BAB 1
PENDAHULUAN
Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini dalam keadaan tidak murni,
di mana materi tersebut berupa campuran dari berbagai komponen. Contohnya
minyak bumi, yang merupakan campuran berbagai jenis hidrokarbon.
Pemanfaatan zat murni dari suatu campuran akan lebih berharga jika memiliki
kemurnian yang tinggi.
Oleh sebab itu, dengan mempelajari dan mempraktekkan percobaan
pemisahan dan pemurnian ini kita dapat mengetahui cara atau metode yang dapat
digunakan untuk memperoleh suatu zat murni dan bahkan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan satu gas dan gas lainnya.
Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran
gas adalah homogen dan ia merupakan larutan.
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam
suatu cairan. Jika sebagai cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair.
Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen
terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya.
Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat yang
dilarutkan) dalam solven (zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila
senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa
yang berada dalam jumlah kecil disebut solute. (Kimia Dasar, Hardjono
Sastrohamidjojo,2001).
Campuran heterogen digolongkan menjadi koloid dan suspensi. Koloid
cirri secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan
mikroskop ultra. Partikel berdimensi antara lain 1nm-100nm, pada umumnya
stabil, dan dapat disaring dengan penyaring ultra. Kebanyakan koloid dapat
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu koloid liofobik dan koloid liofilik. Koloid
liofobik adalah benci atau tidak suka pelarut, yaitu sedikit atau tidak ada pengikat
antara partikel koloid dan pelarut. Koloid liofilik adalah cinta atau suka dengan
pelarut. Suspensi memiliki ciri salah satu atau semua dimensi partikelnya ›100nm,
tidak stabil, dan dapat disaring dengan kertas saring biasa. (Kimia Dasar,
Hardjono Sastrohamidjojo, 2001).
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Berdasarkan tahap
proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks.
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu
tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif
sederhana. Sedangkan metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa
5
antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat
hasil akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam
keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati.
Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan
dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan zat dari
campurannya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak
melewati titik didih campuran.
3. Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya
suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam
pelarut B. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut
polar, misalnya air, dan pelarut non polar (disebut juga pelarut
organik) seperti alcohol. Dengan melihat kelarutan suatu zat yang
berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat
memisahkan zat yang diinginkan dengan menggunakan pelarut
tertentu.
4. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbedadalam
suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang
lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam
suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan
pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu
zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentasi. Namun jika
dalam campuran mengandung lebih dari satu zat yang kita inginkan,
maka digunakan metode presipitasi yang biasanya dikombinasi dengan
metode filtrasi. (Pemisahan campuran, Didah Rahayu, 2008)
Selain digolongkan menjadi metode pemisahan sederhana dan metode
pemisahan kompleks, campuran juga dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika
arau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan,
sedangkan pemisahan secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan
7
zat lain sehingga dapat dipisahkan. Disini yang akan dibahas hanya pemisahan
secara fisika.
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan
sifat komponen yang tergantung didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan
cair, misalnya kapur dan air, dapat dipisahkan dengan saringan-saringan
bermacam-macam mulai dari porinya yang besar sampai yang sangat halus,
contohnya kertas saring dan selaput semipermeabel. Kertas saring dipakai untuk
memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semipermeabel dipakai
untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya.
Campuran homogen, seperti alcohol dalam air, tidak dapat dipisahkan
dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan
selaput semopermeabel. (Kimia Dasar 1, Syukri S, 1999).
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memisahkan dan
memurnikan suatu campuran:
1. Dekantasi
Dekantasi merupakan proses pemisahan padatan dari cairan yang tidak
saling bercampur dan didasarkan pada ukuran partikel penyusun
campuran tersebut. Pada proses ini padatan dibiarkan turun ke dasar
bejana/wadah kemudian cairan dituangkan dengan hati-hati agar
padatan tidak terganggu/tidak ikut terbuang. Contohnya pada proses
pemisahan campuran air dan pasir.
2. Filtrasi
Filtrasi adalah metode pemisahan komponen-komponen dalam
campuran dengan menggunakan filter (penyaring) yang hanya dapat
dilalui oleh cairan (bila menggunakan kertas saring). Hasil filtrasi
disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi
dapat pula dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat
padat yang tidak saling terlarut. Contohnya pemisahan air dan kopi
menggunakan kertas saring.
3. Rekristalisasi ( Pengkristalan Kembali)
8
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB 4
HASIL dan PEMBAHASAN
No Perlakuan Pengamatan
.
13
Percobaan 1:
1. Mencampur pasir dan aquades - Aquades menjadi keruh
dalam gelas kimia
2. Campuran diaduk - Sebagian pasir tercampur dengan
aquades tetapi pasir tidakterlarut dan
sebagian lagi tetap berada di dasar
3. Pengadukan selesai dan pasir - Aquades tampak tidak terlalu keruh
diendapkan dibandingkan saat pengadukan
4. Cairan bagian atas dituang - Tersisa pasir di dalam gelas kimia
Percobaan 2:
1. Mencampur bubuk kapur tulis - Aquades tampak keruh
dengan aquades dalam gelas kimia - Bubuk kapur tulis mengendap
2. Campuran diaduk - Bubuk kapur tulis bercampur
dengan aquades tetapi bubuk kapur
tulis tidak terlarut sehingga aquades
menjadi keruh
3. Penyaringan - Bubuk kapur tulis tersaring oleh
kertas saring
- Aquades hasil saringan tampak
bening
Percobaan 3:
1. Mencampur CuSO4.5H2O dengan - CuSO4.5H2O berada di dasar dan
aquades dalan gelas kimia belum terlarut
No Perlakuan Pengamatan
.
2. Gelas kimia digoyang - Kristal CuSO4.5H2O perlahan-lahan
larut dalam aquades
- Larutan tampak berwarna biru
bening
14
Percobaan 4:
1. Air aquades dan minyak - Terbentuk 2 fase yang tidak saling
dimasukkan ke dalam corong pisah terlarut
2. Dikocok secara konsisten - Warna larutan menjadi keruh
3. Tutup dan kran pada corong pisah - Air aquades keluar dari corong pisah
dibuka
4. Kran ditutup saat batas kedua fase - Minyak tersisa di dalam corong
berada di ujung corong pisah pisah
Percobaan 5:
1. Garam dapur dan bubuk naftalena - Antara garam dapur dan bubuk
dimasukkan ke dalam cawan naftalena tidak dapat dibedakan
2. Cawan ditutup dengan kertas - Campuran secara perlahan
saring yang telah dilubangi kecil- menguap, di mana terdapat bahan
kecil dan ditutup lagi mengunakan yang menempel pada dinding
corong dengan posisi terbalik dan corong
lehernya disumbat tisue, lalu
dipanaskan
3. Pemanasan dihentikan dan
- Bau naftalena tercium dan tampak
diangkat, kemudian corong serta
salah stu bahan tertinggal di dalam
kertas saring dibuka
cawan. Bau naftalena tercium dan
tampak salah satu bahan tertinggal
di dalam cawan. Bau naftalena yang
tercium menandakan bahwa bahan
15
4.2 Pembahasan
Prinsip dari pemisahan pada setiap percobaan tidak semuanya sama. Pada
percobaan pertama yaitu proses dekantasi antara pasir dan aquades, prinsipnya
adalah mengendapkan partikel yang memiliki ukuran lebih besar dan tidak terlarut
dalam air. Pada percobaan kedua yakni proses filtrasi antara bubuk kapur tulis dan
aquades prinsipnya adalah meloloskan partikel yang memiliki ukuran kecil dan
menahan partikel yang berukuran besar pada kertas saring. Pada percobaan ketiga
yaitu proses rekristalisasi prinsipnya adalah menguapkan bahan yang memiliki
titik didih lebih rendah dan juga didasarkan pada perbedaan kelarutan
CuSO4.5H2O dalam aquades. Pada percobaan keempat yaitu proses ekstraksi
antara aquades dan minyak goreng prinsipnya adalah menyisakan cairan yang
memiliki massa jenis lebih rendah. Sedangkan pada percobaan kelima yaitu proses
sublimasi antara garam dapur dan bubuk naftalena prinsipnya adalah memisahkan
campuran melelui proses pemanasan, dimana bahan yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap.
Dari kelima percobaan yang dilakukan, pemisahan yang terjadi karena
berbagai sebab. Percobaan pertama (dekantasi), campuran antara pasir dan
aquades dapat dipisahkan karena adanya perbedaan ukuran partikel dalam
campuran tersebut dan kedua bahan tidak saling terlarut sehingga bahan yang
tidak terlarut itu akan mengendap (pasir). Percobaan kedua (filtrasi), pemisahan
campuran antara bubuk kapur tulis dan aquades terjadi karena adanya perbedaan
ukuran partikel kedua bahan tersebut di mana partikel bubuk kapur tulis yang
lebih besar akan tertahan oleh kertas saring, sehingga zat murni (aquades) yang
memiliki partikel lebih kecil tidak akan tersaring. Percobaan ketiga (rekristalisasi),
dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih antara CuSO4.5H2O dan aquades,
metode ini didasarkan pada kelarutan bahan dalam suatu pelarut. Percobaan
16
keempat (ekstraksi), terjadi karena perbedaan massajenis dalam hal ini minyak
goreng dan aquades, di mana cairan yang memiliki massa jenis lebih besar akan
berada di bawah (aquades) sedangkan cairan yang memiliki massa jenis lebih
kecil akan berada di atas (mianyak goreng). Pada percobaan kelima (sublimasi)
bisa terjadi pemisahan karena adanya perbedaan titik didih antara garam dapur
dan naftalena, sehingga naftalena yng mempunyai titik didih lebih rendah akan
menguap.
Dalam ilmu kimia seringkali kita mendengar kata polar, non-polar, adan
semi polar. Polar itu sendiri memiliki beberapa sifat, diantaranya larut dalam air,
mempunyai pasangan elektron bebes, dan mempunyai perbedaan elektrinegatifan
yang tinggi antar penyusunnya. Miasalnya asam klorida, air, asam bromida, dan
metanol. Non-polar memiliki sifat tidak dapat larut dalam air, tdak memiliki
pasangan elektron bebas, tidak memiliki kutub positif dan kutub negatif, dan
memiliki titik didih rendah. Contohnya bensin, minyak goreng, metana, dan N2.
Sedangkan semi polar memiliki sifat salah satu atom mempunyai pasangan
elektron bebas sedangkan atom yang lain tidak menyumbangkan elektron (atom
akseptor). Misalnya NH3, BF3, CO, dan SO3.
Struktur kimia minyak goreng memiliki bentuk sebagai berikut:
O
CH C CH
17
CH CH
Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau
lebih yang saling bercampur san pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian
suatu campuran dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, antara lain
dekantasi, filtrasi, rekristalisasi, ekstraksi, dan sublimasi.
Percobaan pertama adalah pemisahan yang dilakukan dengan cara
dekantasi antara pasir dan aquades. Saat air dimasukkan dalam gelas kimia yang
berisi pasir tampak warna air yang tadinya bening menjadi keruh. Pada saat
pengadukan dilakukan maka air bertambah keruh karena sebagian pasir
bercampur dengan air dan ketika campuran diendapkan, pasir seluruhnya berada
di dasar dan mengendap, sedangkan warna air tidak terlalu keruh bila
dibandingkan saat campuran diaduk. Sewaktu cairan bagian atas dituang, maka
tersisalah pasir di dalam gelas kimia. Proses pemisahan ini didasarkan pada
perbedaan ukuran partikel, sehingga bahan yang mempunyai ukuran partikel lebih
besar (pasir) akan mengendap bila didiamkan karena pasir tidak larut dalam air.
Sifat pasir yang tidak larut dalam air jugalah yang menyebabkan ketika cairan
bagian atas dituang pasir tertinggal di dalam gelas kimia.
Percobaan kedua yaitu pemisahan yang dilakukan dengan cara filtrasi
antara bubuk kapur tulis dan aquades. Ketika air dituangkan ke dalam gelas kimia
yang berisi bubuk kapur tulis, air menjadi keruh. Pada saat pengadukan bubuk
kapur tulis bercampur dengan air tetapi tidak terlarut dan warna campuran
bertambah keruh. Sewaktu dilakukan penyarigan maka bubuk kapur tulis akan
tertinggal di kertas saring, sedangkan air akan melewati kertas saring dan kembali
terlihat bening. Proses pemisahan ini didasarkan pada ukuran partikel di mana
partikel yang memiliki ukuran lebih besar tidak akan mampu melewati pori kertas
saring yang kecil, sedangkan air yang memiliki ukuran partikel lebih kecil akan
mampu menembus kertas saring, sehingga bubuk kapur tulis yang tadinya
bercampur dengan air akan terpisah dan air akan tampak bening seperti semula.
Percobaan ketiga adalah pemisahan yang dilakuakan dengan cara
rekristalisasi antara CuSO4.5H2O (tembaga II sulfat pentahidrat) dan aquades. Saat
18
air dituang ke dalam gelas kimia yang berisi kristal CuSO 4.5H2O berwarna biru,
air belum bercampur dengan CuSO4.5H2O. Ketika gelas kimia digoyang maka
secara perlahan kristal-kristal tersebut akan larut dan air tampak berwarna biru
bening. Sewaktu diadakan pemanasan, air akan menguap dan saat diangkat akan
terlihat bubuk berwarna putih di dalam gelas kimia. Proses ini didasarkan atas
perbedaan titik didih antara CuSO4.5H2O dengan air. Kristal hasil rekristalisasi
dapat berwarna putih dari semula berwarna biru karena CuSO 4 mempunyai sifat
hidroskopis sehingga mampu mengikat air menjadi CuSO4.5H2O yang mana pada
saat dikristalkan kembali air yang terkandung dalam CuSO4 akan hilang akibat
menguap. Selain didasarkan pada perbedaan titik didih, proses ini juga didasarkan
atas kelarutan bahan (CuSO4.5H2O) dalam suatu pelarut (air aquades).
Percobaan keempat adalah pemisahan yang dilakukan dengan cara
ekstraksi antara aquades dan minyak goreng. Ketika minyak goreng dituang ke
dalam corong pisah yang berisi air, maka akan terbentuk 2 fase yang tidak saling
terlarut. Saat dilakukan pengocokan tampak kedua cairan tersebut mengeruh.
Sewaktu pengocokan dihentikan dan kedua larutan dibiarkan hingga memisah,
terlihat air dan minyak yang membentuk 2 fasa yang tidak saling terlarut menjadi
keruh. Pada saat tutup dan kran pada corong pisah dibuka, air keluar dari mulut
corong dan sewaktu batas antara dua fase tiba di mulut corong kran ditutup
sehingga tersisalah minyak goreng. Pemisahan ini dilakukan berdasarkan
perbedaan massa jenis kedua cairan tersebut, yang mana air memiliki massa jenis
lebih besar dibandingkan minyak goreng, sehingga air berada di bawah minyak
goreng. Akibat kedua cairan yang tadinya terlihat bersih dan setelah dilakukan
pengocokan menjadi keruh adalah saat dikocok minyak goreng yang bersifat non-
polar mengikat baban-bahan polar yang masih terdapat di dalam air, sehingga
kedua cairan tersebut menjadi keruh.
Percobaan kelima adalah pemisahan yang dilakukan dengan cara sublimasi
antara garam dapur dan bubuk naftalena. Ketika garam dapur dan bubuk naftalena
dicampur, maka tidak dapat dibedakan antara keduanya dan saat dilakukan
pemanasan kedua bahan tersebut memisah dengan salah satu bahan menempel
pada dinding corong. Setelah pemenasan selesai dan diangkat serta corong dibuka
19
maka bau naftalena tercium, yang menandakan bahwa bahan yang menguap dan
menempel pada corong adalah naftalena. Proses pemisahan ini didasarkan pada
perbedaan titik didih suatu bahan, di mana bahan yang memiliki titik didih yang
rendah akan menguap terlebih dahulu (naftalena) yang ditandai dengan bau
naftalena yang tercium. Sedangkan garam dapur yang memiliki titik didih lebih
tinggi akan tertinggal/tidak menguap.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi dalam percobaan pemisahan dan
pemurnian ini adalah pada saat campuran antara bubuk kapur tulis dan air dituang
untuk disaring, kedua bahan tersebut tidak dalam keadaan tercampur sehingga
pemisahan antara bubuk kapur tulis dan air kurang terlihat. Selain itu kesalahan
yang dapat terjadi, pada saat campuran CuSO 4.5H2O dan air yang dipanaskan
cepat diangkat, sehingga hasil rekristalisasi masih berwarna agak biru yang
menandakan dalam kristal CuSO4 masih mengandung air.
Manfaat atau aplikasi dari percobaan mengenai pemisahan dan pemurnian
dalam kehidupan sehari-hari adalah proses pemurnian air minum atau air yang
layak dikonsumsi untuk kegiatan sehari-hari, proses dalam pengolahan limbah
buangan pada industri yang aman terhadap ligkungan, pembuatan miniman
tradisional (ciu), pemurnian garam dapur, dan proses pemisahan minyak bumi
menjadi solar, avtur, dan aspal.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
20
5.2 Saran
Dalam proses penuangan campuran bubuk kapur tulis dan aquades harus
dalam keadaan bercampur sehingga pada proses penyarigan, pemisahan,
kedua zat tersebut benar-benar terlihat.
Setiap langkah percobaan harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati
agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.
21
DAFTAR PUSTAKA