Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI DASAR PERCOBAAN I

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M SERTA PENGGUNAANNYA DALAM PENETAPAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

OLEH :

NAMA NO. STAMBUK KELOMPOK KELAS ASISTEN

: BUYUN DWI YUNIARTI R. : F1F1 11124 :5 :A : SARLAN, S.Si

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M SERTA PENGGUNAANNYA DALAM PENETAPAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
A. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah a. Menentukan Molaritas dan Normalitas larutan NaOH b. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan B. LANDASAN TEORI Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat( Syabatini,2007). Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogen, larutan yang dihasilkan dapat berfase gas, larutan cair dan padat. Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat rendah (Agustian,2008). Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Indikator

adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (shochichah,2010). Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang kita, titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi (Arif,2008).

C. ALAT DAN BAHAN a. Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. Buret 25 ml dan 50 ml 2. Statif 3. Erlenmeyer 250 ml 4. Filler 5. Pipet ukur 5 ml 6. Corong b. Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. Larutan NaOH 2. Asam oksalat 3. Asam cuka perdagangan 4. Indikator Fenolftalein

D. PROSEDUR KERJA a. Asam Oksalat


Larutan NaOH 0,1 M

dipipet 3 ml, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml


3 ml asam oksalat 0,1 M dalam Erlenmeyer 250 ml mlmlmlml ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein

dititrasi dengan larutan NaOH dicatat volume NaOH yang digunakan


Hasil pengamatan ?

b. Asam Cuka Perdagangan


Larutan NaOH 0,1 M

dipipet 3 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml


3 ml asam cuka perdagangan 0,1 M dalam Erlenmeyer 250 ml mlmlmlml ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein

dititrasi dengan larutan NaOH dicatat volume NaOH yang digunakan


Hasil pengamatan ?

E. HASIL PENGAMATAN a. Tabel Pengamatan No. 1. Perlakuan Hasil Pengamatan

3 ml larutan Asam oksalat ditetesi Larutannya berubah warna menjadi dengan 5 tetes Indikator Fenolftalein merah muda dengan molaritas NaOH lalu dititrasi dengan larutan NaOH adalah 0,048 M (V. NaOH = 6,25 ml) Larutannya berubah warna menjadi merah muda dengan molaritas asam cuka adalah 0,192 M (V. NaOH = 12 ml)

2.

3 ml asam cuka perdagangan ditetesi dengan 5 tetes indikator fenolftalein, lalu dititrasi dengan NaOH

b. Perhitungan perhitungan larutan NaOH , yaitu : V1 . M1 M2 M2 = V2 . M2 = 3 . 0,1 6,25 = 0,048 M

3 ml . 0,1 M = 6,25 ml . M2

Perhitungan asam cuka perdagangan, yaitu : V1 . M1 = V2 . M2 12 ml . 0,048 M = 3 ml . M2 M2 M2 = 12 . 0,048 3 = 0, 192 M

F. PEMBAHASAN Dalam praktikum standardisasi larutan NaOH dan penetapan kadar Asam cuka perdagangan ini, metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yang dimana analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan pokok, yaitu pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling) dengan memilih suatu sampel yang mewakili dari bahan yang dianalisis, mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran, perhitungan dan penafsiran pengukuran. Pada praktikum ini cara pembuatan larutan baku NaOH 0,1 M perlu menggunakan air yang terbebas dari CO2, yang nantinya digunakan untuk melarutkan NaOH. Karena CO2 akan mempengaruhi dari hasil reaksi yang akan terjadi pada titrasi. Tujuan dari praktikum ini sama seperti apa yang telah tertulis pada tujuan praktikum, yaitu menentukan molaritas dan normalitas larutan NaOH serta menetapkan kadar asam cuka atau asam asetat perdagangan. Penentuan kadar asam cuka perdagangan ini digunakan untuk mengetahui kebenaran kadar yang tertera pada etiket asam cuka yang dijual dipasaran. Penentuan kadar ini menggunakan metode asidimetri dan alkalimetri dengan larutan NaOH 0,1 M sebagai titran, karena metode ini masuk ke dalam metode Titrimetri atau Volumetri. Sehingga perlu adanya standarisasi larutan NaOH terlebih dahulu supaya mendapatkan larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1 M. Pada proses praktikum standarisasi larutan NaOH dan penentuan kadar asam cuka perdagangan ini selalu menggunakan cara titrasi atau titrimetri, karena penetapan kadar secara titrimetri atau volumetri mempunyai kelebihan dibanding secara gravimetric. Proses titrasi dilakukan sampai muncul perubahan warna dari yang tidak berwarna menjadi berwrna merah jambu, warna merah jambu adalah pengaruh dari PP. Fenolftealin mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4 10,4). Struktur PP akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat akibat akan terjadi perubahan warna. PP sendiri bersifat asam lemah, karena syarat suatu indikator adalah asam atau basa lemah yang berubah warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Setelah terjadi perubahan warna untuk

yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang langsung dicatat. Setelah larutan baku NaOH tersebut jadi, maka larutan tersebut sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan.

G. KESIMPULAN 1. Molaritas dan Normalitas dari larutan NaOH adalah 0,048 M 2. Kadar asam cuka perdagangan yang terbentuk sebanyak 0,192 M

DAFTAR PUSTAKA
Agustian, 2008, Membuat Larutan Standar, http://www.scribd.com/doc/16383799/ Membuat-Larutan-Standar, Diakses2 Oktober 2011. Arif, 2008, Asidimetri, http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7, Diakses2 Oktober 2011. shochichah,2010, Standardisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka Perdagangan, http://shochichah.blogspot.com/2010/04/Standardisasi Larutan NaOH dan.html, Diakses 2 Oktober 2011. Syabatini, Annisa, 2007, Pembuatan dan Penentuan Konsentrasi Larutan, http:// annisanfushie.wordpress.com/2008/09/29/74/, Diakses 2 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai