Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA I

PERCOBAAN IX

STANDARISASI NATRIUM HIDROKSIDA SERTA PENGGUNAANNYA

UNTUK PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT

NAMA : PUTRI RAUDLATUL JANNAH


NIM : 2211014220003
KELOMPOK: III (TIGA)
ASISTEN : RONIYANSYAH

PROGRAM STUDI S-1 FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022

1
PERCOBAAN IX

STANDARISASI NATRIUM HIDROKSIDA SERTA PENGGUNAANNYA

UNTUK PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat memahami dan melakukan


standarisasi larutan serta menggunakannya untuk analisis kuantitatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan


secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya telah diketahui. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari
sejumlah contoh solute yang diinginkan yang secara teliti ditimbang dengan
melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara
ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit reaksi kimia
yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis
akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar
primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada
proses itu dengan sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Volumetri atau titrimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi
kimia. Pada reaksi ini yang ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang
telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai titik ekuivalen sehingga kepekatan
zat yang dicari dapat dihitung. Titrasi merupakan cara untuk mengetahui
konsentrasi dalam zat tertentu yang banyak dilakukan pada proses industri obat-
obatan. Dalam melakukan titrasi diperlukan indikator sebagai senyawa yang
menandai bahwa titi ekivalen sudah tercapai. Dengan terjadinya perubahan fisis
yang dapat terlihat namun hasil titrasi umumnya menghasilkan pembacaan yang
tidak tepat dikarenakan presepsi orang berbeda-beda dalam pembacaan warna
(Pratama, 2003).
Dalam titrimetri sistem konsentrasi molaritas dan normalitas
digunakan paling sering. Formalitas dan konsentrasi analitik berguna dalam
keadaan-keadaan pada waktu terjadi disosiasi atau pembentukan kompleks.
Sistem berat persen biasa digunakan untuk menyatrakan konsentrasi

2
pendekatan dari pereaksi-pereaksi laboratorium. Untuk larutan-larutan yang
sangat encer cocok digunakan satuan seperjuta atau seperibu juta (Day, 1981).
Istilah titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kualitatif dengan larutan dari
zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang
diketahui tepat itu disebut larutan standar. Bobot yang hendak ditetapkan,
dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dalam hukum-hukum
stokiometri yang diketahui (Basett, 1999).
Untuk dapat digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus
memiliki beberapa persyaratan yaitu :
1. Harus ada reaksi yang sederhana, yang dinyatakan dengan persamaan
kimia, zat yang ditetapkan harus bereaksi lengkap.
2. Reaksi harus berjalan sangat cepat dalam beberapa keadaan,
penambahan suatu katalis akan mempercepat reaksi tersebut.
3. Harus ada perubahan yang mencolok yang menimbulkan perubahan
dalam sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekivalen.
4. Harus tersedia suatu indikator dimana perubahan visualnya dapat dilihat
dengan mata (Petrucci, 1992).
Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung
zat yang konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung
zat yang konsentrasi dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan
reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut
titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan
perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang bereaksi. Perubahan
warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi
perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir
titrasi sama dengan titik akhir teoritis (Suryani, 2011).
Suatu titrasi dalam prakteknya hanya dapat dilakukan kalau titik
ekuivalennya dapat terlihat. Titik akhir adalah titik yang menunjukkan
titrasi perlu diakhiri atau saat terlihat terjadi perubahan. dalam keadaan

3
sangat ideal, titik akhir berhimpit dengan titik ekuivalen, tetapi biasanya
selalu terjadi atau terdapat titik perbedaan. Perbedaan ini dinamakan kesalahan
titrasi (Khopkar, 1990).
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan
kadar logam beratdalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan
akan menimbulkan keracunan akutdan khronik, bahkan bersifat karsinogenik pada
manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998).Penelitian yang telah dilakukan oleh
Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom(SSA) menyimpulkan
bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba ya, mengandunglogam
berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih
Surabaya,mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang
dilakukan dengan metodeyang sama olh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis
ikan dan kerang di Pantai KenjeranSurabaya menyatakan bahwa kadar logam
berat Cadmium dalam daging kerang adalah 1,21 ppm(Sari, 2005).

III.METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Gelas arloji
2. Gelas beker 100 mL
3. Pengaduk kaca
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
6. Erlenmeyer 100
7. Labu takar
8. Buret
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O)
2. Larutan standar NaOh 0,1 N
3. Akuades
4. Cuka makan komersial
5. Indikator fenoftalein

4
3.2 Prosedur Kerja

I. Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat dan


Penggunaannya untuk Standarisasi Larutan NaOH.

1,26 gram Asam Oksalat


dihidrat (H2C2O4.2H2O)

 Ditimbang secara teliti menggunakan gelas arloji.


 Dipindahkan kedalam gelas beker 100 mL
20-30 mL akuades

 Ditambahkan
 Diaduk hingga larut sempurna
 Digunakan untuk membilas gelas arloji dan
dimasukkan kedalam gelas beker
Larutan Asam Oksalat

 Dipindahkan kedalam labu ukur 100mL


 Dimasukkan kedalam buret yang sudah dicuci dan
dikeringkan
Akuades
 Digunakan untuk membilas gelas beker dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
 Ditambahkan kedalam labu takar hingga
tepat tanda batas
 Dikocok hingga homogen
Hasil

10 mL Larutan NaOH

 Dimasukkan kedalam erlenmeyer


2-3 tetes indikator fenoftalein
Asam Oksalat
 Dititrasi sebanyak 3 kali percobaan
 Dihentikan apabila ada perubahan warna
 Dicatat volume asam oksalat yang digunakan
 Dihitung volume rata-rata titrasi
Hasil

5
II. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka
Komersial.

10 mL Larutan NaOH

 Dimasukkan kedalam labu takar 250 mL


Akuades
 Ditambahkan hingga tanda batas
 Ditutup labu takar
 Dikocok hingga homogen

Hasil

15 mL Larutan Larutan Standar NaOH 0,1 M

 Dimasukkan  Dimasukkan kedalam


kedalam erlenmeyer buret yang telah dicuci
2-3 tetes indikator dengan akuades dan
fenoftalein dikeringkan

 Ditambahkan
Larutan Standar NaOH 0,1 M

 Dititrasi sebanyak 3 kali percobaan


 Dihentikan apabila ada perubahan warna
 Dicatat volume NaOH yang digunakan
 Dihitung volume rata-rata titrasi
Hasil

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Data hasil pengamatan terhadap percobaan ‘Standarisasi natriu, hidroksida
serta penggunaannya untuk penentuan konsesntrasi asam asetat ’ dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel I. Data titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat sebagai titran

Volume Titran
Titrasi Ke- Indikator (PP) Perubahan Warna
(mL)

I 5 3 tetes Ungu → bening

II 5 3 tetes Ungu → bening

III 5 3 tetes Ungu → bening

Rata-rata
5 mL
Titran

7
Tabel II. Data titrasi asam asetat dengan NaOH 0,1 M sebagai titran.

Volume Titran Indikator


Titrasi Ke- Perubahan Warna
(mL)

3 tetes
I 6,5 Bening → Ungu

3 tetes
II 6 Bening → Ungu

3 tetes
III 6,5 Bening → Ungu

Rata-rata
6,3 mL
Titran

Perhitungan:
I. Standarisasi Larutan NaOH
Diketahui:
Massa asam oksalat =1,26 gram
Mr asam oksalat = 126 gram/mol
Volume larutan asam oksalat = 100 mL = 0,1 L
Massaasam oksalat /Mr AsamOksalat
Molaritas larutan asam oksalat =
Volume larutan asam oksalat
1,26/126
=
0,1
= 0,1
Normalitas Asam Oksalat = n.M
= 2 ek/mol . 0,1 mol/L
= 0,2 ek/L
Ditanya : Konsentrasi NaOH
Volume Naoh saat titrasi = 10 mL
Volume rata-rata Asam oksalat = 5 mL
Pada saat titik ekuivalen : N.Vasam = N.Vbasa

