Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN X

PEMBUATAN DAN PEMURNIAN KALIUM SULFIT

ukkmkuujl7 l

NAMA : ERNAWATI
NIM : 2211014220005
KELOMPOK: III (TIGA)
ASISTEN : ANNURUN NISA HARAHAP

PROGRAM STUDI S-1 FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022

PERCOBAAN X

PEMBUATAN DAN PEMURNIAN KALIUM SULFIT

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat memahami cara sentesis


sederhana dari suatu senyawa kimia dan metode pemisahan dan pemurnian
senyawa hasil sentesis secara rekristalisasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kebanyakan materi yang ada dibumi ini tidak murni tetapi berupa campuran
dari berbagai komponen. Contohnya tanah, tanah terdiri dari berbagai senyawa
dan unsur baik dalam wujud padat, cair dan gas. Udara yang kita hirup setiap hari
mengandung berbagai macam unsur dan senyawa seperti oksigen, nitrogen, uap
air, dan sebagainya, dengan demikian juga yang kita pakai sehari-hari bukanlah
air murni, melainkan mengandung zat–zat lain dalam bentuk gas, cair atau
padatan (Syukri, 1997).
Campuran adalah materi yang terdiri atas dua macam zat atau lebih dan
masih memiliki sifat-sifat zat asalnya. Campuran terdiri atas campuran homogen
dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang partikel-
partikelnya tidak dapat dibedakan dengan mata biasa. Campuran heterogen adalah
campuran yang serba tidak sama, membentuk dua fase atau lebih, dan terdapat
batas yang jelas diantara fase-fase tersebut (Brady, 1999).
Pada umumnya, di alam terdapat banyak campuran pemisahannya untuk
mendapatkan suatu zat tertentu yang murni. Hasil sintesis suatu senyawa
diharapkan mempunyai kemurnian yang semaksimal mungkin. Dengan
melakukan serangkaian percobaan yang akurat kemurnian dapat dicapai.
Pemisahan suatu zat dimaksudkan untuk memurnikan zat tersebut. Suatu
campuran dapat dipisahkan dengan cara filtrasi, distilasi, kristalisasi, ekstraksi,
kromotografi dan sublimasi (Sudarmadji, 1989).
Pemisahan campuran dapat dilakukan berdasarkan sifat fisika dan kimia.
Sifat fisika yaitu ukuran partikel, titik didih, titik leleh, kecepatan elusi zat pelarut
pada suatu lapisan zat, kelarutan, dan lain-lain. Pemisahan secara fisika tidak
mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia, satu komponen atau
lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan (Syukri, 1997).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar
dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat
yang bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam
larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Lesdantina dkk, 2009).
Ada dua golongan pemisahan yaitu :
1. Pemisahan zat padat dari zat cair
● Pemisahan zat padat tidak larut pada zat cair
a. Dekantir
b. Penyaringan
● Apabila zat padat larut pada zat cair
a. Penguapan sampai kering
b. Destilasi
c. Kristalisasi
2. Pemisahan zat padat dari zat padat
a. Dengan cara melarutkan dan menyaring
b. Dengan cara kristalisasi bertingkat
c. Dengan cara sublimasi
Untuk memperoleh pelarut yang cocok dilakukan pemisahan dan pemurnian
sebagai berikut :
1. Memilih zat pelarut yang hanya dapat melarutkan zat dalam keadaan panas,
sedangkan zat pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.
2. Dipilih pelarut yang titik didihnya rendah dimaksudkan untuk mempunyai
kemudahaan proses pengeringan kristal yang terbentuk.
3. Titik didih pelarutnya hendaknya lebih rendah daripada titik leleh zat yang
dilarutkan agar zat padat yang dilarutkan tidak terurai.
4. Pelarut yang tidak bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan sebaiknya dipakai
(Brady, 1999).
Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan dalam pemisahan
campuran:
a. Filtrasi (Penyaringan)
Filtrasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Filtrasi biasanya digunakan kertas saring.
b. Distilasi
Distilasi adalah pemisahan zar cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara
cermat, kita dapat menguapkan kemudian mengembunkan komponen demo
komponen secara bertahap. Pengembunan terjadi dengan mengalirkan uap ke
