Anda di halaman 1dari 56

KIMIA ANALITIK KUANTITATIF

VOLUMETRI
OLEH :

SUSILOWATI ANDARI,S.Si.,M.Kes.,APT

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)


AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO

2018
VOLUMETRI
Penulis :
Hak Cipta © SUSILOWATI ANDARI,S.Si.,M.Kes.,,APT

ISBN : 978-602-5774-17-1

Layout : Team Nata Karya


Desain Sampul: Team Nata Karya

Hak Terbit © 2018, Penerbit : CV. Nata Karya


Jl. Pramuka 139 Ponorogo
Telp. 085232813769

Email :
penerbitnatakarya@gmail.com

Cetakan Pertama, 2018


Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
55 halaman, 14,5 x 21 cm

Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotocopi, atau


memperbanyak dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun
keseluruhan isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa izin
tertulis dari penerbit .

ii
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr Wb.

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT dengan


Rahmat dan HidayahNYA, buku Kimia Analitik Kuantitatif
Volumetri ini bisa diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurah ke junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari kegelapan ke jalan terang.
Buku Kimia Analitik Kuantitatif metode Volumetri ini
membahas tentang analisis volumetri meliputi: tehnik
pelaksanaan, persyaratan, klasifikasi, larutan dan pembuatan
larutan, peralatan dasar dalam volumetri serta cara-cara
perhitungannya. Macam-macam metode analisis volumetri akan
dibahas pada buku edisi berikutnya. Insyaa Allah.
Buku ini masih jauh dari sempurna akan diperbaiki dengan
berjalannya waktu.
Semoga buku yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi
pembaca. Aamiiin YRA
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

iii
DAFTAR ISI

Hal
ISTILAH-ISTILAH 1

ANALISIS VOLUMETRI 3
Tehnik Pelaksanaan Volumetri 3
Persyaratan Reaksi pada Analisis Volumetri 4

KLASIFIKASI VOLUMETRI 6

LARUTAN BAKU (LARUTAN STANDAR) 9


Larutan Baku Primer 9
Larutan Baku Sekunder 10
Standarisasi (pembakuan) 11

PERALATAN DASAR ANALISIS VOLUMETRI 12


Alat timbang 12
Alat ukur 14

SATUAN KADAR 20
Molalitas (m) 20
Molaritas (M) 20
Normalitas (N) 21
Persen 22
Contoh Soal 22

PERHITUNGAN 26
Cara menyatakan Hasil 27

SOAL SOAL LATIHAN 34

iv
PEMBUATAN LARUTAN BAKU PRIMER 36
PEMBUATAN LARUTAN BAKU SKUNDER 39
PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR 44
DAFTAR KADAR LARUTAN PEKAT 47
DAFTAR HARGA Q 48
SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR KIMIA 49
PUSTAKA 50

v
ISTILAH-ISTILAH

Untuk mempermudah dalam pembahasan tentang analisis


volumetri, perlu dipahami beberapa istilah dibawah ini :

Titrat : zat uji, zat yang akan dianalisis/dicari


kadarnya
Titran (titrator) : larutan baku yang digunakan untuk
menitrasi larutan uji (titrat)
Titrasi : proses mereaksikan antara titrat dengan
titran secara tetes per tetes hingga
tercapai titik ekivalen
Titik ekivalen : titik saat titrat habis bereaksi dengan
titran
Titik akhir : saat titrasi harus dihentikan karena
titrasi adanya perubahan warna pada proses
titrasi
Indikator : bahan yang digunakan/ ditambahkan pada
proses titrasi untuk menunjukkan adanya
titik ekivalen/ titik akhir titrasi
Trayek pH : Daerah transisi perubahan warna
indikator indikator meliputi lebih kurang dua satuan
pH
Warna asam : Warna indikator pada pH dibawah trayek
indikator pH
Warna basa : Warna indikator pada pH diatas trayek pH
indikator
Kesalahan : selisih antara titik ekivalen dengan titik
titrasi akhir titrasi, tidak lebih dari 0.10%
Larutan baku : larutan yang telah diketahui kadarnya
secara tepat
Titrasi langsung : titrasi dengan cara larutan baku
direaksikan secara langsung dengan zat uji
Titrasi tidak : titrasi dilakukan dengan mereaksikan zat

Volumetri 1
langsung uji dengan titran pertama secara berlebih.
Sisa titran pertama yang tidak bereaksi
dengan zat uji dititrasi dengan titran
kedua
Titrasi blanko : titrasi yang dilakukan dengan prosedur
yang sama seperti titrasi sesungguhnya
namun tidak mengandung zat uji.
Bobot ekivalen : banyaknya mol zat uji yang setara dengan
1 mol titran

Volumetri 2
ANALISIS VOLUMETRI

Analisis Volumetri adalah metode analisis kuantitatif


konvensional yang didasarkan pada pengukuran volume larutan
baku (titran) yang diperlukan untuk bereaksi ekivalen dengan zat
uji (titrat) dalam analisis secara titrasi. Titrasi adalah proses
penambahan titer (larutan baku) kepada larutan uji (titrat) secara
tetes pertetes untuk bereaksi secara kuantitatif hingga suatu titik
ekivalen tercapai. Maka dari itu analisis volumetri disebut
juga sebagai titirimetri.

Tehnik pelaksanaan Volumetri


Larutan baku (titer, titran) ditempatkan pada buret
sedangkan larutan uji (titrat) ditempatkan dalam erlenmeyer.
Larutan baku dialirkan/ diteteskan ke dalam larutan uji sampai
titik ekivalen. Titik ekivalen ditandai dengan adanya perubahan
warna larutan dalam erlenmeyer, proses ini disebut titrasi.
Untuk melihat adanya perubahan, terkadang harus
ditambahkan suatu bahan pembantu yang disebut indikator.
Jika salah satu larutan baik titrat maupun titran berwarna,
maka titik ekivalen dapat diamati tanpa penambahan indikator.
Misal, titrasi asam oksalat (tidak berwarna) dengan larutan KMnO4
(ungu), maka titik ekivalen ditandai dengan perubahan yang
terjadi dari tidak berwarna menjadi ungu muda/pink. Demikian
juga untuk titrasi garam thiosulfat (tidak berwarna) dengan
larutan iodium (coklat kekuningan), maka titik ekivalen ditandai
dengan munculnya warna kuning muda dari iodium. Petunjuk
tercapainya titik ekivalen tanpa penambahan indikator disebut
auto indicator, artinya salah satu dari komponen titrasi (titrat atau

Volumetri 3
titran) sudah mampu menunjukkan adanya perubahan warna
pada titik ekivalen.
Jika kedua larutan tidak berwarna maka titik ekivalen tidak
teramati sehingga perlu penambahan indikator sebagai zat
pembantu dalam pengamatan titik ekivalen.
Sebenarnya mata kita tidak dapat mengamati titik ekivalen,
tetapi yang dapat diamati adalah titik akhir titrasi (TAT) yaitu titik
pada waktu titrasi dihentikan. Titik akhir titrasi harus terjadi
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Artinya,kesalahan titrasi
harus dijaga sekecil mungkin.
Contoh kasus kesalahan titrasi adalah : Titrasi larutan HCl
dengan larutan NaOH dengan indikator fenolftalein. HCl bereaksi
secara ekivalen dengan NaOH pada pH = 7, sementara indikator
fenolftalein baru berubah warna (titik akhir titrasi) pada pH 8.2
Maka disini penting untuk memilih indikator yang memiliki
trayek pH sedekat mungkin dengan titik ekivalen untuk
memperkecil kesalahan titrasi.

