Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS

ELEKTRODA SELEKTIF ION NO3-

Oleh
Nama : Yovita Eky Safitri
NIM : 151810301048
Kelompok :2
Asisten : Siti Zulaicha

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode potensiometri didasarkan pada pengukuran beda potensial yang
terjadi antara sepasang elektroda dalam larutan, elektroda pembanding dan ion
tertentu. Elektroda indikator bagi ion, sesuai dengan konsentrasi dari ion yang
ditentukan. Elektroda yang spesifik untuk menentukan keberadaan suatu ion
dalam larutan adalah dengan memilih elektroda ion selektif. Elektroda ion selektif
ini menggunakan suatu sistem penyekat khusus yang memungkinkan adanya
respon selektif terhadap ion tertentu. Sistem penyekat ini contohnya adalah
membran gelas, kristal garam dan resin penukar ion (Ismono, 1980).
Elektroda selektif ion atau bisa disingkat menjadi ISE merupakan
membran elektroda yang bertugas untuk merespon selektif ion dalam larutan.
Adanya gas dalam suatu larutan juga dapat diketahui dengan elektroda ini. Ion
selektif elektroda yang sering digunakan adalah elektroda pemeriksaan pH. Ion
lain yang dapat diukur menggunakan ISE antara lain seperti fluor, brom,
cadmium, nitrat dan gas NH3, CO2 dan NO2. Elektroda selektif nitrat adalah
perangkat potensiometri yang digunakan untuk penentuan cepat ion nitrat bebas
dalam air, emulsi makanan dan sampel tanaman. Elektroda ini bekerja secara
spesifik. Elektroda pH digunakan potensial dari ion H +. Perbedaan potensial yang
dihasilkan diantara dua elektroda akan bergantung pada aktivitas ion yang spesifik
dalam larutan. Aktivitas ion terkait pada konsentrasi ion yang spesifik sehingga
dapat digunakan untuk menganalisis suatu ion yang spesifik (Day dan
Underwood, 1986).
Prinsip kerja ISE yaitu sampel akan ditarik oleh elektroda yang sensitif
terhadap ion-ion tersebut. Kemudian digunakan elektroda reference untuk
membandingkan naik turunnya potensial. Pengukuran konsentrasi ion nitrat
dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi larutan standar dengan konsentrasi
NO3- yang berbeda dan ditambah larutan buffer. Setelah diperoleh kurva kalibrasi
maka konsentrasi ion nitrat pada suatu sampel dapat ditentukan. Percobaan
dilakukan dalam tiga tahapan yaitu pengukuran konsentrasi tanpa penambahan
buffer, pengukuran konsentrasi dengan ditambahkan buffer dan penentuan
konsentrasi analit dengan teknik penambahan standar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dituliskan berdasarkan latar belakang adalah:
1. Bagaimana mempelajari teknik potensiometri langsung dalam pengukuran
konsentrasi analit dan teknik penambahan standar?
2. Bagaimana mengukur konsentrasi nitrat dalam larutan sampel dengan
menggunakan elektroda ion selektif nitrata?
1.3 Tujuan Percobaan
Berdasarkan rumusan masalah di atas berikut tujuan dari percobaan adalah:
1. Mempelajari teknik potensiometri langsung dalam pengukuran konsentrasi
analit dan teknik penambahan standar.
2. Mengukur konsentrasi nitrat dalam larutan sampel dengan menggunakan
elektroda ion selektif nitrata.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan air suling dengan rumus molekul H 2O. Akuades
memiliki sifat fisika dan kimia diantaranya keadaan fisik akuades adalah cair,
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Akuades memiliki derajat
keasaman (pH) netral yaitu 7,0 dan berat molekul dari akuades sebesar 18,01
gram/mol. Akuades memiliki titik didih sebesar 100oC, dan titik lebur sebesar 0oC.
Akuades memiliki tekanan uap pada suhu 20oC sebesar 2,3 kPa, dan memiliki
massa jenis sebesar 1,00 gram/cm3. Akuades adalah pelarut yang kuat, dapat
melarutkan banyak jenis zat kimia, dan tidak bersifat korosif. Akuades tidak
berbahaya apabila terkena mata, kulit, terhirup, dan tertelan karena tidak
menyebabkan iritasi (ScienceLab, 2018).
2.1.2 Natrium Nitrat (NaNO3)
Natrium nitrat merupakan suatu senyawa kimia dengan rumus kimia
NaNO3. Senyawa ini berwujud padat, sedikit berbau dan rasanya asin serta
berwarna putih. Titik didih NaNO3 sebesar 380°C dan memiliki titik leleh sebesar
308°C. Senyawa ini larut dalam air terutama air panas, larut sebagian dalam
metanol serta sedikit larut dalam aseton dan gliserol. Natrium nitrat memiliki
kerapatan sebesar 2,26 g/cm3. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika
terjadi kontak langsung antara kulit ataupun mata dengan senyawa ini yaitu segera
basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit. Senyawa dalam bentuk uap
dan terhirup dalam jumlah yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke luar
ruangan yang udaranya lebih bebas dan segar (ScienceLab, 2018).
2.1.3 Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)
Amonium sulfat atau (NH4)2SO4 adalah garam anorganik yang mengandung
21% unsur nitrogen dan 24% unsur belerang. Titik lebur sebesar 235°C (455°F).
Amonium sulfat berwujud padatan dan memiliki berat molekul 132,14 gram/mol.
Amonium sulfat dapat larut dalam aseton, alkohol dan eter. Amonium sulfat
merupakan senyawa yang berbahaya jika terjadi kontak dengan kulit, mata,
pernafasan, dan pencernaan karena senyawa ini bersifat irritant dan permeator.
Amonium sulfat dapat dibuang dengan cara melarutkannya terlebih dahulu dengan
air atau diserap dengan bahan inert yang kering kemudian ditempatkan di tabung
atau tempat pembuangan limbah kimia (ScienceLab, 2018).