tabung pendingin. Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah penguapan
air dengan “pembawa” cairan kimia mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada
air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih
rendah daripada air (Sudarmaji, 1989).
c. Kristalisasi
Kristalisasi adalah cara memperoleh zat padat yang larut dalam cairan.
Larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal ini terjadi karena
kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila larutan kurang pekat, dapat
dipekatkan lebih dulu dengan jalan penguapan kemudian dilanjutkan dengan
pendinginan. Dengan kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena
komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih kurang tidak ikut mengkristal. Ada
dua cara kristalisasi yang dilakukan sebagai berikut :
1. Cara penguapan yaitu cairan diuapkan melalui pemanasan sehingga dihasilkan
kristal padat.
2. Cara pendinginan yaitu zat–zat yang mudah larut dalam air dingin. Jika suatu
larutan didinginkan, maka kelarutan zat akan berkurang.
Contoh pemisahan campuran dengan cara kristalisasi, yaitu :
1. Proses pembuatan garam dari air laut di ladang-ladang garam dengan
memanfaatkan energi matahari.
2. Proses pembuatan gula pasir dari cairan tebu sampai terbentuk larutan
jenuhnya. Kemudian larutan tersebut didiamkan sehingga gulanya mengkristal
(Kitty, 1996).
d. Ekstraksi
Pemisahan campuran dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan
kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Air sering digunakan sebagai
pelarut pertama sedangkan pelarut kedua adalah pelarut organik.
e. Kromotografi
Kromotografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud,
baik padat, cair, maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat
dipisahkan dengan cara yang lain. Dasar kromotografi adalah Kelarutan,
Absorbsi, Volalitas dan Daya serap.
Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut eluen atau
fasa bergerak, sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorben
atau fasa tetap. Syarat eluen harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat
mengalir, maka harus berupa cairan atau gas. Berdasarkan jenis eluen dan
adsorbennya, kromotografi dibagi menjadi empat cara, yaitu kromotografi kolom,
kertas, lempeng tipis, dan gas. Penukar ion adalah elektrolit tak larut berion labil
yang mudah dipertukarkan dengan medium sekitarnya tanpa mengalami
perubahan fisik struktur elektrolitnya sendiri. Penukar ion berkelebihan muatan
atau ion tetap yang ternetralkan oleh muatan ion labilnya disebut kation pada
penukar kation dan disebut anion pada penukar anion (Dorfner, 1995).
f. Sublimasi
Cara ini digunakan untuk pemurnian senyawa-senyawa organik yang
berbentuk padatan. Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik akan
menyebabkan terjadinya perubahan sebagai berikut :
a. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada
tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Di sini terjadi
perubahan fase dari padat ke cair lalu ke fase gas.
b. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan cair, pada
tekanan tertentu dan temperatur tersebut pula (pada titik didihnya) akan
berubah menjadi fase gas.
c. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada
tekanan dan temperatur tertentu akan langsung berubah menjadi fase gas tanpa
melalui fase cair terlebih dahulu (Dorfner, 1995).
III.METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Neraca analitik
2. Gelas beker ukuran 50 dan 400 ml
3. Pengaduk gelas
4. Corong
5. Hot plate
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Kristal natrium sulfit (Na2S03)
2. Kristal kalium klorida (KCl)
3. Akuades
4. Kertas saring
3.2 Prosedur Kerja

1,26 gram Na2SO4 + 1,49


gram KCl

50 mL akuades

Dipanaskan sampai volumenya ½


Didinginkan sampai suhu kamar
LARUTAN A
Disaring
KRISTAL LARUTAN A
Dipanaskan hingga volume ½
Didinginkan hingga terjadi
endapan
LARUTAN A Disaring
KRISTAL LARUTAN A2
KRISTAL LARUTAN A+KRISTAL LARUTAN A2

15 ml Aquades
Diuapkan dan diaduk
Didinginkan hingga terjadi endapan
Kertas saring
Ditimbang
Digunakan untuk penyaring lalu dipisahkan
Dikeringkan

Hasil Ditimbang massa kristal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Data hasil pengamatan terhadap percobaan ‘Pembuatan dan Penurnian
Kalium Sulfit ’ dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel I. Data massa kertas penyaring

Massa awal (gram) 0,40

Massa akhir (gram) 0,75

(m0-m1) 0,35

Perhitungan:
● Diketahui:
Massa Na2SO4 =1,26000 gram
Mr Na2SO4 = 126 gram/mol
Mol Na2SO4 = 0,01 mol
Massa KCl =1,49000 gram
Mr KCl = 74,5 gram/mol
Mol KCl = 0,01 mol
Reaksi yang terjadi:
Na2SO3 + 2 KCl K2SO3 + 2 NaCl
Mula-mula 0,01 0,02
Reaksi 0,01 0,02 0,01 0,01
Sisa - - 0,01 0,01
● Ditanya : Rendemen … ?
● Dijawab :
Massakalium sulfit yang diperoleh
Rendemen = ×100 %
Massa kaliumteoritis
o , 35
Rendemen = ×100 %=22%
1,58
4.2 Pembahasan

Percobaan praktikum kali ini yaitu pembuatan K2SO3 digunakan metode


kristalisasi. Kristalisasi adalah cara memperoleh zat padat yang larut dalam cairan.
Larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal ini terjadi karena
kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila larutan kurang pekat, dapat
dipekatkan lebih dulu dengan jalan penguapan kemudian dilanjutkan dengan
pendinginan. Dengan kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena
komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih kurang tidak ikut mengkristal
(Kitty, 1996).
Percobaan melakukan sintesis sederhana suatu senyawa kimia dalam hal ini
kalium sulfit, yang disintesis melalui reaksi antara kristal natrium sulfit dan
kalium klorida. Beberapa teknik pemisahan yang dapat dilakukan yaitu
penyaringan, penguapan, destilasi, ekstraksi, kristalisasi, dan kromatografi.
Kemudian dalam percobaan ini dipilih perlakuan pemisahan dan pemurnian
melalu metode kristalisasi.
Pada percobaan pembuatan K2SO3, digunakan dengan cara rekristalisasi
bertingkat yang berarti menggunakan prinsip perbedaan kelarutan zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pengotornya. Rekristalisasi dapat dilakukan
dengan cara melarutkan cuplikan ke dalam pelarut yang sesuai. Percobaan kali ini
merekristalisasi natrium sulfit (Na2SO3) dan kalium klorida (KCl) menggunakan
akuades sebagai pelarutnya dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Na2SO3 + 2 KCl K2SO3 + 2 NaCl
Reaksi di atas merupakan reaksi antara garam-garam yang juga menghasilkan
garam. Untuk semua fase, baik pereaksi maupun produk adalah larutan. Hal ini
dikarenakan garam pereaksi dan produk terlarut dalam air.
Pada pembuatan kalium sulfit dari natrium sulfit dengan kalium klorida,
garam yang terjadi direkristalisasi dengan air. Proses reklistalisasi ini
dilaksanakan sehingga hanya terdapat ion 2K+ dan ion SO saja yang tinggal
didalam larutan atau tidak ditemukan lagi ion Na- dan Cl-.
Untuk pembuatan endapan K2SO3, larutan dipanaskan. Tujuannya adalah
untuk mempercepat rekasi dan H2O yang menguap akan membuat larutan menjadi
lebih pekat atau memiliki konsentrasi yang lebih besar dari konsentrasi
sebelumnya. Endapan yang diperoleh pada pemurnian tersebut adalah endapan
K2SO3 yang berupa kristal padat dengan larutan NaCl.
Endapan K2SO3 terjadi setelah larutan Na2SO3 dan KCl dipanaskan atau
diuapkan dengan menggunakan hot plate sehingga larutan tinggal separuh.
Kemudian larutan tersebut didinginkan dalam penangas es sehingga larutan
dingin dan terbentuk endapan, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring
tetapi terlebih dahulu kertas saringnya ditimbang. Setelah endapan yang terbentuk
tersaring, kertas saring yang terdapat endapannya dimasukkan ke dalam oven
untuk memperoleh K2SO3 murni. Hal ini dilakukan agar yang endapan yang
didapat berupa Kristal.
Dalam hal pemisahan zat atau pembuatan zat dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah kristalisasi, yaitu pemisahan suatu campuran
zat padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan
cara rekristalisasi. Tujuan dari rekristalisasi adalah untuk memisahkan zat padat
dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang
lebih murni.
Larutan dipanaskan atau diuapkan kemudian didinginkan dimaksudkan untuk
mendapatkan endapan. Jika tidak terbentuk endapan berarti larutan tersebut belum
jenuh. Oleh karena itu, sisa filtrat harus dipanaskan dan didinginkan kembali.
Tujuan pemanasan dan pendinginan berulang-ulang pada percobaan ini adalah
untuk memperoleh kristal atau endapan yang lebih banyak.
Dari percobaan didapatkan berat endapan hasil rekristalisasi yang sudah
dikeringkan dalam oven adalah sebesar 0,35 gram. Berat endapan diperoleh dari
berat kertas saring+endapan dikurangi dengan berat kertas saring kosong. Secara
teoritis, endapan yang dihasilkan adalah 3,16 gram. Hal ini menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan antara berat endapan secara teoritis dengan berat
endapan yang dihasilkan.
Untuk mengetahui hasil rendemennya dapat dilakukan dengan menghitung
berat endapan yang diperoleh dibagi dengan berat endapan secara teoritis dikali
dengan 100%, dan didapat hasil rendemennya adalah 22%. Hal ini menunjukkan
bahwa endapan tersebut tidak murni dalam endapan tersebut masih ada pengotor
maupun pelarutnya.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini Pembuatan K2SO3 dapat dilakukan dengan


cara kristalisasi dengan melarutkan Na2SO3 dan KCl kemudian menguapkannya
dan mendinginkannya sampai terbentuk kristal atau endapan. K 2SO3 dilakukan
dengan cara rekristalisasi endapan hasil kristalisasi sebelumnya dengan pelarut
air, yang hasil endapannya disaring kemudian dikeringkan dalam oven. Berat
teoritis endapan melalui perhitungan adalah 3,16 gram sedangkan berat endapan
yang diperoleh adalah 0,35 gram. Rendemen yang dihasilkan pada percobaan ini
adalah 22 %. Dari persen rendemen tersebut dapat kita ketahui bahwa endapan
tersebut tidak murni, dalam endapan tersebut masih ada pengotornya.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Erlangga: Jakarta.


Dorfner. 1995. IPTEK Penukar Ion. Andi Offset: Yogyakarta.
Kitty, S. 1996. Kimia I. Intan Pariwara: Jakarta.
Lesdantina,D. & Istikomah. 2009. Pemurnian NaCl Dengan Menggunakan
Natrium Karbonat.
http://eprints.undip.ac.id/1337/1/paper_isti_mahda_pdf.pdf
Diakses pada tanggal 14 November 2022.
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty:
Yogyakarta.
Syukri, S. 1997. Kimia Dasar Jilid 2. ITB: Bandung.
LAMPIRAN

Gambar a. penguapan pertama

Gambar b. penguapan kedua

Gambar c. hasil kristalisasi K2SO3

Anda mungkin juga menyukai