8
N.Vasam oksalat = N.VNaOH
0,2 ek / L. 5 mL
NNaOH =
10 mL
NNaOH = 0,1 ek/L
II. Penentuan konsentrasi asam asetat
Diketahui:
Volume asam asetat encer = 250 mL
Volume asam asetat encer yang dititrasi = Vasetat = 15 mL
Volume rata- rata NaOH yang digunakan untuk titrasi = VNaOH = 6,3 mL
Normalitas NaOH = 0,1 ek/L
Ditanya : Konsentrasi asam asetat pada cuka
Pada saat titik ekuivalen : N.Vasam = N.Vbasa
N.Vasam asetat encer = N.VNaOH
0,2 ek / L. 6,3 mL
Nasam asetat encer =
15 mL
Nasam asetat encer = 0,084 ek/L
Karena asam asetat adalah asam monoprotik maka n asam asetat = 1 ek/mol
Masetat= Nasam asetat encer/n
0,084 ek /L
Masetat =
1ek /mol
Masetat= 0,084 mol/L
Untuk mendapatkan konsentrasi asam asetat sebelum diencerkan maka
(M.V)Sebelum pengenceran = (M.V)Setelah pengenceran
250 mL
MSebelum pengenceran= Masetat×
10 mL
250 mL
MSebelum pengenceran= 0,084 mol¿ L×
10 mL
MSebelum pengenceran= 2,1 mol/L
Konsentrasi asam asetat dinyatakan dalam persentase (b/v) adalah :
%CH3COOH(b/v) = Masetat× Mrasam asetat ×(1 L/1000 mL) ×100
%CH3COOH(b/v)= 0,084 ¿ ¿60 ¿ ¿(1 L/1000 mL) ×100
%CH3COOH(b/v)= 504 gram / 100 mL
%CH3COOH = 5,04 % (b/v)

9
4.2 Pembahasan

Percobaan standarisasi larutan NaOH digunakan larutan standar asam


oksalat. Menurut refrensi yang diambil dari jurnal (Suryani,2011) Titrasi
adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang
konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat
yang konsentrasi dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan
reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai
disebut titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai
dengan perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang bereaksi.
Perubahan warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau
karena penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana
terjadi perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal
titik akhir titrasi sama dengan titik akhir teoritis.
Titrasi argentometri merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan
reaksi pengendapan senyawa halogenia dan senyawa senyawa lain ketika
ditambahkan dengan AgNO3. Reaksi pengendapan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adalah pengendapan diantaranya temperatur, sifat alami
pelarut, pengaruh ion lain, pH , hidrolisis dan pembentukan kompleks
(Kuntari, 2018).
Pembuatan larutan asam oksalat ini menggunakan metode analisis
titrimetri yang mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat
yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang
akan ditetapkan. Analisis titrimetri ini dianggap lebih baik menyatakan proses
titrasi, sedangkan yang terdahulu dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran
volume seperti yang melibatkan gas-gas.
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis
titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan
alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam
yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar
(asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal
dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).

10
Konsentrasi larutan asam oksalat hasilnya yaitu 0,1 M. Sedangkan
normalitasnya adalah 0,2 ek/L. Dengan begitu, dapat ditentukan konsentrasi
NaOH melalui analisis kuantitatif konvensional yang biasanya dilakukan yaitu
dengan titrasi. Sebelum dititrasi dengan asam oksalat, larutan NaOH
ditambahkan indikator fenoftalein.
Penambahan indikator tersebut maka terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Indikator fenoftalein akan memberikan kenampakan warna
merah muda apabila berada pada larutan basa. Fungsi indikator fenolftalein
adalah sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen.

I. Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat dan Penggunaanya untuk


Standarisasi Larutan NaOH
Pembuatan larutan asam oksalat langkah pertama yang dilakukan
adalah menimbang 1,26 gram asam oksalat padat dengan menggunakan neraca
analitik dan memasukkannya ke dalam gelas beker 100 mL untuk dilarutkan
dengan akuades secukupnya. Kemudian pindahkan larutan kedalam labu ukur
dan menambahkan volume akuades sampai tanda batas lalu dikocok hingga
homogen. Reaksi yang di dapat adalah :
C2H2O4(s) + H2O(l) → C2H2O4(l)
Setelah itu akan dilakukan standarisasi larutan NaOH, pada prosedur ini
larutan NaOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL lalu
ditambahkan sebanyak 2-3 tetes indikator fenolftalein. Pemilihan indikator yang
tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Saat larutan NaOH ditambahkan
indikator terjadi perubahan warna, daru yang awalnya bening menjadi merah
muda, ini menunjukkan bahwa larutan NaOH bersifat basa. Sesuai dengan
literatur bahwa indikator fenolftalein memiliki perubahan warna dari tak berwarna
atau bening menjadi merah muda. Larutan asam oksalat yang telah dibuat
dimasukkan ke dalam buret 50 mL. Setelah itu dilakukan titrasi larutan NaOH
dengan larutan asam oksalat hingga terjadi perubahan warna yang konstan,
perubahan warna yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi
bening, dengan warna asal adalah merah muda. Perubahan warna ini dapat terjadi
karena telah tercapainya titik ekuivalen, yaitu titik dimana mol NaOH sama

11
dengan mol asam oksalat, lalu titran yang berlebih bereaksi dengan indikator
sehingga adanya perubahan warna (titik akhir titrasi). Titrasi dilakukan sebanyak
3 kali. Titrasi pertama terjadi pada saat volume asam oksalat sebesar 5 mL, titrasi
kedua terjadi pada saat volume 5 mL dan titrasi ketiga terjadi pada saat volume 5
mL sehingga di dapat volume rata-rata asam oksalat sebesar 5 mL. Standarisasi
larutan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan NaOH dan pada hasil
perhitungan konsentrasi NaOH yang di dapat sebesar 0,1 ek/L sedangkan
konsentrasi asam oksalat yang digunakan sebesar 0,2 ek/L. Reaksi yang diperoleh
adalah :
C2H204 + 2 H2O + NaOH → NaCHO4 + CO2 + H2O

II. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka komersial


Penentuan konsentrasi asam asetat dalam Asam Cuka komersial terjadi
reaksi antara asam lemah (CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH). sebelum titrasi,
asam asetat diencerkan terlebih dahulu. Karena asam asetat adalah asam
monoproptik, maka n asam asetat sebesar 1 ek/mol. Langkah pertama percobaan
ini adalah mengencerkan 10 mL asam asetat dengan menambahkan akuades
sampai tanda batas pada labu ukur 250 mL lalu dikocok hingga homogen.
Kemudian pindahkan 10 mL larutan encer asam cuka komersial dengan
konsentrasi 15% tersebut ke dalam erlenmeyer 100 mL dan menambahkannya
dengan 2-3 tetes indikator fenolftalein.
Saat ditambahkan indikator fenolftalein, larutan encer asam cuka
komersial tidak menunjukkan adanya perubahan warna yakni tetap bening atau
tak berwarna, ini menunjukkan bahwa asam cuka (asam asetat) memang bersifat
asam. Selanjutnya dilakukan titrasi antara larutan NaOH terstandarisasi dengan
larutan asam cuka encer hingga terjadi perubahan warna konstan, perubahan
warna yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi merah
muda, dengan asalnya tak berwarna. Perubahan warna ini dapat terjadi karena
telah tercapainya titik ekuivalen, yaitu titik dimana mol NaOH sama dengan mol
asam asetat pada asam cuka komersial, lalu titran yang berlebih bereaksi dengan
indikator sehingga adanya perubahan warna (titik akhir titrasi). Titrasi pertama
terjadi pada saat volume 6,5 mL, titrasi kedua terjadi pada saat volume 6 mL dan

12
titrasi ketiga terjadi pada saat volume 6,5 mL sehingga didapatkan volume rata-
rata NaOH sebesar 6,3 mL. Sedangkan konsentrasi asam asetat sebelum
diencerkan sebesar 2,1 mol/L dan setelah di encerkan sebesar 0,084 ek/L.
Konsentrasi NaOH yang digunakan untuk titrasi adalah 0,084 mol/L. Reaksi pada
percobaan ini adalah:
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

V. KESIMPULAN

Standarisasi larutan merupakan analisis trimetri dengan tujuan kuantitatif,


sehingga memerlukan akurasi yang tinggi. Standarisasi berfungsi untuk
mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan perbandingan volume. Standarisasi
larutan dilakukan dengan menggunakan larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar sekunder harus diketahui konsentrasi tetapannya
sebagai titrat dan larutan standar primer sebagai titran yang biasanya belum
diketahui konsentrasinya. Kadar asam asetat yang didapat dalam percobaan ini
adalah sebesar 5,04 %

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Hanyana Pujaatmaka dan L. Setiono. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.


Basset, J. et.al. 1999. Vogel Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Day, R.A, Jr. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi keempat. Erlangga: Jakarta.
Keman, S., & Sari, F. I. 2005. Efektifitas Larutan Asam Cuka untuk Menurunan
Kandungan Logam Berat Cadmium dalam Daging Kerang Bulu. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Unair, 1(2), 3937.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press:
Jakarta.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I.
Erlangga: Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar, Prinsif dan Terapan Modern. Erlangga,
Jakarta.
Pratama, A., Darjat, D., & Setiawan, I. 2011. Aplikasi LabVIEW sebagai
Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan menggunakan Metode titrasi
Iodimetri (Doctoral dissertation, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Undip).

14
LAMPIRAN

I. PROSEDUR PERTAMA

1.1 SEBELUM DITITRASI

1.2 SESUDAH DITITRASI

15
II. PROSEDUR KEDUA

2.1 SEBELUM DITITRASI

2.2 SESUDAH DITITRASI

16

Anda mungkin juga menyukai