2.2 Landasan Teori


Metode potensiometri untuk analisis memiliki dua metode yang dapat
digunakan dalam melakukan pengukuran pada eksperimen. Metode pertama yaitu
dilakukan pengukuran tunggal terhadap potensial itu sendiri, metode ini cukup
untuk menerapkan aktivitas ion yang diinginkan. Metode kedua yaitu ion dapat
dititrasi dan potensialnya dapat diukur sebagai fungsi volume titran. Metode
pertama disebut potensiometri langsung yang biasanya digunakan dalam
pengukuran pH larutan. Metode tersebut saat ini telah diterapkan secara luas
dalam penetapan ion-ion melalui penggunaan elektroda selektif ion (Day dan
Underwood, 1986).
Elektroda selektif ion merupakan suatu elektroda membran yang merespon
ion secara selektif, dimana arus dibawa oleh gerakan ion yang mengalir melalui
membran dari larutan pembanding. Selektivitas dari elektroda membran
menyebabkan elektroda ini hanya bekerja untuk ion-ion tertentu saja, biasanya
hanya satu spesies ion yang dapat membawa arus melalui membran. Selektivitas
ini ditentukan oleh pengukuran potensi ion yang dihasilkan melintas membran.
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan suatu ion dalam larutan, misal
flouride, bromida, kadmium dan gas dalam larutan seperti amonia, karbon
dioksida dan nitrogen oksida. Potensial standar yang digunakan adalah potensial
dari ion H+ yang digunakan dalam pH meter. Elektroda selektif ion memiliki suatu
sensor yang bermacam-macam sesuai bahan pembuatannya. Sensor ini berfungsi
untuk mendeteksi suatu ion spesifik dari larutan. Macam-macam sensor ini antara
lain:
a. Gas sensor, biasanya digunakan untuk menentukan amonia dan
karbondioksida.
b. Membran padat, biasanya digunakan untuk menentukan F-, Cl-, Br-, CN-.
c. Membran cair, biasanya digunakan untuk menentukan K+, Ca2+, NO3-.
d. Membran gelas, biasanya digunakan untuk menentukan ion Na+, H+.
Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua elektroda akan tergantung pada
aktivitas ion yang spesifik dalam larutan. Aktivitas ion tergantung pada
konsentrasi ion yang spesifik, sehingga memungkinkan untuk analisis ukuran ion
yang spesifik (Purwadi, 2000).
Membran apabila bertemu dengan larutan, maka suatu beda potensial akan
terbentuk pada membran. Potensial ini bergantung pada jumlah ion potasium
bebas dalam larutan yang diukur terhadap elektroda referensi dengan suatu
pH/mV meter. Hubungan jumlah potensial terukur dengan jumlah ion potasium
dijelaskan oleh persamaan Berat. Berikut adalah persamaan Nerst:
E = Eo + S log (A) (2.1)
dimana:
E = potensial terukur
Eo = potensial referensi (tetapan)
A = jumlah ion dalam larutan
S = slope elektroda (sekitar 57 mV per dekade)
(Christian, 1999).
Prinsip kerja metode ion selektif elektroda ini yaitu pada saat terjadi
kontak dengan analit, bahan aktif membran akan mengalami disosiasi menjadi
ion-ion bebas pada antar muka membran dengan larutan. Anion yang berada
dalam larutan apabila dapat menembus batas antar muka membran dengan larutan
yang tidak saling campur, maka akan terjadi reaksi pertukaran ion dengan ion
bebas pada sisi aktif membran sampai mencapai kesetimbangan elektrokimia
(Orion, 1997). Ion selektif elektroda memberikan respon potensial tertentu pada
ion yang spesifik. Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua elektroda
akan bergantung pada aktivitas ion yang spesifik dalam larutan yang kaitannya
dengan konsentrasi dari ion yang selektif, dimana rumus dasar yang digunakan
yaitu:
Esel = E(ISE) - Eref (2.2)
Rumus tersebut didapatkan dari potensial elektroda selektif ion (didapat dari
persamaan 2.1) dikurangi potensial elektroda referensi (Christian, 1999).
Membran yang digunakan pada ISE adalah bagian terpenting karena untuk
penentuan selektivitas suatu ISE. Respon ISE pada suatu larutan nantinya akan
diuji secara potensiometri dengan elektroda pembanding. Penentuan konsentrasi
analitik menggunakan ISE dapat dilakukan melalui pengukuran langsung terhadap
aktivitas ion atau konsentrasi. Teknik tersebut biasanya disebut sebagai teknik
potensiometri. Hal tersebut konsentrasi atau aktivitas analit ditentukan melalui
kurva yang diperoleh dari pengukuran potensial terhadap konsentrasi. Berikut
kurva kalibrasi yang nantinya didapatkan:

Gambar 2.1 Kurva Kalibrasi ISE


(Sumber: Brince, 2012)
(Brince, 2012).
Kalibrasi dilakukan dengan merendam elektroda dalam rangkaian larutan
konsentrasi dan dihasilkan grafik pembacaan mV versus log (a). Hasilnya yaitu
memberikan garis lurus selama rentang konsentrasi. Kekurangan dari kalibrasi
yaitu aktivitas sulit untuk menentukan larutan yang kompleks untuk memplotkan.
Kemiringan grafik kalibrasi merupakan respon mV per dekade perubahan
konsentrasi. Biasanya sekitar 54 mV per dekade untuk ion monovalen, 27 mV per
dekade untuk ion dibales (Frant, 1994).
Berikut skema pengukuran ISE:

