Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

PERCOBAAN KE-1

ALKALIMETRI

NAMA : NABILA PRAMESTI

NIM : 2011067105

KELOMPOK : 2B

HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 21 JUNI 2021

DOSEN PEMBIMBING : apt. Drs. Sunardi, M. Kes.

LABORATORIUM KIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Akhir Praktikum KIMIA ANALISA Percobaan Ke-1 dengan Judul


Alkalimetri adalah benar sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan.
Laporan ini saya susun sendiri berdasar data hasil praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, 25 Juni 2021

(Nabila Pramesti)
A. JUDUL
Alkalimetri
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini dalah:
1. Menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan Asam
Oksalat.
2. Menetapkan kadar Asam Asetat pada cuka Perdagangan.

C. DASAR TEORI
1. Analisa Volumetrik
Analisa volumetrik (Titrimetri) merupakan bagian dari kimia
analisa kuantitatif, dimana penentuan zat dilakukan dengan cara
pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui
konsentrasinya yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan
yang ditentukan.

Suatu mode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi


kimia seperti:

aA + tT produk

Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reangen T.


Reangen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit,
biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutran yang
konsentrasinya diketahui (Khopkar, 1984).

Alkalimetri adalah analisis volumertik yang menggunakan larutan


baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith,
1997). Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan
maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui
dapat dihitung dengan rumus berikut:
NB = VA x NA
VB

Dimana: NB: konsentrasi larutan yang belum diketahui


VB: volume larutan yang belum diketahui
NA: konsentrasi larutan yang diketahui (larutan standar)
VA: volume larutan yang diketahui (larutan standar)
Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal, trelatif sedikit yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi. Dalam melakukan
titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
seperti:
a. Reaksi harus terjadi secara stoikiometri dan tidak
terjadi reaksi samping.
b. Reaksi berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatif.
d. Pada titik ekuivalen, perubahan dapat diamati secara
jelas.
e. Harus ada indikator, baik langsung maupun tak
langsung (Keenan, 1994).

Tahap pertama dalam titrasi adalah pembakuan larutan standar.


Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eangensia
dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu. Larutan
primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat langsung
ditentukan dari berat bahan murni yang dilarutkan dan volume
yang terjadi, suatu larutan standar primer harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai kemurnian yang tinggi


b. Mempunyai rumus molekul yang pasti
c. Larutannya bersifat stabil
d. Tidak higroskopis dan mudah ditimbang
e. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi (Peters, et al.
1974)
Zat-zat yang merupakan baku primer antara lain: Natrium Carbonat
(Na2CO3), Natrium Tetrabonat (Na2B4O7), Kalium Hidrogen
Iodat (KH(IO3)2), dan Asam Klorida (HCl) bertitik didih konstan.

Menurut M. Sodiq Ibnu, et al. (2005), jenis metode titrimetric


didasarkan pada jenis reaksi yang terlibat pada proses titrasi.
Didasarkan pada jenis reaksinya, titrimetri dapat dibagi menjadi 4
golongan, yaitu:

1) Asidi-Alkalimetri: reaksi penetralan asam dan basa.


2) Kompleksometri: pembentukan senyawa kompleks hasil
analit dengan titran.
3) Oksidimetri: proses Oksidasi dan Reduksi antara analit
dengan titran.
4) Reaksi Pengendapan: reaksi pengendapan analit oleh
larutan standar.
2. Indikator
Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai
dengan konsentrasi ion hidrogen. Asam atau basa yang tidak
terionisasi mempunyai warna yang berbeda dengan hasil
disisiasinya. Contohnya: fenolftalein yang tergolong asam yang
sangat lemah, dalam keadaan yang tidak terionisasi tidak bewarna,
namun jika dalam lingkungan yang basa fenolftalein akan
terionisasi lebih banyak dan menghasilkan warna yang terang
karena ada anionnya. (Keenan, 1994).

Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau


membentuk flouresen (kekeruhan) pada suatu pH tertentu.
Indikator asam basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari
pH. Indikator dapat berupa asam atau basa larut, stabil dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya juga dalah
zat-zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi
isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi
yang berbeda yang menyebabkan masing-masing indikator
menunjukkan perubahan warna pada pH yang berbeda (Khopkar,
1990).
D. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
1. Erlemeyer 4. Geals arloji
2. Labu takar 5. Bekker glass
3. Buret dan 6. Timbangan analitik
perlengkapannya 7. Pipet volume

BAHAN

1. Asam oksalat dihidrat 5. Asam cuka


2. Larutan NaOH 0,1 N perdagangan
3. Indikator Fenolftalein 6. Aquadest.
4. Indikator metil orange

E. CARA KERJA SKEMATIS


Standarisasi Larutan NaOH
1. Timbang seksama 100 mg asam oksalat dihidrat (H2C2O4. 2H2O)
kemudian masukkan ke dalam Erlemeyer.
2. Tambahkan 50 ml aquades di dalamnya.
3. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein.
4. Titrasi dengan larutan NaOH, perlahan-lahan sambal diaduk
hingga larutan berubah warna menjadi merah muda.
5. Tuliskan reaksi yang terjadi.
6. Normalitas NaOH dihitung dengan rumus:

N NaOH = bobot asam oksalat(mg) x valensi asam oksalat


Vol NaOH (ml) x BM asam oksalat
Penetapan Kadar Asam Asetat dalam cuka perdagangan

Pembuatan Larutan Standar Primer

25 ml larutan sampel diletakkan kedalam


erlenmayer + indikator Fenolftalein 2 tetes.

