PERCOBAAN IX
2022
1
PERCOBAAN IX
I. TUJUAN PERCOBAAN
2
pendekatan dari pereaksi-pereaksi laboratorium. Untuk larutan-larutan yang
sangat encer cocok digunakan satuan seperjuta atau seperibu juta (Day, 1981).
Istilah titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kualitatif dengan larutan dari
zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang
diketahui tepat itu disebut larutan standar. Bobot yang hendak ditetapkan,
dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dalam hukum-hukum
stokiometri yang diketahui (Basett, 1999).
Untuk dapat digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus
memiliki beberapa persyaratan yaitu :
1. Harus ada reaksi yang sederhana, yang dinyatakan dengan persamaan
kimia, zat yang ditetapkan harus bereaksi lengkap.
2. Reaksi harus berjalan sangat cepat dalam beberapa keadaan,
penambahan suatu katalis akan mempercepat reaksi tersebut.
3. Harus ada perubahan yang mencolok yang menimbulkan perubahan
dalam sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekivalen.
4. Harus tersedia suatu indikator dimana perubahan visualnya dapat dilihat
dengan mata (Petrucci, 1992).
Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung
zat yang konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung
zat yang konsentrasi dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan
reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut
titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan
perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang bereaksi. Perubahan
warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi
perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir
titrasi sama dengan titik akhir teoritis (Suryani, 2011).
Suatu titrasi dalam prakteknya hanya dapat dilakukan kalau titik
ekuivalennya dapat terlihat. Titik akhir adalah titik yang menunjukkan
titrasi perlu diakhiri atau saat terlihat terjadi perubahan. dalam keadaan
3
sangat ideal, titik akhir berhimpit dengan titik ekuivalen, tetapi biasanya
selalu terjadi atau terdapat titik perbedaan. Perbedaan ini dinamakan kesalahan
titrasi (Khopkar, 1990).
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan
kadar logam beratdalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan
akan menimbulkan keracunan akutdan khronik, bahkan bersifat karsinogenik pada
manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998).Penelitian yang telah dilakukan oleh
Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom(SSA) menyimpulkan
bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba ya, mengandunglogam
berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih
Surabaya,mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang
dilakukan dengan metodeyang sama olh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis
ikan dan kerang di Pantai KenjeranSurabaya menyatakan bahwa kadar logam
berat Cadmium dalam daging kerang adalah 1,21 ppm(Sari, 2005).
III.METODELOGI PENELITIAN
4
3.2 Prosedur Kerja
Ditambahkan
Diaduk hingga larut sempurna
Digunakan untuk membilas gelas arloji dan
dimasukkan kedalam gelas beker
Larutan Asam Oksalat
10 mL Larutan NaOH
5
II. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka
Komersial.
10 mL Larutan NaOH
Hasil
Ditambahkan
Larutan Standar NaOH 0,1 M
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume Titran
Titrasi Ke- Indikator (PP) Perubahan Warna
(mL)
Rata-rata
5 mL
Titran
7
Tabel II. Data titrasi asam asetat dengan NaOH 0,1 M sebagai titran.
