Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN

PEMISAHAN SENYAWA DARI CAMPURAN DAN


PENENTUAN RUMUS EMPIRIS

OLEH

KELOMPOK : I (SATU)

GOLONGAN : II (DUA)

ASISTEN : RIZAL

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN FARMASI FIKES

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA – GOWA

2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Terdapat tiga istilah yang harus dipahami dan diingat dalam ilmu kimia,
yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat
diuraikan dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya
hidrogen, oksigen, dan lain-lain. Senyawa adalah materi yang dibentuk dari
dua unsur atau lebih dengan perbandingan tertentu, sedangkan campuran
adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang.
Campuran dapat dibagi dua, yaitu campuran yang homogen, dan
heterogen. Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau
lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu
fasa. Yang disebut satu fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama
antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Campuran heterogen
adalah penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih
sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama
di berbagai bagian bejana.
Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran dari berbagai komponen, contohnya tanah terdiri dari berbagai
senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, atau gas. Udara yang kita
hirup setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa, serperti
oksigen, nitrogen, uap air dan sebagainya. Demikian juga air yang kita pakai
sehari-hari bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat lain dalam
bentuk gas, cair, atau padatan.
Dalam ilmu kimia, pemisahan campuran sangat penting. Dalam
praktikum kimia, pemisahan senyawa campuran dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu campuran. Pada pekerjaan di laboratorium
banyak melibatkan pemisahan campuran seperti dalam pengolahan minyak
bumi dan logam-logam.
Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus yang paling sederhana
yang memberikan jumlah atom relatif untuk setiap jenis atom yang ada dalam
senyawa itu. Setelah senyawa ditentukan secara eksperimen, maka data itu
bersama-sama dengan bobot atom yang diketahui dapat digunakan untuk
menghitung angka banding yang sederhana dari atom-atom dan senyawa
itu.Dengan demikian, rumus empirisnya dapat diketahui yang mana dengan
rumus ini dapat mengetahui rumus molekul aslinya, sehingga dapat di
identifikasikan komponen-komponen pada senyawa tersebut.
Hubungan dengan dunia farmasi yaitu untuk menemukan komponen
yang dibutuhkan untuk membuat sediaan. Misalnya untuk mendapatkan
kandungan dari daun jambu biji yang dapat mengobati diare. Pemisahan
campuran digunakan untuk mengambil zat-zat apa yang ada dalam daun
jambu biji sehingga dapat mengobati diare.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


1. Maksud
Menentukan persen komposisi unsur dalam senyawa, dan
memahami prinsip pemisahan senyawa dari campuran.
2. Tujuan
- Untuk memisahkan senyawa dari campuran
- Untuk menghitung komposisi persen senyawa dalam campuran
- Untuk mendetifikasi rumus empiris tembaga sulfat (CuSO4)

C. Prinsip Percobaan
1. Pemisahan campuran (pasir, naftalen, dan NaCl) menggunakan metode
sublimasi, dimana campuran ini menghasilkan sublimat. Campuran
kemudian disaring dan menghasilkan residu dan filtrate. Redisu kering
ditimbang dan filtrat dipadatkan dan dikeringkan.
2. Penentuan rumus empiris (CuSO4) berdasarkan metode perbandingan mol
dari reaksi kimia yang terjadi antara CuSO4 dan Fe kemudian disaring.
Residu yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua unsur atau lebih dengan
perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur
pembentuknya. Berbeda dengan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat
tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Campuran dapat dibagi
menjadi dua, yaitu campuran yang homogen, dan heterogen. (Gafar,1939:
125).
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih
yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fasa.
Yang disebut satu fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara
satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Sebagai contoh gula dengan
air. Rasa manis air gula di semua bagian sama, baik di atas, dibawah maupun
dipinggirnya. Karena begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak
dapat dilihat walaupun dengan mikroskop. Yang tampak hanya satu fasa,
yakni cairan, dan campuran ini disebut larutan. Campuran heterogen adalah
penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga
perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama di
berbagai bagian bejana. Contohnya, campuran air dengan minyak tanah.Pada
mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat
minyak menyebar dengan air berupa gelembung-gelembung kecil. Pada
gelembung hanya terdapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Dengan
kata lain, dalam campuran heterogen masih ada bidang batas antara kedua
komponen atau mengandung lebih dari satu fasa. (Sukri,1999:13).
Prosedur farmasetika dan atau kimia sering mengahsilkan campuran
bahan-bahan kimia. Ini merupakan hasil reaksi yang tidak sempurna, seperti
pada kasus reaksi sampingan dan hasil samping, atau ketika obat harus di
isolasi dari campuran senyaw-senyawa kimia yang kompleks (misalnya
isolasi metabolit obat dari sampel darah atau urin). Penegtahuan mengenai
keasaman atau kebasaan perlu dimiliki jika ingin mendapatkan pemisahan
yang efisien. Ketika suatu molekul obat mengalami ionisasi, profil kelarutan
senyaw tersebut berubah secara dramtis. (Cairns,2004:69).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat dalam pemisahan, sedangkan
secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga
dapat dipisahkan. Cara atau tekink pemisahan campuran bergantung pada
jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika
komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir denga air, dapat
dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari porinya
sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semipermeabel.
Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut.
Selaput semipermeabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari
pelarutnya. (Erdawati,1986:345)
Campuran homogen, seperti alkohol dalam air, tidak dapat dipisahkan
dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan
selaput semipermeabel. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara
fisika yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi, kromatografi, sublimasi, dan
dialisis. (Sukri,1999:10).
1. Destilasi
Destilasi merupakan seni memisahkan dan pemurnian berdasarkan
perbedaan titik didih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Bila campuran mengandung
komponen lebih dari dua, maka penguapan dan pengembunan dilakukan
bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu, dimulai dari titik didih yang
paling rendah. Akan tetapi pemisahan campuran ini sulit dan biasanya hasil
yang didapat sedikit bercampur komponen lain yang titik didihnya
berdekatan.
2. Rekristalisasi
Teknik pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik
beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar, dan sebaiknya komponen
yang akan dipisahkan berwujud padat dan lainnya cair pada suhu kamar.
3. Ekstraksi
Pemisahan campuran dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan
kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Ekstraksi dapat
digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang di ekstraksidan proses
pelaksanaannya.
4. Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai
wujud, baik padat, cair maupun gas.Dasra pemisahan ini yaitu kelarutan
dalam pelarut pada suatu lapisan tertentu, daya absorpsi oleh bahan penyerap,
dan bvolitilitas (daya penguapan).
5. Sublimasi
Sublimasi adalah metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat
padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak
menyublin akan tertinggal. Bahan-bahan yang menggunakan metode ini
adalah bahan yang mudah menyublin.
6. Dialisis
Dialsis adalah suatu cara pemisahan senyawa atau zat berdasarkan
perbedaan kecpatan difusi melalui semipermeabel. Dalam kimia, cara ini
dipakai untuk memisahkan butir-butir koloid dari zat-zat yang ada dalam
larutan (Sunarno,1989:141).
Prosedur pemisahan dapat digunakan untuk keperluan pemurnian
senyawa, identifikasi kulitatif dari penentuan kuantitatif komponen yang
dicari dari suatu sampel bahan. Pemurnian senyawa dilakukan dalam
pekerjaan preparative, sedangkan identifikasi kuliatatif dan penentuan
kuantitatif suatu senyawa, diperlukan persyaratan, keselektifan, kepekaan,
dan kespeksifikkan suatu pereaksi ataupun alat ukur yang digunakan.
Komponen-komponen yang ada bersamaan dengan komponen yang dicari
dapat mengganggu identifikasi dan penentuan kuantitatif karena ketiga syarat
tersebut tidak atau kurang terpenuhi.
Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus paling sederhana yang
memberikan jumlah atom relatif yang betul untuk setiap jenis atom yang ada
di dalam senyawa itu. Untuk menentukan rumus empiris, diperlukan
perbandingan mol antar unsur-unsur penyusun.
Rumus empiris menggambarkan unsur-unsur yang terdapat dalam
senyawa kimia dan perbandingan jumlah atomnya. Misalnya glukosa setiap
molekulnya tersusun atas atom-atom C, H, dan O dengan perbandingan 1 : 2 :
1 sehingga rumus empirisnya CH2O.
Adapun langkah untuk menentukan rumus empiris sutau senyawa
adalah:
1. Tentukan massa setiap unsur
2. Bagi tiap unsur dengan Ar (mol)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟)
Rumus mol =
𝐴𝑟
3. Menyederhanakan perbandingan. (Marsin,1989:183).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979;96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling,
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.
Titik didih : 100 ˚C
Titik beku : 0 ˚C
Titik leleh : 0 ˚C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Naftalena (Dirjen POM. 1979 ; 1179)


Nama resmi : NAFTALENA
Nama lain : Naftalen
Rumus molekul : C10H8
Berat molekul : 128,17
Pemerian : Lempeng prismatik atau keping atau serbuk
putih. Menyublim pada suhu diatas suhu lebur.
Titik didih : 217,7 ˚C
Titik beku : 80,5 ˚C
Titik leleh : 45 ˚C.
Kelarutan : Larut dalam heksana, menunjukkan fluerensi
ungu dibawah cahaya lampu raksa, tidak larut
dalam air, sangat mudah larut dalam dalam eter,
dalam minyak lemak, dan dalam minyak
menguap; mudah larut dalam benzena, dalam
kloform, dalam minyak zaitun dan dalam
toluene, larut dalam etanol dan methanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel pemisahan senyawa dari
campuran.

3. Temabaga (II) sulfat (Dirjen POM. 1979; 731)


Nama resmi : CUPRI SULFARIUM
Nama lain : Tembaga (II) sulfat, vitnol biru,cupri sulfat, kal
kantil.
Rumus molekul : CuSO4
Berat molekul : 303,265
Ramus bangun : Cu-SO4
Pemerian : serbuk hablur; biru
Titik didih : 29 ˚C.
Titik leleh : 10 ˚C.
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian gliserol p; sangat sukar
larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut

4. Natrium Klorida ( Dirjen POM, 1979; 403)


Nama resmi : NATRII CHLORIDIUM
Nama lain : natrium klorida, garam dapur, halit, chloresum
nafrum, natrium clorafum.
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58,44
Ramus bangun : Na-Cl
Pemerian : tidak berwarna atauserbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa asin.
Titik didih : 430 ˚C.
Titik leleh : 140 ˚C.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan leleh kurang dari 10 bagian
gliserol, tidak larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai sampel pemisahan senyawa dari
campuran.

5. Besi (Dirjen POM, 1979: 762)


Nama resmi : FERRUM
Nama lain : Besi, Ferum
Rumus molekul : Fe
Berat molekul : 56
Pemerian : Berwarna kepekatan.
Kelarutan : Tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagi sampel pada percobaan penentuan rumus
empiris.
C. Prosedur Percobaan
1. Pemisahan senyawa dari campuran
a) Timbang dengan hati-hati beker gelas yang bersih dan kering. Catat
beratnya pada lembar laporan anda. Ambil sampel campuran bahan uji
yang tidak diketahui dari instruktur, gerus hingga halus dalam mortal.
Sekitar 2 gram campuran tersebut, masukkan ke dalam beker gelas,
timbang dan hitung berat sampel yamg sebenarnya.
b) Tempatkan pinggan penguapan diatas beker gelas yang berisi
campuran. Tempatkan gelas dan pinggan pengauapan pada kawat kasa.
Tempatkan es dalam pinggan penguapan, berhati-hati agar bagian
bawah pinggan menguapkan atau di dalam gelas tidak terkena air, atur
alat sublimasi.
c) Dengan hati-hati, panaskan beker gelas dengan nyala Bunsen,
tingkatkan intensitas nyala sampai nampak uap dalam gelas. Padatan
harus terkumpul pada bagian bawah pinggan penguapan. Setelah 10
menit, pindahkan bunsen dari bawah beker gelas. Dengan hati-hati
pindahkan pinggan penguapan dari beker gelas dan kumpulkan
padatan dengan spatula. Alirkan air dari pinggan penguapan, bila perlu
tambahkan es batu. Aduk isi beker gelas dengan batang pengaduk.
Kembalikan pinggan penguapan diatas beker gelas dan panaskan
kembali. Lakukan perlakuan di atas berulang-ulang hingga tidak
diperoleh lagi padatan pada bagian bawah pinggan penguapan.
Pindahkan naftalen ke dalam wadah yang khusus disediakan.
d) Dinginkan beker gelas hingga mencapai suhu kamar. Timbang gelas
yang berisi padatan, hitung berat naftalen yang bersublimasi.
e) Tambahkan 25 ml air suling ke dalam padatan tersebut, panaskan dan
aduk selama 5 menit.
f) Timbang beker gelas 150 ml kedua yang bersih dan kering dengan 2
atau 3 biji batu didih.
g) Pasang apparatus untuk penyaringan gravimetric.
h) Lipat selembar kertas saring.
i) Basahi kertas saring dengan cara melipat kertas saring.
j) Posisi gelas kedua dibawah corong.
k) Tuang campuran melalui saringan, tampung cairan pada beker gelas
beker kedua. Dengan hati-hati pindahkan padatan basah,kumpulkan
semua cairan (filtrat) dengan beker gelas kedua.
l) Bilas dengan 5 – 10 aquadest, tuangkan residu ke dalam corong dan
tambahkan cairan ke filtrat,ulangi dengan penambahan 5-10 ml
aquadest.
m) Tempatkan beker gelas kedua dengan isinya diatas kawat kasa,
mulailah pemanasan dengan pembakar bunsen. Kontrol nyala api agar
tidak mendidih,bila volume cairan berkurang,padatan natrium klorida
akan muncul. Kurangi nyala api untuk mencegah letupan dari larutan
dan padatan. Bila semua cairan telah habis,dinginkan beker gelas pada
suhu kamar. Timbang beker gelas dengan residunya,hitung berat NaCl
yang diperoleh.
n) Dengan hati-hati, timbang beker gelas 150 ml yang ketiga yang bersih
dan kering. Catat beratnya. Masukkan kertas saring dan pasir,
panaskan sampai kering dengan pembakar bunsen atau oven. Setelah
kering (bila pasir bebas mengalir), dinginkan pada suhu kamar.
Timbang gelas dan pasir, hitung berat pasir yang sebenarnya.
o) Hitunglah
1) Presntase hasil dengan mengguankan rumus:
𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
%= x 100
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2) Presentase setiap senyawa dalam campuran dengan rumus:
𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
% senyawa = x 100
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2. Penentuan rumus empiris
a) Timbanglah antara 5 dan 9 CuCl2, catat beratnya pada kertas laporan
anda. Jangan menimbang langsung pada piring timbangan, tetapi
pastikan untuk mengguanakan wadah atau kertas timbang.
b) Pindahkan CuCl2 ke dalam beker gelas 250 ml. Tambahkan 60 ml air
suling dan aduk dengan batang pengaduk hingga padatan benar-benar
larut.
c) Ambil kawat aluminium dengan panjang 45 cm (sekitar 1,5 g). Buatlah
kumparan datar pada salah satu ujung kawat, dan pegangan di ujung
lainnya. Buatlah pegangan cukup panjang sehingga kawat dapat
digantung di sisi gelas. Kumparan harus tertutupi oleh larutan dan
harus mencapai bagian bawah gelas.
d) Sebagai hasil reaksi, anda akan melihat serpihan tembaga coklat
berakumulsai pada kawat. Sekali-kali goyang kawat tembaga untuk
melonggarkan. Hilangnya warna biru ion tembaga (II) menunjukkan
bahwa reaksi selesai.
e) Lakukan uji untuk menyelesaikan reaksi:
1) Dengan pipet pasteur bersih, tempatkan 10 tetes larutan supernatan
ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 3 tetes 6 amonia M ke dalam tabung reaksi. Jika
larutan biru tua muncul, berarti ion tembaga (II) masih ada, dan
larutan harus dipanaskan sampai 60 C selama 15 menit!
f) Bila supernatan tidak mengandung lagi ion Cu2+, maka reaksi selesai.
Getarkan kawat aluminium sehingga semua tembaga yang menempel
akan jatuh ke dalam larutan. Dengan botol semprot yang berisi air
suling, cuci kawat aluminium untuk menghilangkan sisa tembaga.
Lepaskan kawat aluminium dari larutan dan buang ke dalam wadah
sampah yang disediakan oleh instruktur anda.
g) Atur alat vakum filttrasi.
h) Timbang kertas saring yang sesuai dan masukkan ke dalam corong
buchner, catat beratnya pada lembar laporan anda.
i) Basahi kertas saring dengan air suling, aktifkan aspirator air, dan
saring tembaga melalui corong buchner. Bilas semua tembaga dalam
gelas dengan air dari botol semprot dan pindahkan ke corong buchner,
jika filtrat berkabut, saring kembali perlahan-lahan. Akhirnya, cuci
tembaga dalam corong dengan 50 ml aseton (untuk mempercepat
proses pengeringan). Biarkan tembaga tetap pada kertas filter selama
10 menit, dengan air mengalir untuk proses pengeringan lebih lanjut.
j) Dengan hati-hati, keluarkan kertas saring dari corong buchner agar
kertas tidak sobek. Timbang kertas saring dan tembaga dan catat pada
lembar laporan anda. Hitung berat sampelnya.
k) Dari data percobaan tersebut, tentukan rumus empiris dari tembaga (II)
klorida. Dan tentukan tingkat kesalahan dengan menghitung presentase
tembaganya.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan yaitu gelas kimia, kawat kasa, kaki tiga, corong,
pembakar spiritus, batang pengaduk, neraca analitik, sendok tanduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kertas saring, Naftalen, Tembaga (CuSO4),
Natrium Klorida (NaCl), Pasir (SiO2),Besi (Fe), dan etanol.

B. Cara Kerja
1. Pemisahan senyawa dari campuran
a) Dicampurkan naftalen, NaCl dan pasir ke dalam gelas kimia.
b) Ditutup menggunakan cawan porselin uap berisi air.
c) Ditimbang dipananskan (akan terbentuk endapan dibagian bawah
cawan porselin)
d) Di gerus padatan tersebut dan dipindahkan ke tempat yang lain.
e) Ditimbang padatan tersebut.
f) Ditambahkan air pada gelas yang berisi pasir dan NaCl dan diaduk.
g) Disaring dengan kertas saring akan menghasilkan filtrat dan residu.
h) Dipanaskan dan ditimbang padatan tersebut dan hasil residu
i) Dicatat hasil.

2. Penentuan rumus empiris


a) Ditimbang Tembaga Sulfat (CuSO4) sebanyak1,7 gram dan serbuk besi
sebanyak 0,4 gram.
b) Dimasukkan 10 ml aquadest ke dalam gelas kimia
c) Ditambahkan Tembaga Sulfat (CuSO4) yang sudah ditimbang ke
dalam gelas kimia yang berisi aquadest, kemudian aduk sampai
homogen.
d) Dimasukkan Besi (Fe) yang sudah ditimbang.
e) Diamkan dan amati (terjadi reaksi CuSO4 dan Fe).
f) Disaring setelah terbentuk butiran-butiran coklat Tembaga (Cu).
g) Dikeringkan dan ditimbang.
h) Dicatat hasil.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
1. Pemisahan Senyawa dari Campuran
Senyawa Proses Pemisahan Berat (gr)
C10H8 Sublimasi kondensasi 0,631
Sio Filtrasi 3,92
NaCl Filtrasi kristalisasi 2,22

2. Penentuan Rumus Empiris


No Kelompok Hasil
1. 1 0,29
2. 2 0,47
3. 3 0,87
4. 4 0,775
5. 5 0,925
6. 6 0,969

B. Perhitungan

1. Dik :

Massa CuSO4 = 1,7 g

Massa Cu = 0,2896 g

Ar Cu = 65 g/mol

Mr SO4 = 96 g/mol

Massa SO4 = massa CuSO4 – Cu = (1,7 – 0,29) g = 1,41g.


Jawab :

Mol Cu : mol SO4

Massa Cu Massa SO₄



Ar Cu Mr SO₄

0,2896 g 1,4104 g

63,5 g/mol 96 g/mol

0,004 mol : 0,0146 mol

1 : 4

Cu(SO4)4 → CuS4O16

2. Massa CuSO4 = 1,7 g

Massa Cu = 0,47 g

Ar Cu = 65 g/mol

Mr SO4 = 96 g/mol

Massa SO4 = Massa CuSO4 – Massa Cu =(1,7–0,47) g = 1,23 g

Jawab :
Mol Cu : mol SO4
Massa Cu Massa SO₄

Ar Cu Mr SO₄

0,47 g 1,23 g

65 g/mol 96 g/mol

0,007 mol : 0,0128 mol

1 : 2

RE : Cu(SO4)2  CuS2O8
3. Massa CuSO4 = 1,7 g

Massa Cu = 0,87 g

Ar Cu = 65 g/mol

Mr SO4 = 96 g/mol

Massa SO4 = Massa CuSO4 – Massa Cu = (1,7-0,869) g = 0,831 g

Jawab :

Mol Cu : mol SO4

Massa Cu Massa SO₄



Ar Cu Mr SO₄

0,87 g 0,831 g

65 g/mol 96 g/mol

0,013 mol : 0,0086 mol

2 : 1

RE : Cu2SO4

4. Massa CuSo4 = 1,7 g

Massa SO4 = 0,775 g

Ar Cu = 65 g/mol

Mr SO4 = 96 g/mol

Massa SO4 = Massa CuSO4 – Massa Cu =(1,7-0,775)g = 0,925 g

Jawab :

Massa Cu Massa SO₄



Ar Cu Mr SO₄

0,775 g 0,925 g

65 g/mol 96 g/mol
0,0119 mol : 0,0096 mol

1 : 1

RE : CuSO4

5. Massa CuSO4 = 1,7 g

Massa Cu = 0,925 g

Ar Cu = 63,5 g/mol

Mr SO4 = 96 g/mol

Massa SO4 = Massa CuSO4 – Massa Cu = (1,7-0,925)g = 0,775 g

Jawab :

Mol Cu : mol SO4

Massa Cu Massa SO₄



Ar Cu Mr SO₄

0,925 g 0,775 g
:
63,5 g/mol 96 g/mol

0,142 mol : 0,008 mol

2 : 1

RE : Cu2SO4

6. Massa CuSO4 = 1,7 g

Massa Cu = 0,969 g

Ar Cu = 65 g/mol

Mr SO4 = 96 g/mol

Jawab :

Massa SO4 = Massa CuSO4 – Massa Cu = (1,7-0,969)g =0,731 g


Mol Cu : mol SO4

Massa Cu Massa SO₄



Ar Cu Mr SO₄

0,969 g 0,731 g

65 g/mol 96 g/mol

0,0149 mol : 0,0076 mol

2 : 1

RE : Cu2SO4
BAB V
PEMBAHASAN

Senyawa adalah zat-zat yang terbentuk dari unsur-unsur melalui


berbagai reaksi kimia.Senyawa dibedakan dalam dua golongan besar.
Senyawa organik dan senyawa anorganik Senyawa organik adalah senyawa
yang disusun oleh karbon dengan beberapa unsur tertentu, Nitrogen,
Hidrogen, dan Oksigen. Sedangkan, senyawa anorganik adalah senyawa yang
dibentuk oleh semua unsur kecuali karbon (C). Adapun campuran adalah
gabungan dari beberapa zat tanpa melakukan reaksi kimia dan masih
mempunyai sifat aslinya. Defenisi lain dari campuran adalah gabungan dari
dua senyawa atau lebih dengan perbandingan yang tidak tetap. Suatu senyawa
dapat dipisahkan dari campurannya. Ada beberapa metode pemisahan yang
sering digunakan yaitu filtrasi, sublimasi, kristalisasi, destilasi, ekstraksi,
adsorpsi, dan khormatografi.
Dalam kimia, rumus kimia dapat dibagi menjadi dua yaitu rumus
molekul dan rumus empiris. Pembagian ini terkait dengan informasi yang di
kandungnya. Rumus empiris adalah ekspresi sederhana jumlah relatif setiap
jenis atom (unsur kimia) yang dikandungnya. Sedangkan rumus molekul
adalah rumus kimia yang memberikan informasi secara tepat tentang jenis
unsur pembentuk suatu molekul senyawa dan jumlah atom masing-masing
unsur.
Pada praktikum ini ada dua percobaaan yang dilakukan yaitu penentuan
rumus empiris dan pemisahan senyawa dari campuran. Perlakuan pertama
pada percobaan penentuan rumus empiris adalah menimbang berat masing-
masing CuSO4 seberat 1,7 gram dan Fe 0,5 gram. Kemudian dilarutkan
CuSO4 tersebut ke dalam 10 ml air. Setelah terlaurut, dimasukkan 0,5 gram
besi diaduk-aduk hingga rata didalam larutan kemudian didiamkan dan
ditunggu hingga terjadi reaksi. Terjadinya reaksi didalam larutan tersebut
ditandai dengan berubahnya serbuk Fe dari hitam menjadi warna cokelat
(Cu).Setelah tanda-tanda itu terlihat pada larutan, ditimbang kertas saring
kosong kemudian dilipat dan diletakkan pada corong. Larutan tersebut
disaring. Residu (yang tertinggal dikertas saring) dikeringkan kemudian
ditimbang bersama kertas saringnya. Oleh karena itu, sebelumnya ditimbang
berat kosong dari kertas agar diperoleh nilai sebenarnya dari tembaga yang
diperoleh dengan mengurangkan berat tembaga dari berat kertas saring
dengan berat kertas saring kosong.
Pada percoban pemisahan senyawa dari campuran, gelas kimia yang
berisi pasir, naftalen, NaCl dalam gelas kimia yang diberikan oleh
pembimbing dipanaskan diatas pembakar spiritus. Sebelumnya ditutup gelas
kimia menggunakan cawan petri yang diisi dengan air. Hal ini dilakukan
karena adanya Naftalen dalam campuran yang bersifat menyublin. Sedangkan
penambahan air kedalam penutup (cawan porselin) bertujuan untuk
kondensasi atau proses pendingin uap dari Naftalen. Setelah terlihat adanya
kristal didasar cawan, kristal tersebut dipindahkan ke wadah lain. Kemudian
ditutup kembali gelas yang berisi campuran. Dengan cawan yang berisi air
dan ditunggu adanya kristal yang menempel. Hal ini dilakukan berulang kali
hingga tidak ada lagi kristal yang menempel pada dasar cawan porselin.
Wadah yang digunakan untuk menyimpan kristal Naftalen sebelumnya
ditimbang berat kosongnya kemudian ditimbang naftalen dan wadahnya. Data
yang diperoleh dicatat, kemudian gelas kimia yang berisi pasir dan NaCl
ditambahkan dengan Aquadest secukupnya, diaduk agar NaCl terlarut dalam
air karena sifat NaCl dan Aquadest sama (polar dan polar). Tetapi, pasir tidak
terlarut karena sifat pasir yang praktis tidak larut dalam air. Kemudian
disaring campuran itu dengan kertas saring (ditimbang berat kosong kertas
saring). Filtrat (yang melewati kertas saring) yaitu berupa larutan NaCl
dipanaskan hingga terbentuk padatan NaCl. Kemudian, (Residu) yang
teringgal pada kertas saring dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah
diperoleh padatan NaCl dan pasir yang keduanya telah dikeringkan,
ditimbang keduanya satu persatu dan dicatat hasil yang diperoleh.
Pada pemisahan senyawa dari campuran pada naftalen melalui proses
sublimasi ke kondensasi dikarenakan karena naftalen merupakan suatu
padatan dan sublimasi merupakan pemurnian senyawa organik yang
berbentuk padatan. Selain itu karena pada naftalen merupakan suatu zat yang
mudah menguap sehingga proses kondensasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengubah uap menjadi padat, sehingga padat percobaan ini naftalen akan
muncul diatas cawan porselin. Dan untuk pasir melalui proses filtrasi yang
merupakan proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan
dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan
cairan dan menahan partikel-partikel padat. Selain itu partikel partikel yang
diinginkan akan tertinggal pada saringan sehingga mudah untuk memisahkan. Dan
terakhir pada garam melalui proses filtrasi ke kristalisasi dikarenakan karena pada
proses kristalisasi merupakan suatu proses yang dilalui dari pembentukan bahan
padat dari pengendapan larutan.