Titrasi dengan larutan standar NaOH yang telah


di standarisasi sampai terjadi perubahan warna
dari jenih menjadi merah muda keunguan.

Hitung kadar dengan rumus:


% kadar =N NaOH x vol. NaOH (ml) x BM Asam Asetat
Vol. sampel (ml)

F. HASIL
Volume titrasi yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi adalah
sebagai berikut:
Tabel I. Volume akhir titrasi
Replikasi Titik akhir titrasi (ml)
1 17,00 ml
2 17,60 ml
3 16,80 ml

Perhitungan normalitas larutan standar NaOH:

N NaOH = bobot asam oksalat(mg) x valensi asam oksalat


Vol NaOH (ml) x BM asam oksalat
= 0,1 N (sudah diketahui dalam video)
Perhitungan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan:

% kadar =N NaOH x vol. NaOH (ml) x BM Asam Asetat


Vol. sampel (ml)
Replikasi 1 = 0.1 N x 17,00 ml x 60,05 g/ mol x 20 x 100%

25 ml
= 81,668%

Replikasi 2 = 0.1 N x 17,60 ml x 60,05 g/ mol x 20 x 100%

25 ml

= 84,5504%

Replikasi 3 = 0.1 N x 16,80ml x 60,05 g/ mol x 20 x 100%

25 ml

= 80,7072%

Rata-rata kadar Asam asetat dalam cuka perdagangan:

= 81,668% + 84,5504% + 80,7072%

= 82,3085%
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan alkalimetri ini, digunakan larutan standar NaOH sebagai
larutan standar, namun karena NaOH merupakan larutan standar sekunder
maka perlu distandarisasi dengan larutan asam oksalat (C2H2O4.2H2O)
sebagai larutan standar primer, untuk menstandarisasi larutan NaOH
sehingga dapat diketahui konsentrasinya. Indikator yang digunakan adalah
indikator pp (Fenolftalein). Sampel yang ditentukan kadarnya adalah
senyawa asam lemah yaitu asam asetat (CH3COOH).

Untuk larutan standar NaOH kita menggunakan NaOH 0,1 N, sedangkan


untuk pembuatan larutan baku asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dibutuhkan
sebanyak 100 mg kristal asam oksalat dan 50 ml aquadest. Kemudian
dilakukan standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan standar
asam oksalat untuk menentukan konsentrasi NaOH. Proses standarisasi ini
menggunakan indikator pp, sehingga setelah tercapai titik ekuivalen
didapatkan larutan bewarna merah muda keunguan. Didapat konsentrasi
NaOH sebesar 0.1 N, dan NaOH dapat diguankan sebagai titrat untuk
asam asetat (CH3COOH).

Reaksi pada proses standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat.

H2C2O4. 2H2O(S) + 2NAOH (Aq) = NA2C2O4 (Aq) + 3H2O (Aq)

Pada saat pembuatan larutan sampel dilakukan di dalam lemari asam


dengan tujuan agar CH3COOH tidak terkontaminasi dengan udara atau
bahan lainnya. Pada saat pengambilan asam asetat dilakiukan dengan
menggunakan pipet sebanyak 10 ml. Pada saat memasukkan asam asetat
kedalam labu ukur sebaiknya gelas ukur dicuci menggunakan aquadest
agar asam asetat yang masih menempel dapat ikut serta masuk kedalam
labu ukur. Kemudian dilakukan titrasi dengan indikator pp sebanyak 2
tetes dan NaOH sebagai titrat. Untuk perhitungan kadar asetat, digunakan
rumus sebagai berikut:
% kadar =N NaOH x vol. NaOH (ml) x BM Asam Asetat
Vol. sampel (ml)

Dari perhitungan diperoleh kadar rata-rata CH3COOH dalam cuka


perdagangan sebesar 82,3085 %. Reaksi dari proses titrasi alkalimetri
adalah:

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) = CH3COONa (aq) + H2O (l)

Reaksi indikator pp Ketika ditambahkan dengan NaOH:

46NaOH + C20H14O4 = 46 Na + 20 H2CO2 + 10 H2O

H. KESIMPULAN
1. Pembuatan larutan standar NaOH dilakukan dengan
menstandarisasikannya dengan larutan primer asam oksalat agar
dapat ditentukan konsentrasinya dan dapat digunakan sebagai
larutan standar.
2. Dari proses standarisasi NaOH diperoleh normalitas sebesar 0,1 N.
3. Dari percobaan diatas diperoleh kadar rata-rata CH3COOH pada
asam cuka perdagangan sebesar 82,3085 %
I. DAFTAR PUSTAKA
• Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogayakarta:
Pustaka Pelajar.
• Ibnu, M. Sodiq Ibnu, et al. Kimia analitik I. Malang: Universitas
Negri Malang 2005.
• Khopkar, S. M. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia, 2010.
• Alliyatu Himmah, “Laporan Praktikum Alkalimetri”,
id.scribd.com. 17 Desember 2014.
https://id.scribd.com/doc/313243054/LAPORAN-PRAKTIKUM-
ALKALIMETRI. Diakses pada 21 Juni 2021.
-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai