TITRASI ASIDIMETRI
2023
I. JUDUL :
1. Pembuatan larutan boraks dengan standarisasi HCL
2. Penetapan kadar NaHCO₃
A. Pengertian Titrasi
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersiofat basa (basa bebas, dan larutan
garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standar asam.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder
adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi (Day Underwood, 1999).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder
ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John
Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi
untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg
menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit
adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan
konsentrasinya atau strukturnya.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang
dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran
adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga
berlaku hukum kekekalan mol.
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak tepat
sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi
dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan blanko. Larutan
blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali analit.Untuk mengetahui titik
ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan
hubungan antara –log [H+ ] atau –log [X- ] atau –log [Ag+ ] atau E (volt) terhadap
volum (W. Haryadi, 1990).
C. Methyl Orange
Methyl orange adalah salah satu zat warna anionik yang mengandung gugus azo. Zat
warna ini banyak digunakan pada proses pewarnaan dan indikator dalam penentuan titik
akhir titrasi. Walaupun methyl orange tidak terlalu berbahaya tetapi dapat menyebabkan
hypersensitivity.
Kadar suatu asam dapat ditentukan dengan cara titrasi menggunakan penitrasi basa.
Demikian pula sebaliknya, kadar suatu basa dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan
penitrasi asam. Titrasi asam – basa pada prinsipnya melibatkan reaksi penetralan ion H+ dari
asam oleh ion OH dari basa, atau sebaliknya. Asam atau basa dalam air, apakah itu
asam/basa kuat/lemah dapat terionisasi dalam air.
V. LANGKAH KERJA
1. Pembuatan larutan Boraks dan Standarisasi HCl
Langkah pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu diitimbang teliti
padatan NaHCO₃ sebesar 1,9100 g. Kemudian hasil timbangan dimasukkan ke dalam
gelas kimia dan ditambahkan sedikit air panas lalu dimasukkan ke dalam labu ukur,
kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas labu ukur, lalu larutan
dihomogenkan dengan dikocok 12 kali dan larutan siap dititrasi. Selanjutnya, buret
dicuci dengan air bersih dan larutan HCl sebelum digunakan. Lalu, buret diisi penuh
sampai garis batas nol dengan larutan HCl. Kemudian dipipet larutan NaHCO ₃ sebesar
10 ml dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan indikator methyl
orange 2 tetes. Dilakukan titrasi menggunakan larutan HCl dari larutan berwarna
kuning sampai berubah menjadi warna jingga dan langkah terakhir dilakukan
perhitungan dari data hasil praktikum untuk mengetahui konsentrasi HCl.
2. Penetapan kadar NaHCO₃
Langkah pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu buret dicuci
dengan air bersih dan larutan HCl sebelum digunakan. Kemudian, buret diisi penuh
sampai garis batas nol dengan larutan HCl. Dipipet larutan NaHCO ₃ yang sudah
diencerkan sebelumnya sebesar 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan
ditambahkan indikator methyl orange 2 tetes. Selanjutnya, dilakukan titrasi
menggunakan larutan HCl dari larutan berwarna kuning berubah menjadi warna jingga
dan langkah terakhir dilakukan perhitungan dari data hasil praktikum untuk mengetahui
kadar NaHCO₃.
VI. PERHITUNGAN
A. Standarisasi HCl
Titrasi Ke - Volume Awal Volume Akhir Volume yang Terpakai
(ml) (ml) (ml)
1 0 14,53 14,53
2 14,53 29,00 14,47
V 1+V 2 14 , 53+14 , 47
Vtitrasi= = = 14,5 ml
2 2
Mr Na₂B₄O₇ Mr
BE=
=(2.Ar.Na)+(4.Ar.B)+(7.Ar.O)+(20.Ar.H) H ⁺
+(10.Ar.0) 382
=
=(2.23)+(4.11)+(7.16)+(20.1)+(10.16) 2
=46+44+112+20+160 = 191 g/mol
=382
N . BE .V
Gram=
1000
0 ,1 ×191 ×100
=
1000
= 1,91 g
g 1000 2 4 7
V Na B O . N Na ₂ B ₄ O₇
N Na₂B₄O₇ = × N HCl=
BE V V HCl
1,9100 1000 10× 0 , 1
= × =
191 100 14 , 50
=0,1 N =0,0689 N
B. Kadar NaHCO₃
Titrasi Ke - Volume Awal Volume Akhir Volume yang Terpakai
(ml) (ml) (ml)
1 0 7,50 7,50
2 7,50 15,00 7,50
Mr NaHCO₃ =(1.Ar Na)+(1.Ar H)+(1.Ar C)+(3.Ar O) Mr
BE=
=(1×23)+(1×1)+(1×12)+(3×16) H⁺
=(23)+(1)+(12)+(48)
=84 84
= = 84 g/mol
1
V 1+V 2 7 ,50+ 7 ,50
Vtitrasi= = = 7,50 ml
2 2
Kadar NaHCO₃ : g /l
%= ×100 %
Mltitrasi + N HCl+ BE NaHCO ₃ 1000× BJ
g/l=
Ml NaHCO ₃
7 ,50+ 0,0689+84 9,1568
= = ×100 %
10 1000× 1
= 9,1568 g/l
= 0,91%