Hasil yang diperoleh pada percobaan penentuan rumus empiris adalah


diperoleh tembaga (Cu) yang berwarna cokelat dengan berat. Tembaga
diperoleh karena adanya reaksi antara Fe dan larutan CuSO4. Fe berikatan
secara kimia SO4 sehingga terbentuk larutan FeSO4. Hal ini ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi kecoklatan. Kemudian Cu lepas dari SO4
dan membentuk zat tunggal (unsur). Hal ini dillihat dari perubahan warna
hitam (Fe) menjadi cokelat yang merupakan warna dari padatan reaksi ini
sesuai dengan deret volta, pada deret volta Cu terletak disebelah kanan Fe.
Berdasarkan prinsip deret volta bahwa unsur disebelah kiri akan mereduksi
unsur disebelah kanannya. Pada percobaan ini diperoleh senyawa CuSO4
dengan perbandingan berat Fe yang berbeda yaitu 0,1g, 0,2g, 0,3g, 0,4g, 0,5g,
dan 0,6 gram. Data ini diperoleh berdasarkan hasil dari percobaan kelompok
lain. Untuk Fe 0,1g diperoleh Cu 0,29 gram dan REnya CuS4O6. Untuk Fe
0,29 gram diperoleh Cu 0,47 gram dan REnya CuS2O8, untuk Fe 0,3 gram
didapatkan berat Cu 0,87 gram sehingga REnya Cu2SO4. Kemudian Fe 0,4
gram diperoleh Cu 1,12 gram dan REnya Cu2SO4. Dan terakhir Fe 0,6 gram
didapatkan Cu 0,97 gram dan REnya CU2SO4.
Adapun hasil percobaan pemisahan senyawa dari campuran adalah
berat C10H8 (Naftalen) yaitu 0,631 gram, berat NaCl 2,22 gram, dan SiO
(pasir) adalah 4,2301 gram. Apabilla hasil ini dibandingkan dengan berat
sebenarnya dari masing-masing senyawa, diperoleh perbedaan berat. Berat
sebenarnya dari Naftalen adalah 2 gram sedangkan hasil percobaannya adalah
0,631 gram. Hal ini terjadi kemungkinan akibat proses sublimasi Naftalen
belum sempurna sehinnga masih ada yang tertinggal didalam campuran.
Kemudian berat sebenarnya dari NaCl adalah 2,05 gram sedangkan berat dari
hasil percobaan 2,22 gram. Perbedaan ini terjadi karena NaCl belum terlalu
kering saat penimbangan serta cawan porselin kosong yang ditimbang pada
saat digunakan untuk wadah tertukar dengan cawan porselin lain. Selanjutnya
berat sebenarnya dari pasir 3,5 gram. Sedangkan hasil yang didapatkan pada
percobaan yaitu 4,2301 gram. Perbedaan ini terjadi karena pasir yang
diperoleh tidak murni masih bercampur dengan senyawa-senyawa lain.
Ada banyak perbedaan dari data yang diperoleh dengan data
sebenarnya. Faktor kesalahan yang terjadi selama percobaan berlangsung
adalah penimbangan sampel dan alat yang kurang tepat, sublimasi Naftalen
yang tidak sempurna, pengeringan sampel yang kurang sempurna, pemisahan
yang tidak murni sehingga senyawa masih bercampur dengan senyawa lain,
serta tertukarnya wadah penimbangan sampel.
Hubungan penentuan rumus empiris dan pemisahan senyawa dari
campuran dengan dunia farmasi yaitu memiliki peranan atau hubungan yang
erat. Dengan mengetahui teknik pemisahan senyawa dari campurannya, kita
dapat mengetahui bagaimana prinsip pemisahan senyawa dari tumbuhan
seperti dedaunan yang memiliki khasiat tertentu, sehingga kandungan atau
ekstrak tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sediaan obat-
obatan. Selain itu kita dapat memisahkan senyawa-senyawa lain yang
terkandung dalam suatu zat, sehingga diperoleh senyawa murni, sebagai
contoh memperoleh senyawa flavonoid yang murni dari tumbuhan atau
dedaunan obat. Sedangkan hubungan penentuan rumus empiris dengan
farmasi adalah seorang farmasis dapat menentukan dan mengetahui
perbandingan mol dalam suatu sediaan obat.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Pemisahan senyawa dari campuran
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil data sebagai berikut : pada
C10H8 (Naftalen) dengan proses sublimasi kondensasi menghasilkan berat
0,631 gram. Dan pada SiO (Pasir) dengan proses filtrasi menghasilkan berat
3,98 gram. Kemudian pada senyawa NaCl dengan proses filtrasi
kondensasi diperoleh berat 2,22 gram. Dan berdasarkan hasil yang
dibandingkan dengan literatur ternyata memperoleh hasil nilai yang berbeda.

b. Rumus empiris
Berdasarkan hasil percobaan,diperoleh data sebagai berikut : pada Fe
0,1 gram dengan Cu 0,29 gram ,Fe 0,2 gram dengan Cu 0,47 gram,Fe 0,3
gram dengan Cu 0,87,Fe 0,4gram dengan Cu 0,775 gram,Fe 0,5 gram dengan
Cu 0,925 gram dan Fe 0,6 dengan Cu 0,969 gram.

c. Komposisi persen
% Naftalen : 31,55 %
% NaCl : 77,89 %
% Pasir : 113,71 %
% campuran : 77,36 %
d. Saran

1. Laboratorium
Agar kiranya peralatan dan kelengkapan alat laboratorium yang akan
digunakan pada percobaan harap diperhatikan,agar menciptakan suasana yang
nyaman.
2. Asisten
Mohon kiranya agar memberikan bimbingan sebelum dan sesudahnya
praktikum,serta mempertahankan kebijakan dan kebijaksanaan yang telah
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Cairn, Donald. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Buku kedokteran EGC. 2004.

Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga. 2009.

Erdawati.Penyelesaian Soal-soal Kimia Dasar untuk Perguruan Tinggi. 1985.

Gafar p, Abdul dkk.Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kansus. 1973

Marsin, S. Molid. Teknik Pemisahan Dalam Analisis Kimia. Jahar: Universitas


Teknologi Malaysia. 1998.

Sukri S. Kimia Dasar. Bandung: ITB. 1999.

Sunarno.Kimia Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.1989.


SKEMA KERJA

1. Pemisahan Senyawa dari Campuran

Naftalen, pasir, dan NaCl dicampur

Dimasukkan ke dalam gelas kimia

Ditutup dengan cawan porselin bersisi air

Dipanaskan 5-10 menit (sampai terdapat


padatan di bawah cawan porsselin)

Diambil padatan yang dibawah cawan


porselin dan di simpan di wadah yang lain

Ditimbang padatan (naftalen)

Tambahkan air dalam gelsa kimia yang


berisi campuran pasir dan NaCl

Diaduk dan di saring ke wadah yang


lain

Filtrat Residu

Panaskan hingga membentuk Panaskan hingga


padatan kering

Ditimbang dan dicatat


2. Rumus Empiris

CuSO4 1,7 gram

Tambahkan air 5-10 ml dan


homogenkan

Tambahkan Fe 0,4 gram

Diamkan

Disaring

Anda mungkin juga menyukai