Gambar 2.2 Skema ISE


(Sumber: Brince, 2012)
(Brince, 2012).
Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara
elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Pengukuran
potensial pada elektroda indikator harus menggunakan elektroda standar.
Elektroda standar memiliki fungsi yaitu sebagai pembanding yang memiliki harga
potensial tetap. Elektroda indikator berfungsi sebagai elektroda pengukur dan
elektroda yang dicelupkan adalah elektroda pembanding. Elektroda indikator
merupakan elektroda yang memiliki ketergantungan pada konsentrasi ion yang
ditetapkan (Gandjar, 2007).
Elektroda selektif ion memiliki banyak kelebihan antara lain mudah
diatomisasi, mudah digunakan karena prosedurnya sederhana, cepat bila telah
dikarakterisasi tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu. Sampel yang keruh
dan berwarna sampai batas tertentu tidak akan menggangu jalannya analisis
(Ismono, 1980).
Logger Lite adalah suatu alat elektronik yang berfungsi mencatat data suhu
dan kelembaban dari waktu ke waktu secara continue. Beberapa data logger suhu
menggunakan personal komputer dan software sebagai tempat menyimpan data
dan menganalisis data. Data yang disimpan di harddisk dapat diakses kapanpun.
Hal ini termasuk beberapa perangkat akuisisi data seperti plug-in board atau
sistem komunikasi serial yang menggunakan computer sebagai sistem
penyimpanan data real tim. Data logger suhu berbasis PC (PC-based data logger
suhu). Biasanya PC, untuk mengumpulkan data suhu dan kelembaban udara
dalam rangka menganalisis dan menampilkan hasilnya secara detail. Sistem data
logger suhu juga dapat menyediakan fitur tambahan seperti perhitungan waktu
proses pemantauan alarm dan kontrol. SCADA (supervisory control and data
acquisition) merupakan evolusi lebih lanjut dari sistem data logger suhu berbasis
komputer, dimana data disajikan dalam bentuk grafis sehingga operator dapat
mengawasi perkembangan suhu di suatu daerah atau tempat (Anas, 2008).
Nitrat dan amonium merupakan sumber utama nitrogen di perairan. Kadar
nitrat–nitrogen pada perairan alami hamper tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L.
Kadar nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran
antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-
nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi
(pengayaan perairan), yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan
tumbuhan air secara pesat. Kadar nitrat dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/L.
Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L. Kadar nitrat untuk keperluan air
minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L (Effendy, 2003).
Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Fungsi sungai yaitu sebagai sumber air minum, sarana transportasi,
sumber irigasi, peikanan dan lain sebagainya. Aktivitas manusia inilah yang
menyebabkan sungai menjadi rentan terhadap pencemaran air. Begitu pula
pertumbuhan industri dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
(Soemarwoto, 2003).

BAB 3. METODE PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain labu ukur 100 mL,
gelas beaker 50 mL dan 150 mL, botol semprot, pipet mohr 5 mL, pipet volume 1
dan 10 mL, pipet tetes, batang pengaduk, ball pipet, gelas ukur 25 mL, PC,
elektroda ion nitrat dan elektroda LiAcetat.
3.1.2 Bahan
Bahan yan digunakan dalam percobaan ini antara lain akuades, larutan
standar NaNO3 dengan konsentrasi ion NO3- sebesar 1000 ppm, air sungai dan
larutan buffer yang terbuat dari 2 molar (NH4)2SO4.

3.2 Diagram Alir


3.2.1 Pengukuran Konentrasi Ion Nitrat dalam sampel

Larutan standar 1000 ppm Sampel air sungai

- dibuat variasi larutan standar 1000, 100, 10, dan


1 ppm
- diukur potensialnya dengan logger lite

Nilai mV setiap konsentrasi dan sampel

- dibuat kurva kalibrasi - ditambah larutan ISAB (buffer)