Persyaratan Reaksi pada Analisis Volumetri


Analisis volumetri hanya dapat dilakukan apabila reaksi
antara titran dan titrat memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Reaksi harus sederhana,
2. Reaksi kuantitatif dalam perbandingan kesetaraan
(stoikiometri),
3. Reaksi berlangsung sempurna (tidak terjadi reaksi samping)
4. Reaksi harus berlangsung cepat (jika perlu dipanasi atau diberi
katalisator)
5. Indikator yang digunakan harus dapat memberikan perubahan
warna yang jelas pada titik akhir titrasi

Volumetri 4
6. Jika tidak ada indikator yang mampu untuk menunjukkan
tercapainya titik ekivalen, maka proses ini harus dapat
dikerjakan secara elektrokimia atau fotometri
7. Larutan baku yang digunakan mudah didapat, sederhana
dalam penggunaan dan stabil.

Volumetri 5
KLASIFIKASI VOLUMETRI

Analisis Volumetri dapat diklasifikasikan menurut beberapa


cara :
1. Berdasarkan reaksi dasar yang terjadi :
a. Reaksi kombinasi ion (metatetik,pertukaran ion), yaitu
reaksi yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan
valensi
1) Titrasi Netralisasi
2) Titrasi pengendapan
3) Titrasi pembentukan senyawa kompleks
(Kompleksometri)
4) Titrasi pembentukan garam diazonium
b. Reaksi Redoks, yaitu reaksi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan valensi
1) Titrasi permanganometri
2) Titrasi iodimetri
3) Titrasi iodometri
4) Titrasi bromometri
5) Titrasi bromatometri
6) Titrasi kromatometri
7) Titrasi cerrimetri

2. Berdasar macam dari reaksi :


a. Titrasi netralisasi (asam – basa)
b. Titrasi Pengendapan
c. Titrasi pembentukan senyawa kompleks
(Kompleksometri)
d. Titrasi redoks

Volumetri 6
3. Berdasar larutan baku yang digunakan :
a. Asidimetri
b. Alkalimetri
c. Argentometri
d. Permanganometri
e. Iodimetri
f. Iodometri
g. Bromometri
h. Bromatometri
i. Kromatometri
j. Cerrimetri
k. Kompleksometri
l. Nitrimetri
4. Berdasar tehnik pelaksanaan :
a. Titrasi langsung
b. Titrasi tidak langsung/titrasi kembali
c. Titrasi bertingkat/bertahap
d. Titrasi blanko
5. Berdasar penentuan titik akhir titrasi :
a. Titrasi visual
b. Titrasi elektrometri
1) Titrasi Potensiometri
2) Titrasi Konduktometri
3) Titrasi Amperometri
c. Titrasi fotometri
6. Berdasar pelarut yang digunakan :
a. Titrasi dengan pelarut air
b. Titrasi dengan pelarut bukan air (Titrasi Bebas Air,TBA)
7. Berdasar konsentrasi zat uji :
a. Titrasi mikro

Volumetri 7
b. Titrasi semimikro
c. Titrasi makro

Volumetri 8
LARUTAN BAKU (LARUTAN STANDART)

Larutan Baku (larutan standart, larutan titer) adalah larutan


yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam analisis
volumetri, larutan baku dibagi menjadi dua, yaitu :

a. larutan baku primer


b. larutan baku sekunder

Larutan Baku Primer


Larutan Baku primer adalah larutan yang telah diketahui
kadarnya dengan tepat, dengan cara penimbangan dan
melarutkan dalam volume tertentu secara seksama. Pembuatan
larutan baku primer harus dilakukan secara teliti/kuantitatif, baik
pada penimbangan, pelarutan maupun pengenceran.
Larutan baku primer digunakan untuk pembakuan larutan
baku sekunder atau untuk titrasi zat uji.
Zat-zat baku primer adalah zat-zat yang digunakan untuk
membuat larutan baku primer.
Zat-zat baku primer harus memenuhi beberapa persyaratan
:
a. Zat harus mudah diperoleh, mempunyai derajat kemurnian
tinggi atau mudah dimurnikan dan stabil
b. Zat tidak boleh berubah oleh pengaruh udara selama
penimbangan, misal, higroskopis, mudah teroksidasi oleh
udara atau dipengaruhi oleh CO2
c. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji
kualitatif atau uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah zat
pengotor tak boleh lebih dari 0,01–0,02 %)
d. Zat sebaiknya mempunyai berat ekivalen tinggi, sehingga
kesalahan yang kecil dalam penimbangan dapat diabaikan.
Volumetri 9
(ketelitian dalam penimbangan biasanya 0,1 – 0,2 mg, untuk
ketelitian 1 bagian dalam 1000, perlu digunakan zat dengan
berat paling sedikit  0,2 g)
e. Zat mudah larut pada kondisi yang digunakan
f. Bereaksi stoikiometri dengan zat yang ditentukan.

Beberapa contoh zat baku primer


 Untuk membakukan larutan asam :
Na2CO3, Na2B4O7.10H2O
 Untuk membakukan larutan basa :
H2C2O4.2H2O
 Untuk membakukan larutan perak nitrat :
NaCl, KCl, KBr
 Untuk membakukan larutan reduktor :
K2C2O7, KBrO3, KIO3,
 Untuk membakukan larutan oksidator :
As2O3, Na2C2O4,

Larutan Baku Sekunder


Larutan baku sekunder adalah larutan yang diketahui
kadarnya setelah dilakukan standarisasi (pembakuan)
menggunakan larutan baku primer atau larutan baku sekunder
lain yang sudah dibakukan. Larutan baku sekunder diperlukan
untuk mentitrasi larutan sampel. Pada umumnya zat-zat baku
sekunder bersifat tidak stabil, higroskopis dan secara ekonomis
lebih murah daripada zat baku primer.

