dengan,
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak
bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif
menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi
semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak
tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan.
Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari
persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan.
Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju perubahan konsentrasi
reaktan.
Suhu
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik
partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang
menghasilkan perubahan
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi
tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih
cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama:
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa
katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk
sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga
memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah,
sehingga akhirnya terlepas.
katalis homogen berada dalam fase yang sama. Katalis homogen umumnya bereaksi
dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya
bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan
katalisnya.
Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:
A + C AC (1)
B + AC AB + C (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi
2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :
A + B + C AB + C
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang
digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal
adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi biasa sebagai katalis.
Ada 2 jenis katalis :
1. Katalis aktif yaitu katalis yang ikut terlibat reaksi dan pada akhir rekasi terbentuk
kembali.
2. Katalis pasif yaitu katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai media reaksi saja.
Hubungan Laju reaksi dengan Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan
laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi
berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih
lambat daripada molaritas yang tinggi.
Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah:
V = k [A]m [B]n
Ket :
V = Laju reaksi
A catalysts turnover frequency number, or turnover number per time unit, characterizes its level
of activity. So the TOF is the total number of moles transformed into the desired product by one
mole of active site per hour. The larger the TOF, the more active the catalyst.
TOF = TON/hour
the number of passes through the catalytic cycle per unit time (typically sec, min or hrs). This
number is usually determined by taking the # of moles of product produced, dividing that by the
# of moles of catalyst used in the reaction, then dividing that by the time to produce the given
amount of product
Vinyl Acetate Hydroformylation
sampling from
0.3mM catalyst -- 85C/90 psi H2 /CO
2,000
autoclave causes
pressure glitches
1,800
4.5
Uptake curve
1,600
4
1,400
Equiv
Aldehyde
Prod
1,200
1,000
3.5
-1
Ln plot
800
Ln P)
2.5
600
Initial TOF
8 TO/min
476 TO/hr
400
2
1.5
200
0
0
10
15
20
Time (hours)
Academic chemists sometimes report only the turnover number when the catalyst is very slow or
decomposes quite rapidly. Industrial chemists are interested in both TON and TOF. A large TON
(e.g., 106 1010) indicates a stable, very long-lived catalyst. TON is defined as the amount of
reactant (moles) divided by the amount of catalyst (moles) times the % yield of product. Authors
often report mole % of catalyst used. This refers to the amount of catalyst relative to the amount
of reactant present. 10 mole % = 10 TON, 1 mole % = 100 TON.
10 mole % catalyst
=
10 turnovers
5 mole % catalyst =
20 turnovers
ENERGI AKTIVASI
Di dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Svante
Arrhenius, yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat
terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi
kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea,
dengan satuan kilo joule per mol (KJ/mol).
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan
antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan ulang ikatan
dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda (membentuk senyawa produk).
Tercapainya suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan produk. Keadaan
ini disebut sebagai transisi kompleks.
Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar
sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun
eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan.
Persamaan Arrhenius
Persamaan Arrhenius menyatakan hubungan antara energi aktivasi dan laju reaksi. Dari
persamaan Arrhenius, energi aktivasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
k Ae Ea / RT
Ea 1
R T
Ea 1
ln k 2 ln A
R T2
ln k ln A
ln k1 ln A
ln
Ea 1
R T1
k2
Ea 1
1
k1
R T2 T1
Dimana :
A = Faktor frekuensi untuk reaksi
R = Konstanta gas universal
T = Suhu (K)
K = Koefisien laju reaksi
Persamaan ini menunjukan bahwa energi aktivasi tergantung pada suhu. Jika suhu dinaikkan,
laju reaksi bertambah karena semakin banyak terjadi tumbukan yang memiliki energi
lebih besar dari Ea
1. Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar
10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat
bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute lain agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis adalah suatu zat yang dapat menurunkan energi aktivasi. Katalis akan
meningkatkan laju reaksi, namun pada akhir reaksi katalis tetap seperti keadaan awal ( Seakanakan tidak ikut bereaksi ).