Disusun Oleh :
Kelompok
: 1 (Satu)
Program Studi
: Teknik Sipil
Nama
SAMARINDA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebanyakan materi di Bumi ini tidak murni, tetapi berupa campuran dari
berbagai komponen. Contohnya, tanah terdiri dari berbagai senyawa unsur, baik
dalam wujud padat, cair, atau gas. Udara yang kita hirup setiap hari mengandung
bermacam unsur dan senyawa seperti, oksigen, nitrogen, uap air, dan sebagainya.
Demikian juga air yang kita pakai sehari-hari bukanlah air murni, melainkan
mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair, atau padatan. Untuk memperoleh
zat murni kita harus memisahkannya dari campurannya, contohnya untuk
mendapatkan air suling (akuades) kita harus menyulingnya dari air sungai atau
sumur.
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan
sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen berwujud padat dan
cair, misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan
bermacam-macam, mulai dari porinya yang besar sampai yang sangat halus,
contohnya kertas saring. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau
padatan dari pelarut.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui
prosedur dan prinsip-prinsip dari pemisahan dan pemurnian pada campuran untuk
memperoleh zat murni.
1.2
Tujuan percobaan
a. Untuk mengetahui prinsip dari pemisahan dan pemurnian
b. Untuk mengetahui mekanisme pemisahan dan pemurnian
c. Untuk mengetahui zat murni dari sebuah campuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling
bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar
atau tercampur. (Ralph H Petrucci, 1996)
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat di mana dalam penggabungan
ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing. Beberapa contoh
diantaranya adalah udara, minuman ringan, susu, dan semen. Campuran tidak
memiliki susunan yang tetap. Jadi, sampel-sampel udara yang diperoleh dari kota
yang berbeda bisa berbeda susunannya karena perbedaan ketinggian, pencemaran,
dan lain-lain. (Raymond Chang, 2003)
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fasa. Yang disebut satu
fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian
yang lain didekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis air gula di
semua bagian bejana sama, baik di atas, di bawah maupun di pinggirnya. Karena
begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun
dengan mikroskop. (Syukri S, 1999)
Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua zat
tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama di berbagai bagian bejana. Contohnya, campuran air dengan
minyak. (Syukri S, 1999)
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi sebagai
molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Komponen-komponen
yang terdapat pada larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan, sebagai
contoh air dan gula. Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Pada umumnya,
komponen yang jumlahnya terbanyaklah yang dianggap sebagai pelarut. Misalnya
sirup yaitu, campuran yang mengandung lebih banyak gula dari pada air.
Disamping itu, zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran
terjadi gaya tarik - menarik antar molekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut.
(Estien Yazid, 2005)
Koloid adalah suatu bentuk molekul yang keadaannya terletak antara campuran
kasar dan larutan. Secara makrokopis koloid tampak homogen tetapi secara
mikrokopis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu koloid digolongkan kedalam
campuran heterogen. Campuran koloid pada dasarnya bersifat stabil dan tidak
disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100 mm, berada diantara larutan
kasar atau suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus membran atau
filter ultra. (Estien Yazid, 2005)
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur unsurnya, ini terjadi karena unsur yang berkaitan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda. (Svehla, 1979)
Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur - unsur yang membentuknya, ini terjadi karena unsur
yang berkaitan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama atau hampir sama.
(Svehla, 1979)
Sifat fisik adalah sifat-sifat yang terkait dengan perubahan fisik, yaitu sebuah sifat
yang dapat diamati karena adanya perubahan fisik atau perubahan yang tidak
kekal. Sifat fisik berkaitan dengan penampilan atau keadaan fisis materi, yaitu
wujud, titik leleh, titik didih, indeks bias, daya hantar, warna, rasa, dan bau. Air
sebagai zat cair memiliki sifat fisik seperti mendidih pada suhu 100 oC. Sedangkan
logam memiliki titik lebur yang cukup tinggi, misalnya besi melebur pada suhu
1500 oC. Sifat materi yang ada hubungannya dengan sifat fisik yaitu, titik leleh
dan titik didih, berat jenis, indeks bias, dan perubahan wujud. (Sudarmo, 2006)
Sifat kimia adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan kimia yang dapat dialami
oleh suatu materi, misal dapat terbakar, dapat terurai, berkarat, mudah bereaksi,
beracun, dan bersifat asam atau basa. Contoh sifat kimia adalah daya ionisasi,
kelarutan dan kereaktifan. (Sudarmo, 2006)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
3.1.1 Alat-alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Spatula 1 buah
Gelas kimia 100 mL 1 buah
Corong kaca 1 buah
Corong pisah 1 buah
Cawan penguap 1 buah
Batang pengaduk 1 buah
Hot plate 1 buah
Mortar 1 buah
Alu 1 buah
Labu erlenmeyer 1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.2
Prosedur Percobaan
a. Dekantasi
- Dimasukkan 100 gram pasir kedalam gelas kimia yang telah diisi
akuades dan diaduk.
- Dibiarkan pasir mengendap lalu dituang cairan bagian atas
b. Filtrasi
- Digerus kapur tulis menggunakan alu dan mortar hingga halus
- Dimasukkan bubuk kapur tulis kedalam gelas kimia yang telah diisi
akuades dan diaduk
- Disiapkan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas ssaring,
kemudian dilakukan penyaringan
c. Kristalisasi
- Dimasukkan sebanyak 20 mL akuades kedalam gelas kimia
- Dimasukkan padatan CuSO4 seujung spatula ( 1 gram) kemudian diaduk
hingga padatan larut di dalam akuades
BAB IV
No Judul Percobaan
Hasil Pengamatan
.
1 Dekantasi
- Akuades menjadi keruh
- Terjadi endapan pasir
- Endapan pasir halus berada di atas endapan pasir
kasar
2 Filtrasi
- Akuades yang dicampur dengan kapur tulis menjadi
keruh
- Setelah dilakukan penyaringan, akuades kembali
jernih
3 Kristalisasi
- Setelah campuran CuSO4 dan akuades diuapkan,
CuSO4 mengalami pengkristalan, sedangkan
akuades menguap
4 Sublimasi
- Setelah campuran naftalena dan garam dipanaskan,
naftalena mengalami pengkristalan, sedangkan
garam tidak megalami pengkristalan
5 Ekstraksi
- Saat air dan minyak dihomogenkan sempat
menyatu, namun tidak lama setelah itu air dan
minyak kembali berpisah karena air bersifat polar
sedangkan minyak non polar
4.2
Pembahasan
Dekantasi adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair dengan cara
mengendapkan zat padat tersebut dan menuangkan zat cair yang ada diatasnya
dengan perlahan. Prinsip yang digunakan adalah perbedaan massa jenis. Pada
proses dekantasi, campuran pasir dan akuades didiamkan di dalam gelas kimia 50
ml. Hasil dari proses ini adalah pasir mengendap dibagian bawah gelas kimia dan
air berada dibagian atas dari endapan pasir. Hal ini terjadi karena massa jenis pasir
lebih besar dibandingkan massa jenis akuades, massa jenis pasir adalah 1,9 gr/cm 3
sedangkan massa jenis akuades adalah 1 gr/cm3. Dalam percobaan ini campuran
bersifat heterogen sehingga dapat dipisahkan secara mekanik.
Filtarsi adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair dengan menggunakan
alat berpori (filter). Prinsip yang digunakan adalah perbedaan ukuran partikel. Pada
proses filtrasi, akuades yang telah dicampur dengan bubuk kapur disaring
menggunakan kertas saring. Hasil dari percobaan ini adalah larutan berubah
menjadi keruh dan ketika disaring, bubuk kapur tertahan pada kertas saring karena
ukuran partikel lebih besar daripada pori-pori kertas. Kapur yang tertahan pada
kertas saring disebut residu sedangkan akuades disebut filtrat.
Kristalisasi adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair dengan cara
dipanaskan hingga zat pelarutnya menguap. Prinsip yang digunakan adalah
perbedaan titik didih. Pada proses kristalisasi, campuran CuSO 4 dan akuades
dipanaskan diatas hot plate. Hasil dari proses ini adalah akuades lebih cepat
menguap dan yang tersisa adalah kristal CuSO4 didasar gelas kimia. Hal ini terjadi
karena titik didih akuades lebih rendah dari CuSO 4. Titk didih akuades adalah
100oC sedangkan titik didih CuSO4 adalah 150oC. Percobaan ini dipengaruhi oleh
titik didih dan titik uap. Dimana jika titik uapnya tinggi maka titik didihnya rendah
dan sebaliknya jika titik uapnya rendah maka titik didihnya tinggi.
Sublimasi adalah proses pemisahan zat padat dari zat padat dengan cara
dipanaskan dimana zat padat berubah menjadi zat gas tanpa melalui fase zat cair.
Prinsip yang digunakan adalah perbedaan titik didih. Pada proses sublimasi,
campuran naftalena dan garam pada cawan penguap ditutup dengan kertas saring
yang telah dilubangi kecil-kecil menggunakan jarum. Lalu ditutup lagi
menggunakan corong kaca dengan posisi terbalik yang ujungnya disumbat dengan
kertas, kemudian dipanaskan. Hasil dari proses ini adalah terdapat kristal-kristal
naftalena yang menempel pada dinding corong kaca. Percobaan ini dipengaruhi
oleh titik didih. Hal itu terjadi karena titik didih naftalena lebih rendah dari titik
didih garam. Titik didih naftalena adalah 218oC sedangkan titik didih garam adalah
1465oC.
Fungsi perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
- Fungsi dari pengadukan pada setiap percobaan ditujukan untuk
mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar menjadi suatu campuran.
- Fungsi mendiamkan campuran setelah diaduk pada percobaan dekantasi
adalah untuk menunggu zat terlarut pada campuran tersebut mengendap.
- Fungsi pemanasan pada percobaan kristalisasi adalah untuk menguapkan
zat pelarut pada campuran tersebut hingga meninggalkan zat terlarutnya.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar : Konsep Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.