Beberapa contoh zat baku sekunder


 Titrasi asidimetri : HCl, H2SO4
 Titrasi alkalimetri : KOH, NaOH

Volumetri 10
 Titrasi Argentometri : AgNO3
 Titrasi Permanganometri : KMnO4
 Titrasi Iodimetri : I2
 Titrasi iodometri : Na2S2O3
 Titrasi Nitrimetri : NaNO2
 Titrasi Kompleksometri : Na2-EDTA

Standarisasi (pembakuan)
Titrasi Standarisasi (pembakuan) adalah titrasi yang
dilakukan untuk penetapan kadar larutan baku sekunder
menggunakan larutan baku primer atau larutan baku lain.
Contoh pembakuan : Pembakuan kalium permanganat
terhadap baku primer natrium oksalat berdasar prosedur dalam
Farmakope Indonesia Edisi 4 :
Timbang seksama lebih kurang 200 mg natrium oksalat P,
yang sebelumnya telah dikeringkan pada sushu 1100C
hingga bobot tetap, dan larutlkan dalam 250 ml air.
Tambahkan 7 ml asam sulfat P panaskan hingga suhu lebih
kurang 700C dan kemudian tambahkan perlahan-lahan
larutan kalium permanganat dari buret sambil diaduk
hingga terjadi warna merah muda pucat yang mantap
selama 15 detik. Suhu larutan selama titrasi tidak kurang
dari 600C.
1 ml kalium permanganat 0.1 N setara dengan 6.700 mg
natrium oksalat.

Volumetri 11
PERALATAN DASAR ANALISIS VOLUMETRI

Alat timbang
Alat timbang yang dibahas disini adalah alat timbang yang
digunakan di laboratorium untuk tujuan analisis volumetri.
Berdasar tingkat ketelitiannya, timbangan terdiri atas :

a. Timbangan Analitik/ timbangan halus


Timbangan ini memiliki ketelitian tinggi, yaitu 0,001 gram (1
mgram) bahkan 0,0001 gram ( 0.1 mgram). Kapasitas timbangan
ini adalah dari 1 mg sampai 210 gram Timbangan ini biasanya
dilengkapi dengan pelindung kaca untuk melindungi pengaruh
udara. Timbangan ini digunakan untuk menimbang secara
“seksama”, biasanya untuk pembuatan larutan baku primer atau
penimbangan sampel/zat uji. Jenis timbangan ada yang digital (
menggunakan catu daya listrik) dan manual ( berdasar sistem
pegas)

Gambar 1 : Timbangan halus

Volumetri 12
Persyaratan Timbangan
Alat timbang yang digunakan pada analisis volumetri, harus
memenuhi beberapa persyaratan :
 Akurat/teliti, artinya jika dipakai untuk menimbang suatu
benda yang sama secara berurutan harus memberikan hasil
yang sama
 Stabil, artinya setelah lengan/jarum terayun kekanan dan kekiri
harus kembali ke posisi semula, nol. Untuk timbangan digital,
maka angka tidak berubah-ubah serta selesai menimbang
kembali ke angka nol
 Peka, artinya pada muatan rata-rata dapat menunjukkan berat
sampai 0.1 mg. dengan kata lain, penambahan beban sedikit
saja, maka jarum/lengan timbangan akan berubah
b. Timbangan kasar/timbangan biasa
Timbangan ini memiliki kapasitas menimbang dari 25 mg
sampai 50 gram. Timbangan ini digunakan untuk penimbangan
bahan baku sekunder atau penimbangan yang tidak memerlukan
ketelitian tinggi.

Gambar 2 : timbangan kasar

Volumetri 13
Alat ukur
Alat ukur yang dibahas disini adalah alat ukur larutan yang
digunakan dalam analisis volumetri. Secara garis besar, alat ukur
dibagi menjadi :
a. Alat Ukur Kuantitatif
Alat ukur kuantitatif digunakan untuk pengukuran secara
teliti. Misal, pada pembuatan larutan baku primer, pengenceran
serta pemipetan zat uji. Alat ukur jenis ini tidak boleh dipanaskan
karena akan mempengaruhi volume yang telah dikaliberasi. Alat
ini perlu dilakukan kaliberasi secara berkala untuk menjaga
validitas alat ukur. Alat ukur kuantitatif meliputi :

Labu takar/labu ukur (Volumetric Flask)I

Gambar 3 : labu ukur

Labu ukur ini telah dikaliberasi dengan volume yang tepat


seperti tertera pada alat dengan suhu tertentu. Alat ini digunakan
untuk pengenceran secara tepat dan pada pembuatan larutan
baku primer. Pada umumnya berbentuk seperti buah peer dengan
leher panjang dan sempit serta tertera garis tanda (garis etsa)
sebagai batas volume larutan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada penggunaan labu takar :
 Tidak dipanaskan meski terbuat dari pyrek
 Tidak untuk menyimpan larutan basa dengan sumbat kaca

Volumetri 14
 Volume akhir tidak boleh diadjust (disesuaikan) sebelum
semua bahan padat larut

Pipet Volume

Gambar 4 : Pipet Volume

Pipet volume ini digunakan untuk mengambil atau


memindahkan volume tertentu larutan secara tepat. Alat ini
dikaliberasi dengan volume yang tertera pada alat dengan suhu
tertentu. Bentuknya ramping pada bagian tengah berbentuk agak
membesar, sehingga disebut juga sabagai pipet gondok. Alat ini
hanya untuk satu ukuran volume dengan batas larutan sesuai
dengan tanda garis yang tertera pada leher yang sempit.

Volumetri 15
Pipet Ukur

Gambar 5 : Pipet Ukur

Pipet ini memiliki fungsi yang sama dengan pipet volume,


hanya berbeda pada ukuran. Pada alat ini tertera beberapa garis
skala sehingga alat ini lebih fleksibel dalam pemilihan volume
larutan yang diinginkan.
Pipet ini ada yang berskala makro dengan ketelitian 2 digit
dibelakang koma juga ada skala mikro dengan 3 digit di belakang
koma pada pembacaannya.

Buret

Gambar 6 : Buret

Volumetri 16
Alat ukur ini memiliki bentuk silinder dengan garis skala dan
sumbat kran pada ujung bawah. Alat ini digunakan pada proses
titrasi atau untuk pengukuran sejumlah volume besar sesuai
dengan kebutuhan yang memerlukan ketelitian tinggi.

Berdasar ukuran, buret terdiri atas:


 Buret makro, dengan kapasitas 50 ml dan skala terkecil
terbaca hingga 0.10 ml
 Buret semimikro, dengan kapasitas 25 ml dan skala terkecil
terbaca hingga 0.050 ml
 Buret mikro, dengan kapasitas 10 ml dan skala terkecil
terbaca hingga 0.020 ml
Berdasar penggunaannya, buret terbagi atas :
 Buret asam (keran kaca),digunakan untuk larutan yang
bersifat asam, netral dan pengoksid
 Buret basa , memiliki ujung keran karet dengan bola kaca
yang berfungsi mirip keran. Digunakan untuk larutan yang
bersifat basa
 Buret amber (coklat), digunakan untuk larutan yang peka
terhadap cahaya, seperti perak nitrat, kalium permanganat
atau iodium.
 Buret universal, digunakan untuk semua jenis larutan
dengan keran terbuat dari Teflon.

b. Alat ukur biasa


Yang dimaksud disini adalah alat ukur yang memiliki
ketelitian rendah. Hasil pengukuran alat ini tidak digunakan dalam
perhitungan analisis volumetri. Alat ukur yang termasuk jenis ini
adalah : gelas beaker, Erlenmeyer dan gelas ukur.

Volumetri 17
Gelas Beaker /gelas piala

Gambar 7 : Gelas Beaker

Alat ini berbentuk silinder dilengkapi dengan mulut tuang


dan berskala, terdapat dalam berbagai ukuran dari 10 ml bahkan
sampai 5 liter.
Penggunaan alat ini adalah untuk :pengukuran volume yang
tidak membutuhkan ketelitian tinggi, sebagai wadah/menyimpan
dan membuat larutan, pencampuran bahan, serta untuk proses
pemanasan (khusus yang terbuat dari borosilikat).

Erlenmeyer

Gambar 8 : Erlenmeyer

Alat ini terbuat dari gelas pyrek berbentuk kerucut dengan


mulut kecil atau lebar , berskala, tersedia dalam berbagai ukuran
mulai dari 5 ml bahkan sampai 2 liter, biasa digunakan untuk

Volumetri 18
menyimpan, memanaskan atau mencampur senyawa kimia. Alat
ini sering digunakan untuk proses titrasi dan filtrasi (penyaringan).

Gelas ukur

Gambar 9 : Gelas Ukur


Gelas ini berbentuk silinder dilengkapi mulut tuang dan
berskala serta berkaki. Alat ini lebih ramping dibanding gelas
beaker. Fungsi utama alat ini adalah mengukur volume cairan
sesuai kebutuhan. Meskipun bukan alat ukur dengan ketelitian
tinggi, sebaiknya tidak digunakan untuk pemanasan. Terdapat
dalam berbagai ukuran mulai dari 10 ml bahkan sampai 250 ml.

Volumetri 19
SATUAN KADAR

Kadar adalah perbandingan antara suatu zat terhadap


campurannya. Satuan kadar adalah satuan yang digunakan untuk
menyatakan perbandingan suatu zat terhadap campurannya.
Satuan kadar yang digunakan dalam analisis volumetri, antara lain
: molalitas, molaritas, normalitas, persen.

Molalitas (m)
Molalitas menyatakan perbandingan jumlah gram molekul
(mol) zat yang dilarutkan dalam 1 kg pelarut.

m = mol zat terlarut x

Molaritas (M)
Molaritas menyatakan perbandingan jumlah gram molekul
(mol) zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume 1 liter

M=

M = Molaritas
BM = Berat Molekull
V = Volume (liter)

Volumetri 20
Normalitas (N)
Normalitas menyatakan perbandingan jumlah bobot
ekivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume 1 liter

N=nxM
N = Normalitas
n = ekivalen

Mol – ekivalen
Mol ekivalen pada reaksi yang berbeda memiliki nilai yang
berbeda. Mol ekivalen pada reaksi asam basa adalah jumlah mol
H+ atau OH- yang diperlukan untuk menetralisir basa atau asam.
Contoh :
1 mol H2SO4 akan dinetralkan oleh2 mol OH-
1 mol H2SO4 setara dengan 2 mol-ekivalen
H2SO4 1 M = H2SO4 2 N

Sedangkan definisi mol ekivalen pada reaksi redoks adalah


jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau
mereduksi suatu unsur.
Contoh :
1 mol Fe2+ membutuhkan 2 mol elektron untuk mereduksi
menjadi Fe

Volumetri 21
1 mol Fe2+ setara dengan 2 mol ekivalen
Fe2+ 1 M = Fe2+ 2 N

Persen
Ada beberapa satuan kadar dalam persen :
 Persen bobot per bobot (b/b) : menyatakan perbandingan
jumlah gram zat dalam 100 gram larutan atau campuran.
Satuan ini digunakan untuk menyatakan kadar campuran padat
atau setengah padat
 Persen bobot per volume (b/v) : menyatakan perbandingan
jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat
digunakan aquadest atau pelarut lain
Satuan ini digunakan untuk menyatakan kadar larutan,
suspensi serta campuran gas dalam cairan
 Persen volume per volume (v/v) : menyatakan perbandingan
jumlah ml zat dalam 100 ml larutan
Satuan ini digunakan untuk menyatakan kadar suatu campuran
cairan dalam cairan

Contoh Soal:
 2 gram NaOH (BM = 40) dilarutkan dalam 250 gram air.
Berapakah molalitas larutan?
Jawab :

= 0.20
 3 gram gula sederhana (C6H12O6 ,BM = 180 ) dilarutkan
kedalam 500 gram air. Berapakah molalitas larutan?
Jawab :

Volumetri 22
m = 0.03
 Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (BM=98) dalam 250 ml
larutan)
Jawab :

M = 0.4 M
 Hitung berapa gram Natrium Hidroksida yang diperlukan untuk
membuat larutan dengan kadar 0.1 M sebanyak 100 ml
Jawab :
M = mol/Liter
=

Gram =

=
= 0.4 gram = 400 mg
Jadi natrium hidroksida yang harus ditimbang adalah 400 mg
 Hitung berapa gram Natrium Hidroksida yang diperlukan untuk
membuat larutan dengan kadar 0.1 N sebanyak 100 ml
Jawab :
N = grek/Liter
=

Gram = =

Volumetri 23
= 0.4 gram = 400 mg
Jadi natrium hidroksida yang harus ditimbang adalah 400 mg
 Bedak gatal mengandung asam salisilat 2%, berarti dalam 100
gram bedak mengandung 2 gram asam salisilat dan bahan lain
98 gram
 Larutan gula 70 % , berarti tiap 100 ml larutan mengandung
gula sebanyak 70 gram
 Alkohol 70 %, berarti tiap 100 ml larutan mengandung alkohol
70 ml
 Suatu larutan terdiri dari 40 gram natrium hidroksida ( BM = 40
) dalam air, sebanyak 100 ml. Berapah Molaritas, Normalitas
dan persen b/v dari larutan tersebut?
Jawab :
Mol NaOH = gram/BM
= 40/40
= 1 mol
Molaritas = mol/ liter larutan
= (gram : BM) /( ml:1000)
= gram/BM x 1000/ml
= 40/40 x 1000/100
= 10 M
Normalitas = mol ekivalen/liter larutan
= mol ekivalen/ml/1000
= (1 x 1) x 1000/100
= 10 N
% b/v = jumlah gram/100 ml
= 40 %

