Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN 5

TITRASI ASAM BASA

Tujuan:
1. Mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku kedua, serta
dapat menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang
diperlukan.
2. Menentukan konsentrasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku
primer asam oksalat H2C2O4 .2H2O 0,100 N melalui metode titrasi.
3. Mengetahui konsentrasi HCl yang sebenarnya melalui proses titrasi
menggunakan larutan baku sekunder NaOH.

Teori:
Suatu analisis kimia yang mengutamakan penggunaan alat gelas volumetri seperti
volum pipet, buret, dan labu ukur, disebut analisis volumetri. Metode yang termasuk
dalam analisis volumetri adalah titrasi. Titrasi merupakah metode analisis kimia
secara kuantitatif yang biasa digunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan
dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut dengan sejumlah volume
larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya telah
diketahui disebut larutan baku.

Larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, dapat
digunakan untuk menetapkan kadar suatu larutan lain yang belum diketahui
konsentrasinya. Larutan baku dapat dibedakan dalam:
1. Larutan baku pertama, yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat, dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Karakteristik larutan baku
pertama:
o Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni
o Zat harus stabil, mudah dikeringkan dan tidak boleh higroskopis
o Mempunyai berat molekul yang cukup besar
o Contoh larutan baku pertama adalah:
- Boraks (Na-tetraborat) (Na2B4O7, Mr= 381,4 g/mol)
- Asam oksalat (H2C2O4.2H2O, Mr= 126,08 g/mol)
- Feroamonium sulfat (Fe(NH4)2.6H2O, Mr= 392 g/mol)

37
- Kalium bromat (KBrO3), Mr= 167,02 g/mol)
- Larutan kalium iodat (KIO3, Mr= 214,02 g/mol)

2. Larutan baku kedua, yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat, sebab dibuat dari zat yang tidak pernah murni (bersifat
higroskopis atau sangat mudah bereaksi dengan udara. Karakteristik larutan
baku kedua:
o Tidak tersedia dalam keadaan murni
o Tidak stabil, sangat higroskopis, mudah bereaksi dengan udara
o Mempunyai berat molekul relatif kecil
o Sebelum digunakan, larutan baku kedua harus distandarisasi/dibakukan
dengan larutan baku pertama.
o Contoh larutan baku kedua:
- Larutan HCl, Mr= 36,5 g/mol
- Larutan baku Iodium (I2) Mr= 253,84 g/mol
- Larutan baku KMnO4, Mr= 160 g/mol
- Larutan baku NaOH Mr= 40 g/mol
- Larutan baku Na2S2O3, Mr= 248 g/mol

Larutan baku NaOH bukan merupakan larutan baku pertama karena dapat bereaksi
dengan CO2 dari udara membentuk Na2CO3 sehingga dapat merendahkan kadar
NaOH-nya. Sebelum digunakan, maka larutan baku kedua selalu harus dibakukan
terlebih dahulu terhadap larutan baku pertama.

Gambar 5.1 Tempatkan aquades (atau larutan yang berkonsentrasi rendah) dalam labu
ukur, homogenkan, lalu tambahkan perlahan zat padat atau larutan yang berkonsentrasi
lebih tinggi. Larutan zat dengan aquades sampai tanda volume (baca meniskus-nya),
kemudian tutup labu lalu invert (goyangkan bolak-balik) sebanyak 10-15 kali.

38
Reaksi ionisasi:
Asam oksalat (H2C2O4.2H2O, Mr = 126,08)
H2C2O4 2H+ + C2O42-
C2O42- 2CO2 + 2 e-

Natrium hidroksida (NaOH, Mr= 40)


NaOH Na+ + OH-
Asam klorida (HCl, Mr= 36,5)
HCl H+ + Cl-

Molaritas (M)
Adalah satuan konsentrasi yang banyak dipergunakan, dan didefinisikan sebagai
banyak mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 mL) larutan dengan satuan M.
Rumus :
gr zat terlarut 1000
M= x
mr mL larutan

Rumus pengenceran V1 . M1 = V2 . M2

Molalitas (m)
Adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang terdapat didalam
1000 gram pelarut dengan satuan m.
Rumus :
gr zat terlarut 1000
m= x
mr gr pelarut

Normalitas (N)
Adalah satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang
dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram
ekivalen dalam satu liter larutan dengan satuan N.
Rumus :
𝑔𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑟𝑢𝑡 1000
N= 𝑥
𝐵𝐸 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

BE (Berat Ekivalen) adalah Mr dibagi jumlah elektron


Rumus pengenceran dan penetralan: V1 . N1 = V2 . N2

39
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa
disebut titrasi asam-basa. Reaksi asam basa
adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam
dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat
bersifat netral disebut juga reaksi penetralan
asam basa. Ada dua jenis titrasi asam basa,
yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan
basa dengan menggunakan larutan baku asam)
dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan

Gambar 5.2 Rangkaian alat titrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa).

