Anda di halaman 1dari 132

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


PERCOBAAN KE- 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
FAKULTAS TEKNIK, S1 TEKNIK KIMIA

ASWAR TAHAD NIM. 1109065006


ENDANG HOTMAULI SINAGA NIM. 1109065012
FAIZAL FAJRIN NIM. 1109065014
MEY RANTY NIM 1109065034
NUR WAHIDUN KURNIASIH NIM 1109065007
OGGI HEBERNANDO SIMANULLANG NIM 1109065038

Samarinda, 7 Desember 2011

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Dr. Aman Sentosa Panggabean, M.Si M. Asfian Nur


NIP. NIM. 0807 0350 70

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti air,


makanan, minuman, pakaian, rumah, bahan bakar, dan sebagainya, kesemua hal
tersebut tidak lepas dari yang namanya materi. Kebanyakan materi yang terdapat
di ala mini tidak murni, tetapi berupa campuran dari berbagai komponen.
Campuran sendiri adalah gabungan dua zat atau lebih denagn
perbandingan sembarang yang bergabung menjadi satu yang masih mempunyai
sifat zat asalnya. Campuran terbagi dua, yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen.
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang
semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fasa. Salah satu
contoh dari campuran homogen adalah air dan gula.
Campuran heterogen adalah penggabungan yang zat-zatnya tidak merata
atau perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama di
berbagai bagian bejana. Contohnya campuran air dan minyak.
Lingkungan sekitar kita sendiri contohnya, tanah terdiri dari berbagai
senyawa dan unsur baik dalam wujud zat padat dan cair. Begitu juga dengan udara
yang kita hirup sehari-hari. Udara mengandung bermacam unsur dan senyawa
seperti oksigen, nitrogen, uap air, dan sebagainya.
Hal ini menandakan bahwa udara sendiri bahkan airpun bukan zat murni.
Maka dari itulah proses pemisahan dan pemurnian dilakukan demi mendapatkan
zat murni dari campuran tersebut.
Untuk itulah percobaan ini dilakukan agar kita dapat mengetahui berbagai
jenis campuran dan cara pemisahan maupun pemurnian campuran tersebut dengan
tepat dan benar. Dalam percobaan ini khususnya terhadap campuran-campuran
yang telah dikenal dan dalam kehidupan sehari-hari kita.

2
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui jenis-jenis campuran dan contohnya
- Untuk mengetahui metode-metode pemisahan dan pemurnian campuran
- Untuk mengetahui aplikasi campuran serta pemisahan dan pemurniannya
dalam kehidupan sehari-hari

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu identitas zat kimia yang mudah dikenal adalah wujudnya yaitu
gas, cair dan padat. Zat kimia yang berwujud gas mempunyai partikel berjauhan
dan daya tariknya kecil sekali atau hampir tidak ada. Zat berwujud padat , daya
tarik antara partikelnya kuat sekali dan jaraknya sangat dekat. Sedangkan zat cair
barada diantara gas dan padat, baik jarak partikelnya maupun daya tariknya
(Syukri, 1999).
Bentuk dari zat padat salah satunya adalah Kristal. Kristal adalah benda
padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat
seperti garam , kuarsa, dan salju ada dalam bentuk yang jelas simetris. Telah lama
para ilmuwan menduga bahwa atom, ion, ataupun molekul zat padat ini juga
tersusun secara simetris, atau beraturan (Keenan, 1991).
Ada beberapa istilah yang harus dipahami dalam ilmu kimia yaitu unsur,
senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat diuraikan dengan
reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana contohnya hydrogen, oksigen, besi,
tembaga, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Unsur atau elemen merupakan sesuatu yang paling sederhana yang dapat
terbentuk dalam suasana normal di laboratorium dan berfungsi sebagai zat
pembangun untuk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai, mulai dari garam
dapur sampai senyawa protein yang sangat kompleks (Brady, 2007).
Senyawa adalah zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk
masing-masing senyawa individu selalu ada dalam perbandingan massa yang
sama, misalnya diketahui bahwa air terdiri dari dua atau lebih unsur hidrogen dan
oksigen. Semua sampel air, dari manapun asalnya akan mengandung unsur ini
dengan perbandingan satu bagian massa hidrogen dengan delapan bagian massa
oksigen (Brady, 2007).
Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan
perbandingan sembarang. Contohnya campuran antara unsur nitrogen dan
oksigen. Campuran dapat pula terjadi antar senyawa. Contohnya air dengan

4
alcohol, atau antara unsur dengan senyawa, contohnya nitrogen dengan uap air
(Syukri, 1999).
Campuran dapat dibedakan menjadi homogen atau heterogen. Campuran
homogen disebut larutan dan sifat-sifatnya selalu seragam. Ini berarti apabila kita
memeriksa sedikit bagian dari larutan natrium klorida dalam air, sifat-sifatnya
akan sama dengan bagian lain dari larutan tersebut. Dapat juga dikatakn bahwa
larutan terdiri dari satu fase. Jadi, fase didefinisikan sebagai sebagai bagian dari
sistem yang mempunyai suatu sifat dan komposisi yang sama (Brady, 2007).
Campuran heterogen adalah tidak seragam. Contohnya adalah minyak dan
air. Apabila kita mengambil sampel dari sebagian campuran minyak dan air ini
akan kita dapatkan bahwa sebagian campuran akan mempunyai sifat minyak,
sedangkan sebagian lain mempunyai sifat air. Jadi, campuran ini terdiri dari dua
fase yaitu minyak dan air. Apabila campuran ini kita kocok, maka minyaknya
akan tersebar sebagai butir-butir halus yang jika dikumpulkan akan merupakan
satu fase. Hal ini karena masing-masing butir minyak tersebut mempunya sifat
dan komposisi seperti minyak pada butir lain (Brady, 2007).
Jenis-jenis pemisahan dan pemurnian campuran antara lain:
- Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan
bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Penyaringan biasanya
menggunakan kertasa saring. Contohnya adalah menyaring suspensi kapur dalam
air.
- Sublimasi adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan
campuran, sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi pada tempat tertentu
yang terbentuk dari pemanasan zat yang dapat berubah langsung dari fase padat
ke fase gas dan kembali lagi ke fase padat.
- Ekstraksi adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Campuran dua komponen
(misalkan A dan B) dimasukkan ke dalam pelarut X dan Y. syaratnya kedua
pelarut ini tidak dapat bercampur seperti minyak dan air (Syukri, 1999).

5
- Dekantasi adalah proses mengendapkan semua endapan kemudian
menuang hati-hati cairan diatas endapan sehingga endapan tetap tinggal dalam
wadah semula (Pudjaatmaka, 2002).
- Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan lagi. Cara ini bergantung pada kelarutan zat
padat pada kelarutan zat padat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar
karena konsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
- Kristalisasi adalah proses untuk memperoleh padatan dari larutannya
melalui proses penguapan kemudian didinginkan. Pemisahan didasarkan pada
fakta bahwa jika suhu diturunkan, keterlarutan zat terlarut berkurang sehingga
memisah dan bebentuk kristal.

Beberapa dasar pengelompokkan teknik pemisahan dan pemurnian campuran


antara lain sebagai berikut:
Perbedaan ukuran partikel salah satunya, jika ukuran partikel suatu zat
yang diinginkan berbeda dengan zat yang diinginkan dapat dipisahkan dengan
metode filtrasi. Untuk keperluan ini harus menggunakan kertas saring permeabel.
Hasil penyaringannya disebut filtrat dan zat pencampurnya akan terhalang dan
disebut residu.
Selanjutnya perbedaan titik didih. Untuk mencampurkan zat yang
memiliki titik didih dapat dilakukan dengan metode destilasi. Zat yang memiliki
titik didih lebih tinggi akan lebih dahulu menguap.
Perbedaan kelarutan suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang
berbeda, artinya suatu zat yang mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut
dalam pelarut B, dan begitupun sebaliknya.
Yang terakhir yaitu perbedaan pengendapan, suatu pengendapan zat
masing-masing akan mengalami kecepatan mengendap yang berbeda dalam
larutan yang berbeda. Zat yang memiliki berat jenis lebih besar dari pelarutnya
akan mudah mengendap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau
beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda maka dapat dilakukan

6
pemisahan campuran tersebut dengan sentrifugasi dan dimentasi. Dimana
sentrifugasi digunakan untuk memisahkan suspensi dalam jumlah sedikit (Svehla,
1979).
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partukel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Ukuran koloid berkisar antara 1-100nm (10-7 – 10-5 cm). contohnya mayonnaise
dan cat. Mayonnaise adalah campuran homogen di air dan minyak.
Cara penyerapan koloid terbagi dua, yaitu absorpsi dan adsorpsi. Absorpsi
adalah proses pemisahan suatu zat dengan menggunakan teknik penyerap.
Contohnya sirup yang disaring menggunakan norit.
Proses adsorpsi adalah salah satu proses pemisahan dimana komponen dari
suatu fluida/cair berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap. Biasanya
partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang
merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak
mungkin terjadi proses bolak-balik.
Senyawa kimia ditulis secara simbolik berdasarkan rumus kimianya.
Misalnya air ditulis H2O. rumus kimia juga menunjukkan komposisi kuantitatif
dari zat-zat. Disini symbol kimia menunjukkan partikel terkecil dari unsur, yaitu
atom.
Seringkali, dua atau lebih atom dapat bergabung bersama dengan kuat
sehingga dapat bertindak sebagai sebuah partikel yang disebut molekul. Apabila
atom-atomnya berasal dari unsur yang berbeda seperti H2O disebut molekul
senyawa , dan yang berasal dari unsur yang sama disebut molekul unsur.
Ada beberapa zat tertentu yang membentuk kristal yang mengandung
molekul air, apabila larutan dalam airnya diuapkan. Kristal ini disebut hidrat.
Misalnya tembaga sulfat (CuSO4). Rumusnya ditulis CuSO4.5H20 dan bila
dipanaskan menyisakan CuSO4 murni warna putih.
Beberapa bahan yang biasa digunakan dalam teknik pemisahan dan
pemurnian yaitu naftalena, pasir, garam, minyak, CuSO4.5H20, aquades dan kapur
tulis. Naftalena (C10H8) merupakan hidrokarbon siklik yang terdapat dalam batu

7
bara. Zat padat dari kristal putih digunakan dalam pembuatan zat celup organik
(Pudjaatmaka, 2002)
Minyak merupakan zat cair atau yang mudah dicairkan pada pemanasan.
Larut dalam eter, tetapi tidak larut dalam air. Biasanya dapat dibakar. Zat
demikian bergantung pada asalnya dan sifatnya ketika dipanaskan (Pudjaatmaka,
2002)
Garam dapur atau natrium klorida, zat padat berwarna putih yang dapat
diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. NaCl hampir tidak larut
dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyerap panas. Perubahan
kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal dan garam kompleks
sangat berneda karena garam kompleks menghasilkan ion-ion kompleks dalam
larutan.

8
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
-Sendok
-Gelas kimia 100 ml
-Corong Gelas
-Tabung Reaksi
-Corong pisah
-Cawan penguap
-Batang pengaduk
-Hot plate

3.1.2 Bahan
- Garam dapur
- Kapur tulis
- Pasir
- Naftalena
- Minyak goreng
- Aquades
- CuSO4.5H20
- Kertas saring

3.2 Prosedur Percobaan


Dekantasi
- Dimasukkan satu sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah diisi
dengan aquades.
- Diaduk campuran tersebut sampai berubah warna atau keruh.
- Dibiarkan pasir mengendap lalu dituang cairan bagian atas.
- Diamati perubahannya.

9
Filtrasi
- Dimasukkan satu sendok kapur tulis ke dalam gelas kimia yang telah
diisi dengan aquades.
- Diaduk campuran tersebut sampai berubah warna sampai keruh.
- Disiapkan corong kaca dan kertas saring.
- Dituangkan campuran air dan kapur tulis ke dalam tabung reaksi.
Rekristalisasi
- Dimasukkan 5 gr CuSO4.5H20 ke dalam 10 ml aquades di tabung
reaksi.
- Dimasukkan campuran tersebut hingga berubah warna.
- Dipanaskan diatas hot plate hingga tersisa CuSO4 yang berupa kristal-
kristal putih.
Kristalisasi
- Dimasukkan 1 sendok garam dapur ke dalam gelas kimia.
- Ditambahkan aquades.
- Diaduk hingga homogen.
- Dipanaskan hingga pelarut menguap.
- Diamati.
Sublimasi
- Dimasukkan garam dan naftalena dalam cawan penguap.
- Ditutup dengan kertas saring yang telah dibolongi.
- Diletakkan corong kaca terbalik yang telah disumbat lobangnya.
- Dipanaskan diatas hot plate.
- Diamati.
Ekstraksi
- Dimasukkan 25 ml aquades di dalam corong pisah.
- Dimasukkan 25 ml minyak goreng ke dalam corong pisah yang berisi
aquades.
- Dikocok campuran kemudian diamati.
- Dibuang fasa cairnya.

10
BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Pengamatan


1. Dekantasi
1 sendok pasir dimasukkan ke dalam Warna air menjadi keruh atau
gelas kimia yang telah diisi air. cokelat.

Diaduk.
Air dan pasir bercampur, pasir
tidak terlarut sempurna.
Didiamkan
Terbentuk tiga lapisan: busa
(paling atas), air keruh (lapisan
2), dan pasir (mengendap)
Air dibuang
Pasir mengendap dan terbentuk
dua lapisan, lapisan pasir halis
dan lapisan kasar.
2. Filtrasi
Bubuk kapur + air Air berubah warna menjadi putih
Diaduk keruh bercampur dengan kapur
tetapi tidak larut sempurna.

Penyaringan Larutan kapur disaring


menggunakan kertas saring.
Kapur tertahan pada kertas
saring dan filtrat di Erlenmeyer
menjadi jernih.

11
3. Rekristalisasi
CuSO4.5H20 Kristal CuSO4.5H20 berwarna
Dilarutkan dengan air biru terang.
Larutan menjadi biru terang,
larutan bercampur sempurna.

Pemanasan di atas hot plate Larutan CuSO4.5H20 dipanaskan


hingga semua air menguap dan
hanya tersisa CuSO4 yang telah
berubah kembali menjadi kristal
CuSO4 yang berwarna putih.
4. Kristalisasi
1 sendok garam dimasukkan ke dalam Garam dan air bercampur dan
gelas kimia garam terlarut sempurna.
Ditambah air dan diaduk Larutan berwarna putih keruh.
Air menuap dan menghasilkan
Dipanaskan hingga menguap kristal-kristal garam berwana
putih.
5. Sublimasi
Bukuk naftalena ditambah NaCl Bubuk naftalena dan NaCl
Dicampur di cawan patri dicampur.
Ditutup dengan kertas saring yang Garam menempel pada kertas
dilubangi kecil saring dan naftalena menempel
Ditutupi dengan corong yang disumbat pada corong dan telah berubah
kertas menjadi kristal.
Dipanaskan diatas hot plate
6. Ekraksi
Minyak goreng + air Trbentuk 2 bentuk fase air
Dicampur di corong pisah (polar) dan minyak (non polar).

12
Diaduk/dikocok Air dan minyak bercampur dan
menjadi warna kuning keruh.

Didiamkan Air dan minyak terpisah, minyak


di lapisan atas dan air di lapisan
bawah.

4.2 Pembahasan
Unsur atau elemen adalah meteri yang tidak dapat diuraikan lagi denagn
reaksi kimia menjadi yang lebih sederhana. Unsur berfungsi sebagai zat
pembangun untk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai, mulai dari garam
dapur sampai senyawa protein yang angat kompleks.
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua unsur atau lebih dengan
perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur
pembentuknya.
Campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat disebut larutan.
Zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan disebut solut, sedangkan yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain di dalam larutan disebut pelarut/
solvent.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Contohnya adalah tepung kanji dalam air dan debu di udara.
Suspensi adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat,
atau dengan kata lain cmpuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang
dilarutkan dalam zat cair tersebut. Contoh suspensi yaitu lumpur, tepung, kabut,
dan cat.
Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan
sembarang. Contohnya campuran antara unsur nitrogen dan oksigen. Campuran
dapat pula terjadi antar senyawa.

13
Campuran dibedakan menjadi 2 campuran homogen yang disebut larutan
dan sifat-sifatnya selalu seragam dan campuran heterogen yang tidak seragam.
Contoh heterogen adalah minyak dan air.
Materi di bumi ini kebanyakan dalam bentuk campuran, maka dari itu ada
beberapa teknik pemisahan dan pemurnian dilakukan agar memperoleh zat murni
dari campuran. Teknik tersebut antara lain filtrasi, sublimasi, ekstraksi, dekantasi,
rekristalisasi, dan kristalisasi.
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan
bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Penyaringan biasanya
menggunakan kertasa saring. Contohnya adalah menyaring suspensi kapur dalam
air.
Sublimasi adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan
campuran, sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi pada tempat tertentu
yang terbentuk dari pemanasan zat yang dapat berubah langsung dari fase padat
ke fase gas dan kembali lagi ke fase padat. Contohnya adalah penguapan kapur
barus (naftalena) yang tercampur garam.
Ekstraksi adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Campuran dua komponen
dimasukkan ke dalam pelarut X dan Y. syaratnya kedua pelarut ini tidak dapat
bercampur seperti minyak dan air.
Dekantasi adalah proses mengendapkan semua endapan kemudian
menuang hati-hati cairan diatas endapan sehingga endapan tetap tinggal dalam
wadah semula. Contohnya adalah pemisahan campuran air dan pasir.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan lagi. Cara ini bergantung pada kelarutan zat
padat pada kelarutan zat padat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar
karena konsentrasi tinggi akan mengendap. Contohnya CuSO4.5H20 yang
dipanaskan hingga menjadi kristal putih.
Kristalisasi adalah proses untuk memperoleh padatan dari larutannya
melalui proses penguapan kemudian didinginkan. Pemisahan didasarkan pada

14
fakta bahwa jika suhu diturunkan, keterlarutan zat terlarut berkurang sehingga
memisah dan bebentuk kristal. Contohnya adalah garam yang dipanaskan.
Jadi, perbedaan dari kristalisasi dengan rekristalisasi adalah keadaan awal
campuran tersebut. Kristalisasi berasal dari campuran yang telah terbentuk larutan
dan diproses untuk memperoleh padatan, sedangkan rekristalisasi keadaan
awalnya sudah berbentuk keristal dan diproses lagi untuk mendapatkan kristal
murninya.
Adsorpsi adalah kemampuan zat untuk menyerap gas, cairan atau zat
terlarut pada permukaannya. Adsorpsi adalah suatu fenomena fisik maupun
kimiawi sewaktu ion yang bisa berupa gas, cairan ataupun padatan memasuki
suatu fase padat.
Perbedaan dari adsorpsi dan absorbs adalah proses penyerapan atau
kemampuan penyerapannya. Adsorpsi hanya menyerap sebatas pada
permukaannya, sedangkan absorpsi dapat menyerap hingga inti selnya.
Bahan dan alat yang digunakan memiliki fungsi tertentu:
Garam dapur digunakan sebagai sampel dalam percobaan proses
kristalisasi dan sublimasi, kapur sebagai sampel percobaan filtrasi , pasir sebagai
sampel percobaan dekantasi, naftalena sebagai sampel sublimasi, minyak goreng
sebagai sampel ekstraksi dan CuSO4.5H20 sebagai sampel rekristalisasi.
Fungsi alat dalam percobaan , corong sebagai tempat kertas saring yang
digunakan untuk membuat campuran ke dalam tabung yang mulutnya kecil.
Batang pengaduk untuk mengaduk larutan agar tetap homogen atau agar zat padat
cepat larut. Sendok untuk mengambil zat padat. Kertas saring digunakan untuk
menyaring larutan yang bersifat heterogen. Tabung reaksi untuk melarutkan zat-
zat padat dan mencampurkan zat padat. Cawan penguap untuk menguapkan
larutan atau mengeringkan zat padat yang basa. Hot plate untuk memanaskan
suatu larutan dalam jumlah besar dan untuk menghomogenkan suatu larutan
dengan pengadukan. Cawan patri sebagai wadah penyimpan bahan kimia dan
gelas kimia untuk mengukur volume larutan yang memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi dalam jumlah tertentu.

15
Sifat “like dissolve like” atau partikel sejenis melarutkan partikel sejenis ,
artinya pelarut yang polar lebih mudah melarutkan zat yang polar, sedangkan
pelarut yang non polar lebih mudah melarutkan zat yang non polar juga.

- Struktur Naftalena (C10H8)

- Struktur Minyak Goreng


o

CH2 O C (CH2)7 CH = CH (CH2)7 CH3

o
CH O C (CH2)7 CH = CH (CH2)7 CH3

CH2 O C (CH2)7 CH = CH (CH2)7 CH3


o

16
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih
yang
semua partikelnya menyebar merata membentuk satu fasa, contohnya gula
dengan air yang tampak satu fasa, yakni cairan. Sedangkan campuran
heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal.
Contohnya campuran air dengan minyak tanah.
- Metode pemisahan dan pemurnian campuran antara lain filtrasi,
sublimasi,
ekstraksi, dekantasi, rekristalisasi, dan kristalisasi.
-Campuran alkohol daalm air menggunakan cara fisika, kristalisasi garam,
sublimasi bubuk naftalena dan NaCl dan ekstaksi minyak goreng dengan
air.

5.2 Saran
Pada pemisahan dan pemurnian sebaiknya dapat menggunakan metode
lain seperti adsorpsi. Contohnya menggunakan sirup dan norit.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Nasir. 2001. Kamus dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.


Keenan, Charles. W. dkk. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta:Erlangga.
Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.
Svehla.1979. Buku Ajaran Vogel Analisis Organik Kuantitatif Makro dan Semi
Makro. Jakarta: Kalma Media Pustaka
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB Press

18
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


PERCOBAAN KE- 2
PEMBUATAN LARUTAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK, S1 TEKNIK KIMIA

LILIS SAFITRI NIM. 1109065006


OGGI HEBERNANDO SIMANULLANG NIM. 1109065012
FRISTITHA P. SINAGA NIM. 1109065014
BAIQ RENI SEKARPATMI NIM 1109065034
MUNAWWARAH NIM. 1109065038
IRDIANSYAH NIM. 1109065049

Samarinda, 7 Desember 2011

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Dr. Aman Sentosa Panggabean, M.Si M. Asfian Nur


NIP. NIM. 0807 0350 70

19
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu identitas kimia yang mudah dikenal adalah wujudnya, yaitu gas,
cair, dan padat. Zat kimia yang berwujud gas berpartikel berjauhan, zat padat daya
tarik antar partikelnya kuat, dan zat padat juga jaraknya dekat.

Larutan adalah suatu zat cair, namun dalam proses pembuatannya menjadi
larutan, tidak sepenuhnya dari zat cair, bisa terbentuk dari padatan misalnya
NaOH, yang telah berbentuk larutan namun sangat pekat misalnya, HCL pekat.

Kepekatan suatu larutan bergantung pada banyaknya solut (zat terlarut)


dan solvent (zat pelarut) dalam larutan tersebut. Larutan encer dapat dibuat dari
padatan dan dari larutan pekat.

Maka itulah praktikum ini dilakukan agar mengetahui cara membuat


larutan dari padatan maupun larutan pekat serta mengetahui proses lain dari
larutan seperti titrasi.

1.2. Tujuan
 Mengetahui cara membuat larutan encer dari larutan padat dan
padatan.
 Mengetahui penggunaan konsentrasi satuan dalam membuat
larutan.
 Mengetahui proses pembuatan larutan dengan titrasi

20
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan didefinisikan campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion


dari dua zat atau lebih. Suatu larutan dimaksudkan fase cair. Lazimnya salah satu
komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran
itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau pelarut (solvent). Komponen
lain yang dapat berbentuk gas, cairan ataupun zat padat dibayangkan sebagai
terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut disebut zat terlarut
(solute). Dalam hal- hal yang meragukan zat yang kuantitasnya lebih kecil disebut
solvent. (Keenan, 1989)
Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam
jumlah maksimum, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada
keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tidak larut
(Yazid, 2005)
Larutan yang tidak jenuh adalah suatu larutan yang mengandung jumlah
solute lebih sedikit daripada larutan jenuhnya, sedangkan larutan lewat jenuh
mengandung solvent lebih banyak daripada yang ada dalam alrutan jenuhnya.
(Yazid, 2005)
Larutan lewat jenuh adalah tidak berada dalam kesetimbangan melainkan
dalam sistem metastabil. Larutan ini biasanya dibuat dengan membuat larutan
jenuh pada suhu lebih tinggi. (Yazid, 2005)
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute,
realtif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah yang mengandung
sebagian besar solute. (Baroroh, 2004)
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi yang
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang- kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam
sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus
ditambahkan kedalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika ditambahkan air kedalam

21
asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat membuat
air mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. (Brady, 1999)
Konsentarsi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dalam jumlah
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut didalam
sejumlah volemu tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul satuan satuan
konsentrasi yaitu mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm, serta ditambah
dengan persen massa dan persen volume, dan persen berat. (Brandy, 2004)
Cara umum yang dipakai dalam menyatakan konsentrasi larutan, yaitu:
1. Persen berat (%berat/ berat)
Jumlah gram zat total dalam 100 gram larutan, biasanya
digunakan untuk menyatakan kadar komponen yang berupa zat padat.
Persen berat (% b/b)= (gram zat terlarut/gram zat campuran) . 100%
atau
Persen berat (% b/b)= (gram zat terlarut/gram larutan) . 100%

Persen berat sering digunakan, karena tidak bergantung pada


suhu larutan yang dijumpai dalam perdagangannya, biasanya dinyatakan
dalam satuan persen berat.
Berikut beberapa kerapatan dan persen beberapa senyawa dalam
perdagangan:

Zat Kerapatan (g/ml) % b/b Molaritas kira- kira


NH3 0,19 28 15
HNO3 1,42 72 16
HClO4 1,68 71 12
H3PO4 1,69 85 15
H2SO4 1,84 96 18
HCl 1,18 37 12
Tabel 1.1Pembuatan Larutan

22
2. Persen berat/ volume (% b/v)
Menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 150 ml larutan.
Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan kadar zat padat dalam suatu
cairan atau gas.
% b/v = (gram zat terlarut/ ml larutan) . 100%
3. Normalitas (N)
Jumlah gram ekivalen (grek) zat terlarut dalam satu liter larutan
untuk analisa volumetri terutama dalam reaksi- reaksi asam basa dan
redoks.
N = W / BE . 1000 / V
Dengan BE = BM / a
,dimana
BE = Berat Ekivalen
BM = Berat Molekul
Hubungan Normalitas dengan larutan yang mempunyai K, % dan
kerapatan (bj) = L, berlaku:

N = 10 . K . L . a / BM
4. Molaritas
Jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus
molaritas adalah :
M = mol zar terlarut / Liter Larutan
atau
M = massa / Mr . 1000 / V (ml)
5. Molalitas
Jumlah mol zat terlarut dalam 100 gram pelarut,
m = mol zat terlarut / kg pelarut
atau
m = W / BM . 1000 / P

23
6. Fraksi mol
Perbandingan antar jumlah mol suatu komponen dengan jumlah
total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol selalu satu
konsentrasi dalam bentuk ini tidak mempunyai satuan karena merupakan
perbandingan.
Xa = n1 / n1 + n2
atau
Xb = n2 / n1 + n2
Xa + Xb = 1
7. Ppm (part per million)
Suatu bagian zat terlarut dalam satu juta bagian larutan, satuan ppm
sering dipakai untuk menyatakan konsentrasi zat yang sangat kecil dalam
larutan gas, cair atau padat.
Ppm = massa komponen larutan (g) / 1 juta g / pelarut
atau
Ppm = berat zat terlarut / berat larutan . 106
Hubungan ppm dengan satuan lain:
1 ppm = 1 mg / L
1 ppm = 1 mg / Kg
1 ppm = 10-4 %
1% = 104 ppm

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan


pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab
itu keduanya disebut juga titrasi asam basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkanke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna.
Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen pereaksi- pereaksi sama.

24
Didalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya
merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan
pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat
diketahui.
Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes
penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Volumetrik lebih
sering digunakan daipada titrimetrik. Akan tetapi, titrimetrik lebih baik karena
pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Reaksi- reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar titrimetri asam
basa adalah sebagai berikut :

Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebagai basa,
maka reaksinya adalah
HA + OH A- + H2O

Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai asam,
maka reaksinya :
OH + H+ B+ + H2 O

Dari kedua reaksi di atas bahwa prinsip asam-basa adalah reaksi


penetralan, yakni H+ + OH- H2 O dari teori dari beberapa
kemungkinan yaitu reaksi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan
basah lemah dan sebagainya.
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi penetralan,
menggunakan 2 macam cara,
Grek = volume (V) . Normalitas (N)
Vasam . Nasam = Vbasa . Nbasa
atau
V1 . N1 = V2 . N2

25
Reaksi eksotermis adalah pembebasan panas dari sistem ke lingkungan,
sedangkan reaksi endotermis adalah jika sistem menyerap panas dari lingkungan
sehingga sistem berubah.
Meniskus adalah gejala melengkungnya permukaan zat cair karena
bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana. Meniskus terbagi 2, meniskus
cembung adalah terjadi jika gaya adhesi antara partikel- partikel zat cair dengan
zat padat lebih kuat daripada gaya kohesi antar partikel zat cair.
Meniskus cekung adalah jika gaya tarik menarik antara partikel zat cair
dipermukaan dengan partikel zat padat lebih besar dari pada gaya kohesi suatu zat.

26
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Neraca Analitik
 Labu ukur 100 mL
 Pipet tetes
 Pipet Ukur
 Buret
 Labu Erlenmeyer
 Aluminium foil
 Corong Pisah
 Batang pengaduk
 Gelas kimia 100 mL

3.1.2 Bahan
 NaOH
 HNO3
 HCl
 Aquades
 Indikator PP

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Padatan NaOH
 Ditimbang padatan NaOH sesua dengan konsentrasi yang
diinginkan.
 Dilarutkan NaOH dengan aquades secukupnya.
 Dipindahkan larutan ke dalam labu takar dengan corong kaca.

27
 Batang pengaduk, gelas kimia, dan corong kaca dibilas dengan
aquades.
 Masukkan bilasan dan masing- masing benda di atas ke dalam labu
ukur.
 Aquades ditambahkan sampai tana batas tera.
 Tutup labu takar kemudian bolak- balik labu tersebut sambil
dipegang tutupnya selama beberapa kali.
3.2.2 Larutan HNO3
 Dimasukkan aquades secukupnya ke dalam labu takar
menggunakan corong kaca.
 Dimasukkan 0,6 mL HNO3.
 Dimasukkan aquades hingga tanda tera.
 Ditutup labu ukur, kemudian bolak- balik labu ukur tersebut sambil
dipegang tutupnya berkali- kali.
3.2.3 Larutan HCl
 Dimasukkan aquades secukupnya ke dalam labu takar
menggunakan corong kaca.
 Dipipet larutan HCl pekat dan dimasukkan ke dalam labu takar.
 Ditambahkan aquades hingga tanda tera.
 Ditutup labu takar dengan sambil di kocok.
3.2.4 Standarisasi
 Buret dibilas dengan aquades.
 Dimasukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret.
 Diambil HNO3 senbanyak 10 mL menggunakan pipet volume ke
dalam labu erlenmeyer.
 Ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes menggunakan pipet
tetes.
 Dibuka kran buret lalu diletakkan labu erlenmeyer yang berisi
HNO3 dibawah sambil digoyangkan perlahan- lahan.

28
 Perhtikan berapa volume NaOH yang digunakan pada proses
tersebut.

29
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan
1 Pembuatan NaOH
 Dihitung massa NaOH Massa NaOH : 0, 4 gram
 Ditimbang 0,4 gra, NaOH. Gram = 40 . 0,1
 Padatan NaOH dimasukkan kedalam = 0,4 gram
gelas kimia.
 Ditambakan aquades. % b/v = 0,4 / 100 . 100%

 Dipindahkan ke dalam labu ukur. = 0,4 %

 Dibolak- balik hingga larut.


2 Pembuatan Larutan HNO3
 Dihitung volume HNO3 pekat. V = 0,645 mL
 HNO3 pekat dipipet dimasukkan ke M HNO3 = 1,4 . 70 . 10 / 63
gelas kimia yang telah diberi = 15, 5 M
aquades.
 Dipindahkan ke labu takar M1 . V1 = M2 . V2

 Di bolak- balik hingga larut V1 = 0,1 . 100 / 15,5


= 0,645 mL
3 Pembuatan Larutan HCl
 Dihitung volume HCl. M = 37 . 1,19 . 10 / 36,5
 Dimasukkan HCl sebanyak 0,829 = 12,06 M
mL ke gelas kimia. M1 . V1 = M2 . V2
 Dimasukkan HCl kedalam labu ukur. V1 = 0,1 . 100 / 12,06

 Ditambahkan aquades hingga tanda = 0,82 mL

tera.
 Dibolak- balik hingga larut.

30
4 Standarisasi
 Larutan NaOH 0,1 M dimasukkan Larutan NaOH + larutan
kedalam buret sebanyak 25 mL. HNO3 yang ditambahkan
 HNO3 dipipet sebanyak 10 mL dan PP menjadi warna merah
dimasukkan ke labu erlenmeyer. lembayung.
 Ditambahkan indikator pp sebanyak
2 tetets menggunakan pipet tetes. M1 . V1 = M2 . V2

 Kran buret dibuka lalu letakkan labu M2 = 0,1 . 5 / 10

erlenmeyer yang berisi HNO3 = 0,05 M

dibawah buret sambil digoyang-


goyangkan. M HNO3 = 0,05 M

 Ditutup kran buret jika larutan di


erlenmeyer berubah menjadi warna
merah lembayung.
 Catat volume NaOH yang dapat
digunakan saat tepat terjadi
perubahan tersebut.

4.2 Reaksi
Standarisasi
HNO3 + NaOH NaNO3 + H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Penimbangan NaOH
 M = (massa / Mr) . (1000 / V (ml))
Massa = 0,1 . 4
= 0,4 gram NaOH

 Persen Berat per volume


% b/v = 0,4 / 100 . 100%
= 0,4 %

31
4.3.2 Konsentrasi HNO3 pekat
 V = 0,645 mL
M HNO3 = 1,4 . 70 . 10 / 63
= 15, 5 M

 M1 . V1 = M2 . V2
V1 = 0,1 . 100 / 15,5
= 0,645 mL
4.3.3 Molaritas HCl dari volume HCl (Pengenceran)
 Molar = 37 . 1,19 . 10 / 36,5
= 12,06 M

 M1 . V1 = M2 . V2
V1 = 0,1 . 100 / 12,06
= 0,82 mL
4.3.4 Standarisasi
 M1 . V1 = M2 . V2
M2 = 0,1 . 5 / 10
= 0,05 M
M HNO3 = 0,05 M

4.4 Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang tidak
terdispersi back sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan.
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute,
relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent
adalah (pelarut) adalah medium dalam nama solute terlarut.

32
Larutan standar primer adalah suatu larutan dimana konsentrasinya telah
diketahui secara tepat dan pasti.
Larutan standar sekunder adalah ;arutan suatu larutan dimana
konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan menggunakan larutan baku
primer.
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dalam jumlah pelarut,
dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut didalam sejumlah
volemu tertentu dari pelarut

Cara umum yang dipakai dalam menyatakan konsentrasi larutan, yaitu:


1. Persen berat (%berat/ berat)
Jumlah gram zat total dalam 100 gram larutan, biasanya
digunakan untuk menyatakan kadar komponen yang berupa zat padat.
Persen berat (% b/b)= (gram zat terlarut/gram zat campuran) . 100%
atau
Persen berat (% b/b)= (gram zat terlarut/gram larutan) . 100%

Persen berat sering digunakan, karena tidak bergantung pada


suhu larutan yang dijumpai dalam perdagangannya, biasanya dinyatakan
dalam satuan persen berat.
2. Persen berat/ volume (% b/v)
Menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 150 ml larutan.
Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan kadar zat padat dalam suatu
cairan atau gas.
% b/v = (gram zat terlarut/ ml larutan) . 100%

3. Normalitas (N)
Jumlah gram ekivalen (grek) zat terlarut dalam satu liter larutan
untuk analisa volumetri terutama dalam reaksi- reaksi asam basa dan
redoks.

33
N = W / BE . 1000 / V
Dengan BE = BM / a

,dimana
BE = Berat Ekivalen
BM = Berat Molekul
Hubungan Normalitas dengan larutan yang mempunyai K, % dan
kerapatan (bj) = L, berlaku:

N = 10 . K . L . a / BM
4. Molaritas
Jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus
molaritas adalah :
M = mol zar terlarut / Liter Larutan
atau
M = massa / Mr . 1000 / V (ml)
5. Molalitas
Jumlah mol zat terlarut dalam 100 gram pelarut,
m = mol zat terlarut / kg pelarut
atau
m = W / BM . 1000 / P
6. Fraksi mol
Perbandingan antar jumlah mol suatu komponen dengan jumlah
total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol selalu satu
konsentrasi dalam bentuk ini tidak mempunyai satuan karena merupakan
perbandingan.
Xa = n1 / n1 + n2
atau
Xb = n2 / n1 + n2
Xa + Xb = 1

34
7. Ppm (part per million)
Suatu bagian zat terlarut dalam satu juta bagian larutan, satuan ppm
sering dipakai untuk menyatakan konsentrasi zat yang sangat kecil dalam
larutan gas, cair atau padat.

Ppm = massa komponen larutan (g) / 1 juta g / pelarut


atau
Ppm = berat zat terlarut / berat larutan . 106
Hubungan ppm dengan satuan lain:
1 ppm = 1 mg / L
1 ppm = 1 mg / Kg
1 ppm = 10-4 %
1% = 104 ppm

Yang terakhir adalah percobaan standarisasi atau lebih dikenal dengan


titrasi. Larutan NaOH dimasukkan ke buret sebanyak 25 mL, pada pabu
erlenmeyer masukkan dengan volume 10 ml dan indikator pp sebanyak 1-3 tetes.
Hal ini dilakukan agar titik ekivalen yang diinginkan tercapai, stelah titrasi
dilakukan maka didapatkan larutan NaOH yang digunakan sebanyak 5 mL unutk
mendapatlam larutan HNO3 menjadi merah lembayung.
Selanjutnya, hitung kolaran hasil titrasi HNO3 dan NaOH dan didapat
memiliki konsentrasi 0,05 M.

35
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Cara membuat larutan encer dari cairan pekat dan padat.
Pertama, jika dibuat cairan dari cairan pekat, maka
digunakan prinsip pengenceran dengan mengetahui terlebih
dahulu konsentrasi larutan pekat, kemudian tinggal
menambahkan beberapa mL pelarut sesuai perhitungan agar
larutan dengan konsentrasi yang diinginkan didapatkan.
Kedua, jika membuat larutan dengan bahan dasar padatan,
maka digunakan dulu prinsip konsep konsentrasi yakni,
terlebih dari dahulu dicari berapa gram yang akan
ditimbang dengan cara menentukan berapa Molar larutan
yang ingin kita buat.
 Untuk mengencerkan larutan pekat, telah diketahui molar pekat,
molar larutan pekat stelah diencerkan dan volumenya, kemudian
volumenya larutan pekat dihitung dengan rumus,
M1 . V1 = M2 . V2
Dan apabila dketahui berat jenisnya, maka digunakan,

M = (bj . % . 1000) / Mr

 Pembuatan larutan dengan titirasi


Isi buret dengan larutan basa atau asam, biasanya basa
(NaOH) yang diketahui mlarnya hingga 25 mL, isi
erlenmeyer dengan larutan asam, diketahui volumenya dan
tambahkan indikator pp 2 tetes. Lakukan titrasi dengan
membuka kran buret perlahan sambil digoyang labu
erlenmeyernya. Hentikan titrasi jika terjadi perubahan
warna yang signifikan atau konstan.

36
5.2 Saran
Dalam praktikum selanjutnya, dapat menggunakan larutan pekat HNO3,
HCl yang berbeda molarnya atau konsentrasinya. Pada saat titrasi asam-basa
dapat menggunakan kombinasi yang berbeda, misalnya NaOH-HCl dan NaOH-
CH3COOH agar dapat dilihat perbedaan dan mengetahui lebih tentang titrasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Umi. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung
Mangkurat
Brady, James. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Keenan, Kleinfelter. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi

38
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


PERCOBAAN KE- 3
KROMATOGRAFI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK, S1 TEKNIK KIMIA

LILIS SAFITRI NIM. 1109065006


OGGI HEBERNANDO SIMANULLANG NIM. 1109065012
FRISTITHA P. SINAGA NIM. 1109065014
BAIQ RENI SEKARPATMI NIM 1109065034
MUNAWWARAH NIM. 1109065038
IRDIANSYAH NIM. 1109065049

Samarinda, 7 Desember 2011

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Dr. Aman Sentosa Panggabean, M.Si Rizka Maharana


NIP. NIM. 1007 0350 03

39
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak


berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Pada kebanyakan analisis
meliputi pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa penganggu, isolasi senyawa
yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan
pengukuran. Dalam ilmu kimia ada beberapa campuran yang dapat dipisahkan
antara lain adalah memisahkan zat padat dari suatu suspensi, memisahkan zat
padat dari larutan, memisahkan zat cair, memisahkan campuran dua jenis larutan
dan yang terakhir kromatografi.

Didalam praktikum ini kita akan mempelajari kromatografi-kromatografi


secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu cromos yang berarti warna dan graphos
yang berarti tulis. Jadi, kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang
didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen yang
dipisahkan, diantara dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam.

Kromatografi dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jenis


fase yang terlibat, antara lain :
- Kromatografi gas-cair
- Kromatografi gas-padat
- Kromatografi cair-cair
- Kromatografi cair-padat

Selain itu penggolongan Kromatografi yang didasarkan pada tekhnik


yang digunakan, dapat digolongkan menjadi dua yaitu kromatografi kolom dan
kromatografi planar. Penggolongan Kromatografi berdasarkan tekhnik pemisahan

40
adalah kromatografi kolom adsorpi dan kromatografi kolom partisi. Dalam
percobaan kali ini akan dilakukan perhitungan jarak pelarut dan komponen-
komponen noda yang dipisahkan, sehingga dapat diketahui faktor- factor yang
mempengaruhi perbedaan jarak pelarut ketika menggunakan pelarut polar, non
polar,dan semi polar. Selain itu kita juga akan menghitung nilai Rf dari masing-
masing percobaan. Karena nilainya sangat penting dalam bidang penelitian,
kromatografi merupakan ilmu yang mutlak diperlukan sehingga untuk lebih
memahami tentang kromatografi, oleh karena itu dilakukan percobaan
kromatografi pada percobaan kali ini.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian kromatografi
 Untuk mengetahui prinsip kromatografi.
 Untuk mengetahui faktor retardasi (Rf) larutan

41
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kimia analitik adalah ilmu kimia yang mengidentifikasi dan memisahkan


zat menjadi komponen-komponen dan penentunya lebih lanjut. Dengan analisis
sebenarnya pemisahan diusahakan seminimal mungkin, sebagai gantinya
digunakan taknik mashing, pengendalian Ph, dsb. Tetapi meskipun deimikian
pemurnian dan isolasi suatu zat. Teknik- teknik pemisahan seperti ditunjukkan
oleh kemajuan dalam bidang kimia, tergantung pada berbagai sifat fisika dan
kimia molekul-molekul sampel. Pemilihan teknik yang digunakan tergantung
pada banyak sedikitnya sampel, selektivitas metode resolusi dan kepraktisan
prosedurnya.(SM. Khopkan, 2003)

Definisi terperinci kromatografi pertama kali diberikan oleh Michael


Tsweet, seorang ahli botani Rusia yang bekerja di Warsawa. Pada tahun 1906 dia
mengumumkan pemerian pemisahan klorofil dan pigmen lainnya dalam suatu sari
tanaman dengan menggunakan alat seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Ket gambar. Pemisahan dua senyawa


dalam kolom kromatografi
sederhana:
a.) setelah penambahan cuplikan, b.)
setelah elusi

Larutan eter petroleum yang mengandung cuplikan diletakkan pada


ujung atas tabung gelas sempit yang telah diisi serbuk kalsium karbonat. Ketika

42
ke dalam kolom itu dituanggi eter petroleum maka akan terlihat bahwa pigmen-
pigmen itu terpisah dalam beberapa daerah. Setiap daerah berwarna itu maka dia
mengusulkan nama “Kromatografi”, yang berasal dari bahasa Yunani “kromatos”
yang berarti warna dan “graphos” yang berarti menulis. Sekarang kromatografi
mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari
penyusun cuplikan antara dua fasa, satu fasa tetap tinggal pada sistem dan
dinamakan fasa diam. Fasa lainnya dinamakan fasa gerak, memeperkolasi melalui
celah-celah fasa diam. Gerakan fasa gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari
penyusun cuplikan.(Sudjadi, 1988)

Kromatogarafi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom.


Perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip
mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut
kromtogram. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua
fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan
fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran terserap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau disebut adsorpsi
(penyerapan). Laju perpindahan suatu molekul suatu zat terlarut tertentu di dalam
kolom atau lapisan tipis zat menyerap secara langsung berhubungan dengan
bagian molekul-moleku tersebuat di anatara fase bergerak dan fase diam. Jika ada
perbedaan penahanan secara selektif maka masing-masing komponen akan
bergerak sepanjang kolom dengan laju yang tergantung pada karakteristik
masing-masing penyerap. Jika pemisahan terjadi masing-masing komponen keluar
dari kolom pada interval waktu yang berbeda, mengingat bahwa proses
keseluruhannya adalah fenomena migrasi secara differensial yang dihasilkan oleh
tenaga pendorong tidak selektif berupa aliran fase bergerak.

Klasifikasi Metode Kromotografi


Metode-metode kromotografi tidak dapat dikelompokan dengan hanya
meninjau satu macam sifat. Artinya kita dapat menyatakan tehnik-tehnik kolom
seperti destilasi , ekstrasi pelarut, penukar ion ke dalam satu kelas, tetepi tehnik

43
tersebut dapat juga diklasifikasikan berdasarkan metode-metode disfensial
migration.Pada semua metode-metode diferensial migration.
Pada semua metode –metode disferensial migration, pemisah berbagai
komponen campuran yang berfungsi pada berbagai medium tergantung pada
karakteristik laju individual komponen-komponen, sehingga dapat dikatakan
bahwa dalam klasifikasi, sesungguhnya terjadi tidak hanya satu fisis saja yang
ditinjau pemisahan. Dibandingkan dengan metode pemisahan secara keseluruhan.
Klasifikasi metode kromatografi relatif lebih sederhana. Fase gerak dapat berupa
cairan atau gas, sedangkan fase diam dapat berupa cair atau padat. Jadi kita
memiliki kombinasi cair-cair, cair-padat, gas-cair, gas-padat. Jika pemisahan
terutama meliputi suatu partisi sederhana antara fase diam dan fase gerak cair
juga, maka kromatgrafi ini dikenal sebagai kromatografi partisi. Jika gaya fisika
ke permukaan terutama meliputi kemampuan retensi dari fase diamnya, maka
proses tersebut sebagai kromatografi adsorpsi. Jika fase bergeraknya adalah gas,
metode ini disebut sebagai kromatografi gas cair atau kromatografi gas -
padat.(Mochamad Adnan, 1997)

Untuk senyawa yang mudah menguap, kromatografi gas merupakan cara


yang menawarkan resolusi tinggi, waktu analisis pendek dan kepekaan di daerah
ppm. Metode kromatografi cair memanfaatkan fase gerak cair untuk menggeser
sampel sepanjang kolam partisi yang di isi oleh pengadsorpsi padat atau zat padat
yang diselimuti seperti dalam HPLC. Di dalam kromatografi, pertukaran ion
ikatan kimia heteropolar terbentuk rversibel antara komponen-komponen ion di
dalam fase bergerak dan fase diam. Penyerapan gel atau filtrasi gel adalah suatu
contoh kromatografi ekslusi. Kromatografi kertas dan kromatografi kertas tipis
adalah contoh-contoh kromatografi partisi. Sutu deskripsi singkat dari metode
pemisahan akan dibahas berikut ini untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dan
aspek-aspek analitik masing-masing metode.
 Ditilasi, Adalah penguapan zat cair dan kondensasi dari uap kembali
ke fase cair.
 Ekstraksi.

44
 Kromatografi.

Adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan


kemampuan adsorpsi terhadap terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi
resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram. Prinsip
kromatografi adsorpsi berhubungan juga dengan bidang-bidang lain seperti
kromatografi zat padat. Pemisahan campuran ionic atau bermuatan dengan
differensial migration di bawah pengaruh gaya pendorong potensial listrik telah
dikembangkan. Pertama meliputi migrasi bebas dalam medium homogeny dan
migrasi kedua yang terjadi pada medium berpori yang stabil. Pertama disebut
sebgai elektro fase dan yang kedua dikenal sebagai ionoforesis atau
elektrokromatografi.

Teknik yang kedua banyak dalam pemisahan.

 Teknik Ring Oven


Teknik ini berkaitan dengan pengujian suatu tetesan tunggal
larutan pada suatu kertas, penyaring untuk mengetahui komponen-
komponen larutan.
 Zone Melting

Di sini dua wilayah tertentu yang meliputi penampang lintang suatu zat
di lelehkan dan dengan perlahan-lahan digerakan sepanjang batang zat padat. Zat
terlarut akan di bebaskan pada saat pembekuan pada bidang batas padat, cair, dan
terbawa sepanjang wilayah serta akan mengumpul suatu wilayah dengan koefisien
partisi adalah :
𝐴𝑚
𝑅𝑓 =
𝐴𝑚 + 𝐾𝑑 𝐴𝑠
Dimana : Am = Luas wilayah fase bergerak
As = Luas wilayah fase diam, jadi

45
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Prinsip Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahancampuran yang didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen campurantersebut diantara dua fase, yaitu
fase diam(stationary) dan fase gerak(mobile). Fase diam dapat berupa zat padat
atau zat cair, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas.
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari
berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem yang
terdiri dari fase diam dan fase gerak. Semua pemisahan pada kromatografi
tergantung pada gerakan relative dari masing masing komponen diantara kedua
fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh
fase diam akan bergerak lebih cepat dari pada komponen yang tidak tertahan lebih
kuat. perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan yang
lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorpsi, partisi , kelarutan atau
penguapan di antara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini cukup besar, maka
akan terjadi pemisahan secara sempurna . Oleh karena itu dalam kromatografi,
pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian
rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-
beda agar dapat terjadi proses pemisahan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses


migrasi differensial dinamis dalam sistem dalam mana komponen–komponen
cuplikan ditahan secara selektif secara fase diam.(Charles Keenan,1979)
Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya
kromatografi partisi (partition chromatography) dan kromatografi serapan
(adsorptionchromatigraphy). Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan,
misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis ( KLT ) , kromatografi
kertas dan kromatogafi gas.

46
Jenis-jenis Kromatografi

Fase Bergerak Fase Diam Prinsip Teknik Kerja

Kromatografi gas-
Gas Padat Adsorpsi padat

Kromatografi

Cair Padat Adsorpsi, Partisi kolom, KLT, dan


kromatografi kertas

Cair Cair Partisi Kromatografi


kolom, KLT, dan
kromatografi kertas

Kromatografi gas-
Gas Cair Partisi cair

Selain cara klasifikasi di atas juga yang digabung, misalnya kromatografi


partisi gas cair, kromatografi partisi cair –cair , kromatografi adsorpsi cair-padat
dan lain-lain. Juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi filtrasi gel
yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan
sebelumnya.(SM. Khopkan, 2003)
Kromatografi caiaran-padat atau serapan, diteemukan oleh Tsweet dan
dikenalkan kembali oleh Kuhn dan Lederer pada 1931, telah digunakan sanagt
luas untuk analisis organic dan biokimia. Pada umumnya sebagai isi kolom adalah
silika gel atau aluminia, yang memepunyai angka banding luas permukaan
terhadap volume sangat besar. Sayangnya hanya ada beberapa bahan penyerap,
maka pemilihannya sangat terbatas. Keterbatasan yang lebih nyata bahwa

47
koefisien distribusi untuk serapan kerap kali tergantung pada kadar total. Hal ini
akan menyebabkan pemisahan tidak sempurna.

Kromatografi cairan-caiaran atau kromatogfafi partisi, dikenalkan oleh


Martin dan Synge pada 1941, dan kemudian mendapatkan hadiah nobel untuk hal
itu. Fasa diam terdiri dari lapisan tipis caiarn yang melapisi permukaan dari
padatan inert yang berpori-pori. Ada banyak macam kombinasi cairan yang dapat
digunakan sehingga metode ini sangat berguna. Lebih lanjut, koefisien distribusi
sistem ini lebih tidak tergantug pada kadar, memberikan pemisahan lebih tajam.
Kromatografi gas-padat, digunakan sebelum tahun 1800 untuk
memurnikan gas. Pada waktu dulu teknik ini tidak berkembang karena kterbatasan
yang sama seperti halnya kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih lanjut
dengan macam fasa padat baru memperluas penggunaan teknik ini.
Kromatografi gas-cairan merupakan metode pemisahan yang sangat
efisien dan serba guna. Teknik ini telah menyebabjan revolusi dalam kimia
organik, sejak diperkenalkan pertama kali oleh James dan Martin pada tahun
1052. Hambatan yang paling utama adalah bahan cuplikan harus mempunyai
tekanan uap paling tidakbeberapa torr pada suhu kolom. Sistem ini sangat baik
sehingga dapat dikatan sebagai metode pilihan dalam kromatografi karena dapat
memisahkan dengan cepat dan peka.
Didasarkan pada teknik yang digunakan kromatografi digolongkan
menjadi kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisah
berupa zona-zona pita. Pada kromatografi analitik setiap komponen yang yang
keluar dari kolom akan dicatat oleh recorder dan disajikan dalam bentuk puncak
yang menunjukkan konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu. Untuk suatu senyawa
yang mengandung komponen tunggal akan ditandai denagn waktu elusi yang
tampak pada konsentrasi eluen maksimum. Tinggi atau luasan puncak sebanding
dengan konsentrasi komponen sampel. Pada kromatografi preparative, akan
diperoleh jumlah fraksi isolat dari komponen sampel pada fase gerak.

48
Kromatografi Kertas
Pada tahun 1944, Croslen dan Martin memperkenalkan dengan
memperkenalkan teknik dengan kertas penyaring sebagai penunjang fase diam
dan fase gerak, berupa cairan yang diserap antara struktur pori kertas. Sampel
sebanyak lebih kurang 1 mL di depositkan pada kertas saring dan akan mengalir
bersama pada sistem pelarut.
Meskipun zat-zat yang terrecovery tidak betul-betul murni, dia
dimanfaatkan juga untuk uji kalitatif dan kuantitatif. Keterbatasan metode ini
adalah waktu yang relatif lama dan resolusinya yang rendah. Susunan serat kertas
membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya
fase bergerak. Berbagai macam kertas yang komersial tersedia adalah whatman 1,
2, 31 dan 3 mm. kertas asam asetil, kertas silicon, dan kertas penukar ion juga
digunakan.
Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa murni yang
dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat-zat hidrofobik dapat dipisahkan pada
kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silicon dapat
digunakan untuk zat-zat hidrofobik, sedangkan unutk reagen yang korosif, kertas
serat kaca dapat digunakan untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangan
adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan. Seringkali nilai Rf berbeda dari satu
kertas ke kertas lainnya.(SM. Khopkhan,2003)

49
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
 Gelas Kimia
 Gunting
 Penggaris
 Pensil

3.1.2 Bahan-bahan
 Tinta Hitam
 Tinta biru
 Tinta merah
 Ekstrak bunga mawar
 Ekstrak pandan
 Ekstrak kunyit
 Etanol
 Aseton
 Aquades

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Kromatografi dengan pelarut aquades
 Dipotong kertas saring persgi panjang denga panjang 10 cm dan
lebar 5 cm.
 Diberi garis batas 1 cm dari bawah ke atas di kedua sisi.

50
 Diberi noda (titik) sampel yang kecil pada garis batas.
 Dimasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia yang telah diisi
aquades yang tingginya sekitar 0,5 cm sedemikian rupa sehingga
posisi kertas tegak lurus.
 Dibiarkan air merembes naik hingga sekitar 1 cm dibawah batas atas
kertas.
 Diambil dan dikeringkan.
 Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda
yang dipisahkan dan hitung harga Rf masing-masing noda.

3.2.2 Kromatografi dengan pelarut etanol


 Dipotong kertas saring persgi panjang denga panjang 10 cm dan
lebar 5 cm.
 Diberi garis batas 1 cm dari bawah ke atas di kedua sisi.
 Diberi noda (titik) sampel yang kecil pada garis batas.
 Dimasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia yang telah diisi
etanol yang tingginya sekitar 0,5 cm sedemikian rupa sehingga posisi
kertas tegak lurus.
 Dibiarkan air merembes naik hingga sekitar 1 cm dibawah batas atas
kertas.
 Diambil dan dikeringkan.
 Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda
yang dipisahkan dan hitung harga Rf masing-masing noda.

3.2.3 Kromatografi dengan pelarut aseton


 Dipotong kertas saring persgi panjang denga panjang 10 cm dan
lebar 5 cm.
 Diberi garis batas 1 cm dari bawah ke atas di kedua sisi.
 Diberi noda (titik) sampel yang kecil pada garis batas.

51
 Dimasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia yang telah diisi
aseton yang tingginya sekitar 0,5 cm sedemikian rupa sehingga
posisi kertas tegak lurus.
 Dibiarkan air merembes naik hingga sekitar 1 cm dibawah batas atas
kertas.
 Diambil dan dikeringkan.
 Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda
yang dipisahkan dan hitung harga Rf masing-masing noda.

52
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Jarak Noda Jarak


No Pelarut Noda 𝑅𝑓 (cm)
(cm) pelarut (cm)
Tinta hitam 0 6 0
Tinta merah 0 6 0
Tinta biru 0 6 0
1. Aquades
Ekstrak mawar 0 6 0
Ekstrak pandan 0 6 0
Ekstrak kunyit 0 6 0
Tinta hitam 0 6 0
Tinta merah 3,3 6 0,55
Tinta biru 0 6 0
2. Etanol
Ekstrak mawar 5,3 6 0,88
Ekstrak pandan 3,8 6 0,63
Ekstrak kunyit 3,4 6 0,57

Tinta hitam 3,4 6 0,57


Tinta merah 5,7 6 0,95
3. Aseton Tinta biru 4,2 6 0,72
Ekstrak mawar 0 6 0
Ekstrak pandan 5,7 6 0,95
Ekstrak kunyit 5,3 6 0,88

53
4.2 Perhitungan
4.2.1 Tinta Hitam
- Aquades

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6
- Etanol

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6
- Aseton

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
3,4
Rf = = 0,57
6
4.2.2 Tinta Merah
- Aquades

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6
- Etanol

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
3,3
Rf = = 0,5
6

54
- Aseton

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
5,7
Rf = = 0,95
6
4.2.3 Tinta Biru
- Aquades

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6
- Etanol

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6
- Aseton

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
4,2
Rf = = 0,72
6
4.2.4 Ekstrak Mawar
- Aquades

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6

55
- Etanol

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
5,3
Rf = = 0,88
6

- Aseton

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6

4.2.5 Ekstrak Pandan


- Aquades

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6
- Etanol

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
3,8
Rf = = 0,63
6

- Aseton

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
5,7
Rf = = 0,95
6

56
4.2.6 Ekstrak Kunyit
- Aquades

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
0
Rf = = 0
6

- Etanol

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
3,4
Rf = = 0,57
6

- Aseton

jarak noda
Rf =
jarak pelarut
5,3
Rf = = 0,88
6
Ket : satuan bilangan dalam cm

4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen
yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan
fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak
dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan
komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya.
Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan
kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat
dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat

57
terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen
yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat.

Kromatografi kertas adalah teknik kromatografi yang menggunakan kertas


sebagai fase diamnya dan fase geraknya dari pelarut yang meresap melalui kertas
yang diberi titik noda.

Prinsip percobaan kromatografi, prinsip kerjanya memisahkan sampel


berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase
geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau
campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Seperti prinsip “like dissolved like” yaitu komponen polar hanya dapat
dilarutkan dengan dengan baik oleh pelarut polar dan komponen non-polar hanya
dapat dilarutkan dengan baik oleh pelarut non polar.

Percobaan-percobaan dengan menggunakan aquades sebagai pelarut


didapat hasil pengamatanbahwa air aquades naik 6cm dan pelarut yang membawa
noda tinta naik 0cm, pada percobaan dengan menggunakan alcohol sebagai
pelarut, alcohol naik 6cm pada kertas saring dan tinta hitam naik 0cm, tinta merah
naik 3,5cm, tinta biru naik 0cm, ekstrak mawar naik 0cm ekstrak pandan naik
3cm, dan ekstrak kunyit 3,3cm . Pada percobaan aseton sebagai pelarut, aseton
naik 6cm, tinta hitam naik 5,4cm, tinta merah naik 5,5cm, tinta biru naik 4,5cm,
ekstrak mawar naik 0cm, ekstrak pandan naik 4,9cm dan ekstrak kunyit naik
5,4cm. Dan dari data berikut maka nilai Rf dapat dicari.

Sifat dari ekstrak pandan ialah dapat larut oleh air, dapat terbawa oleh
alcohol dan aseton. Sifat ekstrak mawar adalah dapat terbawa oleh alcohol dan
aseton, dalm kehidupan sehari hari biasanya digunakan sebagai bahan campuran
parfum. Tinta tidak dapat larut pada pelarut air namun dapat terbawa oleh
alkoholdan aseton.

58
Air merupakan unsure alami yang mempunyai sifat-sifat kimia maupun
fisika didalam struktur atomnya, berdasarkan pengamatan streoskop dimana air
mempunyai keterkaitan antara unsur atom yang satu dengan unsure atom yang
lain yang kemudian membentuk persenyawaan. Air adalah substansi kimia dengan
rumus kimia H2O: satu melekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait
secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 KPa (1 bar) dan
temperatur 273,15 K (0°C).

Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,
gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak
berwarna. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Etanol adalah cairan tak berwarna yang
mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api
berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-
sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam
ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada
senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.

Aseton dengan rumus molekul CH3COCH3, memiliki titik lebur -95,4 oC,
titik didihnya 56,2 oC. Propanon adalah senyawa keton yang paling sederhana
yang dapat bercampur dengan air. Senyawa ini dibuat melalui oksidasi
propanadiol atau diperoleh sebagai reaksi sampingan dalam pembuatan fenol dari
kumena. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan mentah
pembuatan plastik, serat, obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Sekain

59
dimanufactur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami,termasuk
pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.

SENYAWA POLAR

 dapat larut dalam air


 Memiliki pasangan elektron bebas (bentuk tdk simetris)
 Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5
Cth : NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr, SO3, N2O5, Cl2H5

SENYAWA NON POLAR

 Tdk dapat larut dalam air


 Tdk memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris)
 Berakhir genap

Cth : F2, Cl2, Br2, I2, O2, H2, N2, CH4, SF6, PCl3, BCl3

Senyawa semi polar = ikatan kovalen koordinasi adlah ikatan yang terjadi apabila
pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang
membentuknya. Jadi disini terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas
(elektron sunyi), sedangkan atom lain sebagai penerimanya.
Syarat pembentuknya.
1. Atom yang satu memiliki pasangan elekton bebas.
2. Atom lainnya memiliki orbital kosong.
Cth: Ion hidronium (H3O+), Ion ammonia (NH4+).

Metode-metode pengembangan kromatografi kertas yakni :


Metode penaikkan (ascending)
Prinsipnya: Kertas digantung sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas
tercelup pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan tidak
sampai tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut akan naik melalui

60
serat-serat kertas oleh gaya kapiler yang menggerakkan komponen dengan jarak
yang berbeda-beda.

Metode penurunan (descending)


Prinsipnya: Kertas digantung dalam bejana dimana aliran mulai bergerak,
dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak turun
membawa komponen melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi.

Metode mendatar (radial)


Kertas dibentuk bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan
kertas. Noda ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalui
sumbu sehingga membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar
membawa komponen yang dipisahkan. Bila permukaan pelarut telah
mengembang atau bergerak pada batas tertentu, maka kertas dikeluarkan dari
bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas dikeringkan. Jika
senyawa yang dipisahkan berwarna maka akan nampak sebagai noda-noda yang
terpisah. Tetapi jika komponen zat tidak berwarna (umumnya senyawa organik),
maka dapat dideteksi dengan cara fisika atau kimia.

Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin


(1944), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam, kertas
merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau
pelarut polar lainya. Bila air diadsorbsikan pada kertas makan akan membentuk
lapisan tpis yang dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan
sebagai penyanggadan air sebagai fase diam yang terserap diantara pori kertas.

Faktor kesalahan yanag dapat terjadi adalah apabaila pelarutnya tercemar


oleh larutan lain sehingga larutannya tercemar. Pada noda yang digunakan juga
sudah terkontaminasi sehingga tidak akurat. Dan faktor kesalahan apda prosedur
percobaan juga bisa menjadi fatal,misalnya saja pemberian garis batas pada
kertas saring, hendaknya menggunakan pensil saja, karena bila memggunakan

61
tinta pulpen dapat mengotori hasil percobaan paa kertas. Faktor-faktor kesalahan
lainnya diantaranya jarak titik noda satu dengan lainnya terlalu dekat sehingga
saat dimasukkan kedalam gelas kimia yang terdapat pelarut didalamnya, titik
noda akan menyatu sehingga dapat membuat praktikan sulit untuk melihat hasil
percobaan.

62
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada
perbedaan migrasi-migrasi komponen-komponen yang dipisahkan
diantara dua fase yaitu, fase diam dan fase gerak. Jenis-jenis
kromatografi yaitu fase gas-cair, gas-padat, cair-padat dan cair-cair.
b. Kromatografi didasarkan pada prinsip perbedaan kecepatan migrasi
komponen-komponen yang dipisahkan diantara dua fase diam dan fase
gerak, seperti prinsip “like dissolved like” yaitu komponen polar hanya
dapat dilarutkan dengan baik oleh pelarut polar dan komponen
nonpolar hanya dapat dilarutkan dengan baik oleh pelarut nonpolar.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
c. 𝑅𝑓 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Nilai Rf berbanding terbalik dengan polaritas komponen. Semakin


nonpolar suatu komponen, maka semakin besar nilai Rfnya begitupun
sebaliknya. Nilai Rf pada percobaan yang menggunakan pelarut
aquades sebagai fase geraknya tinta hitam Rf 0cm, tinta merah Rf 0cm,
tinta biru Rf 0cm, ekstrak mawar Rf 0cm, ekstrak pandan Rf 0cm,
ekstrak kunyit Rf 0cm, pada pelarut etanol tinta hitam Rf 0cm, tinta
merah Rf 0,55cm, tinta biru Rf 0cm, ekstrak mawar Rf 0,88cm, ekstrak
pandan Rf 0,63cm, ekstrak kunyit Rf 0,57cm sedangkan pada pelarut
aseton tinta hitam Rf 0,57cm, tinta merah Rf 0,95, tinta biru Rf 0,72,
ekstrak mawar Rf 0cm, ekstrak pandan Rf 0,95cm, dan ekstrak kunyit
Rf 0,88cm.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan ini pada alat ditambahkan penyangga kertas
saring dan ditambahkan lagi bahan yang digunakan seperti ekstrak jahe, tinta

63
hijau, tinta kuning, agar dapat mengetahui dan membandingkan antara bahan yang
satu dengan yang lainnya dalam percobaan kromatografi.

64
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi.Edisi 1. Jakarta: Jogyakarta press.


Andi Khopkan, SM. 2003. Konsep Dasar Kimia analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Keenan, Charles,W. 1979.Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

65
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


PERCOBAAN KE- 4
STOIKIOMETRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK, S1 TEKNIK KIMIA

LILIS SAFITRI NIM. 1109065006


OGGI HEBERNANDO SIMANULLANG NIM. 1109065012
FRISTITHA P. SINAGA NIM. 1109065014
BAIQ RENI SEKARPATMI NIM 1109065034
MUNAWWARAH NIM. 1109065038
IRDIANSYAH NIM. 1109065049

Samarinda, 7 Desember 2011

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Dr. Aman Sentosa Panggabean, M.Si Supardi Yunus


NIP. NIM. 1007 0350 79

66
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat,


bukannya antara dua zat murni. Suatu bentuk yang paling lazim dari
campuran adalah larutan reaksi kimia yang telah mempengaruhi kehidupan
kita. Adapun contoh dari kehidupan sehari-hari kita yang menggunakan
reaksi kimia, seperti makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna
kemudian diubah menjadi tenaga tubuh, serta nitrogen dan hidrogen
bergabung membentuk amoniak yang digunakan sebagai bahan pembuatan
pupuk. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia seperti diatas lazim
dikenal sebagai stoikiometri.
Seorang ahli Prancis, Jeremian Benjamin Richter (1762-1807)
adalah orang pertama yang meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.
Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan
antara unsur kimia yang satu dengan yang lain. Stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu stoicheion yang berarti unsur dan metrein yaitu
mengukur, berarti mengukur unsur-unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal
ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat
dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Didalam
stoikoimetri, dipelajari hubungan kuantitatif zat-zat dalam suatu reaksi
kimia. Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan
atom unsur-unsur dalam suatu reaksi kimia, misalnya perbandingan atom H
dan atom O dalam molekul H2O. Stoikiometri erat kaitannya dengan
perhitungan kimia, yaitu antara lain persamaan kimia dan konsep mol.

67
Prinsip percobaan stoikiometri berdasarkan metode variasi
kontinyu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kuantitas
molar totalnya sama, tetapi masing-masing kuantitas pereaksi berubah-ubah.
Salah satu sifat fisika dipilih dan diperiksa seperti: massa, volume, suhu, dan
daya serap.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar dapat mengetahui
stoikiometri lebih mendalam melalui percobaan sederhana. Hal ini karena
stoikiometri selama ini tanpa kita sadari telah terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari.

1.2 Tujuan
- Mengetahui reaksi stoikiometri pada percobaan NaOH - HNO3 dan NaOH -
H3PO4 serta reaksi stoikiometri
- Mengetahui pereaksi pembatas pada percobaan NaOH - HNO3 dan NaOH -
H3PO4
- Mengetahui titik maksimum dan minimum percobaan NaOH - HNO3 dan
percobaan NaOH - H3PO4

68
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheion yang


berarti unsur dan metrein yaitu mengukur, berarti mengukur unsur-unsur.
Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion,
molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat
dalam reaksi kimia.
Didalam stoikoimetri, dipelajari hubungan kuantitatif zat sehingga
dapat zat dikatakan bahwa, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari
hubungan kuantitatif zat-zat dalam suatu reaksi kimia. Untuk mendapatkan
titik stoikiometri maka hal yang harus dilakukan adalah melakukan
konsentrasi pereaksi, sehingga dengan variasi konsentrasi ini menyebabkan
perbedaan fisik, seperti massa, volume, suhu, dan daya serapnya.
Prinsip percobaan stoikiometri berdasarkan metode variasi
kontinyu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kuantitas
molar totalnya sama, tetapi masing-masing kuantitas pereaksi berubah-ubah.
Salah satu sifat fisika dipilih dan diperiksa seperti: massa, volume, suhu, dan
daya serap. Oleh karena itu, kuantitas pereaksi berlainan, perubahan harga
sifat fisika dari sistem ini dapat sipergunakan untuk meramalkan
stoikiometri.
Suatu reaksi berimbang merupakan dasar untuk menghitung
hubungan bobot pereaksi dengan hasil reaksi, sesuai dengan hukum
kekekalan massa bobot total pereaksi sama dengan bobot total hasil reaksi
dalam persamaan berimbang. Dasar dari semua hitungan stoikiometri adalah
pengetahuan tentang massa atom dan massa molekul.
2.1 Sistem Konsentrasi
Metode yang dipergunakan oleh analis kimia untuk menyatakan
konsentrasi dari suatu larutan, yaitu jumlah relatif dari larutan dan pelarut.
Sistem molaritas dan normalitas paling sering digunakan, karena didasarkan

69
pada volume larutan, besaran yang diukur dalam titrasi (R. A. Day. Jr&A. L
Underwood, 2001).
Formalitas dan konsentrasi analit amat berguna dalam situasi dimana
penguraian atau pembentilan kompleks terjadi. Sistem persentase berat
dipergunaka secara umum untuk menyatakan konsentrasi yang diperkirakan
dalam reagen laboratorium. Untuklarutan yang amat cair, bagian per juta
atau bagian per milyar lebih mencukupi (R. A. Day. Jr&A. L Underwood,
2001).
2.2 Berat Molekular dan Berat Rumus
Mol didefinisikan sebagai jumlah yang mengandung sebanyak
12
mungfkin entitas sebanyak atom-atom 12 g isotop karbon 𝐶. Entitas dapat
6
berupa atom, molekul, ion, ataupun elektron. Karena 12 g karbon- 12
mengandung atom dari angka Avogadro, berarti 1 mol dari substansi apapun
mengandung 6,022×1023 partikel elementer (R. A. Day. Jr&A. L
Underwood, 2001).
Dalam reaksi kimia terjadi perubahan suatu zat menjadi zat lain
seperti:
𝑭𝒆 + 𝑺 → 𝑭𝒆𝑺
Artinya, 1 atom Fe bergabung (bersenyawa) dengan 1 atom S membentuk
FeS. Dengan kata lain, reaksi kimia dalah reaksi antara partikel pereaksi
menjadi partikel hasil reaksi, Jumlah partikel tersebut mempunyai
perbandingan tertentu dan tetap ( Syukri, 1999).
Konsep mol sangat poenting dalam ilmu kimia, karena berguna
dalam menentukan jumkah partikel zat jika diketahui massanya, dan
sebaliknya menentukan massa jika diketahui jumlah partikelnya. Dalam
perhitungan yamg umum dipakai adalah mol, bukan jumlah partikel.
Hubungan antara massa dengan mol adalah:
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒖𝒏𝒔𝒖𝒓(𝒈)
Mol unsur =
𝑨𝒓 𝑼𝒏𝒔𝒖𝒓
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒚𝒂𝒘𝒂(𝒈)
Mol senyawa =
𝑴𝒓 𝑼𝒏𝒔𝒖𝒓

70
Hubungan mol dengan jumlah partikel.
Mol merupakan satuan jumlah zat, sehingga suatu mol sama dengan
bilangan Avogadro ada yang merupakan factor penghubung antara jumlah
mol zat dengan jumlah partikel yang dikandung oleh zat sebagai berikut:

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒕𝒊𝒓𝒂𝒏 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒐𝒍 ×

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒓𝒕𝒊𝒌𝒆𝒍
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒐𝒍 = 𝟔.𝟎𝟐 ×𝟏𝟎𝟐𝟑

Hubungan mol dengan gram


Untuk senyawa
𝒈𝒓𝒂𝒎 = 𝒎𝒐𝒍 × 𝑴𝒓
Untuk unsur
𝒈𝒓𝒂𝒎 = 𝒎𝒐𝒍 × 𝑨𝒓
Dari persamaan diatas dapat juga ditulis sebagai berikut: massa
adalah berat, sebab kondisi timbangan berdasarka pengaruh gravitasi.
Selanjutnya setelah penjelasan massa ada massa molekul relative, senyawa
dalam jumlah total dan masa atom relative unsur-unsur penyusunnya.
Kesamaan dari Mr adalah:
o Massa formula
o Berat molekul
Kesamaan dari Ar adalah:
o Nomor massa
o Bilangan massa
o Berat atom
Hubungan mol dengan voume gas. Tekanan atau suhu sangat berpengaruh
dalam wujud gas, sehingga dapat ditetapkan suatu tekanan serta suhu
tertentu yang disebut keadaan standar gas pada suhu 0oC dan tekanan 1 atm.

71
Maka berlaku rumus sebagai berikut:
𝑷𝑽 = 𝒏𝑹𝑻
Keterangan:
T = Suhu mutlak
P = Tekanan gas
R = Konstanta 0,0825
n = Jumlah mol gas (mol)
V= Volume gas (liter)
Dalam proses gravimetric yang biasa, suatu endapan ditimbang dan
dari harga ini berat analit dalam contoh dihitung persentase analit A adalah:
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑨
%𝑨 = 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉

Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam g (atau


ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian berat endapan dengan factor
fravimetri memerikan jumlah gram (R. A. Day. Jr&A. L Underwood, 1980).
Berat gram atau berat rumus adalah jumlah beraat atomic dari
semua atom dalam rumus kimia dari suatu substansi dan biasanya sama
seperti berat molecular. Istilah berat molecular sebagai sinonim dari berat
rumus dalam kasus seperi ini berat rumus dalam menentukan system
konsentrasi formalitas (R. A. Day. Jr&A. L Underwood, 1980).
Persentase berat system konsentrasi ini umumnya digunakan untuk
menyatakan perkiraan konsentrasi dari reagen laboratorium. Sistem ini
menunjukkan jumlah dari gram zat terlarut per 100 g larutan. Secara
matematis hal ini dinyatakan:
𝒘
𝒑 = 𝟏𝟎𝟎%
𝒘 + 𝒘𝒐
2.3 Rumus Kimia
Dalam kimia dikenal tiga macam rumus, yaitu rumus empiris,
rumus molekul, dan struktur molekul. Rumus empiris menyatakan
perbandingan atom unsure dalam senyawa. Rumus molekul menyatakan
baik jenis maupun jumlah atom yang terdapat dalam satu molekul (Syukri,
1999).

72
Akan tetapi, karena nilai n tidak diketahui dan tak hingga, maka
senyawa ini dituliskan seperti rumus empirisnya. Akibatnya rumus senyawa
ion bukanlah rumus molekul melainkan rumus empiris yang disebut rumus
senyawa (Syukri, 1999).
Yang menggambarkan molekul suatu senyawa secara lengkap
disebut struktur molekul. Dalam rumus ini diperlihatkan semua atom baik
jenis dan jumlahnya maupun posisinya dalam ruang (Syukri, 1999).
2.4 Kemolaran
Banyak zat kimiayang terdapat di laboratorium atau dipasaran
tidak dalam keadaan murni, tetapi berupa larutan, seperti HCL, larutan
H2SO4 dan larutan HNO3. Jumlah mol dalam larutan bergantung pada
konsentrasi dan volumenya. Satuan konsentrasi yang umum dipakai adalah
molar (M). Kemolaran suatu zat adalah jumlah mol zat dalam tiap liter
larutan (Syukri, 1999).
Konsentrasi larutan dapat ditulis didepan atau dibelakang rumus
zat, contoh 1,5 M HCL atau HCL 1,5 M. Jumlah mol zat dalam larutan
dapat dihitung bila kemolaran dan volume diketahui. Kemudian volume
dapat dicari dari kemolaran jumlah mol zat. (R. A. Day. Jr&A. L
Underwood, 2001).
𝒎𝒐𝒍 𝒛𝒂𝒕 = 𝒌𝒆𝒎𝒐𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏 × 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
atau
𝒎𝒐𝒍 𝒛𝒂𝒕
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 =
𝒌𝒆𝒎𝒐𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏
𝒈
𝒏=
𝑩𝑴
𝒈
𝑴 =
𝑩𝑴
𝒈 = 𝑴. 𝑽. 𝑩𝑴

Formalitas atau konsentrasi analitik didefinisikan sebagai:

73
𝒏𝒇
𝑭=
𝑽
Dimana nf adalah jumlah dari berat rumus larutan dan V adalah volume
larutan dalam liter. Karena,
𝒈
𝒏𝒇 =
𝑩𝑹

g adalah jumlah dari gram larutan dan BR adalah berat rumus, sehingga
𝒈
𝑭 =
𝑩𝑹. 𝑽

Bagian per sejuta(ppm)


Untuk menunjukkan konsentrasi dan satu larutan yang amat terurai. Sistem
ini menghasilkan jumlah bagian sebuah larutan dalam 1 juta bagian larutan:
𝒘
𝒑𝒑𝒎 = 𝟏𝟎𝟔
𝒘 + 𝒘𝒐

Karena w biasanya amat kecil dibandingkan wo, hal ini menjadikan:


𝒘
𝒑𝒑𝒎 = 𝟏𝟎𝟔
𝒘𝒐
(R. A. Day. Jr&A. L Underwood, 2001).

2.4 Persamaan Reaksi


Reaksi kimia adalah perubahan pereaksi menjadi hasil reaksi.
Suatu reaksi tidak boleh melanggar hukum kekekalan massa, artinya jenis
dan jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi harus sama. Sebagai contoh:
𝑯𝟐 + 𝑶𝟐 → 𝑯𝟐 𝑶
𝑯𝟐 + 𝑵𝟐 → 𝑵𝑯𝟑
Angka-angka didepan unsur dan senyawa disebut sebagai koefisien
reaksi, sedangkan angka satu tidak perlu dituliskan, seperti O2 dan N2.
Pekerjaan seperi ini disebut penyetaraan reaksi. Penyetaraan reaksi
merupakan hal penting karena perhitungan kimia dapat diselesaikan bila
persamaan reaksinya benar (Syukri, 1999).

74
Kajian kuantitatif terhadap reaksi kimia akan membahas hubungan
massa atau molar antara zat yang terlibat dalam reaksi. Bila kuantitas suatu
pereaksi diketahui maka yang lain dapat dihitung, baik pereaksi yang lain
maupun hasil reaksi. Sebelum menghitung kita harus mengetahui semua
wujud apakah zat padat, cair, gas ,atau larutan (Syukri, 1999).
Berdasarkan wujudnya, ada reaksi yang homogen dan ada yang
heterogen.
Contoh reaksi homogen: 𝑵𝟐(𝒈) + 𝟑 𝑯𝟐 → 𝟐𝑵𝑯𝟑
Contoh reaksi heterogen: 𝑪𝒂𝑪𝑶𝟑(𝑺) → 𝑪𝒂𝑶(𝑺) + 𝑪𝑶𝟐(𝒈)
jika semua pereaksi habis menjadi hasil reaksi disebut reaksi stoikiometrik,
tetapi jika tidak habis disebut reaksi terbatas atau non stoikiometrik (Syukri,
1999).
Reaksi kimia dapat berlangsung endotermik (mengambil panas dari
lingkungan) atau eksotermik (melepaskan panas). Menaikkan suhu
campuran kesetimbangan dengan menambahkan panas menyebabkan reaksi
berlangsung sedemikian rupa sehingga menyerap sejumlah panas yang
ditambahkan (Oxtoby, 2001).
Kesetimbangan dan reaksi endotermik bergeser dari kiri ke kanan,
sedangkan reaksi eksotermik bergeser dari kanan ke kiri. Dengan cara yang
sama, kita dapat menggambarkan persamaan berdasarkan pengaruh suhu
pada tetapan kesetimbangan. Tetapi, kesetimbangn untuk reaksi endotermik
akan naik dengan naiknya suhu, sedangkan untuk reaksi eksotermik turun
dengan naiknya suhu (Oxtoby, 2001).
Pereaksi Pembatas
Dalam reaksi yang pereaksinya non stoikiometrik maka kuantitas hasil
reaksi dihitung dari kuantitas stoikoimetrik pereaksi yang terkecil. Hal ini
dapat diterapkan ke dalam reaksi kimia seperti reaksi 5 mol nitrogen dengan
9 mol hydrogen menjadi amonia, dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
𝑵𝟐 + 𝟑𝑯𝟐 → 𝟐𝑵𝑯𝟑
(Syukri, 1999).

75
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Thermometer
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Bulp
- Pipet volume
3.1.2 Bahan
- Larutan NaOH 0,5 M
- Larutan HNO3 0,5 M
- Larutan H3PO4 0,5 M
- Aquades
- Tisu

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 NaOH 0,5 M - HNO3 0.5 M
- 2 ml, 4 ml, dan 6 ml larutan NaOH 0,5 M dimasukkan ke
dalam gelas ukur pertama.
- Diukur suhunya masing-masing.
- 2 ml, 4 ml, dan 6 ml larutan HNO3 0.5 M dimasukkan ke dalam
gelas ukur kedua.
- Diukur suhunya masing-masing
- Dicampurkan kedua larutan diatas dengan volume total 8 ml.
- Diukur suhu campuran tersebut.

76
3.2.2 NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M
- 2 ml, 4 ml, dan 6 ml larutan NaOH 0,5 M dimasukkan ke
dalam gelas ukur pertama.
- Diukur suhunya masing-masing.
- 2 ml, 4 ml, dan 6 ml larutan H3PO4 0,5 M dimasukkan ke
dalam gelas ukur kedua.
- Diukur suhunya masing-masing
- Dicampurkan kedua larutan diatas dengan volume total 8 ml.
- Diukur suhu campuran tersebut.

77
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


4.1.1 NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M

No ml ml Suhu Suhu Suhu


NaOH HNO3 NaOH HNO3 campuran

1 2 6 290C 290C 290C

2 4 4 280C 290C 290C

3 6 2 280C 290C 290C

4.1.2 NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M

No ml ml Suhu Suhu Suhu


NaOH H3PO4 NaOH H3PO4 campuran

1 2 6 280C 290C 290C

2 4 4 290C 290C 290C

3 6 2 290C 290C 290C

4.2 Reaksi
4.2.1 Stoikiometri system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M
NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O
4.2.2 Stoikimetri system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M
3NaOH + H3PO4 → Na3PO4 + 3 H2O

78
4.3 Perhitungan
(Stoikiometri system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M)
2 ml NaOH 0,5 M – 6 ml HNO3 0,5 M
NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O
M 1 mmol 3 mmol - -
R 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
S - 2 mmol 1 mmol 1 mmol
Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = HNO3
Massa garam NaNO3 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟
= 1 mmol × 85
= 85 mg → 0,085 gram
Termasuk reaksi non stoikiometrik

(4 ml NaOH 0,5 M – 4 ml HNO3 0,5 M)


NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O
M 2 mmol 2 mmol - -
R 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol

S - - 2 mmol 2 mmol
Pereaksi pembatas = -
Pereaksi sisa = -
Massa garam NaNO3 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟
= 2 mmol × 85
= 170 mg → 0,17 gram
Termasuk reaksi stoikometri

79
(6 ml NaOH 0,5 M – 2 ml HNO3 0,5 M)
NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O
M 3 mmol 1 mmol - -
R 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
S 2 mmol - 1 mmol 1 mmol
Pereaksi pembatas = HNO3
Pereaksi sisa = NaOH
Massa garam NaNO3 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟
= 1 mmol × 85
= 85 mg → 0,085 gram
Termasuk reaksi non stoikiometrik

(Stoikiometri system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M)


2 ml NaOH 0,5 M – 6 ml H3PO4 0,5 M
3 NaOH + H3PO4 → Na3PO4 + 3H2O
M 1 mmol 3 mmol - -
1 1
R 1 mmol mmol mmol 3 mmol
3 3

S - 2,7 mmol 0,3 mmol 3 mmol


Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = H3PO4
Massa garam Na3PO4 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟
= 0,3 mmol × 164
= 49,2 mg → 0,0492 gram
Termasuk reaksi non stoikiometri

(4 ml NaOH 0,5 M – 4 ml H3PO4 0,5 M)


3 NaOH + H3PO4 → Na3PO4 + 3H2O
M 2 mmol 2 mmol - -
2 2
R 2 mmol mmol mmol 2 mmol
3 3

S - 1,4 mmol 0,6 mmol 2 mmol

80
Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = H3PO4
Massa garam Na3PO4 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟
= 0,6 mmol × 164
= 98,4 mg → 0,0984 gram
Termasuk reaksi non stoikiometri

(6 ml NaOH 0,5 M – 2 ml H3PO4 0,5 M)


3 NaOH + H3PO4 → Na3PO4 + 3H2O
M 3 mmol 1 mmol - -
R 3 mmol 1mmol 1 mmol 3 mmol
S - - 1 mmol 3 mmol
Pereaksi pembatas = -
Pereaksi sisa = -
Massa garam Na3PO4 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟
= 1 mmol × 164
= 164 mg → 0,164 gram
Termasuk reaksi non stoikiometri

81
4.4 Grafik

Sistem NaOH - HNO3


35
30
T Campuran (0C)

25
20
15
10
5
0
2 4 6 V NaOH (ml)
6 4 2 V HNO3 (ml)

Sistem NaOH - H3PO4


35
30
25
20
T Campuran (0C)

15
10
5
0
2 4 6
6 4 2

V NaOH + V H3PO4 (ml)

4.5 Pembahasan
Stoikiometri adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
hubungan kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoichelon, artinya unsur dan
literature stoikiometri artinya mengukur unsur-unsur.
Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang menyertai proses stoikiometri,
sehingga dalam reaksi ini terdapat hubungan kuantitatif zat-zat yang

82
bereaksi, dapat juga menggunakan prinsip stoikiometri dengan mengubah
jumlah mol-mol zat reaksi akan dapat ditemukan persamaan reaksi
berimbang.
Reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang tidak ada hubungannya
dengan stoikiometri, sehingga dalam reaksi ini tidak terdapat hubungan
kuantitatif zat-zat dala reaksinya, dapat juga reaksi yang zat pereaksi tidak
habis bereaksi membentuk hasil reaksi.
Reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan kalor dari system ke
lingkingan biasanya terjadi pada proses pencampuran larutan yang
menghasilkan panas. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyerap kalor dari lingkungan ke system.
Titik maksimum adalah titik tertinggi yang dapat dapat dicapai oleh
suatu campuran pada titik stoikiometri. Sedangkan titik minimum adalah
titik terendah yang dapat dicapai oleh suatu campuran pada titik
stoikiometri.
Titik stoikiometri adalah titik yang terjadi dimana reaksi tersebut telah
menjadi seimbang. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah
berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual
melalui perubahan warna indicator. Titik ekuivalen adalah titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah
basa yang ditambahkan sama dengan jumlah basa yang
dinetralkan [𝐻 + ] = [𝑂𝐻 − ].
Dalam percobaan ini menggunakan metode varisai kontinyu dimana
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi berubah-ubah,
namun molar totalnya sama. Sifat fisika (masa, volume, suhu, dan daya
serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri.
Caranya dengan mencampurkan dua larutan yang mana larutan ini terdiri
dari larutan yang bersifat asam dan basa. Suhu dari masing-masing larutan
ini dihitung, kemudian dihitung suhu campuran dari larutan campuran
tersebut.

83
Reaksi pembatas adalah zat yang habis pertama kali dan sebagian
reaktannya masih tersisa walaupun reaksi sudah selesai.
Sifat fisika dan kimia H3PO4

Sifat Fisika

Bentuk Cair

Warna Tidak berwarna

Sifat Kimia

Berat Molekul 98

Specific gravity 1,834

Titik didih (0C) 213

Titik leleh (0C) 42,35

Sifat fisika dan kimia HNO3

Sifat Fisika

Massa jenis 1,502 gr/cm3

Titik didih (0C) 86

Titik leleh (0C) -42

Energy evaporasi 9,43 kkal/mol

Berat Molekul 63,02 gr/mol

Nilai entropi 37,19 kkal/mol 0K

Warna Tidak berwarna

84
Sifat kimia

- Oksidator kuat dan asam kuat

- Reaksi dengan amonoa menghasilkan ammonium nitrat

- Reaksi dengan nokel sulfide menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen


monoksida, belerang dan air

NaOH berwarna putih, massa melebur, berbentuk serpihan atau


batang, sangat basa, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur.
Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol, tidak larut dalam eter,
Titik leleh 3180C dan titik didih 13900C, NaOH membentuk basa kuat bila
dimasukkan dalam air, densitas NaOH adalah 2.1.
Dalam percobaan ini menggunakan prinsip stoikiometri yaitu dengan
mengubah jumlah mol zat reaksi akan dapat ditemukan yang mana
persamaan reaksi stoikiometri dan non stoikiometri adalah reaksi zat
pereaksi tidak habis bereaksi membentuk hasil reaksi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk masing-masing reaksi
kimia, reaksi stoikiometri yang terdapat pada system NaOH 0,5 M - HNO3
0,5 M, reaksi stoikiometri terjadi pada percobaan kedua untuk 4 ml NaOH
dan 4 ml HNO3. Sedangkan pada system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M, reaksi
stoikiometri terjadi pada percobaan ketiga untuk 6 ml NaOH dan 2 ml
H3PO4. Reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang zat pereaksinya tidak
habis bereaksi. Pada system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M, reaksi non
stoikometri terjadi pada percobaan kesatu pada saat 2 ml NaOH dan 6 ml
HNO3, dan percobaan ketiga pada saat 6 ml NaOH dan 2 ml HNO 3.
Sedangkan pada system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M , reaksi non
stoikiometri terjadi pada percobaan kesatu pada saat 2 ml NaOH dan 6 ml
H3PO4 dan percobaan kedua pada saat 4 ml NaOH dan 4 ml H3PO4.

85
Berdasarkan grafik diatas maka pada system NaOH 0,5 M - HNO3
0,5 M, titik minimumnya adalah 290C dan pada system NaOH 0,5 M -
H3PO4 0,5 M adalah 290C. Kemudian, pada system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5
M adalah 290C dan pada system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M adalah 290C.
Fungsi perlakuan dalam percobaan ini adalah pencampuran dan
pengukuran suhu. Fungsi pencampuran yaitu agar masing-masing reagen
dapat tercampur. Fungsi pengukuran suhu untuk mendapatkan suhu dari
masing-masing reagen saat sebelum dicampur dan saat kedua reagen
tersebut telah tercampur.
Fungsi reagen adalah reagen dimasukkan ke dalam gelas kimia, reagen
yang digunakan yaitu NaOH, HNO3, dan H3PO4 berfungsi untuk
mengetahui campuran zat mana yang termasuk reaksi stoikiometri dan
bukan reaksi stoikiometri.
Faktor kesalahan antara lain, kurang telitinya saat pengukuran suhu
dan saat memasukkan larutan ke dalam gelas kimia masih terdapat aquades
akibat tidak terlalu bersih saat mengelap.

86
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang jika pereaksinya direaksikan akan
habis. Pada system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M, reaksi stoikiometri terjadi
pada percobaan kedua untuk 4 ml NaOH dan 4 ml HNO3. Sedangkan pada
system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M, reaksi stoikiometri terjadi pada
percobaan ketiga untuk 6 ml NaOH dan 2 ml H3PO4. Reaksi non
stoikiometri adalah reaksi yang zat pereaksinya tidak habis bereaksi. Pada
system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M, reaksi non stoikometri terjadi pada
percobaan kesatu pada saat 2 ml NaOH dan 6 ml HNO3, dan percobaan
ketiga pada saat 6 ml NaOH dan 2 ml HNO3. Sedangkan pada system NaOH
0,5 M - H3PO4 0,5 M , reaksi non stoikiometri terjadi pada percobaan kesatu
pada saat 2 ml NaOH dan 6 ml H3PO4 dan percobaan kedua pada saat 4 ml
NaOH dan 4 ml H3PO4.
- Pereaksi pembatas pada sistem NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M terdapat pada
percobaan kesatu yaitu NaOH dan percobaan ketiga yaitu HNO3. Sedangkan
pada system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M, pereaksi pembatasnya pada
percobaan kesatu dan kedua yaitu NaOH dan H3PO4.
- Titik minimum adalah titik yang menunjukkan suhu campuran terendah dari
beberapa suhu lainnya yang diukur dari dua zat yang bereaksi pada volume
yang sama. Pada system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M, titik minimumnya
dalah 290C dan pada system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M adalah 290C.
Sedangkan titik maksimum adalah titik yang menunjukkan suhu campuran
tertinggi dari beberapa suhu lainnya yang diukur dari dua zat yang bereaksi
pada volume yang sama. Pada system NaOH 0,5 M - HNO3 0,5 M adalah
290C dan pada system NaOH 0,5 M - H3PO4 0,5 M adalah 290C.

87
5.2 Saran
- Sebaiknya larutan yang digunakan untuk percobaan selanjutnya
menggunakan kombinasi volume yang berbeda, misalnya NaOH 3ml -
H3PO4 5ml.
- Sebaiknya larutan yang digunakan untuk percobaan selanjutnya dapat
menggunakan konsentrasi molar yang berbeda, misalnya HNO3 1 M, H3PO4
1 M , dan NaOH 1 M.

88
DAFTAR PUSTAKA

- Day, R.A. Junior dan Al Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif.


Jakarta: Erlangga
- Day, R.A. Junior dan Al Underwood. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga
- Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip - Prinsip Kimia Modern.
Jakarta: Erlangga
- S. Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB Press

89
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


PERCOBAAN KE- 5
LAJU REAKSI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK, S1 TEKNIK KIMIA

LILIS SAFITRI NIM. 1109065006


OGGI HEBERNANDO SIMANULLANG NIM. 1109065012
FRISTITHA P. SINAGA NIM. 1109065014
BAIQ RENI SEKARPATMI NIM 1109065034
MUNAWWARAH NIM. 1109065038
IRDIANSYAH NIM. 1109065049

Samarinda, 7 Desember 2011

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Dr. Aman Sentosa Panggabean, M.Si Tri Abdul Aziz


NIP. NIM. 1007 0350 74

90
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai besi yang berkarat dan
bensin yang mudah terbakar daripada kayu. Perkaratan besi merupakan contoh
reaksi yang berlangsung secara lambat.
Contoh reaksi kimia yang lainnya baik yang cepat, sedang atau lambat
seperti kembang api yang dinyalakan, proses perubahan beras menjadi nasi, dan
proses pembusukan makanan baik diluar atau didalam kulkas. Mengapa
perkaratan besi berlangsung lama sedangkan serat baja yang direaksikan dengan
oksigen cepat sekali terbakar? Mengapa minyak tanah yang dipilih sebagai bahan
bakar untuk memasak? Nukan bensin atau solar? Cepat atau lambatnya suatu
reaksi kimia yang berlangsung dengan keadaan tertentu dinamakan laju reaksi.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, luas
permukaan bidang sentuh, suhu, dan katalis. Konsentrasi larutan merupakan
kepekatan larutan. Larutan yang mengandung zat terlarut yang relatif sedikit
disebut larutan encer.
Oleh karena itu dalam percobaan ini diharapkan kita dapat memahami
tentang cara pengukuran laju reaksi. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai
bahan perubahan konsentrasi pereaksi / konsentrasi hasil reaksi dan laju reaksi
hanya diperoleh melalui percobaan, salah satunya percobaan ini.
Pada dasarnya reaksi kimia berlangsung dengan laju (kecepatan) yang
berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung seketika, seperti bom atau petasan
yang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat, seperti perkaratan
besi atau fosilisasi sisa organisme.

Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah pereaksinya akan semakin

91
sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Reaksi yang menghasilkan endapan,
maka kelajuan reaksinya dapat ditentukan dengan mengukiur waktu yang
diperlukan untuk membentuk sejumlah endapan. Sebelum menghitung dan
menganalisis laju reaksi, maka harus memahami tentang kemolaran. Terutama
tentang penyediaan larutan dengan kemolaran tertentu.
oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui laju reaksi dari
masing-masing campuran yang diujikan dan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Laju reaksi diperlukan untuk menghasilkan bahan-bahan industry dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dan hasil yang sebanyak-banyaknya. Laju reaksi
setiap harinya tanpa disadari telah terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan
- Mengetahui pengaruh konsentrasi pada laju reaksi suatu reaksi kimia.
- Mengetahui pengaruh suhu pada laju reaksi suatu reaksi kimia
- Mengetahui definisi laju reaksi

92
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.


Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat.contohnya bensin terbakar lebih
cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat
cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat
lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan
(laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara
menentukan laju reaksi dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. (Syukri,1999)
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang
laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap
satuan waktu. Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan
laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B  AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
𝐑 = 𝐤 [𝑨]𝒎 [𝑩]𝒏
k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masimg-masing pereaksi.
(Petrucci,1987)
Pengetahuan tentang faktor yang mempemgaruhi laju reaksi berguna
dalam mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat. Seperti pembuatan
amoniak dan nitrogen dan hydrogen atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu,
akan tetapi kadangkala kita ingin memperlamtbat laju reaksi. Seperti mengatasi
berkaranya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri dan
sebagainya. (Syukri, 1999)

Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:


a. Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi
akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung cepat. Semakin luas

93
permukan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat
dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah
interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat
diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan
laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila
dibandingkan dalam bentuk bongkaha. (Petrucii, 1987)
b. Konsentrasi. Dari persamaan umum laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat
encer maka akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Na2S2O3  2H+2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3  H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3  2H+2Na+ + H2S2O3 + S

Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsejutif (sambung-menyambung).
Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju
reaksi keseluruhan. Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian
H2S2O3 (Petrucii, 1987).
Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk mengasilkan suatu
senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan
tekanan yang dapat digunakan dalam proses industry tidak berlangsung dalam
reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak
bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
c. Suhu Reaksi. Hamper semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu
dinaikkan karena kalor yang diberikan akan menambah energy kinetik
partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar.
Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi secara kuantitatif dijelaskan
dengan hokum Arrhenius yang dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
𝐤 = 𝐀𝐞−𝐄𝐚/𝐑𝐓 Atau In 𝐤 = −𝐄𝐚 + 𝐈𝐧 𝐀RT

94
Dengan R = konstanta gas ideal, A= konstanta yang khas untuk reaksi (faktor
frekuensi) dan Ea = Energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).

Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hokum laju reaksi, reaksi
yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi
disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan
konsentrasi tunggal dalam hukum laju reaksi, dan konsentrasi tersebut berpangkat
satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah
konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing
berpanglkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan
pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan
pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk
mendapatkan garfik garis lurus (Hiskia, 1992).
Dari percobaan setiap kenaikan 100C menyebabkan laju reaksi menjadi
dua kali. Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikan suhu akan
menyebabkan cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga
memperbesar kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif antar molekul. Semua
partikel kimia ada dalam keadaan bergerak sampai pada batas tertentu, kecuali
pada suhu yang sangat rendah yang disebut nol mutlak, -4600 F (-2730C). pada
waktu suhu suatu campuran kimia demikian, pereaksi bergerak lebih cepat,
sebagai akibatnya partikel pereaksi ini akan bertumbukan dengan kuat dan lebih
sering, yang akan mengakibatkan putusnya ikatan-ikatan dan ikatan baru akan
terbentuk (Tamran dan J. Abdul, 2008)
Penambahan panas mengakibatkan/menyebabkan kecenderungan reaksi
endoterm atau reaksi menyerap energi dan mengalahkan reaksi eksoterm atau
reaksi melepas energi. Misalnya batubara eras berwarna abu-abu (c) bereaksi
dengan karbon dioksida (C02) di udara dan menghasilkan gas beracun karbon
monoksida (CO). jika ada karbon monoksida dalam jumlah sedikit akan terbentuk
pada suhu kamar, sebab reaksi kebalikannya akan berlangsung dengan cepat
(Tamran dan J. Abdul, 2008).

95
Laju suatu reaksi dipengaruhi oleh kinsentrasi zat yang bereaksi, walaupun
pengaruh itu selalu tidak sama untuk setiap zat untuk setiap reaksi, laju reaksi
dapat dinyatakan sebagai laju berkurang konsentrasi suatu pereaksi atau sebagai
laju bertambahnya konsentrasi suatu produk (Tamran dan J. Abdul, 2008).
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi zat dapat bermacam-
macam, ada reaksi berlangsung dua kali lebih cepat jika konsentrasi pereaksinya
dinaikkan dua kali dari konsentrasi sebelumnya. Dengan kata lain, laju reaksi
sebanding dengan harga zat. Dan ada pula reaksi yang laju reaksinya sebanding
dengan harga zat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan
persamaan matematika yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan
laju reaksi.
Contohnya pada reaksi:
Aa + bBcC + dD
A,b,c dan d merupakan koefisien reaksi, Laju reaksi disimbolkan dengan V yang
dirumuskan dengan :
𝑽 = 𝐤[𝐀]𝐦 [𝐁]𝐧
Lambang [A]dan[B] merupakan konsentrasi molar (M), pangkat m dan n
merupakan angka-angka bulat dan kecil, dapat pula pecahan. Pangkat m dan n
ditentukan melaui percobaan. Pangkat-pangkat di dalam laju reaksi dinamakan
dengan orde reaksi. Total jumlah pangkat m dan n merupakan orde total,
sedangkan k dalam persamaan 𝑉 = k[A]m [B]n disebut tetapan laju reaksi.
Menentukan tingkat reaksi/orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya
menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
laju reaksinya. Dalam mencari orde reaksi dapat dilakukan dengan cara
membandingkan persamaan laju reaksi. Perbandingan dengan konsentrasi zat
yang berubah (pangkat orde reaksi) sama dengan perbandingan laju reaksi
(Tamran, J. Abdul, 2008).
Tingkat persentuhan antara molekul-molekul yang bereaksi mempengaruhi
kecepatan reaksi. Jadi kecepatan reaksi dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan permukaan bidang sentuh pereaksi. Cara yang termudah adalah

96
menumbuk halus partikel-partikel besar. Pembakaran batubara adalah reaksi kimia
yang menggambarkan reaksi diatas (Tamran, J. Abdul, 2008).
Batubara terbakar sebab mengandung banyak atom karbon yang bereaksi
kuat dengan oksigen di udara pada suhu tinggi. Bila batubara terbentuk bongkah
maka waktu yang diperlukan untuk membuat api akan lama sekali. Sebab
permukaan bidang sentuh terbatas. Bila bongkah batubara tersebut di tembak,
maka permukaan bidang sentuhnya akan luas sekali. Oleh karena itu,
dinyatakannya bila serbuk batubara ini disemprotkan melalui pipa, maka partikel-
partikelnya akan terbakar hamper secepat bensin bila terkena api. Mengapa debu
batubara, serbuk gergaji, dan kulit gandum menimbulkan bahaya di tambang-
tambang batubara, pabrik pengolahan kayu dan alat pemanen gandum. Jumlah
permukaan yang terbuka terhadap oksigen di udara sangatlah besar sehingga dapat
menimbulkan gerakan yang memicu ledakan (Tamran, J. Abdul, 2008).
Reaksi yang berlangsung sistem homogen sangat berbeda dengan reaksi
yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi homogeny, campran
zatnya becampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsung reaksi jika
molekul-molekul, atom-atom, ion-ion, dan zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu
bertumbukan. Makin halus suatu zat maka semakin luas permukaannya, semakin
besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung (Tamran, J.
Abdul, 2008).
Beberapa reaksi berlangsung lambat sekali meskipun suhu cukup tinggi
dan zat pereaksi berada cukup dekat. Dalam kasus ini perlu ditambahkan bahan
lain, yang tidak terlihat langsung dalam reaksi, yang kadangkala akan
mempercepat perubahan kimia. Bahan-bahan ini disebut katalis. Katalis-katalis
mengubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah secara permanent. Dengan
perkataan lain, suatu jumlah katalis sebelum dan sesudah reaksi akan tetap sama.
Suatu katalis menurunkan energi aktivitas utnuk reaksi tertutup, yaitu dengan
memperlemah atau memutuskan ikatan molekul pereaksi. Katalis yang berbeda
memodifikasi kecepatan reaksi yang berbeda. Semua sel-sel hidup terdiri dari
katalis alami yang disebut enzim, yang memungkinkan terjadinya reaksi-
reaksibiokimia yang penting. Zat yang bertindak sebagai katalis disebut

97
katalisator. Senyawa katalis diduga mempengaruhi kecepatan dengan salah satu
jalan, yaitu dengan pembentukan senyawa antara (katalis homogen) atau dengan
adsorpsi (katalis heterogen) katalisator menyediakan suatu jalan yang lebih
menguntungkan. Yaitu dengan jalan energi pengaktifan yang lebih rendah. Fungsi
katalis yaitu menurunkan sejumlah energy aktivitas yang dibutuhkan agar suatu
reaksi dapat berlangsung (Tamran, J. Abdul, 2008).
Pada laju reaksi terdapat laju untuk sistem homogen. Untuk sistem
homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi
molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk dalam satu satuan
waktu, sebagai berikut. Pada laju reaksi pun terdpat laju reratadan laju sesaat. Laju
rerata adalah rerata laju untuk selang waktu tertentu, sebagai contoh jika reaksi
magnesium dengan asam klorida menghasilkan 10 mL gas hidrogen dalam waktu
20 detik, maka laju rerata reaksi. Laju sesaat adalah laju reaksi pada saat tertentu.
Reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksinya semakin
kecil seiring dengan bertambahnya waktu reaksi (Keenan, 1984)
Dalam laju reaksi terdapat pula teori tumbukan, reaksi berlangsung sebagai
hasil tumbukan antara partikel pereaksi. Akan tetapi tidaklah setiap tumbukan
antara partikel yang memiliki energi yang cukup serta arah tumbukan yang tepat.
Sehingga dapat dikatakan laju reaksi dapat tergantung pada 3 hal, yaitu :
1. Frekuensi Tumbukan
2. Fraksi Tumbukan yang melibatkan partikel dengan energi cukup.
3. Fraksi partikel dengan energi cukup yang tumbukannya dengan arah yang
tepat (Keenan, 1984).
Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut dengan tumbuka efektif,
energy minimum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga
menghasilkan tumbukan efektif yang disebut juga energi pengaktifan. Untuk
memahami arti dari energi pengaktifan perlu diperhatikan pelan-pelan benda yang
ada disekitar kita yang dapat terbakar (Keenan, 1984).
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
reaksi seperti itu juga dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan tekanan dengan

98
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi (Keenan, 1984).
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan
meningkatkan laju reaksi. Perubahan tekanan pada suatu reaksi yang hanya
melibatkan zat padat maupun zat cair tidak memberikan perubahan apapun pada
laju reaksi (Keenan, 1984).
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu
sendiri tak mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi atau tidak
dihabiskan). Katalis dibagi menjadi 2 yaitu :

- Katalis Positif. Berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan cara


menurunkan energy pengaktifan, katalis positif disebut juga katalisator.
- Katalis Negatif. Berfungsi untuk memperkuat laju reaksi. Katalis negative
disebut juga inhibitor (Keenan, 1984).
Adapun jenis-jenis katalis yaitu :
- Katalis Homogen. Wujudnya sama dengan pereaksi. Ikut bereaksi tetapi
kembali lagi.
- Katalis Heterogen. Umumnya berupa logam-logam dan bereaksi yang
dipercepat. Tidak ikut bereaksi, tetapi melalui permukaan logam menyerap
molekul udara.
- Katalis Biokimia. Berfungsi mempercepat reaksi-reaksi yang terjadi pada
makhluk hidup. Katalis ini berupa enzim-enzim (Keenan, 1984).
Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair
adalah reaksi pengendapan. (precipitation reaction). Yang cirinya adalah
terbentuknya produk yang tak larut, atau endapan. Endapan (precipitate) adalah
padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya
melibatkan senyawa-senyawa ionic. Misalnya, ketika larutan timbal nitrat
dicampur natrium iodida, menghasilkan endapan kuning tmbal iodida (Chang,
2005).

99
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas Kimia
- Stopwatch
- Termometer
- Erlenmeyer
- Hotplate
- Pipet Volume
- Bulp
- Pipet Tetes
- Sarung Tangan
3.1.2 Bahan
- Na2S2O3 0,1 M
- Na2S2O3 0,2 M
- HCl 1M
- HCl 2 M
- Akuades
- Kertas Putih
- Pulpen
- Tisu

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pengaruh Konsentrasi Pada Laju Reaksi
3.2.1.1 Na2S2O3 0,1 M + HCl 1M
- Disiapkan gelas kimia dan diisi 10 Ml larutan Na2S2O3 0,1 M.
- Diletakkan diatas kertas putih yang telah diberi tanda silang.
- Dimasukkan 10 Ml larutan HCl 1M kedalam gelas kimia tersebut.

100
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan HCl hingga
tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.
3.2.1.2 Na2S2O3 0,2M + HCl 1M
- Disiapkan gelas kimia dan diisi 10 Ml larutan Na2S2O3 0,2 M.
- Diletakkan diatas kertas putih yang telah diberi tanda silang.
- Dimasukkan 10 Ml larutan HCl 1M kedalam gelas kimia tersebut.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan HCl hingga
tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.
3.2.1.3 Na2S2O3 0,2 M + HCl 2M
- Disiapkan gelas kimia dan diisi 10 Ml larutan Na2S2O3 0,2 M.
- Diletakkan diatas kertas putih yang telah diberi tanda silang.
- Dimasukkan 10 Ml larutan HCl 2M kedalam gelas kimia tersebut.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan HCl hingga
tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.

3.2.2 Pengaruh Suhu Pada Laju Reaksi


3.2.2.1 Na2S2O3 0,2 M + HCl 1 M (pada suhu ruang)
- Disiapkan 1 gelas kimia diisi dengan 10 Ml larutan Na2S2O3 0,2 M.
- Diletakkan diatas kertas bertanda silang.
- Dimasukkan 10 Ml HCl 1 M kedalam gelas kimia tersebut dan
dicatat
waktu yang diperlukan sampai tanda silang tidak terlihat lagi dari
atas.
3.2.2.2 Na2S2O3 0,2 M + HCl 2 M (pada suhu ruang)
- Disiapkan 1 gelas kimia diisi dengan 10 Ml larutan Na2S2O3 0,2 M.
- Dipanaskan pada hotplate hingga suhunya 400C.
- Diletakkan diatas kertas bertanda silang.
- Dimasukkan 10 Ml HCl 2 M kedalam gelas kimia tersebut dan
Dicatat waktu yang diperlukan sampai tanda silang tidak terlihat
lagi dari atas.

101
BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

No 10 Ml Na2S2O3 10 mL HCl t

1 0,1 M 1M 63,94 s

2 0,2 M 1M 31,32 s

3 0,2 M 2M 23,44 s

4.1.2 Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

No 10 Ml Na2S2O3 10 mL HCl T t

1 0,2 M 1M Suhu ruang 62 s

2 0,2 M 2M 400C 16,38 s

4.2 Reaksi
Na2S2O3 (aq) + 2 HCl (aq)  2NaCl (aq) + S(s) + SO2(g) + H2O(l)

4.3 Perhitungan

1
𝑉1 = = 0,0156
63,94
1
𝑉2 = = 0,0319
31,32
1
𝑉3 = = 0,0426
23,44

102
𝑉3 k[Na2 S2 O3 ]x [HCl]y
=
𝑉2 k[Na2 S2 O3 ]x [HCl]y
0,0426 0,2 x 2 y
=[ ] [ ]
0,0319 0,2 1

1,3354 = 2𝑦
𝑦 = 2log 1,3354
log 1,3354
𝑦=
log 2
𝑦 = 0,4

𝑉2 k[Na2 S2 O3 ]x [HCl]y
=
𝑉1 k[Na2 S2 O3 ]x [HCl]y
0,0319 0,2 x 1 0,4
=[ ] [ ]
0,0156 0,1 1
2,022 = 2𝑥 (1)0,4
log 2,044
𝑥=
log 2
0,310
𝑥=
0,30
𝑥=1

Orde Total= 𝑥 + 𝑦

= 1 + 0,4
= 1,4
𝑉
k=
[Na2 S2 O3 ]x [HCl]y
0,0156
k=
[0,1 ]1 [1]0,4
0,0156
k=
0,1
k = 0.156
Persamaan Reaksi : V = 0,156 [Na2 S2 O3 ]1 [HCl]0,4

103
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi
70

60

50

40

30

20

10

0
Na2S2O3 0.1 M Na2S2O3 0.2 M Na2S2O3 0.2 M
HCL 1 M HCL 1 M HCL 2 M

4.4.2 Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

70

60

50

40

30

20

10

0
Na2S2O3 0.2 M Na2S2O3 0.2 M
HCL 1 M HCL 1 M
(Suhu Ruang) (40 C)

104
4.5 Pembahasan

Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung. Dapat


dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan
waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi :
1. Konsentrasi. Semakin besar konsentrasi suatu zat semakin besar laju
reaksinya.
2. Luas permukaan. Semakin luas permukaan suatu zat, semakin cepat reaksi
berlangsung.
3. Temperatur. Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu pereaksi.
4. Katalis. Mempercepat laju reaksi dengan menggunakan energi pengaktifan
suatu reaksi.

Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi disebut orde


atau tingkat reaksi. Pada reaksi diatas berorde x terhadap A dan berorde y
terhadap B. Orde reaksi keseluruhan x+y. jadi jika disebut orde reaksi maka yang
dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan sebagai
sebagai besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya :
a. Orde nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya tersebut
tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu,
perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara grafik,
pengaruh perubahan konsentrasi dari pereaksi yang berorde nol terhadap laju
reaksi ditunjukkan pada grafik berikut.

105
b. Orde Reaksi Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi
pereaksi itu dilipat tigakan maka laju reaksi akan menjadi 3 atau 3 kali lebih
besar. Orde satu dapat dijelaskan dengan grafik di bawah :
u

a. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi
zat itu dilipat tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.
Orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :

b. Orde Tiga
Suatu reaksi dikatakan berorde tiga terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat tiga dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi
zat itu dilipat tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 33 atau 27 kali lebih besar.
Orde tiga dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :
u

c. Orde Negatif
Suatu pereaksi berorde negatif jika laju reaksi berbanding terbalik dengan
konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu diperbesar, maka laju reaksi
makin kecil.
Pemanasan pada percobaan ini dilakukan pada 40°C dikarenakan suhu
tersebut merupakan ketetapan yang apabila suhu tersebut diturunkan akan
membuat laju reaksi lambat dan apabila suhu tersebut dinaikkan maka akan

106
membuat laju reaksi menjadi cepat, sehingga pada suhu 40°C inilah yang
digunakan sebagai pembanding antara suhu yang lebih rendah.

Fungsi pemanasan ini sendiri adalah untuk meningkatkan suhu suatu


larutan karena dengan meningkatnya suhu suatu larutan maka laju reaksinya pun
akan bertambah besar dan reaksinya pun berlangsung dengan cepat.Sehingga
dapat dilihat perbedaan antara larutan yang dipanaskan dan larutan yang tidak
dipanaskan. Pada larutan yang tidak dipanaskan reaksi berlangsung lambat. Pada
larutan yang dipanaskan, reaksi larutan berlangsung dengan cepat dan laju
reaksinya pun lebih besar.
Dari grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi diketahui bahwa
pada pencampuran Na2S2O3 0,1 M dengan HCl 1 M waktu yang diperlikan untuk
bereaksi adalah 63 detik. Pada percobaan Na2S2O3 0,2 M dengan HCl 1 M waktu
yang diperlukan untuk bereaksi hanya 31 detik, sedangkan waktu yang diperlukan
untuk Na2S2O3 0,2 M dengan HCl 2 M adalah 23 detik. Hal ini menunjukkan
semakin besar konsentrasi pereaksi, semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi. Dan sebaliknya semakin kecil konsentrasi pereaksi, semakin
lambat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
Dan dari grafik pengaruh suhu terhadap laju reaksi diketahui bahwa
Na2S2O3 yang direaksikan dengan HCl pada suhu ruang memiliki waktu 62 detik
utnuk bereaksi sedangkan Na2S2O3 yang direaksikan dengan HCl pada suhu 400C
hanya memerlukan waktu 16 detik untuk bereaksi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar/tinggi suhu campuran, semakin cepat pula bereaksi.
Dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa larutan Na2S2O3 yang
direaksikan dengan HCl ternyata menghasilkan endapan berwarna kuning muda
dan endapan tersebut adalah endapan sulfur. Dari percobaan juga bisa diketahui
bahwa semakin tinggi konsentrasi pereaksi, semakin cepat laju reaksinya.
Semakin tinggi suhu pereaksi semakin cepat pula bereaksi. Dari hasil percobaa
didapatkan orde reaksi Na2S2O3 adalah 1, orde reaksi HCl adalah 0,4.
Konstantanya adalah 0,156. Sehingga didapatkan persamaan reaksi V = 0,156
[Na2 S2 O3 ]1 [HCl]0,4 .

107
Faktor kesalahan yang terjadi adalah pada saat mencuci alat tidak bersih
dan dicuci tidak menggunakan akuades. Pada saat pencampuran Na2S2O3 dengan
HCl, HCl tidak dituang dengan cepat sehingga memperlambat waktu reaksi
pembentukan endapan. Pada saat penggunaan stopwatch tidak pas waktu mulai
dituang HCl hingga pembentukan endapan (hingga tanda silang pada kertas tidak
terlihat) sehingga mempengaruhi hasil perhitungan / didapat data yang kurang
akurat. Dan pada saat pemanasan Na2S2O3 diatas hotplate, termometer yang
digunakan menyentuh dasar tabung sehingga suhunya tidak tepat 400C.
Ciri-ciri fisika asam klorida, seperti titik didih, titik leleh, massa jenis,
dan pH tergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam suatu larutan asam
tersebut. Sifat-sifat ini berkisar dari larutan dengan konsentrasi HCl mendekati
0% sampai dengan asam klorida berasap 40% HCl. Asam klorida adalah sebagai
campuran dua bahan antara HCl dan H2O mempunyai titik didih konstan azeotrop
pada 20,2% HCl dan 108,60C (2270F). Asam klorida memiliki empat titik eutektik
kristalisasi- konstan, berada di antara Kristal HCl-H2O (68% HCl), HCl-2H2O
(51% HCl), HCl-3H2O (41% HCl), HCl-6H2O (25% HCl), dan es (0% HCl).
Terdapat pula titik eutektik metastabil pada 24,8% antara es dan kristalisasi dari
HCl-3H2O.
Sifat kimia HCl, Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang
berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam
larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
hidronium, H3O+.
HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium
klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air.
Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam
monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam
kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat
lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak

108
beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan
dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam
klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik.
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan
jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh
karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat
digunakan sebagai standar primer.
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3), Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau
serbuk hablur kasar.Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara
kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap
lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Natrium
Tiosulfat adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam terhidrat adalah
garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat mengikat molekul-
molekul air pada suhu kamar. Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang
mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, dan dapat diberikan
secara empiris pada keracunan sianida. Garam natrium tiosulfat (Na2S2O3)
merupakan suatu senyawa tiosulfat dari alkali (natrium). Garam ini memiliki sifat
hidroskopis (mudah menyerap air di udara) sehingga seringkali dijumpai dalam
bentuk hidratnya dibandingkan bentuk murninya.
Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O. air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar, zat kimia ini
merupakan pelarut kimia penting yang memiliki kemampuan melarutkan banyak
pelarutan zat kimia, seperti garam-garam, gula, asam, dan beberapa senyawa
organik dan gas.
Fungsi dari Na2S2O3 dan HCl adalah sebagai pereaksi yang dalam
percobaan ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan suhu. Pada saat Na2S2O3 dan HCl
dengan konsentrasi yang berlainan (bervariasi) direaksikan maka akan terjadi
reaksi yang memerlukan waktu untuk menentukan laju reaksi dari masing-masing
percobaan. Dengan begitu akan memperoleh orde reaksi, harga k, dan persamaan
laju reaksinya. Prinsip pada percobaan laju reaksi ini adalah didasarkan pada
perubahan konsentrasi terhadap waktu. Hal ini dapat dilihat dari percobaan

109
Na2S2O3 0,1 M dan 0,2 M dengan larutan HCl 1 M dan 2 M dari setiap campuran
berbeda konsentrasinya memiliki laju reaksi yang berbeda.

110
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya
Semakin besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi suatu zat
semakin kecil maka laju reaksinyansemakin kecil juga.
- Laju reaksi akan meningkat dengan naiknya suhu yang
menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak
sehingga memperbesar kemungkinan tabrakan antarmolekul.
- Laju reaksi merupakan cepat lambatnya suhu reaksi berlangsung.
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi per satuan waktu.

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya digunakan juga prosedur yang
mengunakan katalis agar mengetahui perbedaan reaksi menggunakan katalis
dengan yang tidak. Dan bisa menggunakan bahan dari zat padat misalnya NaOH
agar mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.

111
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga
Hiskia, A. dan Tupamalu. 1992. Elektrokima dan Kinetika Kimia. Bandung : ITB
Keenan Kleinferter, Wood. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Petrucci, Ralph H. 1988. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2.
Jakarta : Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Jakarta :
Media Press

112
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


PERCOBAAN KE- 6
SIFAT- SIFAT UNSUR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK, S1 TEKNIK KIMIA

LILIS SAFITRI NIM. 1109065006


OGGI HEBERNANDO SIMANULLANG NIM. 1109065012
FRISTITHA P. SINAGA NIM. 1109065014
BAIQ RENI SEKARPATMI NIM 1109065034
MUNAWWARAH NIM. 1109065038
IRDIANSYAH NIM. 1109065049

Samarinda, 7 Desember 2011

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Dr. Aman Sentosa Panggabean, M.Si Nurhidayah


NIP. NIM. 0807 0350 57

113
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari sistem periodik diketahui bahwa ada 90 buah unsure yang terdapat di
alam dan ditambah belasan unsure buatan. Perbandingan berat atau jumlah atom
unsure tersebut beragam, ada yang besar, sedang, dan kecil. Ditinjau dari jumlah
atomnya, kulit bumi mengandung O (46,6%), Si (27,1%), Al (8,1%), Fe (5%), Ca
(3,6%), Na (2,8%), K (2,8%), Ag (2,1%), Ti (0,40%), H (0,22%), C (0,19%), dan
yang lebih kecil dari 0,1%. Unsur tersebut terdapat dalam berbagai senyawa, dan
sebagian kecil dalam bentuk bebas.
Kimia unsure adalah bidang kimia yang membahas tentang sifat-sifat,
sumber, cara membuat, dan kegunaan unsure. Mempelajari unsure satu-persatu
secara rinci cukup sulit, karena jumlahnya banyak, tetapi sifat umumnya dapat
diketahui dari letaknya dalam sistem periodik. Secara umum, unsur yang
segolongan dan berdekatan mempunyai sifat yang mirip, sedangkan yang jauh dan
tak segolongan mempunyai sifat berbeda. Oleh sebab itu, pembahasan kimia
unsure lebih didasarkan atas golongannya.
Unsure-unsur segolongan dalam blok p tidak selalu mempunyai sifat kimia
yang mirip, karena yang bagian atas cenderung menerima electron (bukan logam)
sedangkan bagian bawah bersifat logam. Unsur pada tiap golongan, baik bukan
logam maupun logam, tidak dapat dibahas semua satu persatu. Berdasarkan di
atas, maka unsur logam yang akan dibahas adalah golongan alkali dan alkali
tanah.
Golongan alkali dan alkali tanah merupakan golongan utama dalam sistem
periodik. Karena keberadaannya yang cukup banyak di bumi, maka alkali dan
alkali tanah dijadikan sampel sebagai sarana untuk mempelajari unsur yang lebih
mendalam.

114
Oleh karena itulah, percobaan ini dilakukan, agar dapat mengerti dan
mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia alkali dan alkali tanah serta penggunaannya
dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan
- Mengetahui kelarutan logam alkali tanah dalam garam sulfat
- Mengetahui kelarutan logam alkali tanah dalam garam hidaroksida
- Mengetahui kereaktifan logam alkali dan alkali tanah

115
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kimia unsur adalah bidang kimia yang membahas tentang sifat-sifat,


sumber, cara membuat, dan kegunaan unsur. Kemudian ditambah dengan senyawa
penting unsur tersebut serta cara membuat dan kegunaannya. Secara umum, unsur
yang segolongan dan berdekatan mempunyai sifat yang mirip, sedangkan yang
jauh dan tak segolongan mempunyai sifat yang berbeda. Oleh sebab itu
pembahasan kimia unsur lebih didasarkan atas golongannya (Syukri, 1999).
Unsur-unsur akan memberikan tiga dari empat golongan padatan kristalin.
Hanya padatan ion dengan tidak termasuk, sebab satu unsur tunggal tidak dapat
memiliki dua jenis atom yang elektronegatifitas berbeda yang diperlukan untuk
membentuk materi ionik. Unsur non logam lebih rumit strukturnya,
mencerminkan persaingan antara pengikat antar- dan intramolekul dan
menghasilkan padatan molekuler atau padatan kovalen dengan beragam sifat.
Beberapa struktur yang terbentuk dari unsure logam, yang cukup elektropositif
sehingga atomnya mudah memberikan electron untuk membentuk larutan olektron
dari pengikatan logam (Oxtobi, 2003).
Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur dalam golongan IA hingga VIIA,
yang semuanya memiliki sub kulit s atau p dengan bilangan kuantum utama
tertinggi yang belum terisi penuh. Konfigurasi electronnya adalah 1s2 untuk
helium dan ns2np6. Untuk gas mulia yang lain, dimana n adalah bilangan kuantum
utama untuk kulit terluar. Semua anggota golongan IA, yaitu logam yang
memiliki konfigurasi elektron terluar yang mirip, masing-masing mamiliki inti gas
dan konfigurasi ns1 untuk elektron terluarnya. Demikian pula golongan IIA, yaitu
alkali tanah juga mempunyai inti gas mulia dan konfigurasi elektron terluar ns2.
Elektron terluar suatu atom, yang terlibat dalam ikatan kimia, sering disebut
elektron valensi (Chang, 2005).
Unsur golongan IA (kecuali hidrogen) mempunyai kecenderungan
melepaskan electron. Akibatnya, unsur ini bersifat liogam yang disebut logam
alkali, karena oksidanya dalam air membentuk larutan basa (alkalis),

116
contohnya Na2O,
Na2O(s) + H2O(l)  2Na+(aq) + 2OH-(aq) (Syukri, 1999).

Unsur alkali, yaitu litium, natrium, rubidium, dan sesium, sifatnya


terutama ditentukan oleh kecendrunganannya melepaskan satu electron.
Perbedaan sifat unsur yang satu dengan yang lain menunjukkan keteraturan dari
atas ke bawah dalam sistem periodik (Syukri, 1999).
Tabel 13.10 Beberapa sifat logam alkali

Li Na K Rb Cs

Bentuk Kristal Kbb kbb kbb kbb Kbb

Kerapatan (9/cm3) 0,534 0,97 0,87 1,53 1,873

Titik Lebur (℃) 179 97,9 63,7 38,6 28,5

Titik Didih (℃) 1317 884 760 668 705

Energy Sublimasi (UJ/mol


155,1 108,7 90,0 85,81 78,78
25℃)

Energy ionisasi (eV) 5,392 5,139 4,343 4,177 3,894

Jari-jari atom (pm) 152 185 231 246 263

Jari-jari ion (pm) 90 116 152 166 188

Kalor Hidrasi M (UJ mol-1) 515 406 322 293 264

E°(M+/M)(volt) -3,040 -2,714 -2,714 -2,925 -3,08


Kbb = Kubus Berpusat Badan (Syukri, 1999).

Sebagai logam, alkali barsifat penghantar panas dan listrik, mempunyai


titik lebur relative lebih rendah dari pada logam lain. Hal ini disebabkan oleh
logam alkali hanya melepaskan satu electron, sehingga ikatan logam dalam
kristalnya lemah. Titik lebur makin menurun dari atas kebawah pada sistem

117
periodik, karena penambahan jari-jari ion mengakibatkan gaya tarik ion positif
dalam kristalnya makin lemah.
Sifat penting logam alkali adalah mempunyai spectrum emisi, yang
dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala Bunsen, atau
mengalirkan muatan listrik pada uapnya. Warna spectrum itu dapat di pakai dalam
analisis kualitatif, yang disebut tes nyala. Nyala garam Litium berwarna merah,
garam natrium berwarna kuning cemerlang, garam kalium berwarna ungu. Warna
kuning nyala natrium banyak di pakai di jalan raya karena murah biayanya
dibandingkan lampu pijar (Syukri, 1999).
Karena kereaktifannya unsur alkali tidak ditemukkan dalam keadaan
bebas di alam, tetapi sebagai ion positif (L+), dalam senyawa ion. Kebanyakan
senyawanya larut dalam air sehingga logam ini banyak terdapat di air laut (table
13.11)
Tabel 13.11Kandungan logam alkali dalam air laut dan kulit bumi
Logam Air laut(mol/l) Kulit bumi %
Litium 6x10-5 0,0065
Natrium 0,47 2,83
Kalium 0,010 2,59
Rubidium 10-6 0,028
cesium 10-8 3,2x 10-4

Logam alkali yang banyak di kulit bumi adalah natrium, dan kalium,
sedangkan litium, rubidium, dan cesium jauh lebih kecil. Fransium(fr) sebagai
unsur keenam golongan alkali tidak stabil (radioaktik) dengan waktu paruh 21
menit, sehingga sulit dipelajari. Diperkirakan hanya sekitar 30 g fransium di kulit
bumi.
Karena mahal dan reaktif, logam alkali murni belum banyak dipakai secara
langsung, kecuali natrium untuk pendingin dalam reactor nuklir. Hal itu
disebabkan oleh titik cairan natrium rendah dan titik didihnya tinggi sehingga
mudah dipompa melalui pipa kedalam reactor. Logam ini juga dapat

118
menghampakan tabung, karena dapat mengikat uap air dan oksigen (syukri,
1999).
Logam alkali umumnya dibuat dengan mengelektrolisis cairan garamnya
atau hidroksidanya, natrium biasanya dapat dibuat dengan mengelektrolisis NaCl
cair:

2NaCl(L)  2Na(s) + Cl2(g)

dalam jumlah kecil, alkali dapat dibuat di laboratorium dengan mereduksi ion
alkali, contiohnya membuat cesium dengan reaksi:
Ca(s) +CsCl(s) CaCl2(s) + Cs(g)
logam cesium mudah menguap dan dipisahkan dengan mendestilasi campuran
hasil reaksi. Logam kalium dan natrium juga dapat dibuat dengan reaksi :
2KF + CaCl  CaF2 + 2K + 2C
2NaN3  2Na +3N2 (Syukri, 1999).
alkil halida , kecendrungan logam alkil teroksidasi menyebabkan mudah
bereaksi dengan unsur bukan logam seperti halogen dan oksigen. Senyawa
logam alkil dengan halogen ,dapat dibuat langsung dari halogennya. Garam alkil
halida terbanyak di bumi adalah NaCl, sehingga kebanyakan senyawa natroium
banyak dibuat NaCl.
Alkil oksida. Logam alkali sangat mudah bereaksi dengan oksigen
membentuk oksida, contohnya litium,
4Li(s) + O2(g)  2Li2O(s) (Syukri, 1999).
Natrium juga berlaku untuk logam alkil lainnya. NaCl yang merupakan
senyawa natrium yang paling melimpah di alam, menempati kedudukan di abat
ke-19, pada waktu elektrolisis, cara kimia untuk menghasilkan NaOH dan NaCl
dalam industri kimia adalah dari karbonatnya. Logam yang lain bergantung pada
jumlah oksigen. Jika oksigen terbatas, natrium menghasilkan peroksida.
Na2O2(s) + 2H2O (l)  2Na+ (aq) + 2OH-(aq) + H2O2(aq)
Logam alkil lainnya membentuk peroksida mengandung ion O22- selain oksida.
Sebagai contoh,
2Na + O2  Na2O2

119
Kalium , rubidium, dan sesium juga membentuk superoksida mengandung ion
O22-
K + O2  KO2
Dalam air, rubidium bereaksi yaitu rubidium superoksida:
RbO2 + 2H2O  2Rb+ + 2OH- + H2O2
Kalium superoksida dapat bereaksi dengan CO2 dan menghasilkan O2
4KO2 + 2CO2 2K2CO3 + 3O2 (Chang, 2005).
Reaksi ini dipakai untuk membuat alat bantu pernapasan, misalnya bagi
orang yang bekerja diruang yang beracun. Gas CO2 yang dihembuskannya
masuk kedalam alat dan bereaksi dengan KO2 untuk menghasilkan O2. Oksigen
yang dihasilkan ini dapat dihisap untuk pernapasan kembali. Jadi pemakaian
tidak perlu berhubungan dengan udara luar (Syukri, 1999).
Alas an bahwa perbedaan jenis oksida terbentuk ketika logam alkali
bereaksi dengan oksigen haruslah berkaitan dengan kestabilan oksida tersebut
dalam keadaan padat, karena oksida ini seluruhnya adalah senyawa ionik,
kestabilan nya mengandung pada seberapa kuat kation dan anion saling tarik
menarik satu sama lain. Litium cendrung untuk membentuk litium oksida karena
senyawa ini lebih stabil dibandingkan litium peroksida, pembentukan oksida
logam alkali yang lain dapat dijelaskan dengan cara serupa (Chang,2005).
Alkil hidroksida. NaOH yang disebut soda api, dapat dibuat dengan
mengelektrolisis NaCl. Soda api dipakai dalam pembuatan sabun, kertas,
tekstil,dan menurunkan asam. KOH dibuat dengan elektrolisis KCl. Karena KOH
lebih mahal, maka pemakaiannya terbatas (Syukri,1999).
Alkil karbonat, Na2CO3 terdapat dalam biji logam berupa campuran natrium
karbonat dengan natrium bikarbonat, Na2O3, NHCO3,2H2O, ini dapat dibuat
melalui empat tahap:
1. Penguraian batu kapur dengan panas
CaCO3  CaO + CO2
2. Gas CO2 dilarutkan ke dalam larutan ammonia larutan mengandung
NH4Cl dan Ca(OH)2 sebagai hasil penguraian dari batu kapur. Kedua
senyawa ini dapat dihasilkan amonia dan dipakai ulang pada tahap (2).

120
CaO+H2OCa(OH)2.
Ca(OH)2+2NH4ClCaCl+2H2O+2NH3
Kemudian NaHCO3 disaring dan dipanaskan untuk mendapatkan Na2CO3.
2NaHCO3Na2CO3+ H2O+CO2.
Natrium bikarbonat bila dipanaskan mengeluarkan gas CO2. Kalium bikarbonat
dapat dibuat dari kalium dan gas CO2
KOH + CO2 KHCO3
Bila dipanaskan terurai menjadi K2CO3 (Syukri,1999).
Logam alkali tanah. Unsur golongan IIA berisi kalsium, magnesium,
berilium, stronsium, barium dan radium. Unsur ini bersifat logam karena
cendrung melepaskan electron. Unsur ini disebut logam alkali tanah karena
oksidanya bersifat basa (alkalis) dan senyawanya terdapat pada kerak bumi.

Sifat logam alkali tanah


Sifat Be Mg Ca Sr Ba Ra
Bentuk Kristal h h Kbm Kbm Kbb -
Kerapatan 1,845 1,74 1,54 2,6 3,5 5
Titik lebur 1284 651 851 770 710 960
Titik didih 2507 1103 1440 1350 1500 1140
Energy sublimasi 319,2 150 192,6 164 175,6 130
Energy ionisasi 9,322 7,646 6,113 5,695 5,212 5,279
Jari-jari atom 111 160 197 215 217 -
Jari-jari ion 41 86 114 132 149 162
Kalor hidrasi 2383 1940 650 1460 1320 -
Eo (M2+/M,V) -1,85 -2,37 -2,87 -2,89 -2,90 -2,92

121
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet volum
- Pinset
- Gelas kimia
- Cawan penguap
- Bunsen
- Sikat tabung
- Hotplate
- Pipet tetes
- Gelas ukur

3.1.2 Bahan
- Larutan MgCl2 0,5 M
- Larutan CaCl2 0,5 M
- BaCl2 0,5M
- Sr(NO3)2 0,5 M
- NaOH 0,5M
- Pita Mg
- Logm kalium
- Indicator pp
- Aquades
- Larutan H2SO4 0,5 M

122
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Kelarutan garam sulfat
- Disiapkan tabung reaksi
- Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan
MgCl2, CaCl2, Sr(NO3)2 dan BaCl2
- Ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi larutan
H2SO4
- Diamati perubahan yang terjadi pada tiap tabung reaksi
(endapan yang terbentuk)
3.2.2 Kelarutan garam hidroksida
- Disiapkan tabung reaksi
- Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan
MgCl2, CaCl2, Sr(NO3)2 dan BaCl2
- Ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi larutan
NaOH
- Diamati perubahan yang terjadi pada tiap tabung reaksi
(endapan yang terbentuk)
3.2.3 Reaktivitas unsur
3.2.3.1 Kereaktifan golongan IIA
- Disiapkan tabung reaksi yang berisi air dan panaskan
- Dimasukkan kembang tetes
- Diamati apa yang terjadi
- Ditambahkan indicator pp
- Lihat perubahan warnanya
3.2.3.2 Kereaktifan golongan IA
- Disiapkan tabung reaksi yang berisi air
- Dimasukkan logam kalium
- Amati
- Ditambahkan indikator pp (amati perubahan warnanya)

123
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Prisedur Hasil pengamatan
1 kelarutan garam sulfat - MgCl2 ditambahkan
- Diisi masing-masing H2SO4 tidak ada endapan
tabung reaksi dengan atau reaksi
MgCl2, CaCl2, Sr(NO3)2, - CaCl2 ditambahkan
BaCl2 0,5M H2SO4 larutan tetap jernih
- Ditambah 1 pipet H2SO4 dan terlihat sedikit
0,5M kedalam masing- endapan
masing tabung reaksi - Sr(NO3)2 terjadi reaksi,
- Diamati larutan berwarna keruh
dan terdapat sedikit
endapan
- BaCl2 terjadi reaksi,
larutan berwarna putih
susu dan banyak
terbentuk endapan
2 Kelarutan garam hidroksida - MgCl2 ditambahkan
- Diisi masing-masing NaOH terjadi reaksi,
tabung reaksi dengan larutan bewarna keruh
MgCl2, CaCl2, Sr(NO3)2, mendekati putih dan
BaCl2 0,5M terbentuk banyak endapan
- Ditambah 1 pipet H2SO4 - CaCl2 ditambahkan
0,5M kedalam masing- NaOH terjadi reaksi,
masing tabung reaksi larutan keruh dan banyak
- Diamati endapan
- Sr(NO3)2 terjadi

124
reaksi,larutan sedikit
keruh,dan terdapat sangat
sedikit endapan
- BaCl2 tidak terjadi reaksi,
larutan jernih agak keruh
dan tanpa endapan
3 Reaktifitas unsur - Terjadi gelembung-
Logam Mg2+ gelembung H2
- Disiapkan gelas kimia - timbul gelembung yang
yang berisi air lebih banyak
- Tambahkan kembang tetes - penambahan pp. larutan
- Dipanaskan berubah warna menjadi
- Ditambahkan indicator pp merah lembayung
Logam K - Terjadi ledakan disertai
- Disiapkan gelas kimia percikakan api
yang berisi air - Penambahan pp.Larutan
- Tambahkan kembang tetes berwarna merah
- Dipanaskan + Indikator PP lembayung

4.2 Reaksi
4.2.1 Kelarutan garam sulfat
- MgCl2 + H2SO4 → MgSO4 + 2HCl
- CaCl2 + H2SO4 → CaSO4 + 2HCl
- Sr(NO3)2 + H2SO4 → SrSO4 + 2HNO3
- BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
4.2.2 Kelarutan garam hidroksida
- MgCl2 +2 NaOH → Mg(OH)2 + 2NaCl
- CaCl2 + 2NaOH → Ca(OH)2 + 2NaCl
- Sr(NO3)2 + 2NaOH → Sr(OH)2 + 2NaNO3
- BaCL2 + 2NaOH → Ba(OH)2 + 2NaCl
4.2.3 Reaktifitas Unsur

125
- Mg + 2H2O  Mg(OH)2 + H2
- 2K + 2H2O  2KOH + H2
(Reaksi indicator pp + KOH)
(Reaksi indicator pp + KOH akan di gambarkan dalam bentuk benzene)
(Reaksi indicator pp + Mg(OH)2)
(Reaksi indicator pp + Mg(OH)2 akan di gambarkan dalam bentuk benzene)

Reaksi indicator pp + KOH


OH OH OK O

C + KOH + 2H2O

O C OK

C O

O
b. Indikator pp + Mg(OH)2

OH OH OMg- O

C
C
O
C + Mg(OH)2 C OMg + H2O
O
O

126
4.3 Pembahasan
Unsur alkali adalah unsur-unsur golongan IA dalam table periodic unsure
yaitu, li (litium), Na (natrium), K (kalium), Rb (rubidium), Cs (cesium), Fr
(francium). Disebut logam alkali karena oksidanya mudah larut dalam air dan
menghasilkan larut sangat basa (alkalis).
Unsure golongan IIA berisi Berilium, Magnesium, Kalsium, Stronsium,
Barium, dan Radium. Radium merupakan unsur radioaktif. Unsure ini bersifat
logam karena cendrung melepaskan electron. Unsur ini disebut logam alkali
tanah karena oksidanya bersifat basa dan senyawanya banyak terdapat pada kerak
bumi.
Sifat fisik unsure logam alkali adalah alkali mudah melepas electron
karena sangat relative, memiliki elektron valensi 1, semua logam alkali bewarna
putih mengkilap dan lunak, hampir semua logam alkali larut dalam air kecuali LiF
dan Li2SO3 yang sukar larut dalam air.
Sifat kimia unsur logam alkali adalah alkali bereaksi dengan air maka
sesuai dengan urutan kereaktifannya dari atas kebawah makin relatif. Energy
ionisasi, afinitas electron dan keelektronegatifan rendah, spectrum emisi dengan
warna nyala yang khas, dan mudah membentuk ion positif karena mempunyai
electron valensi(ns1).
Beberapa sifat kimia unsur logam alkali tanah sebagai berikut :
- Logam alkali tanah merupakan reduktor
- Energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan tinggi
- Garam logam alkali tanah menghasilkan nyala dengan warna tertentu.

Perbedaan alkali dengan alkali tanah


Alkali Alkali Tanah

-Energi ionisasi, afinitas elektron dan - Energi ionisasi, afinitas elektron


keelektronegatifan rendah dan keelektronegatifan tinggi
- sangat reaktif - Kurang reaktif dibanding logam
- Titik leleh rendah alkali seperiode

127
- Titik didih rendah - Titik leleh melebihi logam alkali
- Bersifat basa lebih kuat dari logam - Titik didih melebihi logam alkali
alkali tanah - Bersifat basa
- Jari - jari atom besar - Jari - jari atom lebih kecil
- Logam yang kuat, lunak, dan - Logam yang lebih kuat dan lebih
mengkilap padat

Kereaktifan adalah kemampuan suatu unsur untuk bereaksi. Kereaktifan


golongan IA dari atas kebawah dalam table periodic unsure adalah semakin besar/
bertambah. Begitu pula dengan kereaktifan unsure golongan IIA. Namun tudak
sereaktif bila dibandingkan dengan golongan IA. Kereaktifan yang bertambah
disebabkan jari-jari logam alkali dan alkali tanah semakin besar sehingga electron
terluar alkali mudah untuk dilepaskan karena electron valensinya hanya satu dan
alkali tanah pun electron valensinya mudah dilepaskan namun tidak semudah
alkali karena alkali tanah memiliki electron valensi 2, jadi, dalam golongan IA Fr
> Cs > Rb > Na > Li dalam hal kereaktifannya.
Kelarutan adalah kemampuan zat kimia tertentu zat terlarut untuk larut dalam zat
pelarut. Kelarutan golongan IA dari atas kebawah dalam tabel periodic unsur
semakin besar dan bertambah dikarnakan pada logam alkali dari atas kebawah
keelektrunegatifannya semakin rendah atau kecil sehingga terbentuk endapan
yang lama kelamaan semakin kecil.
Kelarutan pada golongan IIA sebaliknya, dari atas ke bawah
keelektronegatifan tinggi sehingga kelarutan golongan IIA rendah atau kecil dan
menyebabkan endapan yang terbentuk lama kelamaan semakin besar.
kelarutan yanag dialami garam sulvat dan garam hidroksida dalam hal ini
baerbada karena perbadaan pereaksi, garam sulvat menggunakan asam sulfat dan
garam hidroksida menggunakan natrium hidroksida. Pada garam sulfat percobaan
dilakukan menggunakan golongan IIA yaitu MgCL2, CaCl2, Sr(NO3)2,dan BaCl2.
Jika urutan tersebut mmerupakan urutan IIA dari atas kebawah maka setelah
ditambahi dengan H2SO4 dapat diketahui bahwa kelarutan dalalm garam sulfat
yaitu dari atas ke bawah adalah semakin kecil, karena keelektronegatifan dari atas

128
kebawah semakin besar dan endapan yang terrbentuk pun banyak. Endapan
terbanyak dalam kelarutan garam sulfat yaitu pada BaCl2.
Pada garam hidroksida percobaan ppun ssama namun ditambahi dengan
NaOH bukan H2SO4 maka dapat diketahui bahwa kelarutan dalam garam
hidroksida dari atas kke bawah semakin besar keelektronegatiffan semakin kecil
dan endapan yang dihasilkan dari atas kebawah pun semakin sedikit. Yang
terbanyakk endapannya pada MgCl2 dan endapan bahkan tidak ada sama sekali
pada BaCl2 pada percobaan sellanjutnya menguji kereaktiffan Mg yang terdapat
pada kembang tetes dan logam K. kembbang tetes dimasukkan ke dalam air yang
telah dipanaskan. Pada saat bereaksi terdapat gelembung H2 disebabkan karena
reaksi dan ggolongan IIA deengan air adalah larutan yang bersifat basa. Untuk
membuktikannya maka dimasukkan indicator pp dan larutan berubah warna
menjadi merah lembbayung. Ini menandakan bahwa larutan terseebut bersifat
basa.
Selanjutnya digunakan logam kalium. Kalium tidak berada dalam keadaan
bebas , kkarena termasuk golongan IA yang sangat reaktif maka dari itu
penyimpanan logam kaliium diletakkan pada minyak tanah. Logam kalium
diletakkan atau dimasukkan pada air yang tidak perllu dipanaskan karena kaliuim
kereaktifannya lllebih tinggi dari Mg golongan IIA. Reaksi ini berlangung sangat
cepat, pada saat reaksi muncl percikan appi yang terjadi berasal dari gas H 2 yang
terbentuk langsung terbakar kkarena reaksi sangat eksterm. Selanjutnya diteteskan
indicator pp dan larutan berwarna lembayung yang menandakan larutan ini
bersifat basa.
Maka dapat disimmpuulkan bahwa dalam percobaan kereaktifan golongan
IA lebih reaktif dibandingkan golongan IIA yang kurang reaktif.
Manfaat unsure-unsur golongan IAdan IIA dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain NaCl sebagai pengawet makanan,NaNO3 untuk pupuk N, NaBr
sebagai obat penenang, NaHCO3 sebagai soda kue, dan Na3Pb8 pengisi lampu
natrium. Litiuim sebagai katallisator dalam reaksi organic, KOH pembuatan sabun
lunak, KCl sebagai pupuk, KNO3 sebagai pupuuk dan mesiu, cesium sebagai
katoda lampu elektronik.

129
Beerilium untuk tabung sinar X dan untuk industtri energy nuklir,
magnesium untuk pembuatan kembang api dan MgO dicampur tanah liat menjadi
tahan api untuk tanur. Basa KOH lebih kkuat dari pada NaOH karena dalam
golongan IA dan dari atas kebawah semakin reaktif. Jadi karena letak Na di atas K
maka Kk lebih reaktif daripada Na dan lebih kuat jika telah bereaksi dengan air
menjadi basa yang lebih kuat pula dari pada NaOH jadi hal tersebut karena
kereaktifannya terhadaop air lebih besar dari pada Na.
Fungsi reagen, indicator pp untuk mendeteksi atau mengetahui atau
penanda lalrutan tersebut basa atau bukan. Aquadest sebaagai pelarut logam tetes
atau logam Mg dan kalium yang digunakan sebagai pembanding kkereaktifan Zat
terlarut NaOH digunakkan untuk membentuk hidroksida. H2SO4 digunakkan
untuk membentuk garam sulfat setelah direaksikan dengan
MgCl2,CaCl2,Sr(NO3)2,dan BaCl2.
Didalam percobaan terdapat beberapa factor kesalahan yang terjadi,
misalnya penggunaan pipet larutan yang tertukar atau menggunakan yang
sebelumnya digunakan larutan lain. Saat pencampuranlarutan, pelarut yang
digunakan terlalu banyak atau sedikit sehingga kurang terjadinya reaksi dan pada
saat pencucian gelas dan tabung reaksi yang tiddak bersih.
Prinsip percobaan ini adalah mereaksikan senyawa alkali dan alkali tanah
dengan garam sulfat dan garam hidroksida untuk mengetahui kereaktifan unsure
dan sifat-sifat kimia dari logam alkali dan alkali tanah. Dalam mereaksikan
senyawa golongan IIA dengan garam sulfat terlihat dari atas kebawah perubahan
warna dari jernih, keruh, berendapan hingga warna putih susu, hal ini
menunjukkan bahwa unsure golongan IIA yang di reaksikan dalam garam sulfat
dari atas kebawah semakin kkecildan berkurang karena keelektronegatifan besar
sehingga terbentuk endapan lebih besar. Dalam mereaksikan senyawa golongan
IIA dengan garam hidroksida terlihat dari atas kebawah perubahan warna dari
keruh berwarna putih, keruh berendapan, hingga keruh yang hamper jernih. Hal
ini menunjukkan bahwa pada unsure golongan IIA yang direaksikan dalam garam
hidroksida dari atas kebawah unsure semakin besar dan bertambah karena
keelektronegatifan lebih kecil sehingga terbentuk endapan lebih kecil.

130
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Kelarutan logam alkali tanah dalam garam sulfat semakin kecil atau
berkurangmulai dari MgCl2 yang sangat mudah larut sehingga tidak
terdapat endapan hingga BaCl2 yang sukar larut dan membentuk endapan.
- Kelarutan logam alkali tanah dalam garam hidroksida semakin bertambah
atau besar mulai dari yang sukar larut, yang memiliki kelarutan paling
besar adalah BaCl2 sehingga endapan yang terbentuk sangat sedikitbahkan
tidak ada sama sekali.
- Golongan IA yaitu logam K lebih reaktif daripada golongan IIA Mg.
reaksi yang terjadi pada logam K sangat cepat dan muncul percikan api
akibat gas H2 yang terbakar. Sedangkan pada Mg reaksi yang terjadi
dapat dilihat dari munculnya gelembung-gelembung H2.
5.2 Saran
Sebaiknya sampel yang digunakan dalam percobaan kelarutan garam
sulfat dapat diganti, misalnya dengan menggunakan logam alkali. Jadi agar
dapat diketahui apakah larutan tersebut dapat bereaksi atau tidak.

131
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga
Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip - Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
S. Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB Press

132

Anda mungkin juga menyukai