Volumetri 24
Sebanyak 5.8 gram NaCl dilarutkan kedalam 100 gram air.
Jika berat jenis air adalah 1 g/ml, massa atom relatif Na =23, Cl
= 35. Berapakah molalitas, Molaritas dan Normalitas larutan ?
Jawab :
Berat Molekul (BM) NaCl = 23 + 35 = 58 g/mol
Mol NaCl = 5.8/58 mol = 0.1 mol
Volume air = berat/berat jenis = 100/1 = 100 ml
Jika volume larutan = volume air, maka :
Molalitas NaCl = mol x 1000/gram pelarut
= 0.1 x 1000/100
= 1 molal
Molaritas NaCl = mol x 1000/ml
= 0.1 x 1000/100
=1M
Normalitas NaCl = n x M
=1x1=1N
 Berapakah volume peroksida yang diperlukan untuk membuat
larutan dengan kadar 3% sebanyak 100 ml. Diketahui kadar
peroksida yang tersedia dengan kadar 30%
Jawab :
Untuk menghitung pengenceran, gunakan rumus : K1 V1
= K2 V2
K1 = kadar larutan pertama
V1 = volume larutan pertama
K2 = kadar larutan kedua (larutan baru)
V2 = volume larutan kedua (larutan baru)
K1 V1 = K2 V2
30. V1 = 3. 100
V1 = 300/30 = 10 ml

Volumetri 25
Maka diperlukan 10 ml larutan peroksida 30 % untuk
diencerkan hingga volume 100 ml untuk mendapatkan
kadar 3%

Volumetri 26
PERHITUNGAN

Perhitungan pada analisis volumetri didasarkan pada


keadaan titik akhir titrasi, atau lebih tepatnya titik ekivalen. Pada
umumnya satuan kadar yang digunakan pada analisis volumetri
adalah Normalitas, kecuali pada metode kompleksometri dan
nitrimetri menggunakan satuan kadar Molaritas.
Apabila satuan kadar yang digunakan Normalitas, maka
perhitungannya disesuaikan tehnik titrasi :

1. Titrasi Langsung
a. Tanpa blanko
mgrek zat uji = mgrek titran
b. Dengan blanko
mgrek zat uji = mgrek titran untuk zat uji – mgrek titran
untuk blanko

2. Titrasi Kembali/Titrasi Tidak Langsung


a. Tanpa blanko
mgrek zat uji = mgrek titran I – mgrek titran II
b. Dengan blanko
mgrek zat uji = mgrek titran untuk blanko – mgrek titran
untuk zat uji
= mgrek titran untuk blanko – (mgrek titran
I – mgrek titran II)

Cara menyatakan Hasil


Untuk menyatakan kesimpulan hasil analisis kuantitatif, ada
beberapa langkah yang harus diperhatikan. Langkah pertama,
analisis adanya data pencilan/data menyimpang. Langkah

Volumetri 27
berikutnya diambil rata-rata dengan menyertakan besar
penyebaran data (standart deviasi)

 Data Pencilan
Dalam satu seri pengukuran kadar suatu zat uji, seringkali
terdapat data menyimpang jika dibandingkan data yang lain, yang
disebut sebagai data pencilan/data yang dicurigai (outlier).
Untuk mengetahui data tersebut bisa diterima atau ditolak
dalam perhitungan, maka perlu dilakukan analisis statistik.

Misal, pada pengukuran kadar natrium karbonat didapat seri data


:

85.15%; 85.23%; 85.20%; 86.23%; 85.27%;

Jika diperhatikan, data 86.23% adalah paling besar menyimpang


terhadap data lain, maka data tersebut perlu dicurigai dan
dianalisis untuk mengambil keputusan data tersebut diterima atau
ditolak.

Langkah-langkah penyelesaian :
a. Cara pertama,
1. Tentukan data paling menyimpang/data pencilan (86.23%)
2. Tentukan rata-rata hasil dari data selain data pencilan
= (85.15 + 85.20 + 85.23 + 85.27)/4
= 85.21

Volumetri 28
3. Tentukan deviasi data
X d = [x- ] drat-rata
85.15 0.06
85.20 0.01
85.21 0.04
85.23 0.02
85.27 0.06
4. Tentukan deviasi data pencilan terhadap rata-rata hasil
d = 86.23 – 85.21
=1.02
5. Buat keputusan dengan ketentuan jika deviasi data pencilan
lebih besar dari 2.5 deviasi rata-rata, maka data pencilan
ditolak
2.5 x drat-rata =2.5 x 0.04 = 0.1
deviasi data pencilan > 2.5 drat-rata
maka data pencilan ditolak

b. Cara kedua,
Uji Dixon, digunakan untuk jumlah sampel kurang dari 30.
Uji ini memiliki rumus (formula) yang berbeda untuk jumlah
sampel yang berbeda. Uji ini juga disebut uji Q. prinsip pengujian
ini adalah dengan menentukan Qhitung terbesar dan terkecil
kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada Q.tabel.. Apabila
Qhitung lebih kecil dari Qtabel, maka data diterima. Sebaliknya,
apabila Qhitung lebih besar dari Qtabel, maka data ditolak .

Volumetri 29
Perhitungan Qhitung

Jumlah
Qterendah Qtertinggi
Sampel(N)

3-7

8-10

11-13

14-29

Langkah-langkah pengerjaan :
1. Urutkan data dari terkecil sampai yang terbesar
85.15%; 85.20%; 85.23%; 85.27%; 86.23%
2. Hitung harga Qhitung terkecil dan Qhitung terbesar dengan rumus
:
Jika X1 = data terkecil
XN = data terbesar
XN-1 = satu data dibawah data terbesar

Volumetri 30
Qhitung terkecil

=
= 0.05

Qhitung terbesar =

=
= 0.89
3. Data bisa digunakan/diterima jika Qhitung lebih kecil dari Qtabel
4. Data tidak bisa digunakan/ditolak jika Qhitung lebih besar dari
Qtabel
5. Berdasar Qtabel (lampiran) maka ,
Data terkecil dengan nilai Qhitung =.0.05 < Qtabel 90% (0.64) bisa
diterima
Data terbesar dengan nilai Qhitung =.0.89 > Qtabel 90% (0.64) bisa
ditolak

 Rata-rata ( Mean, )
Nilai rata-rata didapat dengan membagi jumlah data
dengan banyaknya data. Nilai ini menggambarkan ukuran
pemusatan data

= rata-rata
X1 = data ke-1 dan seterusnya
XN = data ke N
N = banyaknya data
Volumetri 31
Dari hasil analisis data pencilan bahwa data terbesar
ditolak,maka rata-rata hasil analisis adalah

=
= 340.78/4
= 85.19 %

 Standart Deviasi ( Simpangan Baku,s )


