Anda di halaman 1dari 26

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh :

Nama : Fauzan Hanif Al Fikri


NIM : 211910901005
Kelas : 05
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Perubaham Materi dan Pemisahan Campuran
II. Tujuan
2.1 Mendemontrasikan pemisahan suatu campuran.
2.2 Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-
masing komponen.
2.3 Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Garam Dapur (NaCl)
NaCl atau Natrium Klorida biasanya dikenal dengan sebutan garam dapur.
NaCl merupakan senyawa yang bentuknya padatan atau solid dengan berwarna
putih. NaCl mempunyai sifat fisik dan kimia yaitu sedikit berbau, bewarna putih,
PH 7, rasanya garam, dan titik didihnya 1413℃ sedangkan titik lelahnya adalah
801℃. NaCl bisa berbahaya jika berkontak langsung dengan mata telanjang dan
kulit. Pencegahan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan adalah dengan
menggunakan lateks, lengan panjang dan juga menggunakan pelindung untuk
mata. NaCl memiliki PH netral yaitu 7. (Labchem, 2021)
3.1.2 Naftalene (C10H8)
Naftalene atau yang biasa disebut dengan kapur barus adalah zat yang
mudah terbakar. Naftalene memiliki rumus molekul C10H8. Naftalene berbentuk
padatan putih yang solid tapi sangat mudah menguap. Naftalene harus disimpan
dalam tempat yang tertutup rapat agar tidak mudah menguap. Naftalene memiliki
titik didih 218℃ dan titik lebur 80,3℃. Naftalene relatif aman untuk digunakan
sehari-hari. (Sciencelab, 2021)
3.1.3 Serbuk Kapur
Serbuk Kapur biasanya dikenal dengan sebutan Kalsium Hidrosida.
Serbuk kapur memiliki nama kimia Ca(OH)2. Ciri-ciri dari serbuk kapur ialah
berwarna putih, tidak berbau, dan berbentuk padat. Serbuk kapur sangat
berbahaya apabila terjadi kontak kulit (iritasi), kontak dengan mata, menelan, dan
inhalasi atau terhirup. Berbahaya juga dalam kasus kontak kulit (kososif), kontak
mata (kososif). Jumlah kerusakan jaringan tergantung pada panjang kontak-
kontak mata dapat mengakibatkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit
menyebabkan pada peradangan. (Labchem, 2021).
3.1.4 Timbal (II) Nitrat (Pb(N03)2)
Timbal (II) nitrat atau Pb(No3)2 merupakan senyawa padat tidak berwarna
dan tidak berbau. Senyawa ini tidak menyala dan tidak mudah terbakar, pH nya
berkisar antara 3-4. Pb(No3)2 merupakan zat oksidasi yang mempunyai toksisitas
akut pada reproduksi dan pada organ sasaran spesifik. Selain itu, bisa
menyebabkan kerusakan mata yang serius dan merusak kesuburan janin. Senyawa
ini berbahaya jika ditelan atau tertiup. (Pubchem, 2021)

