Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh
Nama : Novian Rico Saputra
NIM : 211810301001
Kelas/Kelompok : Kimia F/1
Asisten : Aurely Rachmanita Sosa

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Perubahan Materi Dan Pemisahan Campuran
II. Tujuan
- Mendemontrasikan pemisahan suatu campuran.
- Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-masing
komponen.
- Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi.

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Naftalene / Kapur Barus (C10H8)
Naftalene atau kapur barus memiliki rumus molekul C10H8. Naftalene atau
kapur barus memiliki sifat fisik yang berupa padatan dengan titik leleh sebesar 79,5-
81,0°c, titik didih sebesar 218°c dengan tekanan uap 1,3 hPa (53°c) dan 0,04 hPa
(25°c). Naftalene merupakan padatan yang mudah terbakar termasuk dalam (kategori
1), bersifat karsinogen termasuk dalam (kategori 2), toksisitas akut termasuk dalam
kategori 4, menyebabkan iritasi mata termasuk dalam katerogi 2b. Naftalene yang
terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Pertolongan pertama yang
dilakukan jika Naftalene terhirup yaitu segera bawa praktikan untuk menghirup udara
segar dan segera menghubungi dokter, apabila praktikan tidak dapat bernafas segera
beri nafas bantuan, jika mengalami kontak fisik segera cuci dengan air dan sabun.
Naftalene jika terkena mata, bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit, dan jika
tertelan jangan dipaksa untuk memuntahkan dan segera bilas dengan air (LabChem,
2020).
3.1.2 Metanol (CH3OH)
Metanol dengan rumus molekul CH3OH merupakan zat cair yang tidak
memiliki warna dan memiliki bau hampir sama dengan alkohol. Metanol tidak
memiliki pH dan memiliki titik beku -98.7°C dengan titik didih 64.7°C dalam
tekanan 1013 hPa. Metanol juga memiliki massa molekul 32.04 g/mol. Metanol
memiliki tekanan uap 128 hPa dalam suhu 20°C. Metanol dapat larut dalam air,
etanol, eter, dan aseton. Metanol merupakan cairan yang mudah terbakar dengan
kategori 2 dan juga memiliki toksisitas akut (oral, dermal, dan inhalasi) kategori 3.
Penanganan pertama jika terhirup, bawa praktikan keluar laboratorium untuk
menghirup udara bebas dan segera hubungi dokter. Pertolongan pertama jika terkena
kontak fisik, segera basuh dengan banyak air dan gunakan sabun. Pertolongan
pertama jika terkena mata, basuh dengan air mengalir dan segera hubungi dokter
(LabChem,2020).
3.1.3 Garam (NaCl)
Garam mempunyai rumus molekul NaCl, NaCl memiliki bentuk fisik berupa
cairan yang tidak memiliki warna dan bau. NaCl memiliki pH 6,6 dengan massa jenis
1 sampai 1,1. NaCl dapat menimbulkan efek yang berbahaya jika mengenai kulit dan
teriritasi kulit termasuk (kategori 1) , berpotensi menyebabkan iritasi mata termasuk
(kategori 1). Penanganan pertama yang harus dilakukan ketika NaCl terhirup yaitu
bawa praktikan keluar dari laboratorium untuk menghirup udara segar dan posisikan
praktikan pada posisi yang nyaman untuk bernapas. NaCl yang mengenai kulit
berbahaya maka dari itu segera lepas semua pakaian yang terkontaminasi dan basuh
dengan air. NaCl yang mengenai mata sangat berbahaya oleh kareaa itu, basuhlah
mata dengan air beberapa menit (Smart-Lab, 2019).
3.1.4 Kalsium Karbonat/ Serbuk Kapur (CaCO3)
Kalsium Karbonat memiliki rumus molekul CaCO3, kalsium karbonat memiliki
bentuk fisik berupa padatan dan biasa ditemukan berbentuk bubuk putih serta
memiliki warna putih dan tidak memiliki bau. Kalsium Karbonat mempunyai titik
leleh 825°, massa molekul 100,09 gram/mol, massa jenis 2,93 gram/cm3. Kalsium
Karbonat dapat menyebakan iritasi kulit yang termasuk kategori 2, menyebabkan
iritasi mata termasuk kategori 2B. Penanganan pertama yang harus dilakukan ketika
terhirup adalah membawa praktikan ke luar labratorium agar dapat menghirup udara
segar dan posisikan praktikan di posisi yang nyaman untuk bernapas. Pertolongan
pertama jika terkenan kulit yaitu membasuh dengan air mengalir, cuci baju yang
terkontaminasi dengan kalsium karbonat sebelum digunakan kembali. Basuh mata
dengan air mengalir selama beberapa menit jika terkena mata (LabChem, 2020).
3.1.5 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O. Akuades dikenal sebagai air murni.
Akuades memiliki sifat fisik berupa cairan dengan berat molekul 18 g/mol dan
memiliki pH 7. Akuades memiliki titik didih 100°C dan titik leleh 0°C. Akuades juga
memiliki tekanan uap 17,535 mmHg dan memiliki massa jenis 0,9823 g/mL.
Akuades merupakan bahan yang tidak berbahaya apabila mengenai tangan, tertelan,
dan mengenai mata (LabChem, 2020).

3.2 Tinjauan Pustaka


Materi adalah sesuatu yang mempunyai massa dan dapat menempati sebuah
ruang. Materi disebut juga dengan zat. Materi dibedakan menjadi 2 sifat yaitu sifat
fisika dan sifat kimia. Sifat fisika adalah sifat yang berhubungan dengan tidak
timbulnya zat baru, misalnya peristiwa mencair, melebur, dan mengembun. Sifat
kimia adalah sifat yang berhubungan dengan timbulnya zat baru, misalnya peristiwa
besi kerkarat, kartas terbakar, dan peristiwa pembusukan (Fardhilah, 2019).
Campuran adalah suatu materi yang terdiri dari 2 zat atau lebih dan masih
mempunyai sifat zat asalnya. Campuran dibedakan menjadi 2 yaitu campuran
homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang dapat
dilihat unsur-unsur penyusunnya atau campuran yang tidak terlihat unsur-unsur
penyusunnya. Contoh campuran homogen yaitu air gula, gula yang sudah larut maka
bentuk asli gula tidak ada. Campuran heterogen adalah campuran yang sifat-sifat zat
pengusunnya masih tampak. Contoh campuran heterogen yaitu campuran pasir
dengan air, pasir yang dicampurkan tidak akan larut ke dalam air melainkan
mengendap. Campuran inilah yang memunculkan teori-teori mengenai pemisahan
campuran (Setyawati, 2018).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran (Hendayana, 2006).
Metode pemisahan campuran masuk ke dalam cabang ilmu kimia pemisahan. Kimia
pemisahan adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari pemisahan
senyawa-senyawa kimia baik sederhana maupun kompleks. Metode pemisahan dibagi
menjadi beberapa yaitu sublimasi, ekstraksi, dekantasi, filtrasi, evaporasi, distilasi,
sentrifugasi, dan rekristalisasi (Hendayana, 2006).
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan
zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang
tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang menggunakan metode
ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod. Sublimasi dapat
digunakan untuk memisahkan komponen yang dapat menyublim dari campurannya
yang tidak menyublim. Proses sublimasi adalah proses dimana molekul-molekul
langsung berubah dari fasa padat menjadi fasa uap disebut peyubliman (sublimation),
dan proses kebalikannya (yaitu, dari uap langsung menjadi padat) disebut
penghabluran (deposition). Naftalena (zat yang digunakan untuk membuat kamper)
mempunyai tekanan uap yang cukup tinggi untuk suatu padatan (1 mmhg 530C) jadi
uapnya yang tajam dengan cepat menyebar dalam ruangan tertutup. Secara umum,
karena molekul-molekul terikat lebih kuat dalam padatan, tekanan uap padatan jauh
lebih kecil dari pada tekanan uap cairnya (Chang, 2004).
Ekstraksi merupakan salah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau
menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel
dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi padat-cair atau leaching
merupakan proses transfer secara difusi analit dari sampel yang berwujud padat ke
dalam pelarutnya. Ekstraksi dar sampel padatan dapat dilakukan jika analit yang
diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi. Dasar metode pemisahan ini
adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu (Leba, 2017).
Dekantasi merupakan pemisahan suatu cairan dari padatan yang mengendap
dengan cara menuangkan cairannya secara hati-hati tanpa menganggu padatannya.
Teknik ini paling sering digunakan. Cairan murni dapat di dekantasi jika padatannya
telah mengendap. Contoh penggunaan teknik ini untuk memisahkan sel darah dari
plasma darah (Earl dan Wilford, 2014).
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk
memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori
(penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel
antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang
mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut(
Oxtoby, 2011).
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk
larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut
filtrat sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas).
Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada
pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium,
menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat
injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula.
Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan
penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari
bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap (Heppy dkk, 2018).
Evaporasi adalah suatu proses berubahnya air menjadi uap air dari perairan
terbuka, tanah dan batuan lainnya. Proses evaporasi sangat dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan uap, suhu udara, angin, kualitas air dan permukaan bidang
evaporasi. Pengukuran besarnya evaporasi dapat dilakukan dengan berbagai macam
teknik, mulai dari pengukuran langsung dengan panci evaporasi atau perhitungan
dengan berbagai metode dan gabungan keduanya (Jesiani dkk, 2019).
Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Distilasi dapat digunakan untuk memisahkan suatu komponen dari
campurannya apabila komponen lainnya tidak ikut menguap (titik didih komponen
lain jauh lebih tinggi). Pemisahan dengan destilasi berbeda dengan pemisahan dengan
cara penguapan. Pemisahan dengan cara distilasi semua komponen yang terdapat di
dalam campuran bersifat mudah menguap (volatil) (Wahyudi dkk, 2017). Tingkat
penguapan (volatilitas) masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu yang
sama. Tingkat penguapan yang berbeda akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap
yang dihasilkan dari suatu campuran akan selalu mengandung lebih banyak
komponen yang lebih volatil. Sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni
pada fasa tertentu fasa cairan akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang
volatil. Cairan yang kurang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki
komposisi cairan yang berbeda (Soebagio, 2002).
Pemisahan dengan cara distilasi digunakan untuk memisahkan campuran alkohol
dari air. Distilasi tunggal menghasilkan pemisahan parsial dari komponen dimana
fasa uap diperkaya dengan zat yang lebih volatil. Distilasi fraksional atau destilasi
bertingkat adalah proses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap kali
terjadi pemisahan lebih lanjut. Proses ini adalah proses pengayaan dari uap yang lebih
volatil juga terjadi berulang-ulang sepanjang proses destilasi fraksional itu
berlangsung. Distilasi uap adalah cara untuk mengisolasi dan memurnikan senyawa
(Soebagio, 2002).
Sentrifugasi adalah metode sedimentasi untuk memisahkan partikel-partikel dari
suatu fluida berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan gaya sentripetal.
Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan sel menjadi organelorganel utama sehingga
fungsinya dapat diketahui. Sentrifugasi sederhana terdiri atas sebuah rotor dengan
lubang-lubang untuk melatakkan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor
atau alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki (Triarjo
dkk, 2016).
Rekristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat di dalam
suatu fase homogen. Proses ini dapat terjadi sebagai pembentukan partikel padat
dalam uap, seperti pembentukan salju. Metode pemurnian suatu zat berbentuk Kristal
adalah rekristalisasi (pembentukan Kristal berulang). Metode ini berdasarkan pada
perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu
pelarut tertentu, maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan lain yang hanya
melarutkan zat-zat pengotor saja. (Pinalla, 2011).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Timbangan
- Cawan Porselen
- Kaki tiga
- Jaring kawat
- Beaker
- Spatula
- Batang pengaduk
- Pembakar spiritus
- Corong
- Clamps
- Set alat distilasi
- Thermometer

4.1.2 Bahan
- Naftalene (Kapur barus)
- Pb(NO3)2 0,5 M
- Garam Dapur (NaCl)
- Vaseline
- Pasir
- Serbuk Kapur
- Akuades
4.2 Diagram Alir
4.2.1 Pemisahan Campuran

Pasir, garam dapur, dan naftalene

- Ditimbang gelas beaker yang kosong,


bersih dan kering
- Dimasukkan pasir, garam dapur, dan
naftalene
- Ditutup dengan cawan
Hasil
4.2.2 Distilasi
Spiritus

- Dipasang set alat distilasi


- Digunakan labu alas bulat 100 mL
- Diisi labu distilasi dengan spirtus
- Ditutup labu alas dengan penutup karet yang telah
dipasangkan termometer
- Dipasangkan kedua labu tersebut pada set alat
distilasi
- Dipanaskan menggunakan mantel pemanas dan gelas
erlenmeyer diletakkan diujung pipa kondensor
- Dibungkus gelas erlenmeyer dengan plastik bening
- Ditunggu hingga larutan mendidih
- Dimatikan mantel pemanas
- Ditimbang massa filtrat yang terbentuk
- Diamati suhu yang dicapai saat filtrat terbentuk
Hasil
4.2.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Bubuk Kapur

- Dimasukkan bubuk kapur kedalam gelas kimia


- Ditambahkan air, diaduk sampai rata
- Diambil larutan kedalam larutan sentrifugal
- Dipisahkan sentrat dan endapan
- Diambil filtrat dengan pipet tetes
- Diambil campuran air dengan kapur
- Diaduk jika kapur telah mengandap
- Disaring menggunakan kertas saring
- Diambil filtratnya
- Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan
filtrat dari proses penyaringan
Hasil
4.2.4 Rekristalisasi
Garam Dapur Kotor