Nilai ini menggambarkan penyebaran data hasil analisis
serta seberapa dekat titik data individu ke rata-rata nilai hasil
analisis.
Cara menentukan simpangan baku, langkah pertama yang
harus dihitung adalah rata-rata data. Langkah berikutnya,
menentukan penyimpangan setiap titik data dari rata-rata.
Simpangan setiap titik data dikuadratkan dan dicari
penyimpangan kuadrat individu rata-rata. Nilai yang didapat
disebut Varian (s2). Nilai simpangan baku (s) adalah akar kuadrat
dari nilai varian.
Menghitung nilai varians dengan rumus :

= varians
= jumlah total data
=jumlah total dari data yang dikuadratkan
n = jumlah data

Volumetri 32
Untuk memudahkan menentukan simpangan baku, ikuti
langkah berikut :

Langkah pertama, susun tabel :


I Xi Xi2
1 85.15 7250.5225
2 85.20 7259.0400
3 85.23 7264.1529
4 85.27 7270.9729
∑ 340.85 29044.6883

s2 =

= 0.0025
s= = 0.05

maka simpangan baku dari data diatas adalah 0.05


Kesimpulan hasil analisis pada contoh soal diatas adalah
85.19% 0.05

Volumetri 33
SOAL SOAL LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan istilah berikut ini :


a. Titrasi
b. Titran
c. Titrat
d. Indikator
e. Titik ekivaen
f. Titik akhir titasi
g. Kesalahan titrasi
2. Bagaimana persyaratan reaksi antara titran dan titrat pada
metode volumetri?
3. Sebutkan klasifikasi metode volumetri berdasar macam
reaksi yang terjadi antara titran dan titrat!
4. Sebutkan klasifikasi metode volumetri berdasar larutan baku
yang digunakan !
5. Apakah yang dimaksud dengan larutan baku primer?
6. Apakah yang dimaksud dengan zat baku primer ?
7. Berikan contoh zat baku primer !
8. Apakah yang dimaksud dengan larutan baku sekunder ?
9. Berikan contoh zat baku sekunder !
10. Apakah yang dimaksud dengan pembakuan ?
11. Berikan contoh alat utama dan penggunaannya yang
diperlukan pada analisis volumetri!
12. Sebutkan alat yang terbuat dari gelas pada analisis volumetri
yang tidak boleh dipanaskan!
13. Apakah yang dimaksud dengan satuan kadar berikut?
a. Molalitas
b. Normalitas
c. Molaritas
d. Persen
14. Bagaimana hubungan antara Normalitas dan Molaritas?
15. Apa yang dimaksud dengan data pencilan (outlier)?

Volumetri 34
16. Tentukan nilai rata-rata serta standart deviasi data berikut
dengan memperhatikan adanya data pencilan
a. 10.10 ; 10.20; 10,15; 09.90; 10.10; 10.30; 10.40
b. 5,12; 6,82; 6,12; 6,32; 6,22; 6,32; 6,02; 5.85; 6.10
c. 20,12;20,15;20,09;20,14;20,17
17. 4 gram natrium hidroksida dilarutkan dalam aqaudest hingga
beratnya 100 gram. Jika berat jenis air 1 g/ml. Tentukan
molalitas, Molaritas, Normalitas serta % b/v dari larutan
Natrium Hidroksida tersebut!
18. Terdapat larutan stok HCl dengan kadar 25%. Berapakah
volume HCl yang diperlukan untuk mendapatkan larutan HCl
dengan kadar 1 N sebanyak 100 ml ?
19. Bagaimana cara membuat larutan indikator amylum 1 %
sebanyak 100 ml ?
20. Hitung berapa volume alkohol 96% jika dikehendaki untuk
membuat alkohol 70% sebanyak 100 ml
21. Hitung berat Natrium Sulfat yang harus ditimbang jika akan
dibuat larutan dengan kadar 1 M 100 ml !
22. Terdapat larutan Natrium Hidroksida dengan kadar 0.1
Molar. Berapa gram Natrium Hidroksida terdapat dalam 100
ml ?
23. Terdapat 100 ml liter asam asetat murni. Berapakah volume
air yang harus ditambahkan untuk mendapatkan asam asetat
dengan kadar 2 %?
24. Berapa gram natrium klorida dibutuhkan untuk membuat
larutan dengan kadar 0.05 N sebanyak 50.0 ml?
25. Berapa volume HCl pekat yang diperlukan untuk membuat
larutan dengan kadar 0.1 N 100 ml?

Volumetri 35
PEMBUATAN LARUTAN BAKU PRIMER

Arsen Trioksida 0.1 N 1 Liter


As2O3 BM = 197.84

4.9460 gram Arsen Trioksida dilarutkan dalam 20 ml larutan


NaOH 20 % ditambah aquadest sampai 400 ml, dinetralkan
dengan HCl 4 N. Tambahkan 4 gram NaHCO3 kemudian
diencerkan sampai 1 Liter dalam labu takar

Asam Oksalat 0.1 N 1 Liter


H2C2O4.2H20. BM = 126.07

6.3035 gram Asam Oksalat dilarutkan dengan aquadest


bebas CO2 hingga 1 liter dalam labu takar

Kalium Biftalat 0.1 N 1 Liter


KHC8H4O4 BM = 204.23

20.423 gram kalium biftalat dilarutkan dengan aquadest


bebas CO2 hingga 1 liter dalam labu takar

Kalium Bikromat 0.1 N 1 Liter


K2Cr2O7 BM = 294
4.9030 gram Kalium Bikromat dilarutkan dengan aquadest
hingga 1 liter dalam labu takar

Kalium Bromat 0.1 N 1 Liter


KBrO3 BM = 167

2.7833 gram Kalium Bromat dilarutkan dengan aquadest


hingga 1 liter dalam labu takar
Kalium Iodat 0.1 N 1 Liter
KIO3 BM = 214

Volumetri 36
3.5667 gram kalium Iodat dilarutkan dengan aquadest
hingga 1 liter dalam labu takar

