Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Della Puspita


NPM : E1F022022
Prodi : Ilmu Tanah
Kelompok : I (Satu)
Hari/tanggal : Kamis/ 27 Oktober 2022
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2.Prof. Ir., Zainal Muktamar, M.Sc,
Ph.D
Co-Ass : 1. Maria Asri Siagian (E1J018068)
Objek Praktikum : TITRASI ASAM-BASA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun ilmu sains yang mempelajari
tentang sifat materi, struktur materi, perubahan materi dan energi yang menyertai
reaksi.Dalam mempelajari ilmu kimia, siswa harus memahami konsep-konsep
kimia dengan benar.

Titrasi didefinisikan
sebagai suatu proses
dalam praktikum analisis
volumetri yang melibatkan
larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya
(titran) dengan larutan
yang belum diketahui
konsentrasinya (titrat).
Analisis
dilakukan dengan
menentukan konsentrasi
larutan melalui penetesan
larutan
titran yang terdapat pada
buret ke larutan titrat yang
terdapat pada Erlenmeyer
hingga tercapai titik
ekuivalen
Titrasi didefinisikan
sebagai suatu proses
dalam praktikum analisis
volumetri yang melibatkan
larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya
(titran) dengan larutan
yang belum diketahui
konsentrasinya (titrat).
Analisis
dilakukan dengan
menentukan konsentrasi
larutan melalui penetesan
larutan
titran yang terdapat pada
buret ke larutan titrat yang
terdapat pada Erlenmeyer
hingga tercapai titik
ekuivalen
Titrasi didefinisikan
sebagai suatu proses
dalam praktikum analisis
volumetri yang melibatkan
larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya
(titran) dengan larutan
yang belum diketahui
konsentrasinya (titrat).
Analisis
dilakukan dengan
menentukan konsentrasi
larutan melalui penetesan
larutan
titran yang terdapat pada
buret ke larutan titrat yang
terdapat pada Erlenmeyer
hingga tercapai titik
ekuivalen
Titrasi didefinisikan
sebagai suatu proses
dalam praktikum analisis
volumetri yang melibatkan
larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya
(titran) dengan larutan
yang belum diketahui
konsentrasinya (titrat).
Analisis
dilakukan dengan
menentukan konsentrasi
larutan melalui penetesan
larutan
titran yang terdapat pada
buret ke larutan titrat yang
terdapat pada Erlenmeyer
hingga tercapai titik
ekuivalen
Titrasi didefinisikan sebagai suatu proses dalam praktikum analisis
volumetri yang melibatkan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
(titran) dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya (titrat). Analisis
dilakukan dengan menentukan konsentrasi larutan melalui penetesan larutan
titran yang terdapat pada buret ke larutan titrat yang terdapat pada Erlenmeyer
hingga tercapai titik ekuivalen.
Dasar titrasi menggunakan beberapa reaksi kimia diantaranya yaitu, reaksi
yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, reaksi yang melibatkan asam lemah dan
basa kuat, serta reaksi yang melibatkan asam kuat dengan basa lemah..
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran maupun
titrat.Titrasi asam basa juga dikenal dengan dengan reaksi penetralan.Kadar
larutan asam ditentukan dengan larutan basa begitu pula sebaliknya.Titran
ditambahkan titrat sedikit demi sedikit hingga mencapai keadaan ekuivalen
(secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi).

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh
yang mengangandung asam.
2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAU PUSTAKA
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan di laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan. Oleh
karena pengukuran volum berperan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga
disebut dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian
utama kimia analitik dan perhitungannya didasarkan pada hubungan kuantitatif
reaksi-reaksi kimia.

itrasi asam basa merupakan


penetapan konsentrasi
senyawa yang bersifat
asam dengan larutan
standar yang bersifat
basa begitupun
sebaliknya dengan
penetesan larutan standar
melalui buret ke dalam
larutan yang ingin
diketahui
konsentrasinya pada
Erlenmeyer hingga
mencapai titik akhir titrasi
(Budi et al.,
2020).
Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat
asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan
penetesan larutan standar melalui buret kedalam larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingg mencapai titik akhir titrasi. (Budi et, 2020)
Indicator asam basa merupakan zat warna yang dapat memberikan
perubahan warna pada larutan yang di titrasi saat mencapai titik akhir titrasi.
Indicator asam basa akan berubah warna apabila lingkungan pH larutan berubah,
karena indicator asam basa berupa asam organic lemah atau basa organic lemah
maka didalam larutan akan terjadi proses ionisasi sehinnga bentuk molekul
indicator akan memiliki warna yang berbeda dengan warna indikatornya.
( Padmaningrum,2013)
Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator
dalam titrasi mempunyai karakteristik yaitu senyawa memberikan perubahan
warna terhadap perubahan suasana pH larutan. Perubahan warna dapat terjadi
melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion dari senyawa indikator
tersebut. Sebagai contoh senyawa fenolftalein merupakan indikator asam lemah-
basa kuat, mengalami perubahan kesetimbangan ion yang diikuti perubahan
warna dari tidak berwarna pada kondisi asam menjadi merah pada kondisi
basa. Dari reaksi kesetimbangan, diketahui bahwa senyawa indikator berada
dalam bentuk ion yang dapat menghasilkan perubahan warna merah (Purwono
dan Mahardani, 2013).
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan asam basa adalah suatu titrasi dengan
menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi
asam basa ini adalah dengan titrasi volumenteri, yaitu mengukur volume dari
suatu asaam atau basa yang bereaksi (syukri,2014).
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. ( Adi Gunawan : 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Indicator Penolphetalien 1. NaOh 0,1M
2. Erlenmeyer 2. HCl 0,1 M
3. Buret 50mL 3. H2C2O4
4. Statif dan Klem
5. Gelas ukur 25mL atau 10mL
6. Corong kaca