Pada prosedur titrasi, buret diisi dengan suatu larutan yang disebut sebagai titran.
Titran kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit pada suatu larutan dalam
erlenmeyer, yang disebut sebagai analit (Gambar 5.2. Titran dapat berupa larutan
yang telah diketahui konsentrasinya atau yang belum diketahui konsentrasinya. Analit
dapat berupa larutan yang volumenya telah diukur dengan volum pipet, atau zat padat
yang dilarutkan dengan ditimbang beratnya secara akurat terlebih dahulu. Analit pun
dapat berupa larutan yang telah diketahui konsentrasinya atau yang belum diketahui
konsentrasinya.
Pada larutan analit yang berada dalam erlenmeyer, ditambahkan beberapa tetes
indikator yang dapat memberi informasi mengenai adanya reaksi ketika ditambahkan
larutan baku. Pada titrasi asam basa dapat digunakan indikator fenolftalein yang
memiliki sifat tidak berwarna dalam larutan asam, namun akan berwarna merah muda
(pink), dalam larutan basa.

Reaksi dikatakan sempurna jika, zat yang terkandung dalam titran tepat habis
bereaksi dengan zat yang terkandung dalam analit. Dengan kata lain, asam dan basa
tepat habis bereaksi. Saat dimana asam dan basa tepat habis bereaksi, disebut Titik
ekivalen. Warna larutan belum berubah. Warna larutan akan berubah jika telah
mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah saat tepat terjadi perubahan
warna indikator. Jika menggunakan indikator fenolftalein dan titran-nya basa serta
analit-nya asam, maka pada titik akhir titrasi, indikator dalam analit akan berubah
warna, dari bening menjadi pink.

40
Untuk melakukan titrasi, perlu disiapkan terlebih dahulu paralatan yang terdiri dari
buret, statif, klem, dan erlenmeyer. Selain itu harus disiapkan juga larutan baku yang
sudah diketahui konsentrasinya. Larutan baku dapat ditempatkan di dalam buret
sebagai titran atau pun di dalam erlenmeyer sebagai analit, tergantung pada perubahan
warna indikator seperti apa yang diharapkan. Volume larutan yang akan dititrasi
(analit) harus sudah diketahui. Pengukuran volume analit dapat menggunakan volum
pipet. Selanjutnya, ke dalam larutan yang akan dititrasi diteteskan indikator.

Larutan penitrasi (titran), diteteskan perlahan-lahan ke dalam larutan yang dititrasi


(analit). Penetesan baru dihentikan bila sudah tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi diketahui dari perubahan warna larutan indikator. Saat inilah penetesan titran
dari buret harus segera dihentikan.

Reaksi:
H2C2O4 .2H2O + 2NaOH Na2C2O4 + 4H2O
NaOH + HCl NaCl + H2O

Perhitungan:
V1N1 = V2N2

V1 = volume larutan baku (biasanya dalam erlenmeyer)


N1 = konsentrasi larutan baku
V2 = volume sampel yang terpakai (biasanya dalam biuret)
N2 = konsentrasi sampel (yang dicari)

Ketelitian Pengukuran
Karena pengukuran dengan ketelitian maksimum adalah maksud dari suatu analisis
kuantitatif, maka perlu diperhatikan:
1. Gangguan-gangguan kecil setiap waktu perlu selalu diperhatikan (kebocoran
pada buret, percikan-percikan larutan pentiter yang keluar dari labu titrasi).
2. Sebelum digunakan, semua alat gelas harus dalam keadaan kering dan bersih.
3. Digunakan peralatan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Gunakan
buret dan neraca analitis untuk percobaan kuantitatif.
4. Pipet, gelas ukur, dan buret dibilas dengan larutan zat baku
5. Labu ukur harus dibilas dengan aquades

41
Prosedur:
A. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat (H 2C2O4.2H2O) 0,100 N
50 mL.
1. Letakkan aluminium foil dalam neraca analitis, kalibrasi nercara tersebut
hingga massanya menjadi nol.
2. Timbang asam oksalat 0,315 gram di atas aluminium foil.
3. Masukkan asam oksalat ke dalam labu ukur 50 mL dengan bantuan corong,
lalu bilas aluminium foil dengan aquades dari botol semprot, sampai tidak
tertinggal satu butir pun asam oksalat dalam aluminium foil.
4. Tambahkan aquades ke dalam labu ukur tadi sampai kira-kira setengah bagian,
lalu goyangkan labu ukur sampai asam oksalat larut semua.
5. Setelah semua asam oksalat larut, tambahkan aquades sampai menjelang tanda
batas dengan menggunakan botol semprot, lalu tambahkan lagi aquades
sampai tanda batas dengan menggunakan pipet tetes.
6. Labu ukur ditutup dan dikocok kuat untuk menghomogenkan larutan.

B. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida (NaOH) 0,100 N 50 mL


1. Letakkan kaca arloji dalam neraca teknis, kalibrasi nercara tersebut hingga
massanya menjadi nol.
2. Timbang natrium hidroksida sebanyak 0,2 gram.
3. Menyediakan aquades bebas karbonat dengan cara memanaskan terlebih
dahulu aquades sebanyak 400 mL dalam beaker glass 500 mL.
4. Setelah aquades tidak panas, masukkan 20 mL aquades tersebut ke dalam
beaker glass 250 mL.
5. Masukkan natrium hidroksida sedikit demi sedikit ke dalam beaker glass yang
sudah diisi aquades 20 mL dan diaduk perlahan-lahan dengan batang
pengaduk.
6. Setelah larut semua, kemudian ditambahkan aquades sampai 50 mL.

C. Pembuatan larutan kedua asam klorida (HCl) 0,100 N 25 mL


1. Sediakan aquades sebanyak 15 mL dalam tabung falcon 50 mL.
2. Pipet asam klorida sebanyak 0,5 mL dengan pipet ukur.
3. Lalu tuangkan asam klorida sedikit demi sedikit ke dalam tabung falcon
tersebut, serta dihomogenkan.

42
4. Tambahkan kembali aquades sebanyak 9,5 mL dan homogenkan kembali.
D. Titrasi:
1. Pasang rangkaian alat titrasi seperti pada Gambar 4.2.
2. Bilaslah buret dengan akuades sebanyak 1 kali. Lalu bilas buret dengan NaOH
sebanyak 1 kali.
3. Pengisian buret:
Dengan menggunakan corong bersih, isilah buret dengan larutan NaOH
sebanyak 50 mL. Setelah 30 detik, baca volume melalui pengamatan dasar
meniskus dengan membaca garis hitam di kertas putih. Catatlah volume awal
ini. Tempatkan kertas putih pada bagian bawah labu erlenmeyer.
4. Men-titrasi larutan Asam oksalat:
Tempatkan 10 mL larutan asam oksalat pada labu erlenmeyer. Tambahkan 3
tetes indikator fenolftalein. Secara perlahan, tambahkan larutan NaOH dari
buret terhadap asam oksalat, kemudian aduk labu setiap penambahan larutan.
Pada saat mendekati titik akhir titrasi akan terjadi warna pink pudar dari
indikator secara perlahan-lahan. Sekali-kali bilaslah dinding labu erlenmeyer
dengan air dari botol semprot. Pada titik akhir titrasi, setengah tetes NaOH akan
menimbulkan warna pink. Warna pink akan tetap selama 30 detik. Baca dan
catat volume akhir NaOH dalam buret. Lakukan 2 kali.
5. Mengulangi analisis (titrasi) dengan sampel Asam klorida:
Isilah labu erlenmeyer dengan larutan HCl 10 mL, tambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein, lalu ulangi titrasi. Lakukan 2 kali.
6. Melakukan perhitungan:
Hitunglah normalitas larutan NaOH dan HCl.

43
Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan Baku

1. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat 0,100 N sebanyak .......... mL


Berat asam oksalat :
2. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida 0,100 N sebanyak .......... mL
Berat natrium hidroksida :

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

ULANGAN
No. PROSEDUR RATA-RATA
I II III
1. Volume Larutan Asam
Oksalat 0,1 N
2. Volume NaOH terpakai

3.
Normalitas NaoH

Standarisasi ............dengan larutan ............

PENGULANGAN
No. PROSEDUR RATA-RATA
I II III
1.

2.

3.

Pertanyaan Pendahuluan
1. Berapa volume air yang ditambahkan untuk 10 mL NaOH 0,5 M supaya
diperoleh larutan NaOH 0,1 M?
2. Berapa massa NaOH untuk membuat 250 mL NaOH 2 M?
3. Suatu larutan terdiri dari 6,304 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dalam 100 mL
air. Berapa molaritas dan normalitas larutan?

44

Anda mungkin juga menyukai