KIMIA ANALISIS
“PENETAPAN KADAR CUKA MAKAN”
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Lilik Sulastri M. Farm
Salah satu penerapan reaksi netralisasi adalah titrasi. Titrasi merupakan prosedur yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin diketahui kadarnya).
Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam
basa atau asidi alkalimetri. Teori dasar reaksi netralisasi yaitu 1 mol H+ dinetralkan dengan 1
mol OH-.
Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit atau tetes
demi tetes larutan basa ke dalam larutan asam dengan volume tertentu sampai keduanya tepat
habis bereaksi, yang di tandai dengan berubahnya warna indicator.
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari
titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik
ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya,
maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang
melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun
titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan
sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui
kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau
secara stoikiometri tepat habis bereaksi.
Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH
larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah
kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan
oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi
dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki
trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis. (Sukardjo, 1984)
I.2 TUJUAN
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau
aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang
melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun
titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan
sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui
kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau
secara stoikiometri tepat habis bereaksi.
Ada dua cara umum untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi asam basa:
1. Memakai pH meter.
2. Memakai indikator asam basa.
Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, dan pada saat itulah titrasi dihentikan.
Titik akhir titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna dan saat itu juga titrasi dihentikan.
Dalam titrasi ini dipilih indikator PP (fenolflatein) dan BTB (brom timol biru). Pemilihan
indikator tergantung pada titik setara (ekivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai
selang pH = 8,3 – 10,0. Pada kondisi asam (pH < 7), indikator PP tidak memberikan perubahan
warna, sedangkan pada kondisi basa (pH > 7) indikator PP memberi warna merah muda.
Indikator BTB mempunyai selang pH = 6,0 – 7,6. Pada kondisi asam (pH < 7), indikator BTB
memberi warna kuning, sedangkan pada kondisi basa (pH > 7) indikator BTB memberikan
warna biru
Titrasi asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebagai larutan
standar akan menghasilkan garam CH3COONA yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat
yang kemudian terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat
ditulis sebagai berikut
1. ALAT
1. Buret
2. Erlen meyer
3. Pipet Volume
4. Bulp merah
5. Pipet tetes
6. Labu takar
7. Gelas piala
8. Corong
9. Neraca analitk
10. Botol semprot
2. Bahan
1. Cuka makan
2. Larutan NaOH 0.1 N
3. Padatan Asam Oksalat
4. Air suling
5. Indikator PP
BAB IV
CARA KERJA
3. Persiapan sampel
Pipet sebanyak 1 ml cuka makan kedalam 10 ml labu takar add air suling sampai tanda
tera, kocok.
1 2
Volume Titrasi
30 29,5
= 0,084 N
Volume titrasi
7,0 6,5 6,75
6,75𝑥0,084𝑥10𝑥60
= x 100
10000
= 3.402 %
V.3 Pembahasan
Praktikum ini memiliki beberapa tujuan, yang pertama adalah mengetahui perbedaan timbangan
biasa dan neraca digital. Perbedaan nya adalah timbangan biasa yaitu jenis timbangan yang
bekerja secara mekanis dengan sistem pegas. Biasanya menggunakan indikator berupa jarum
sebagai petunjuk ukuran masa yang telah berskala. Sedangkan, neraca digital yaitu jenis
timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya menggunakan
indikator berupa angka digital pada layar bacaan. Neraca digital memiliki pengukuran berat yang
lebih teliti dibandingkan dengan timbangan biasa karena berat sampel akan langsun muncul pada
layar bacaan.
Tujuan yang lain adalah dapat membedakan larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Perbedaannya adalah larutan standar primer yaitu larutan yang mengandung zat padat
murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara pasti melalui metode gravimetri (perhitunan
masa). Sedangkan, larutan sekunder yaitu larutan suatu zat yang konsentrasi larutannya tidak
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan melakukan standarisasi menggunakan larutan standar primer, biasanya
melalui metode titrimetri.
Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui kadar asam asetat yang terdapat dalam
asam cuka perdagangan yang beredar dipasaran. Praktikum ini melibatkan beberapa proses,
seperti pengenceran, titrasi dan standarisasi larutan. Pengenceran dilakukan untuk memperkecil
kesalahan pada saat titrasi, karena semakin encer asam cukanya, maka hasilnya pun akan
semakin teliti. Pengenceran juga bermanfaat untuk menghemat bahan kimia yang digunakan
untuk titrasi.
Titrasi asam basa sering disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat
menggunakan laritan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion
hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat
netral.
Berdasarkan konsep lain, reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu
mengamati secara cermat perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari
indikator.
Untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Penitar yang digunakan
adalah NaOH yang telah distandarisasi. Dan sampel cuka yang digunkan adalah cuka merk dixi,
tujuh sembilan, dan indomaret. Pada cuka merk dixi volume penitar yang diperoleh sebesar 45
ml. Sehingga diperolah hasil untuk kadar asam asetat yang terdapat pada cuka merk dixi sebesar
27%. Pada cuka merk tujuh sembilan diperoleh volume penitar sebesar 16,15 ml. Sehingga hasil
untuk kadar asam asetat pada cuka merk tujuh sembilan sebesar 9,69%. Pada cuka merk
indomaret diperoleh volume penitar sebesar 54 ml. Sehingga hasil untuk kadar asam asetat pada
cuka merk indomaret adalah sebesar 32,4%
Dapat dilihat bahwa kadar CH3COOH cuka tersebut adalah tinggi dan melebihi 3%.
Sehingga ketiga sampel cuka tersebut harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh
konsumen.. Kadar CH3COOH dapat diketahui dengan menitrasi menggunakan NaOH 0,1 N,
(menambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes) dan titrasi dihentikan ketika warna dari sampel
telah berubah warna menjadi merah muda.
• Pada percobaan, diketahui normalitas NaOH yang digunakan 0,084 N
didapat dari perhitungan dengan rumus V1.N1 = V2.N2
• Kadar yang diperoleh pada pengujian cuka yaitu 34.02 % dari dua kali
percobaan (Duplo)
KESIMPULAN
Pengujian mutu cuka yang kami lakukan dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi
merupakan prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis (ingin diketahui kadarnya). Kadar cuka makan yang kami analisis yaitu sebesar
3,36 %.
Saran
1. Dalam melakukan titrasi diharap untuk berhati hati, teliti dan fokus
2. Diharap untuk memperhatikan takaran setiap zat yang digunakan
3. Diharapkan untuk memeriksa ulang semua peralatan yang akan digunakan
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
http://muhlisah-lisah.blogspot.com/2015/06/laporan-kimia-menentukan-kadar-cuka.html
Sudarmo Unggul, 2013, KIMIA untuk SMA/MA kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam, Jakarta, Erlangga.
http://geava11.blogspot.com/2015/08/laporan-praktikum-kadar-asam-cuka-makan.html