- ditentukan konsentrasi - diukur potensial

Nilai mV setelah ditambah buffer


Konsentrasi ion Nitrat

3.2.1 Pengukuran Konsentrasi Ion Nitrat dengan Teknik Penambahan Standar


Sampel

-ditambah ISISA

-diukur potensial

mV 1 Campuran

-ditambah standar 0.1 M


-diukur potensial
mV 2 Campuran

-diukur konsentrasi

Konsentrasi Nitrat

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pengukuran Konsentrasi Ion Nitrat dalam sampel
Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan cara membuat larutan standar
dengan konsentrasi 100, 10, dan 1 ppm sebanyak 100 mL dari larutan induk
NaNO3 dengan konsentrasi ion NO3- sebesar 1000 ppm. Prosedur selanjutnya
yaitu menyiapkan sampel. Sampel diambil 50 mL ditambah 1 mL larutan buffer.
Pengukuran sampel dilakukan dengan mengukur tegangan setiap konsentrasi
sampel. Elektroda dicuci dan dikeringkan ketika hendak digunakan pada tiap
sampel. Pembacaan tegangan dilakukan dengan merendam elektroda dalam
sampel sampai mencapai nilai stabil.
3.2.2 Pengukuran Konsentrasi Ion Nitrat dengan Teknik Penambahan Standar
Prosedur percobaan dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 20 mL
kemudian ditambah 20 mL ISISA, dan diukur tegangannya. Sampel kemudian
ditambah 2 mL larutan standar 0.1 M dan kembali diukur tegangannya. Prosedur
diulangi dengan penambahan standar yang kedua untuk memverifikasi kemiringan
dan pengoperasian metode.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Jenis Pereaksi Konsentrasi
1. Konsentrasi sampel tanpa buffer 2,57 x 10-10 ppm
2. Konsentrasi sampel dengan buffer 14,79 ppm