Kalium Klorida 0.1 N 1 Liter


KCl BM = 74.55

7.455 gram Kalium Klorida dilarutkan dengan aquadest


hingga 1 liter dalam labu takar

Kalium tiosianat 0.1 N 1 Liter


KCNS BM = 97.18

9.718 gram kalium tiosianat dilarutkan dengan aquadest


hingga 1 liter dalam labu takar

Natrium Karbonat 0.1 N 1 Liter


Na2CO3.H2O BM = 124

6.2000 gram Natrium Karbonat dilarutkan dengan aquadest


bebas CO2 hingga 1 liter dalam labu takar

Natrium Klorida 0.1 N 1 Liter


NaCl BM = 58.44

5.844 gram Natrium Klorida dilarutkan dengan aquadest


hingga 1 liter dalam labu takar

Natrium Oksalat 0.1 N 1 Liter


Na2C2O4 BM = 134

6.7000 gram Natrium oksalat dilarutkan dengan aquadest


bebas CO2 hingga 1 liter dalam labu takar

Volumetri 37
Natrium Piroborat (Boraks) 0.1 N 1 Liter
Na2B4O7.10 H20 BM = 381.37

19.0685 gram Natrium Piroborat dilarutkan dengan aquadest


bebas CO2 hingga 1 liter dalam labu takar

Magnesium Sulfat 0.1 M 1 Liter


MgSO4. 7 H2O BM = 246.48

24.6480 gram Magnesium Sulfat dilarutkan dengan aquadest


hingga 1 liter dalam labu takar

Zink Sulfat 0.05 M 1 Liter


ZnSO4. 7H2O BM = 287.54

14.377 gram Zink Sulfat dilarutkan dengan aquadest hingga 1


liter dalam labu takar

Volumetri 38
PEMBUATAN LARUTAN BAKU SKUNDER
Amonium tiosianat 0.1 N 1 liter
NH4CNS BM = 76.12

7.612 gram Amonium tiosianat dilarutkan kedalam aquadest


hingga 1000 ml

Asam Klorida 0.1 N 1 Liter


HCl BM = 36.47; 12.1 N

8 ml HCl ditambahkan kedalam aquadest kemudian


diencerkan dengan aquadest hingga 1 liter .

Asam Klorida-metanol 0.5 N 1 Liter


HCl BM = 36.47; 12.1 N

Masukkan 40 ml aquadest dalam gelas beaker 1000 ml.


tambahkan perlahan-lahan 43 ml HCl pekat, dinginkan.
Tambahkan methanol sampai 1 liter..

Asam Nitrat 1 N 1 Liter


HNO3 BM = 63.01

Encerkan 68 ml asam nitrat dengan aquadest hingga volume


1 liter .

Asam Perklorat 0.1 N 1 Liter


HClO4 BM = 100.46

Campur 8.5 ml asam perklorat 70% dengan 500 ml asam


asetat glacial dan 21 ml anhidrida asetat, dinginkan.
Tambahkan asam asetat glacial hingga 1 liter. ATAU

Volumetri 39
Campur 11 ml asam perklorat 60% dengan 500 ml asam
asetat glacial dan 30 ml anhidrida asetat, dinginkan.
Tambahkan asam asetat glacial hingga volume 1 liter

Asam Perklorat Dioksan 0.1 N 1 Liter

Campur 8.5 ml asam perklorat dengan dioksan secukupnya


(yang telah dimurnikan dengan adsorpsi) , hingga 1 liter

Asam Sulfat 0.1 N 1 Liter


H2SO4 BM = 98.08

3 ml asam sulfat pekat ditambahkan kedalam aquadest


secara perlahan sambil diaduk, kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 1 liter .

Asam Sulfat Etanol 0.5 N 1 Liter

Tambahkan hati-hati dengan pengadukan 13.9 ml asam


sulfat pekat pada sejumlah etanol mutlak secukupnya hingga
1 liter.

Besi (II) ammonium sulfat 0.1 N 1 Liter


Fe(NH4)2(SO4)2.6 H2O BM = 392.13

40 gram besi (II) ammonium sulfat dilarutkan kedalam


campuran 40 ml asam sulfat pekat dan 200 ml aquadest yang
sebelumnya telah didinginkan, encerkan dengan aquadest
hingga 1 liter. (usia penyimpanan satu hari)

Volumetri 40
Besi (III)ammonium sulfat 0.1 N 1 Liter
FeNH4(SO4)2.12 H2O BM = 482.18

50 gram besi (III)ammonium sulfat dilarutkan dalam


campuran 300 ml aquadest dan 6 ml asam sulfat pekat.
Encerkan dengan aquadest hingga volume 1 Liter .

Dinatrium etilendiaminatetraasetat 0.05 M 1 Liter


C10H14N2Na2O8.2H2O BM = 372.24

18.6 gram dinatrium edetat dilarutkan dalam aquadest


hingga volume 1 Liter

Iodium 0.1 N 1 Liter


I2 BM = 253.8

14 gram iodium dilarutkan dengan larutan 36 gram kalium


iodida dalam 100 ml aquadest, tambahkan 3 tetes asam
klorida. Encerkan dengan aquadest hingga volume 1 Liter.

Kalium Hidroksida 1 N 1 Liter


KOH BM = 56.11

68 gram kalium hidroksida dilarutkan dalam lebih kurang 950


ml aquadest. Tambahkan larutan barium hidroksida jenuh
yang dibuat segar hingga tidak terbentuk endapan. Kocok
campuran dengan seksama dan biarkan semalam dalam
botol bersumbat. Enap tuangkan cairan jernih, atau saring
dalam botol polietilen bersumbat rapat.

Kalium Hidroksida Etanol 0.5 N 1 Liter

34 gram kalium hidroksida dilarutkan dalam 20 ml aquadest


dan tambahkan etanol bebas aldehid hingga 1 Liter. Biarkan
Volumetri 41
tertutup rapat semalam kemudian enaptuangkan beningan
secara cepat kedalam botol tertutup rapat

Kalium Permanganat 0.1 N (0.02M)1 Liter


KMnO4 BM = 158.03

3.3 gram kalium permanganant dilarutkan dengan 1000 ml


aquadest, didihkan selama 15 menit. Dibiarkan tidak kurang
dari 2 hari dalam tempat gelap (terindung cahaya) kemudian
saring dengan gelas wool

Natrium Hidroksida 0.1 N 1 Liter


NaOH BM = 40

4 gram Natrium Hidroksida dilarutkan dan diencerkan


dengan aquadest bebas CO2 hingga 1 liter .

Natrium Hidroksida Etanol 0.1 N 1 Liter

4 gram natrium hidroksida dilarutkan dalam etanol bebas


aldehid hingga 1 Liter. Biarkan selama 24 jam kemudian
enaptuangkan beningan.

Natrium Nitrit 0.1 M 1 Liter


NaNO2 BM = 69

7.5 gram Natrium Nitrit dilarutkan dan diencerkan dengan


aquadest hingga 1 liter

Natrium tiosulfat 0.1 N 1 Liter


Na2S2O3.5H2O BM = 248.17

26 gram Natrium Tiosulfat dan 200 mg natrium karbonat


dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 hingga volume 1 liter
Volumetri 42
Perak Nitrat 0.1 N 1 Liter
AgNO3 BM = 169.9

17 gram Perak Nitrat dilarutkan dan diencerkan dengan


aquadest hingga 1 liter .

