaimana-indikator-asam-basa-berubah-
warna/ Diakses tanggal 10 Maret 2023
ttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AQUADEST_(INDO).pdfdiakses
tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_DISODIUM_TETRABORATE_D
ECAHYDRATE_(INDO).pdfhttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS
_DISODIUM_TETRABORATE_DECAHYDRATE_(INDO).pdf diakses
tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_HYDROCHLORIC_ACID_0.5_N
_in_Demin_(INDO)_.pdfhttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_HY
DROCHLORIC_ACID_0.5_N_in_Demin_(INDO)_.pdf diakses tanggal 9
Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_PHENOLPHTHALEIN_INDICAT
OR_(INDO).pdf diakses tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_BICARBONATE_(IND
O).pdfhttp://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_BICARBO
NATE_(INDO).pdf diakses tanggal 9 Maret 2023.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_SODIUM_CARBONATE_(INDO) .pdf diakses tanggal 9 Maret
2023.
https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/definition-of-
monoprotic-acid-605376/ Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/18/175228569/titrasi-asam-
basa-pengertian-dan-prosedurnya Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://www.studiobelajar.com/titrasi-asam-basa/#:~:text=Titrasi%20asam
%20basa%20adalah%20penentuan%20kadar%20suatu%20larutan,basa
%20yang%20diketahui%2C%20dengan%20didasarkan%20pada
%20reaksi%20netralisasi. Diakses tanggal 10 Maret 2023
https://www.oxfordlabchem.com/msds/Bromophenol_Blue.pdf diakses
tanggal 9 Maret 2023.
XII.
XII. Lampiran
Standarisasi HCl Hasil Titrasi 1

Hasil Titrasi 2

Anda mungkin juga menyukai