3 tetes
I 6,5 Bening → Ungu
3 tetes
II 6 Bening → Ungu
3 tetes
III 6,5 Bening → Ungu
Rata-rata
6,3 mL
Titran
Perhitungan:
I. Standarisasi Larutan NaOH
Diketahui:
Massa asam oksalat =1,26 gram
Mr asam oksalat = 126 gram/mol
Volume larutan asam oksalat = 100 mL = 0,1 L
Massaasam oksalat /Mr AsamOksalat
Molaritas larutan asam oksalat =
Volume larutan asam oksalat
1,26/126
=
0,1
= 0,1
Normalitas Asam Oksalat = n.M
= 2 ek/mol . 0,1 mol/L
= 0,2 ek/L
Ditanya : Konsentrasi NaOH
Volume Naoh saat titrasi = 10 mL
Volume rata-rata Asam oksalat = 5 mL
Pada saat titik ekuivalen : N.Vasam = N.Vbasa
8
N.Vasam oksalat = N.VNaOH
0,2 ek / L. 5 mL
NNaOH =
10 mL
NNaOH = 0,1 ek/L
II. Penentuan konsentrasi asam asetat
Diketahui:
Volume asam asetat encer = 250 mL
Volume asam asetat encer yang dititrasi = Vasetat = 15 mL
Volume rata- rata NaOH yang digunakan untuk titrasi = VNaOH = 6,3 mL
Normalitas NaOH = 0,1 ek/L
Ditanya : Konsentrasi asam asetat pada cuka
Pada saat titik ekuivalen : N.Vasam = N.Vbasa
N.Vasam asetat encer = N.VNaOH
0,2 ek / L. 6,3 mL
Nasam asetat encer =
15 mL
Nasam asetat encer = 0,084 ek/L
Karena asam asetat adalah asam monoprotik maka n asam asetat = 1 ek/mol
Masetat= Nasam asetat encer/n
0,084 ek /L
Masetat =
1ek /mol
Masetat= 0,084 mol/L
Untuk mendapatkan konsentrasi asam asetat sebelum diencerkan maka
(M.V)Sebelum pengenceran = (M.V)Setelah pengenceran
250 mL
MSebelum pengenceran= Masetat×
10 mL
250 mL
MSebelum pengenceran= 0,084 mol¿ L×
10 mL
MSebelum pengenceran= 2,1 mol/L
Konsentrasi asam asetat dinyatakan dalam persentase (b/v) adalah :
%CH3COOH(b/v) = Masetat× Mrasam asetat ×(1 L/1000 mL) ×100
%CH3COOH(b/v)= 0,084 ¿ ¿60 ¿ ¿(1 L/1000 mL) ×100
%CH3COOH(b/v)= 504 gram / 100 mL
%CH3COOH = 5,04 % (b/v)
9
4.2 Pembahasan
10
Konsentrasi larutan asam oksalat hasilnya yaitu 0,1 M. Sedangkan
normalitasnya adalah 0,2 ek/L. Dengan begitu, dapat ditentukan konsentrasi
NaOH melalui analisis kuantitatif konvensional yang biasanya dilakukan yaitu
dengan titrasi. Sebelum dititrasi dengan asam oksalat, larutan NaOH
ditambahkan indikator fenoftalein.
Penambahan indikator tersebut maka terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Indikator fenoftalein akan memberikan kenampakan warna
merah muda apabila berada pada larutan basa. Fungsi indikator fenolftalein
adalah sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen.
11
dengan mol asam oksalat, lalu titran yang berlebih bereaksi dengan indikator
sehingga adanya perubahan warna (titik akhir titrasi). Titrasi dilakukan sebanyak
3 kali. Titrasi pertama terjadi pada saat volume asam oksalat sebesar 5 mL, titrasi
kedua terjadi pada saat volume 5 mL dan titrasi ketiga terjadi pada saat volume 5
mL sehingga di dapat volume rata-rata asam oksalat sebesar 5 mL. Standarisasi
larutan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan NaOH dan pada hasil
perhitungan konsentrasi NaOH yang di dapat sebesar 0,1 ek/L sedangkan
konsentrasi asam oksalat yang digunakan sebesar 0,2 ek/L. Reaksi yang diperoleh
adalah :
C2H204 + 2 H2O + NaOH → NaCHO4 + CO2 + H2O
12
titrasi ketiga terjadi pada saat volume 6,5 mL sehingga didapatkan volume rata-
rata NaOH sebesar 6,3 mL. Sedangkan konsentrasi asam asetat sebelum
diencerkan sebesar 2,1 mol/L dan setelah di encerkan sebesar 0,084 ek/L.
Konsentrasi NaOH yang digunakan untuk titrasi adalah 0,084 mol/L. Reaksi pada
percobaan ini adalah:
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
V. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
I. PROSEDUR PERTAMA
15
II. PROSEDUR KEDUA
16