Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
PERCOBAAN IX
STANDARISASI NATRIUM HIDROKSIDA DAN PENGGUNAANNYA
UNTUK PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT

NAMA : M. NAZAR REJA


NIM : 2211013110003
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : REIHAN SYAFUTRA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022
PERCOBAAN IX

STANDARISASI NATRIUM HIDROKSIDA DAN PENGGUNAANNYA


UNTUK PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah memahami dan melakukan


standarisasi larutan serta menggunakannya untuk analisis kuantitatif sampel.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Proses standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi adalah proses
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan larutan
yang konsentrasinya sudah ditentukan atau yang biasa disebut dengan larutan
standar. Titrasi asam basa merupakan suatu proses yang menggunakan reaksi
asam basa. Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi
volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi
(Syukri, 1999).
Melalui titrasi, dapat diketahui banyaknya asam klorida yang bereaksi
dengan amonia. Untuk tahap titrasi, destilat dititrasi dengan natrium hidroksida
yang telah di standarisasi. Titrasi natrium hidroksida dilakukan sampai titik
ekuivalen yang ditandai dengan berubahnya warna merah muda menjadi warna
kuning karena adanya natrium hidroksida berlebih yang menyebabkan suasana
asam metil merah berwarna merah muda pada suasana asam. Melalui titrasi ini,
dapat diketahui kandungan N dalam bentuk NH4 sehingga kandungan N dalam
protein pada sampel dapat diketahui (Winarno, 1997; Sudarmadji et al., 1996).
Titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan dengan
pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan ditetapkan. Alkalimetri adalah
metode yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa asam yang
direaksikan dengan larutan baku bersifat basa. Sedangkan asidimetri adalah
metode yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa basa dimana asam
digunakan sebagai larutan standarnya (Ulfa, 2016).
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day
Underwood, 1999).

III. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Gelas arloji
2. Gelas beker 100mL
3. Pengaduk kaca
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
6. Erlenmeyer 100mL
7. Labu takar 100mL
8. Buret 50mL

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:


1. Asam oksalat (H C O 2H O)
2 2 4. 2

2. Larutan standar NaOH 0,1 N


3. Akuades
4. Cuka makan komersial
5. Indikator fenoftalein

3.2. Prosedur Kerja (menggunakan kalimat pasif)


I. Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat dan Penggunaannya
untuk Standarisasi Larutan NaOH
1. ditimbang secara teliti 1,26 gram asam oksalat dihidrat
(H2C2O4.2H2O) dengan menggunakan gelas arloji dan neraca
analitik.
2. dipindahkan asam oksalat dari gelas arloji ke dalam gelas beker 100
mL, tambahkan 25-30 mL akuades, aduk hingga larut. Bilas gelas
arloji dengan sedikit akuades, dan masukkan air bilasan ke dalam
gelas beker berisi larutan asam oksalat tersebut.
3. dipindahkan larutan asam oksalat ke dalam labu takar 100 mL, bilas
gelas beker dengan sedikit akuades, masukkan air bilasan ke dalam
labu takar.
4. ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tepat tanda batas.
Kocok hingga homogen.
5. dicuci buret yang akan digunakan dengan akuades, kemudian
keringkan.
6. dimasukkan larutan asam oksalat yang telah dibuat tersebut ke dalam
buret 50mL.
7. diisi erlenmeyer dengan 10 mL larutan NaOH yang akan
distandarisasi, tambahkan 2-3 tetes indikator fenoftalein.
8. dititrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat dari buret.
9. dihentikan titrasi tepat saat terjadi perubahan warna yang konstan.
10. dicatat volume asam oksalat yang digunakan.
11. diulangi titrasi sebanyak 2 kali lagi dan hitung rata-rata volume asam
oksalat yang digunakan dari tiga kali titrasi yang telah dilakukan.
II.Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka Komersial
1. diambil 4 mL asam cuka komersial dengan menggunakan pipet ukur,
tempatkan dalam labu takar 250 mL.
2. ditambahkan akuades hingga tanda batas. Tutup labu takar dan
kocok hingga homogen.
3. diambil 15 mL asam cuka yang telah diencerkan, tempatkan dalam
erlenmeyer 100 mL.
4. diambahkan 2 tetes indikator fenoftalein ke dalam larutan.
5. dicuci buret yang akan digunakan dengan akuades, keringkan.
6. dimasukkan larutan standar NaOH 0,1 M yang telah distandarisasi
ke dalam buret.
7. dititrasi larutan asam cuka encer dengan menggunakan larutan
NaOH 0,1M dalam buret.
8. dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna yang konstan. Catat
volume NaOH yang digunakan.
9. dilakukan titrasi sebanyak 2 kali dan hitung volume rata-rata yang
digunakan saat titrasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Perhitungan


Data hasil pengamatan pada percobaan ‘Standarisasi Natrium Hidroksida dan
Penggunaanny Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat’ dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:

Tabel 1 Standarisasi Larutan NaOH


Titrasi Volume Volume Perubahan Warna
Ke- NaOH Asam Oksalat
Dihidrat
I 6,2 mL 10,6mL bening → magenta → bening
II 10,6mL 14,4mL bening → magenta → bening
Rata-rata 4,4mL 3,8mL

Tabel 2 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Asam Cuka Komersial


Titrasi Volume Volume Perubahan Warna
Ke- NaOH Asam Oksalat
Dihidrat
I 3,2 mL 14mL bening → bening → magenta
II 14 mL 24,2 mL bening → bening → magenta
Rata-rata 10,8mL 10,2mL

4.2. Prinsip Percobaan


Prinsip dari percobaan sifat koligatif larutan adalah standardisasi larutan
merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan
tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (Kenkel, 2003).
4.3. Perhitungan
A. Sifat Standarisasi Larutan NaOH
1. Konsentran Asam Oksalat

Diketahui :

• Vsebelum = 4mL
• Vsesudah = 6mL
• V NaOH = 10Ml
• Vrata-rata = 4,1mL

Didapatkan :

• Normalitas asam oksalat = n. M


= 0,2ek/mol. 4,1 mol/L
= 0,082 ek/L

2. Penentuan Konsentrasi NaOH

Diketahui :

• V NaOH = 10,5 mL

Didapatkan :

• V titrasi oksalat = Voksalat = 6 mL


• N asam oksalat = 0,2 ek/mol . 4,1 mol/L
= 0,082 ek/L
• Pada titik ekuivalen : NNaOH = 0,082 ek/L . 10,5 mL/6 mL
= 0,1435 ek/L

1. M asetat sebelum diencerkan :

• M sebelum = M asetat . 100/4


= 0,1435 . 25
= 3,5875 mol/L

2. Persentase konsentrasi asam asetat

• % CH3COOH (b/v) = M asetat x Mr asetat (1L/1.000 mL) x 100


=3,5875 mol/L x 60 g/mol x (1L/ 1.000 mL) x 100

=21,52% (b/v)

4.4. Pembahasan Hasil


Standarisasi merupakan penentuan konsentrasi dari larutan standar
sekunder yang menggunakan bantuan larutan standar primer. Larutan NaOH
merupakan larutan standar sekunder yaitu larutan yang masih belum diketahui
konsentrasinya. Oleh sebab itu sebelum digunakan terlebih dahulu larutan
NaOH tersebut haruslah distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang
merupakan larutan standar primer agar NaOH diketahui konsentrasinya
(Oxtoby, 2001).
Percobaan kali ini dilakukan dengan penambahan larutan standar ke
dalam asam oksalat yang telah diketahui konsentrasinya dan telah ditetesi
beberapa tetes indikator phenolftalein. Indikator phenolftalein berfungsi
sebagai tanda tercapainya titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi merah muda, ini dikarenakan oleh
karena adanya indikator phenolftalein. Titik pada saat indikator memberikan
perubahan warna disebut titik akhir titrasi, dan pada saat mencapai titik ini
titrasi harus dihentikan. Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk
menetapkan kadar senyawa asam yang direaksikan dengan larutan baku
bersifat basa. Sedangkan asidimetri adalah metode yang digunakan untuk
menetapkan kadar senyawa basa dimana asam digunakan sebagai larutan
standarnya.
Dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam
oksalat dengan larutan NaOH. 10 mL larutan NaOH di tetesi dengan indikator
fenolfetalein sebanyak 2 tetes kemudian dititrasi dengan asam oksalat. Jangka
pH indikator fenolfetalein saat terjadi perubahan warna adalah berkisar antara
8-10. Sedangkan saat penentuan asam asetat dalam asam cuka komersial,
Reaksi yang terjadi paada saat titrasi antara asam asetat dengan larutan standar
NaOH adalah CH COOH+NaOH → CH COONa+N O. Selama proses titrasi
3 3 2

antara asam asetat dengan larutan standar NaOH yang telah ditetesi fenolftalein
sebanyak 2-3 tetes, terjadi perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi
yaitu dari bening menjadi berwarna magenta.

4.5. Perbandingan Hasil dengan Literatur


Berdasarkan literatur yang saya baca, hasil percobaan untuk praktikum kali ini
sudah benar/sudah sama dan sesuai dengan teori untuk perubahan warna yang
terjadi. Hanya saja, terdapat sedikit selisih jumlah penggunaan larutan yang
dipakai untuk percobaan ini.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah Proses


standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Proses titrasi dapat dilakukan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Alkalimetri adalah metode
yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa asam yang direaksikan
dengan larutan baku bersifat basa. Sedangkan asidimetri adalah metode
yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa basa dimana asam
digunakan sebagai larutan standarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Day Underwood. (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


Kenkel, J. (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis
Publisher.
Oxtoby , David , W., & Gillis, H. P. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (1996). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Syukri, S. (1999). Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.
Ulfa, A. M. (2016). Analisa Kadar Tablet Antasida Di Beberapa Apotek Kota
Bandar Lampung Secara Alkalimetri. Jurnal Kebidanan, 2, 1-6.
Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN

Asam cuka sesudah dan sebelum titrasi

Anda mungkin juga menyukai