3.2 Tinjauan Pustaka


Campuran adalah bahan yang mengandung dua zat yang berlainan atau
lebih yang bercampur dengan karib. Komponen-komponen yang ada dalam
campuran dapat dipisahkan dengan proses fisika, bukan kimia. Misalnya, bila
temperature udara diturunkan, uap air cenderung memisahkan diri dalam bentuk
cairan atau zat padat, yakni embun atau es dan jika udara cair dididihkan dengan
hak-hak maka campuran ini dapat dipisahkan karena kop komponen cendurung
mendidih dalam jangka temperature yang bergantung pada titik didihnya, metode
ini disebut desklasi. (Barsasella, 2012)
Campuran merupakan zat yang terdiri dari dua macam zat atau lebih yang
masih memiliki sifat asalnya. Mencampurkan minyak goreng dan air akan
menyebabkan terlihat ada batasan dikedua cairan tersebut minyak dan air
membentuk cairan yang sifatnya heterogen . sedangkan etanol dan air membentuk
satu fasa yang disebut larutan.
Contoh campuran heterogen:
 Campuran tepung dan air
 Campuran kapur dan pasir
 Campuran serbuk besi dan karbon
Contoh campuran homogen:
 Campuran gula atau garam dengan air
 Air teh yang sudah disaring
 Campuran gas yang ada di udara
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang
memiliki susunan kimia yang berikatan dari suatu bahan, baik pemisahan analitik
maupun preparatif. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni
atau beberapa zat murni dari suatu campuran kimia ditemukan dialam dalam
keadaan yang tidak murni. Senyawa kimia biasanya ditemukan dalam keadaan
tercampur dengan senyawa lain. Keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses
produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu
dilakukan. (Faputri, 2016)
Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Suatu contoh
pentingnya proses pemisahan adalah pada proses pengolahan minyak bumi.
Minyak bumi merupakan campuran berbagai jenis hidrokarbon. Manfaat
hidrokarbon-hidrokarbon penyusun minyak bumi akan lebih berharga bila
memiliki kemurniaan yang tinggi. Proses pemisahan minyak bumi menjadi
komponen-komponen akan menghilangkan produk LPG, solar, ovtur, pelumas
dan aspal. (Riswahyuningsih, 2017)
Metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan
tahap proses pemisahan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode
pemisahan kompleks. Metode pemisahan sederhana adalah sebuah metode yang
hanya menggunakan satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran
yang relatif sederhana Metode pemisahan kompleks memerlukan tahapan kerja,
diantaranya penambahan bahan kimia yang diperlukan. Metode ini juga biasanya
menggabungkan dua atau lebih metode sederhana misalnya pengolahan biji dari
pertambangan memerlukan pemisahan kompleks. (Hari, 2019)
Keadaan zat yang digunakan dalam keadaan harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan dalam pemilihan metode yang akan menimbulkan
kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di
dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia, dan
sebagainya.
2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya
kecil atau besar.
3. Sifat khusus dan zat yang diinginkan dan campuran, misalnya zat tidak
tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik
didih dan sebagainya.
4. Standart kemurnian yang diinginkan, kemurnian 100% memerlukan
bahan yang berbeda dengan 96% .
5. Zar pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.
6. Nilai guna yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan.
(Hari, 2019)
Larutan suatu zat dapat dipisahkan dari zat campurannya karena
mempunyai perbedaan sifat. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain
sebagai berikut:
a. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang akan dipisahkan berbeda dengan zat
pencampur maka campuran dapat juga dipisahkan dengan metode filtrasi atau
penyaringan. Partikel zat jika hasil lebih kecil dan pada zat pencampurannya,
maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran
partikel zat yang diinginkan, sesuai dengan ukuran partikel yang lebih kuat akan
melewati penyaring dan zat pencampurannya akan tertinggal pada penyaring.
b. Titik didih
Zat yang diinginkan apabila dipisahkan dari zat yang pencampur memiliki
titik didih yang jauh berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Titik
didih zat apabila yang ingin dipisahkan lebih rendah daripada zat pencampur,
maka pada saat campuran dipanaskan antara suhu didih zat tersebut dan dibawa
suhu didih zat pencampur zat tersebut akan lebih cepat menguap, sedangkan zat
pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap saat titik didihnya
terlewati.
c. Pengendapan
Zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu
campuran atau larutan tertentu. Zat-zat di dengan berat jenis yang lebih b esar
daripada pelarutnya akan segera mengendap. Suatu campuran jika menanggung
satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita
hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode
sedimental atau sentrifugasi. (Hari, 2019)
Ahli kimia juga mengemukakan metode-metode lain yang digunakan untuk
pemisahan zat, yaitu:
a. Filtrasi
Filtrasi, yaitu proses penyingkiran padatan dan suatu cairan, adalah
metode pemurnian cairan dan larutan yang paling mendasar. Filtrasi tidak hanya
digunakan dalam skala kecil tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air.
Kertas saring dan jaringan digunakan untuk menyingkirkan padatan untuk
menyingkirkan padatan dari cairan atau larutan.
b. Ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik
dilarutkan atau didispersikan di dalam air. Pelarut yang tepat ditambahkan pada
fase larutan dalam airnya campuran diaduk kemudian diaduk dengan baik
sehingga senyawa organik diekstraksi dengan baik,
c. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat
padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran tidak menyublim
akan tertinggal. Bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah
untuk menyublim. Metode ini menggunakan suatu pelarut yang dapat
menyublimkan bahan.
d. Dekantasi
Dekantasi adalah pemisahan komponen-komponen campuran dengan cara
diendapkan. Pada proses ini, zat-zat yang tidak terlarut dipisahkan dari
pelarutnya. Metode ini dilarutkan dengan cara yaitu menuangkan yang tidak ikut
terlarut. Cairan tersebut akan terpisah dari zat padat yang tercampur. (Riswanto
dan Aminah, 2020)
e. Sentrifugasi
Sentrifugasi adalah suatu teknik pemisahan yang digunakan untuk
memisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit. Suspensi ini dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian difusing. Sentifugasi yang cepat menghasilkan gaya
sentrifugal lebih besar sehingga partikel tersuspensi mengendap di dasar tabung
reaksi, kemudian didekantasi. Sentrifugasi memanfaatkan gaya sentrifugal untuk
mengendapkan campuran menggunakan alat atau mesin sentrifugal. Endapan
yang terbentuk berasal dari komponen yang lebih tepat dan bergerak menjauhi
sentrifugal. (Anwar dan Salima, 2016)

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Timbangan
- Cawan Porselen
- Kaki tiga Jaring kawat
- Beaker
- Spatula
- Batang pengaduk
- Pembakar spiritus
- Corong Clamps
- Set alat distilasi
- Termometer
4.1.2 Bahan :
- Naftalene (kapur barus)
- Pb(NO3)2 0,5 M
- Garam dapur (NaCl)
- Vaselin
- Pasir
- Serbuk kapur
4.2 Diagram Alir
4.2.1. Diagram Alir Pemisahan Campuran

Beaker

− Dipanaskan beaker dengan pembakar spirtus atau Bunsen


sampai terbentuk uap dalam beaker dan padatan menempel
dibawah cawan porselen
− Dipindahkan pembakar spiritus, dikumpulkan padatan
dibawah cawan porselen kedalam wadah menggunakan
spatula setelah 10 menit
− Diaduk campuran dalam beaker
− Ditutup beaker dengan cawan porselen
− Dipanaskan beaker kembali sampai tidak terbentuk padatan
dibawah evaporating dish
− Ditimbang padatan (padatan hasil sublimasi) yang
menempel dibawah cawan porselen
− Didinginkan beaker pada temperature ruang
− Ditimbang beaker yang berisi sisa padatan, dihitung
menggunkan hasil sublimasi, dan dibandingkan hasil
perhitungannya dengan berat awal
− Ditambahkan 25 mL aquades kedalam sisa padatan dalam
beaker, diaduk selama 5 menit
− Disiapkan kertas saring yang sudah diketahui beratnya untuk
proses penyaringan
− Disaring campuran dan tampung filtratnya dengan beaker
lain
− Dibilas padatan pada kertas saring dengan 10 mL aquades
dan dikeringkan dalam oven suhu 105⁰C selama 10 menit

Hasil
4.2.2. Diagram Alir Distilasi

Filtrat

− Dipasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari


instruktur
− Diingat setiap sambungan alat diolesi Vaseline
− Digunakan labu alas bulat 100 mL untuk labu distilasi dan
labu penampung
− Diisi labu distilasi dengan sisa filtrat percobaan sebelumnya
(pemisahan kimia)
− Dimasukkan 2 butir batu didih
− Dipasangkan kedua labu pada set alat distilasi dan mulailah
memanaskan menggunakan spirtus
− Dicatat temperature saat distilasi yang tertampung volume
sekitar 1 mL
− Dilanjutkan distilasi hingga setengah volume air pada labu
distilasi pindah ke labu penampung distilat
− Dimatikan pembakar spirtus dan dinginkan labu distilasi
− Dimasukkan masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada
labu dstilasi dan cairan pada labu penampung distilat pada
ujung terpisah
− Diteteskan sebanyak 2 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada
masing-masing taung reaksi
− Diamati dan catat perubahan yang terjadi

Hasil
4.2.3. Diagram Alir Sentrifugasi Versus Dekantasi

Bubuk
Kapur
− Dimasukkan sebanyak 2-3 sendok kedalam gelas kimia 50
mL, ditambahkan 30 mL air dan diaduk
− Diambil 10 mL larutan kedalam tabung sentrifugal
− Dipisahkan sentrat dan endapan dengan diputar dengan
pemusingan 2 menit, diambil filtrat dengan pipet tetes
− Diambil kembali 10 ml campuran air dengan kapur, disaring
menggunakan kertas saring ambil filtratnya
− Dibandingkan sentrat dan filtrat

Hasil

4.2.4. Diagram Alir Rekristalisasi


Garam Dapur (NaCl)

− Diambil sebuah garam dapur kotor, dilarutkan dalam gelas


kimia 50 mL dengan air
− Disaring dan ditampung filtratnya
− Diuapkan dalam cawan porselin diatas nyala pembakar
spirtus sampai air habis menguap
− Dibandingkan keadaan fisiknya sebelum dan sesudah proses

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Pemisahan Campuran
Ditimbang sebuah beaker 100 mL, dimasukkan 0,5 gram pasir, garam dapur
(NaCl) dan Naftalene dan diaduk hingga tercampur. Kemudian ditimbang berat
total dari beaker dan campuran, ditutup beaker menggunakan cawan porselen.
Ditempatkan beaker diatas jarring kawat dan kaki tiga serta ditambahkan es diatas
cawan porselen. Kemudian dipanaskan beaker dengan bunsen sampai terbentuk
uap. Dipindahkan bunsen dan dikumpulkan padatan dibawah cawan porselen
menggunakan spatula. Setelah dipanaskan selama 10 menit , diaduk campuran
dalam beaker dengan batang pemgaduk, kemudian ditutup dan dipanaskan
kembali sampai tidak terbentuk padatan lagi. Kemudian ditimbang padatan yang
menempel dibawah cawan porselen dan didinginkan pada suhu ruang.
Selanjutnya ditimbang beaker yang berisi sisa padatan. Dihitung berat hasil
sublimasi ditambah dengan padatan yang tersisa. Setelahnya dibandingkan hasil
perhitungannya dengan berat awal total campuran dalam beaker, dan ditambahkan
25 mL akuades kedalam sisa padatan dalam beaker dan diaduk selama 5 menit.
Disaring campuran menggunakan kertas saring dan ditampung filtratnya dengan
beaker lain. Kemudian dibilas padatan pada kertas saring dengan 10 mL akuades
dan dikeringkan padatan pada kertas saring menggunakan oven suhu 105 selama
10 menit. Selanjutnya dihitung berat padatan Hasil hasil penyaringan terakhir dan
digunakan filtrat sisa sebagai sampel percobaan distilasi.
4.3.2 Distilasi
Dipasang set alat destilasi yang telah diolesi vaselin pada setiap
sambungannya, kemudian diisi labu alas bulat 100 mL untuk labu distilasi dan
labu penampung. Isi labu destilasi dengan sisa percobaan filtrat sebelumnya.
Dimasukkan 2 butir batu didih dan dipasangkan kedua labu pada set alat destilasi.
Kemudian dipanaskan menggunakan pemanas spiritus. Dicatat temperatur saat
destilat yang tertampung memiliki volume 1 mL dan destilasi dilanjutkan hingga
setengah volume air pada labu distilasi pindah ke labu penampung destilat.
Matikan pembakar spiritus dan dinginkan labu destilat. Dimasukkan masing-
masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu destilasi dan cairan pada labu
penampung destilat, pada dua tabung reaksi yang terpisah. Diteteskan sebanyak 3
tetes larutan Pb(NO3)2 pada masing masing tabung reaksi. Diamati dan dicatat
hasilnya.
4.3.3 Sentrifugasi Vegus Dekantasi
Dimasukkan 2-3 sendok makan kapur kedalam geas kimia 50 mL,
ditambahkan 30 mL air lalu diaduk. Kemudian diambil 10 mL larutan ke dalam
tabung sentrifugal. Dipisahkan sentrat dan endapan dengan cara diputar dengan
pemusingan selama 2 menit. Kemudian diambil filtrat dengan pipet tetes.
Selanjutnya diambil 10 mL campuran air dengan kapur.Setelah itu disaring lalu
diambil filtratnya, kemudian dibandingkan sentrat proses sentrifugasi dan proses
penyaringan.
4.3.4 Rekristalisasi
Diambil 1 garam dapur kotor lalu dilarutkan dalam gelas kimia 50 mL
dengan air secukupnya. Setelah itu disaring dan ditampung filtratnya, kemudian
diuapkan dalam cawan porselin diatas nyala pembakar spirtus sampai air habis
menguap. Dan yang terakhir yaitu dibandingkan keadaan fisik garam dapur
sebelum dan sesudah proses.
V. Pengamatan dan Perhitungan
5.1 Pengamatan
a. Pemisahan Campuran
Massa beaker awal : 62,83 gram
Massa beaker + sampel : 64,30 gram
Massa kaca arloji : 21,87 gram
Massa kaca arloji + massa padatan hasil : 22,08 gram
sublimasi pemanasan pertama
Massa cawan porselin : 31,67 gram
Massa cawan porselin + padatan hasil : 31,74 gram
sublimasi pemanasan kedua
Massa kertas saring awal : 0,55 gram
Massa kertas saring + sampel : 0,95 gram
b. Distilasi
Suhu larutan awan sampel : 27°C
Suhu larutan sampel saat menetes : 101°C
Warna hasil distilat + Pb(NO3)2 : jernih
Warna hasil sampel awal + Pb(NO3)2 : jerih sedikit keruh
c. Sentrifugasi vs Dekantasi
Warna sampel air + batu kapur : keruh
Warna sentrat sentrifugasi + dekantasi : sedikit keruh, tidak ada endapan
Warna sentrat hasil filtrasi : jernih, tidak ada endapan
d. Rekristalisasi
Massa cawan porselin sebelum dipanaskan : 31,67 gram
Massa cawan porselin + bahan sebelum pemanasan : 32,67 gram
Massa cawan poselin + bahan setelah pemanasan : 32,33 gram
Massa cawan porselin setelah pemanasan : 31,69 gram
Warna kristal NaCl sampel : putih sedikit kotor
Warna kristal NaCl setelah rekristalisasi : putih

5.2 Perhitungan
1. Massa kaca arloji 1 (x1) = 21,87 gram
Massa kaca arloji 2 (x2) = 21,85 gram
Massa kaca arloji 3 (x3) = 21,89 gram
 x́ = x1 + x2 + x3
x́ = 21,87 gram
Note: x́ yang diperoleh adalah Mkc0

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1
S = 0,02 gram
2. Massa gelas beaker 1 (x1) = 62,83 gram
Massa gelas beaker 2 (x2) = 62,82 gram
Massa gelas beaker 3 (x3) = 62,84 gram
 x́ = x1 + x2 + x3
x́ = 62,83 gram

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1
S = 0,01 gram
3. Massa cawan porselen 1 (x1) = 31,67 gram
Massa cawan porselen 2 (x2) = 31,65 gram
Massa cawan poselen 3 (x3) = 31,69 gram
 x́ = x1 + x2 + x3
x́ = 31,67 gram
Note: x́ yang diperoleh adalah Mcp0

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1
S = 0,02 gram
4. Massa kaca arloji + kristal hasil sublimasi (Mkc2) = 22,08 gram
Massa cawan porselen + padatan hasil sublimasi (Mcp2)= 31,74 gram
Sehingga massa padatan kristal total = (Mkc2 – Mkc1) + (Mcp2 – Mcp1)
= (22,08-21,87) + (31,74-31,67)
= 0,28 gram
5. Massa garam setelah rekristalisasi
 Massa garam sebelum rekristalisasi
Massa cawan porselen + garam (M1) = 32,67 gram
Massa cawan porselen awal (Mcp1) = 31,67 gram
Massa garam sebelum rekristalisasi = M1 – Mcp1
= 32,67 – 31,67
= 1 gram
 Massa garam setelah rekristalisasi
Massa garam + cawan porselen setelah rekristalisasi (M2) = 32,33 gram
Massa garam setelah rekristalisasi = M2 – Mcp1
= 32,33 – 31,67
= 0,66 gram
VI. Pembahsan
6.1 Pemisahan Campuran
Proseses pemisahan campuran menggunakan campuran naftalen,
pasir, garam dengan berat masing – masing 0.5 gram. Naftalen mempunyai sifat
yang mudah menguap meskipun dalam bentuk padat dan uap yang dihasilkan
mudah terbakar. Pasir yang memiliki sifat tidak larut dalam air dan tidak mudah
terbakar. Garam memiliki sifat yang mudah larut dalam air.
Campuran naftalen, pasir, dan garam diletakkan didalam gelas beaker,
disiapkan jarring kawat, pembakar spiritus kaki tiga untuk proses pemanasan.
Letakkan gelas beaker diatas jarring kawat dan kakitiga, nyalakan pembakar
spiritus tutup gelas beaker dengan cawan porselen yang beri es batu, pemberian es
batu bermaksud untuk mempercepat proses pengkristalan, pemanasan
berlangsung 10 menit hingga naftalen berubah dari bentuk padat menjadi gas dan
mengkristal dibagian bawah permukaan cawan porselen proses terbentuknya
kristal ini disebut kristalisasi. Proses perubahan dari padatan naftalen menjadi gas
disebut sublimasi. Proses kristalisasi yaitu perubahan wujud zat dari gas menjadi
padat. Keruk padatan yang naflaten mengunakan sepatula yang berada dibagian
permukaan cawan porselen, lakukan pemanasan kembali pada sisa campuran,
diaduk mengunakan batang pengaduk dan ditutup dengan cawan porselen hingga
tidak terbentuk kristal dibawah cawan porselen. Sisa campuran yang berupa
garam dan pasir ditambahkan akudes sebanyak 25 ml hal ini bertujuan untuk
memisahkan garam dengan pasir karena sifat garam yang mudah larut dalam air,
lakukan pengadukan selama 5 menit agar garam benar – benar larut dalam air.
Diapkan kertas saring, dilakukan penyaringan pada campuran hasil dari proses
penyaringan disebut filtrat dan endapan yang berada pada kertas saring disebut
residu. Kertas saring dikerigkan pada suhu 105ᵒC, Ditimbang residu yang
terbentuk adalah pasir seberat 0.95 gram.
6.2 Destilasi
Percobaan kedua adalah proses distilasi. Distilasi adalah metode
pemisahan campuran za cair dan larutannya berdesarkan perbedaan titik didih.
Proses distilasi pada percobaan ini adalah memisahkan memisahkan filtrat dan
ditambahkan 2 batu didih pada percobaan pemisahan campuran dipanaskan diatas
spirtus. Proses pemanasan ini disebut dengan penguapan (evaporasi). Hasil
akhirnya adalah air murni dan bersih yang sudah berpisah dari larutan garam.
Ujung labu yang digunakan untuk memanaskan filtrate diolesi dengan vaselin
supaya tidak ada udara yang masuk. Suhu larutan garam sebelum dipanaskan
adalah 27 derajat clalu setelah dipanaskan terjadi penguapan air pada suhu 101
derajat c, kemudian dengan kondensasi pada kondensor uap air berubah menjadi
tetesan air. Proses destilasi dilakukan hingga larutan pada tabung destilat tersisa
setengah dan tetesan air yang terkumpul pada labu penampung sebanyak 1 ml
liter. Setelah proses destilasi selesai, ambil sebanyak 2 ml masing masing dari
tabung reaksi yang terpisah.kemudian diteteskan sebnayak 3 tetes Pb(NO3)2
dengan konsentasi masing masing 0,01 M pada setiap tabung reaksi. Setelah
diaamtai Pb(NO3)2 + 2H20 >Pb(OH)2 + 2HNO3. Setelah diamati perubahan
yang terjadi pada hasil destilasi adalah jernih. sisa destilasi merupakan caian
garam. NaCl+Pb(NO3)2 >NaNO3+PbCl2. setelah diamati perubahan adalag
keruh.
6.3 Sentrifugasi dan Dekantasi
Menurut Anwar dan Salima (2016), Sentrifugasi merupakan pemisahan
campuran yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk mengendapkan campuran
menggunakan alat atau mesin sentrifugal. Endapan yang terbentuk berasal dari
komponen yang lebih tepat dan bergerak menjauhi sentrifugal. Pemisahan dengan
proses sentrifugasi dilakukan dengan tabung sentrifugal yang diputar. Prosesnya
yaitu menggunakan bubuk kapur yang dilarutkan dengan air, perbandingannya
adalah 2-3 sendok bubuk kapur dalam 30 mL air. Bahan tersebut diaduk hingga
tercampur menggunakan batang pengaduk. Hasil pencampuran tersebut diambil
10 mL untuk dimasukkan kedalam tabung sentrifugal dan dilakukan proses
sentrifugasi. Dilakukan pemutaran selama 2 menit dan menyebabkan
terbentuknya endapan di bagian bawah tabung sentrifugal. Hal tersebut
dikarenakan sentifugasi yang cepat menghasilkan gaya sentrifugal lebih besar
sehingga partikel tersuspensi mengendap di dasar tabung. Endapan yang
terbentuk berasal dari komponen yang lebih tepat dan bergerak menjauhi
sentrifugal. Percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori.
Proses filtrasi dilakukan dengan larutan bubuk kapur yang dicampurkan di
awal percobaan sentrifugasi. Larutan disaring menggunakan kertas saring yang
diletakkan diatas corong. Hasilnya adalah filtrat hasil dari proses filtrasi lebih
jernih daripada filtrat hasil proses sentrifugasi. Hal tersebut dikarenakan dalam
proses filtrasi terdapat media penyaringan yaitu kertas tisu untuk menyaring dan
membatasi secara langsung filtrat dan residu sehingga residunya dapat ditampung
dan menghasilkan filtrat yang jernih, sedangkan pada proses sentrifugasi tidak
6.4 Kristalisasi
Percobaan terakhir pemisahan campuran menggunakan metode
Rekristalisasi. Proses rektalisasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
pemurnian suatu senyawa padatan yang dihasilkan dari reaksi-reaksi organic.
Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan larutan zat pengotornya akibat pelepasan
pelarut dan zat terlarutnya. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut
tertentu saat suhu ditingkatkan. (Baskoro, 2015)
Pemisahan campuran ini menggunakan 1gram garam dapur. Garam dapur
dilarutkan kedalam gelas kimia 50mL dengan air secukupnya, kemudian di saring
dan ditampung filtratnya menggunakan metode filtrasi. Filtrat larutan garam
diuapkan dalam cawan porselen diatas nyala pembakar spirtus. Ditunggu hingga
semua air dalam cawan habis menguap, setelah menguap maka pemanasan selesai
dilakukan. Endapan yang tersisa dalam cawan dipindah ke kaca arloji, endapan
ini adalah hasil dari pemisahan campuran metode rekristalisasi. Perbedaan
keadaann fisik yang awalnya berupa larutan berubah menjadi bubuk kristal
garam. Perubahan fisik disebabkan proses metode rekristalisasi yaitu teknik
pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya yang dilakukan
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok atau sesuai..
VII Kesimpulan
Campuran adalah suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa ayau memurnikan kelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
laboratorium maupun skala industry. Pemisahan campuran dilakukan berdasarkan
sifat fisika dan kimia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara deestilasi,
sentrifugasi, dekantasi, evaporasi, sublimasi, rekristalisasi, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C, dan R. Salima. (2016). Perubahan Rendemen Dan Mutu Virgin


Coconut Oil (VCO) Pada Berbagai Kecepatan Putar Dan Lama Waktu
Sentrifugasi (Yield Changes and Virgin Coconut Oil (VCO) Quality in
Various Rotational Speed and Centrifugal Time). Jurnal Teknotan. 10(2):
52.
Barsasella, D. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: TIM
Hari, B. S. 2019. Materi dan Perubahannya. Jakarta: Penerbit Duta.
LabChem, 2019. Material Safety Data Sheet of Aquades [serial online].
www.LabChem.com. Di akses pada 1 Oktober 2021.
LabChem. 2018. Material Safety Data Sheet Sodium Chloride [serial online].
www.LabChem.com. Diakses pada 25 September 2021.
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Calcium Hydroxide [serial online].
www.LabChem.com. Diakses pada 25 September 2021.
Pubchem. 2021. PubChem Compound Summary for CID 24924, Lead nitrate
[serial online]. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lead-nitrate.
Diakses pada 25 September 2021.
Raytama, R. R., H. Santoso, dan Y. Hartanto. 2021. Pengaruh Jenis Pelarut Pada
Distilasi Ekstraktif Pemisahan Campuran Aseton-Metanol Dengan
Dinding Pemisah. Eksergi. 10(20): 20.
Riswanto, B, dan S. Aminah. (2020). Utilization of Kalpataru Flower Extract
(Hura crepitans Linn) as an Alternative Acid Base Indicator. Jurnal
Akademika Kimia. 9(3): 148-157.
ScienceLab. 2019. Material Safety Data Sheet Naphthalene MSDS [serial online].
www.ScienceLab.com.  Diakses pada 25 September 2021.
Sediawan, W. B. 2011. Berbagai Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding
Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V. 1(1): 8-15
LAMPIRAN
NO PERLAKUAN GAMBAR
1. Menimbang pasir, garam dapur, dan a. Pasir
naftalene sebanyak 0,5 gram

b. Garam dapur

c. Naftalene

Jo 2. M Mencampur pasir, garam dapur, dan


naftalene ke dalam gelas beaker dan
di timbang massa total sampel.

43 3. Menimbang berat cawan sebelum di


beri es batu.

4. Meletakkan beaker glass diatas kaki


tiga. Dan ditutup dengan cawan berisi
es batu. Lalu memulai pemanasan
dengan Bunsen pembakar.
5. Mengamati sampai terbentuk kristal
dibawah cawan, dan kemudian
mengerok kristal.

5. Menimbang padatan yang tersisa


dalam beaker glass.

6. Menimbang kertas saring.

7. Menyaring campuran yang terbentuk


dan filtratnya kedalam beaker lain.

8. Membilas padatan pada kertas saring


dengan 100mL akuades.

9. Kertas saring yang berisi padatan


dikeringkan dalam oven suhu 105℃
selama 10 menit.

NO PERLAKUAN GAMBAR
1. Memasang set alat distilasi sesuai
dengan instruksi dari instruktur. Pada
setiap sambungan alat gelas diolesi
vaselin.

2. Menggunakan labu alas bulat 100mL


untuk labu distilasi dan labu
penampung.

3. Mengisi labu distilasi dengan sisa


filtrat pada percobaan sebelumnya
dan ditambahkan 2 butir batu didih.

4. Memasang labu pada set alat distilasi,


dan mulai dipanaskan menggunakan
pembakar spirtus
5. Mencatat temperatur saat destilasi
yang tertampung sekitar volume
1mL. Distilasi dilanjutkan hingga
setengah volume air pada labu
distalasi pindah ke labu penampung
distilat.

6. Memasukkan masing-masing
sebanyak 2mL cairan sisa pada labu
distilasi dan cairan pada labu distilasi
dan cairan pada labu penampung
dislat pada tabung reaksi.

7. Meneteskan sebanyak 3 tetes larutan


Pb(NO3)2 0,01M pada masing-
masing tabung reaksi. Mencatat
perubahan yang terjadi setelah
dikocok.

NO PERLAKUAN GAMBAR
1. Menggunakan labu ukur, diukur 30
mL air

2. Kedalam gelas kimia yang udah diisi


2-3 sendok bubuk kapur ditambahkan
30 mL air yang diukur tadi.

3. Menggunakan batang pengaduk,


diaduk hingga rata

4. Diambil 10 mL larutan kedalam


tabung sentrifugal

5. Sentrat dan endapan dipindahkan dan


diputar selama 2 menit menggunakan
pemusingan.

6. Endapan dan filtrat dipisahkan


menggunakan pipet tetes.

7. Diambil 10 mL campuran aquades


dengan kapur dan diaduk rata

8. Dikocok hingga terbentuk endapan


kapur lalu disaring endapannya.
9. Bandingkan hasil filtrasi dan
sentrifugasi.

NO PERLAKUAN GAMBAR
1. Menimbang 100 gram garam dapur

2. Melarutkan garam dalam gelas kimia


dengan air

3. Menyaring dan menampung filtratnya


4. Menguapkan diatas dalam cawan
porselin diatas nyala pembakar
spirtus sampai air habis menguap

5. Membandingkan keadaan fisiknya


sebelum dan sesudah proses

Anda mungkin juga menyukai