3.2 Prosedur Kerja


1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M
Cuci bersih buret yang akan digunakan untun standarisasi dan bilas
dengan 5mL larutan NaOh. Putar kran buret untuk mengeluarkan
cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL
NaOH untuk membasahi dinding buret. Kemudian larutan dikeluarkan
lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi ke dalam buret sampai
skala tertentu. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi:
 Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10mL larutan asam oksalat 0,1 M dan
masukkan ke daam setiap erlnemeyer dan tambahkan ke dalam
masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indicator penolphtaalein
(PP).
 Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi
sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang
apabila gelas Erlenmeyer digoyang.
 Catat volume NaOH terpakai
 Ulangi dengan cara yang sama untuk erelenmeyer ke II dan III.
 Hitung molaritas (M) NaOH
2. Penentuan Konsentrasi HCl
 Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan
masukkan ke dalam setiap Erlenmeyer
 Tambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes
indicator penolphtalein (PP)
 Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi
sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang
apabila gelas Erlenmeyer digoyangkan.
 Catat volume NaOH terpakai
 Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer II dan III
 Hitung molaritas(M) HCL.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat


No Prosedur Ulangan Rata-rata

I II III
1. Volume larutan asam oksalat 0,1 M 10mL 10mL 10mL 10 mL
2. Volume NaOH terpakai 20,5mL 21mL 19,9mL 20,5mL
3. Molaritas (M) NaOH 0,24 M

Standarisasi HCl dengan larutan HCl


No Prosedur Ulangan Rata-rata
I II III
1. Volume larutan HCl 10mL 10mL 10mL 10mL
2. Volume NaOH terpakai 14mL 16mL 15mL 15mL
3. Molaritas (M) NaOH Berdasarkan hasil percobaan diatas 0,24 M
4. Molaritas (M) larutan HCl 0,36 M
BAB V
PEMBAHASAN
Perhitungan Standarisasi NaOH
Pengulangan 1
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
VNaOH X MNaOH X 2 = VH2C2O4 X M H2C2O4 X 1
20,5 mL x MNaOH x 2 = 10 mL x 0,1 x 1
20,5 x MNaOH x 2 = 1
1
MNaOH = = 0,024 M
41
Pengulangan 2
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
VNaOH X MNaOH X 2 = VH2C2O4 X M H2C2O4 X 1
21 mL x MNaOH x 2 = 10 mL x 0,1 x 1
21 x MNaOH x 2 = 1
1
MNaOH = = 0,024 M
42
Pengulangan 3
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
VNaOH X MNaOH X 2 = VH2C2O4 X M H2C2O4 X 1
19,9 mL x MNaOH x 2 = 10 mL x 0,1 x 1
19,9 x MNaOH x 2 = 1
1
MNaOH = = 0,025 M
39 ,8
0,073
Rata-rata Molaritas NaOH = = 0,024
3

Perhitungan Standarisasi HCL


Pengulangan 1
HCl + NaOH NaCl + H2O\
VHCl x MHCL x 1 = VNaOH x MNaOH x1
10mL x MHCL x 1 = 16mL x 0,024 x 1
10 x MHCL x 1 = 0,38
0 ,38
MHCL = = 0,038 M
10
Pengulangan 2
VHCl x MHCL x 1 = VNaOH x MNaOH x1
10mL x MHCL x 1 = 14mL x 0,024 x 1
10 x MHCL x 1 = 0,34
0 ,34
MHCL = = 0,034 M
10
Pengulangan 3
VHCl x MHCL x 1 = VNaOH x MNaOH x1
10mL x MHCL x 1 = 15mL x 0,024 x 1
10 x MHCL x 1 = 0,36
0 ,36
MHCL = = 0,036 M
10
0,108
MHCL rata-rata = = 0,036
3
Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat
asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan
penetesan larutan standar melalui buret kedalam larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingg mencapai titik akhir titrasi. (Budi et,
2020).
Pada praktikum kali ini mengenai “Titrasi Asam Basa”, dilakukan titrasi
larutan asam X dengan larutan standar basa NaOH 0,1 M sebanyak tiga
kali pengulangan (triplo). Peralatan yang digunakan dalam titrasi asam basa kali
ini diantaranya, buret 50 mL, klem dan statif, gelas ukur 25 mL, Erlenmeyer 250
mL, corong, dan pipet tetes. Sedangkan untuk bahan yang digunakan yaitu,
larutan asam X sebanyak 25 mL, larutan NaOH 0,1 M, dan indicator fenolftalein
(PP).
Proses titrasi asam basa dimulai dengan menuang larutan NaOH 0,1 M ke
dalam buret sebanyak 50 mL, larutan NaOH berfungsi sebagai titran dan penentu
konsentrasi dari larutan asam yang akan di titrasi. Sebelum dilakukan titrasi,
larutan asam X perlu ditambahkan indikator fenolftalein (PP). Penambahan
indikator ini berfungsi untuk memberikan perubahan warna pada saat larutan
telah mencapai titik akhir tirasi.