3. Penentuan konsentrasi analit dengan teknik 9,52 x 10-131 M


penambahan standar

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yang dilakukan adalah elektroda selektif ion nitrat.
Elektroda selektif ion atau bisa disingkat menjadi ISE merupakan membran
elektroda yang bertugas untuk merespon selektif ion dalam larutan. Elektroda
selektif nitrat adalah perangkat potensiometri yang digunakan untuk penentuan
cepat ion nitrat bebas dalam air, emulsi makanan dan sampel tanaman. Tujuan dari
percobaan kali ini adalah mempelajari teknik potensiometri langsung dalam
pengukuran konsentrasi analit dan teknik penambahan standar serta mengukur
konsentrasi nitrat dalam larutan sampel dengan menggunakan elektroda ion
selektif nitrata. Metode potensiometri didasarkan pada pengukuran beda potensial
yang terjadi antara sepasang elektroda dalam larutan, elektroda pembanding dan
elektroda indikator ion tertentu (Ismono, 1980).
Percobaan kali ini dilakukan dengan mengukur potensial dari larutan
standar NaNO3 dan sampel air sungai sehingga bisa diketahui konsentrasi sampel
dengan bantuan kurva kalibrasi. Larutan standar yang digunakan memiliki
konsentrasi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm. Larutan standar konsentrasi
100 ppm dan 10 ppm dibuat dari larutan standar 1000 ppm. Larutan standar 1 ppm
diperoleh dari pengenceran larutan standart 1. Variasi konsentrasi dibuat dengan
tujuan lain yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap potensial yang
dihasilkan. Larutan standar yang telah dibuat kemudian diukur potensialnya
dengan elektroda ion selektif. Potensial pada elektroda ion selektif akan muncul
pada aplikasi logger lite pada PC yang terhubung dengan elektroda ion selektif.
Elektroda pada ion selektif ada 2, yaitu elektroda selektif spesifik untuk ion nitrat
dan elektroda referensi untuk Li-acetat.
Percobaan dilakukan dalam tiga tahapan yaitu pengukuran konsentrasi
tanpa penambahan buffer, pengukuran konsentrasi dengan ditambahkan buffer dan
penentuan konsentrasi analit dengan teknik penambahan standar. Pengukuran
dilakukan dua kali yaitu sebelum dan setelah ditambahkan larutan buffer
(NH4)2SO4 2 M sebanyak 50 ml. Larutan buffer (NH 4)2SO4 berfungsi untuk
mengatur kekuatan ionik dan memastikan bahwa larutan yang akan diukur nilai
potensialnya adalah ion nitrat. Larutan diaduk terlebih dahulu menggunakan
batang pengaduk sebelum diukur, hal ini bertujuan agar larutan menjadi homogen.
Elektroda kemudian dicelupkan dalam larutan standar dan sampel dimulai dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak
mempengaruhi pengukuran pada konsentrasi selanjutnya. Sebaliknya, pengukuran
yang dilakukan dari konsentrasi tinggi kemungkinan akan mempengaruhi nilai
potensial pada larutan konsentrasi rendah karena adanya kontaminasi dari larutan
berkonsentrasi tinggi.
Nilai potensial yang diperoleh dari setiap konsentrasi kemudian di plotkan
antara log konsentrasi (ppm) vs potensial (mV). Kurva kalibrasi yang diperoleh
adalah kurva kalibrasi Nitrat. Kurva kalibrasi ini nantinya akan digunakan untuk
menentukan konsentrasi ion nitrat dari sampel air sungai. Kurva kalibrasi yang
didapat dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar sebelum Penambahan Buffer Log
[C] vs Potensial
Grafik atas menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi dengan potensial adalah
berbanding lurus atu linier. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi larutan
konsentrasi maka akan semakin tinggi nilai potensialnya. Hal ini karena apabila
semakin tinggi konsentrasi maka akan banyak ion-ion bebas yang berinteraksi