Serium (IV) ammonium nitrat 0.05 N 100 ml


Ce(NO3)4.2NH4NO3 BM = 548.23

2.75 gram serium (IV) ammonium nitrat dilarutkan dalam


asam nitrat 1 N hingga diperoleh larutan 100 ml dan saring

Volumetri 43
PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR

Amyum 1 % 100 ml (dibuat baru, tidak disimpan lebih dari 24


jam)

1 gram amylum ditambah 100 ml aquadest, kemudian


dididihkan. Setelah dingin disaring dengan kertas saring.

Brom Timol Biru

100 mgram BTB dengan 3.2 ml NaOH 0.05 N dan 5 ml etanol


90%. Setelah larut sempurna tambahkan etanol 20 % sampai
volume 250 ml.

Eriochrom Back T (EBT)


 Larutan
200 mg EBT dilarutkan dalam 50 ml methanol
Penggunaan dalam titrasi : 1-2 tetes untuk titrasi 50 ml

 Serbuk
100 mg serbuk zat warna EBT 10 gram NaCl atau Na2SO4
anhidrat. Gerus dalam mortal sampai halus
Penggunaan : 20-30 mg untuk titrasi 50 ml

Fenolftalein 0.035%

0.5 gram fenolftalein dalam 50 ml etanol + 50 ml aquadest


0.35 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol 70%

Volumetri 44
Fenol merah

0.1 gram fenol merah dalam 20 ml etanol + 12.8 ml NaOH 0.1


N dan air hingga 100 ml

Kaium Kromat 5% 100 ml

5 gram kalium kromat dilarutkan dengan aquadest hingga


100 ml dalam gelas beaker

Metilen Biru

100 mg Metilen Biru dimasukkan gelas beaker yang telah


terisi 100 ml air. Panaskan 60-70oC sambil diaduk sehingga
serbuk larut sempurna. Simpan dalam botol coklat

Metil Jingga

10 mgram metil jingga dalam 100 ml aquadest ATAU


40 mgram metil jingga dalam 100 ml etanol 20%

Metil Merah

1 gram metil merah dalam 1 liter air panas, ATAU


1 gram metil merah dalam 600 ml etanol + 400 ml aquadest
ATAU

Volumetri 45
25 mg metil merah dengan 0.95 ml larutan NaOH 0.05 N dan
5 ml etanol 95%, setelah larut sempurna, tambahkan etanol
50% sampai volume 250 ml

Tropeolin - OO 0.1% 100 ml

150 mg Tropeolin-OO dituang dalam beaker yang berisi 100


ml aquadest. Panaskan sambil diaduk hingga larut. Dinginkan
dan saring jika perlu. Simpan dalam botol coklat

Xylenol Orange

100 mg Xylenol orange dilarutkan dalam 100 ml etanol

Volumetri 46
DAFTAR KADAR LARUTAN PEKAT

NAMA
RUMUS
No BAHAN BM N M %b/b
MOLEKUL
KIMIA
Asam 99.7-
1 CH3COOH 60 17.4 17.4
asetat 99.9
Asam 88-
2 HCO2H 46 23.6 23.6
formiat 92
Asam 36.5-
3 HCl 36.5 12.1 12.1
klorida 38
Asam 48-
4 HF 20 28.9 28.9
Fluorida 51
63-
5 Asam nitrat HNO3 63 15.9 15.9
71
Asam 70-
6 HClO4 100.5 11.7 11.7
perklorat 72
Asam 60-
7 HClO4 100.5 9.5 9.5
perklorat 62
Asam 85-
8 H3PO4 98 44.4 14.8
fosfat 87
95-
9 Asam sulfat H2SO4 98 36 18
98
Ammonium 27-
10 NH4OH 35 14.5 14.5
hidroksida 30
Natrium 50-
11 NaOH 40 19.4 19.4
hidroksida 52
Kalium 45-
12 KOH 56 11.7 11.7
hidroksida 46

Volumetri 47
DAFTAR HARGA Q
Jumlah Derajad kepercayaan
Pengamatan 90% 95% 99%
3 0.941 0.96 0.994
4 0.765 0.829 0.926
5 0.642 0.710 0.821
6 0.560 0.625 0.740
7 0.507 0.568 0.680
8 0.468 0.526 0.634
9 0.437 0.493 0.598
10 0.412 0.466 0.568
11 0.392 0.444 0.542
12 0.376 0.426 0.522
13 0.361 0.410 0.503
14 0.349 0.396 0.488
15 0.338 0.384 0.475
16 0.329 0.374 0.463
17 0.320 0.365 0.452
18 0.313 0.356 0.442
19 0.306 0.349 0.433
20 0.300 0.342 0.425
21 0.295 0.337 0.418
22 0.290 0.331 0.411
23 0.285 0.326 0.404
24 0.281 0.321 0.399
25 0.277 0.317 0.393
26 0.273 0.312 0.388
27 0.269 0.308 0.384
28 0.266 0.305 0.380
29 0.263 0.301 0.376
30 0.260 0.290 0.372

Volumetri 48
Volumetri 49
PUSTAKA

Basset,J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif


Anorganik. Edisi ke 4. EGC, Jakarta
Beckett, A.H. and Stenlake, J.B. 1966. Practial Pharmaceutical
Chemistry, 2nd ed. Part one, The Al Press London
Day,R.A & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
kelima.Penerbit Erlangga, Jakarta
Day,R.A & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
keenam.Penerbit Erlangga, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV
Harjadi,W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia, Jakarta
Hari Prastyo.2017.Statistik Dasar : Sebuah Panduan untuk Peneliti
Pemula, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan International
English Institute of Indonesia, Mojokerto
Higuchi,T and Hansen, E.B. 1961. Pharmaceutical Analysis.
IInterscience New York
Jenkin,G.I,Knevel,A.M., and Di Gangi,F.E. 1967.Quantitative
Pharmaceutical Chemistry 6th Ed.,Mc Graw Hill. New York
Khopkar,S.M.1984. Analytical Chemistry Laboratories.
Departement of Chemistry Indian Institute of Technology,
Bombay
Khopkar, S.M.2008. Konsep Dasar Kimia Analitik.Diterjemahkan
oleh Saptorahardjo. UI-Press, Jakarta
Kolthoff,L.M., and Scandell,E.D.,1952. Textbook of Quantitative
Inorganic Analysis,3rd Ed., The Mac Millan Company, New
York
Miller & Miller,J.C . 1991. Statistik untuk Kimia Analitik. Edisi
kedua. Penerbit ITB, Bandung

Volumetri 50
Mulyono HAM. 2006. Membuat Reagen Kimia di
Laboratorium.Sinar Grafika Offset, Jakarta.
Supranto,J.2000. Statistik. Teori dan Praktek. Ed 6 Jilid 1,Penerbit
Erlangga, Jakarta
Yuliana Trisna & J Kantasubatra pada :
http://www.rcchem.co.id/rcchem/article/154. Selesksi Data
Hasil Analisa. Diakses Jum’at 12 Oktober 2018

Volumetri 51

Anda mungkin juga menyukai