elanjutnya dilakukan
proses titrasi pada larutan
hingga larutan berubah
warna
menjadi pink. Perubahan
warna ini menandakan
bahwa larutan telah
mencapai
titik akhir titrasi sehingga
proses titrasi dapat
dihentikan
Selanjutnya dilakukan proses titrasi pada larutan hingga larutan berubah warna
menjadi pink. Perubahan warna ini menandakan bahwa larutan telah mencapai
titik akhir titrasi sehingga proses titrasi dapat dihentikan.
Pengulangan triplo
bertujuan untuk
mendapatkan
konsentrasi dengan
tingkat ketelitian tinggi
sehingga dapat
meminimalisir
kesalahan saat penentuan
konsentrasi melalui
proses titrasi. Hasil yang
baik
dapat terlihat apabila dari
ketiga pengulangan titrasi
didapatkan volume titran
dengan selisih yang tidak
jauh berbeda
Pengulangan triplo bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dengan
tingkat ketelitian tinggi sehingga dapat meminimalisir kesalahan saat
penentuan konsentrasi melalui proses titrasi. Hasil yang baik dapat terlihat
apabila dari ketiga pengulangan titrasi didapatkan volume titran dengan selisih
yang tidak jauh berbeda
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain:
1. Para praktikan telah dapat menerapkan teknik titrasi pada contoh
yang mengandung asam dengan teknik yang benar
2. Para praktikan telah dapat melakukan standarisasi larutan dengan
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada praktikan adalah praktikan
diharapkan lebih focus, teliti, dan tertib, saat proses praktikum
berlangsung agar praktikum dapat terlaksana dengan baik tanpa
kendala. Praktikan juga diharapkan untuk lebih banyak membaca dan
memahami literature terkait dengan materi praktikum untuk
menambah wawasan dan pemahaman mengenai materi titrasi asam
basa
DAFTAR PUSTAKA

Untari, Budi, dkk., 2020.


Penentuan Kadar Asam
Lemak Bebas dan
Kandungan
Jenis Asam Lemak dalam
Minyak yang Dipanaskan
dengan Metode Titrasi
Asam Basa dan
Kromatografi Gas. Jurnal
Ilmiah Bakti Farmasi. Vol
1: Hal
1-10.
Untari, Budi, dkk., 2020.
Penentuan Kadar Asam
Lemak Bebas dan
Kandungan
Jenis Asam Lemak dalam
Minyak yang Dipanaskan
dengan Metode Titrasi
Asam Basa dan
Kromatografi Gas. Jurnal
Ilmiah Bakti Farmasi. Vol
1: Hal
1-10.
Untari, Budi, dkk., 2020.
Penentuan Kadar Asam
Lemak Bebas dan
Kandungan
Jenis Asam Lemak dalam
Minyak yang Dipanaskan
dengan Metode Titrasi
Asam Basa dan
Kromatografi Gas. Jurnal
Ilmiah Bakti Farmasi. Vol
1: Hal
1-10.
Untari, Budi, dkk., 2020.
Penentuan Kadar Asam
Lemak Bebas dan
Kandungan
Jenis Asam Lemak dalam
Minyak yang Dipanaskan
dengan Metode Titrasi
Asam Basa dan
Kromatografi Gas. Jurnal
Ilmiah Bakti Farmasi. Vol
1: Hal
1-10.
Untari, Budi, dkk., 2020. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan
Kandungan Jenis Asam Lemak dalam Minyak yang Dipanaskan
dengan Metode Titrasi Asam Basa dan Kromatografi Gas. Jurnal
Ilmiah Bakti Farmasi. Vol 1: Hal 1-10.
Padmaningrum, Regina T. 2013. Titrasi Asam Lemah dengan Basa
Kuat. Jurnal Pendidikan Kimia. Pp. Hal 1-7.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2014. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Purwono, B. dan Mahardani, C. (2013). Pembuatan senyawa turunan azo dari
eugenol dan penggunaannya sebagai indikator titrasi. Indonesian Journal
of Chemistry9: 95- 98

Anda mungkin juga menyukai