dengan permukaan membran elektroda kerja. Hasil yang didapatkan sesuai
dengan hukum nerst E= Ea + 2,3 RT/nF log A ion. Nilai potensial yang diperoleh
bernilai negatif karena yang diukur adalah anion nitrat. Anion nitrat memiliki
muatan negatif, sehingga nilai potensial yang diperoleh juga negatif. Kurva
kalibrasi yang dihasilkan pada saat sebelum ditambah larutan buffer adalah y =
-8.46x – 463.11 dan R² = 0.8623. Persamaan garis yang yang dihasilkan adalah
y=mx+c, dimana m adalah gradien yang menunjukkan sensitifitas dan c adalah
interseptnya. Kurva kalibrasi yang dihasilkan dari larutan standar ini berfungsi
untuk menentukan konsentrasi ion nitrat dalam sampel air sungai melalui
persamaan garisnya yang akan menghasilkan nilai x. X adalah log konsentrasi dan
untuk mendapatkan konsentrasi maka dibuat anti log. Nilai y adalah nilai
potensial dari pengukuran sampel air sungai. Hasil konsentrasi sample tanpa
buffer diperoleh sebesar 2,57 x 10-10 ppm.
Larutan yang telah diukur potensialnya kemudian ditambah dengan larutan
buffer (NH4)2SO4. Larutan buffer bertindak sebagai ISAB atau penyangga
penyesuaian kekuatan ion fungsinya meningkatkan kekuatan ion dari suatu larutan
ke larutan yang lebih tinggi konsentrasinya. Penambahan buffer ini juga dilakukan
untuk kesalahan signifikan yang timbul karena perbedaan aktivitas analit dalam
larutan encer dan sampel terkonsentrasi. Larutan yang telah ditambah dengan
buffer kemudian diukur beda potensialnya seperti pada perlakuan sebelumnya.
Kurva kalibrasi yang didapat dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar setelah Penambahan Buffer Log [C]
vs Potensial
Grafik atas menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi dengan potensial adalah
berbanding lurus atu linier. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi larutan
konsentrasi maka akan semakin tinggi nilai potensialnya. Hal ini karena apabila
semakin tinggi konsentrasi maka akan banyak ion-ion bebas yang berinteraksi
dengan permukaan membran elektroda kerja. Kurva kalibrasi yang dihasilkan
pada saat setelah ditambah larutan buffer adalah y = -89.285x - 175.59 dan R² =
0.8296. Hasil konsentrasi sample dengan buffer diperoleh sebesar 14,79 ppm.
Percobaan yang terakhir yakni mengetahui pengukuran konsentrasi nitrat
dalam larutan sampel menggunakan elektrode ion selektif nitrat. Pengukuran
dilkukan dengan teknik penambahan standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Larutan standar 0,1 M dibuat dengan cara mengencerkan larutan larutan standar 1
ppm dengan akuades dalam labu ukur 100 ml. larutan standar 0,1 M ditambahkan
dalam larutan sampel air sungai dan larutan buffer kemudian diukur potesialnya.
Hasil perhitungan konsentrasi nitrat dalam larutan sampel air sunga yang
diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 9,52 x 10-131M.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan kali ini adalah :
1. Pengukuran konsentrasi analit dapat dilakukan dengan teknik potensiometri
langsung menggunakan ion selektif elektroda yang menghasilkan respon
berupa beda potensial dari analit yang diukur. Teknik potensiometri langsung
dapat dilakukan dengan mengukur analit dalam sampel secara langsung
menggunakan sensor potensial yang terhubung dengan aplikasi logger lite,
untuk membaca data yang diperoleh.
2. Konsentrasi ion nitrat dalam sampel air sungai dapat diukur dengan metode
elektrode ion selektif nitrat. Perhitungan dapat dilakukan dengan bantuan
kurva kalibrasi. Konsentrasi ion nitrat pada sampel dapat dihitung
menggunakan persamaan yang telah didapat dari kurva kalibrasi yakni
sebesar 9,52 x 10-131M

5.2 Saran
Saran dari percobaan yang dilakukan kali ini yaitu praktikan harus
memahami setiap langkah percobaan. Praktikan harus bisa bekerja sama dalam
tim. Praktikan harus bisa lebih cekatan dalam praktikum. Selain itu praktikan
harus berhati-hati dalam penggunaan alat.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, Inzar. 2008. Aplikasi Labview Pada Sistem Akuisisi Data Berbasis
Mikrokontroler. Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan.
Brince, H. 2012. Physical Chemistry of Organic Solvent System. England:
Sptinger.
Christian. 1999. Analitical Chemistry. Canada: University of Washington.
Day, R. A. dan Underwood, A.L.1986. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta:
Erlangga.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
Citra Aditya Bakti.
Frant. 1994. Physical Chemistry. New Delhi: Krishana Prakashan media (p) Lsd.
Gandjar, G. H. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismono. 1980. Cara-cara Optik dalam Analisa Kimia. Bandung: ITB.
Orion. 1997. Analitical Chemistry. England: McGraw-Hill Production.
Purwadi. 2000. Jurnal Penelitian: Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar
Nuklir dan Daur Ulang. Jakarta: BAFAN.
Sciencelab. 2018. Material Safety data Sheet of Akuades. [serial online].
https://www.sciencelab.com/msds/php?msdsId=9927321. [1 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety data Sheet of Sodium Nitrat. [serial online].
https://www.sciencelab.com/msds/php?msdsId=9927271. [1 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety data Sheet of Sodium Sulfat. [serial online].
https://www.sciencelab.com/msds/php?msdsId=9927278. [1 November
2018].
Soemarwoto. 2003. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

LAMPIRAN

 Pengenceran larutan standart dari larutan induk 1000ppm NaNO3


100 ppm 
M1V1 = M2V2
1000 ppm. V1 = 100ppm. 100 mL
V1 = 10 mL
10 ppm 
M1V1 = M2V2
1000 ppm. V1 = 10ppm. 100 mL
V1 = 1 mL
1 ppm 
M1V1 = M2V2
100 ppm. V1 = 1ppm. 100 mL
V1 = 1 mL
 Pembuatan larutan NO3 0,1 M

1 ppm =

1M =

Mol =

1 ppm =

1 ppm =

Maka:
M1V1 = M2V2
16,13 M. V1 = 0,1 M. 100 mL
V1 = 0,613 mL

1. Konsentrasi sampel tanpa buffer


y = -8,46 x – 463,11
-382 = -8,46 x – 463,11
-382 + 463,11 = -8,46 x
81,11 = -8,46x
-9,59 = x = log c
Log c = -9,59
c = 2,57 x 10-10 ppm
2. Konsentrasi sampel + buffer

y = -89,285 x – 173,59
-278,05 = -89,285 x – 173,59
-278,05 + 173,59 = -89,285 x
-104,46 = -89,285 x
1,17 = x = log c
Log c = 1,17
c = 14,79 ppm

3. Penentuan konsentrasi analit dengan teknik penambahan standar


Csampel = (

Vt = Vsampel + Vstandar + Vbuffer


= 50 mL + 5 mL + 50 mL
= 105 mL
Vs = Vsampel +Vbuffer
= 50 mL + 50 mL
= 100 mL

= E sesudah penambahan buffer – E sebelum penambahan buffer

= -278,05 mV – (-382) mV
= 103,95 mV
S = 0,8296 = Slope

= -0,0473 M
1M = 35,500 ppm

Anda mungkin juga menyukai