- Diambil garam dapurnya


- Dilarutkan dalam gelas kimia dengan air
secukupnya
- Disaring dan ditampung filtratnya
Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Pemisahan Campuran
Sebuah beaker 100mL ditimbang dalam keadaan kosong, bersih dan kering.
Beaker diisi pasir, garam dapur, dan naphtalene sebanyak masing-masing 0.5 gram
lalu diaduk. Berat sample dan beaker ditimbang. Cawan beaker yang telah diketahui
massanya disiapkan untuk menutup beaker. Beaker dan dish diletakkan diatas jaring
kawat dan kaki tiga. Beberapa pecahan es ditambahkan diatas cawan porselen. Jangan
sampai ada tetesan air dibawah dish atau di dalam beaker. Beaker dipanaskan dengan
pembakar spirtus sampai terbentuk uap di dalam beaker dan padatan menempel
dibawah cawan porselen. Setelah 10 menit, spirtus di pindahkan dan padatan dibawah
cawan porselen dikumpulkan dengan spatula. Campuran sample diaduk dengan
batang pengaduk. Beaker ditutup dengan cawan porselen, kemudian dipanaskan lagi
hingga tidak terbentuk padatan dibawah evaporating dish. Padatan hasil sublimasi
yang menempel di cawan porselen di timbang. Beaker didinginkan pada temperatur
ruang. Beaker yang berisi padatan tersisa ditimbang. Berat hasil sublimasi dan berat
padatan tersisa dihitung. Hasil perhitungan dibandingkan dengan berat awal total
campuran. 25 mL akuades ditambahkan ke dalam sisa padatan beaker lalu diaduk
selama 5 menit.
4.3.2 Distilasi
Set alat distilasi dipasang sesuai dengan instruksi dari instruktur. Setiap
sambungan alat gelas diolesi vaselin. Labu distilasi disambungkan dengan gelas
penghubung yang telah diolesi vaselin, lalu mantel pemanas diletakkan di atasnya.
Langkah selanjutnya yaitu kondensor dan gelas penghubung disambungkan kemudian
dirangkai menggunakan penjepit statif. Selang aliran air dipasang pada setiap lubang
kondensor. Larutan yang akan didistilasi (spirtus) dimasukkan ke dalam labu distilasi,
kemudian ditutup dengan penutup karet yang telah dipasangkan termometer. Mantel
pemanas dinyalakan dan gelas erlenmeyer yang dibungkus plastik bening diletakkan
di ujung pipa kondensor, kemudian ditunggu hingga larutan mendidih. Massa filtrat
yang terbentuk ditimbang kemudian diamati suhu endapan saat filtrat terbentuk.
4.3.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Bubuk kapur dimasukkan kedalam gelas kimia 50mL sebanyak 2-3 sendok.
Air 30mL ditambahkan dan diaduk rata. Larutan 10mL diambil ke dalam tabung
sentrifugal. Sentrat dan endapan dipisahkan dengan diputar dengan pemusingan
selama 2 menit. Filtrat diambil dengan pipet tetes. Campuran air dengan kapur
diambil sebanyak 10mL. Filtratnya diambil dengan menggunakan kertas saring.
Sentrat dari sentrifugasi dan sentrat dari proses penyaringan di bandingkan.
4.3.4 Rekristilasi
Garam dapur kotor sebanyak 1 gram, larutkan dalam gelas kimia 50mL dengan
air secukupnya. Filtratnya di saring dan ditampung, lalu diuapkan dalam cawan
porselin diatas nyala spirtus sampai air habis menguap. Keadaan fisik garam dapur
sebelum dan sesudah proses dibandingkan.

V. Data dan Perhitungan


5.1 Data
5.1.1 Pemisahan Campuran
- Massa gelas beaker 100 mL kosong = 62,891 g
- Pasir = 0,500 g
- Garam dapur = 0,503 g
- Naftalene = 0,505 g
- Gelas beaker + pasir + garam dapur + naftalena = 64,302 g
- Kaca arloji kosong = 23,80 g
- Kaca arloji + padatan = 24,394 g
- Gelas beaker + sisa padatan = 63,551 g
- Kertas saring bersih = 1,138 g
- Kertas saring + padatan sisa = 1,668 g
5.1.2 Distilasi
- Suhu = 50⁰ C
5.1.3 Rekristalisasi
- Massa garam dapur kotor = 1 gram
5.2 Perhitungan
5.2.1 Pemisahan Campuran
1. Massa total sampel = massa pasir + massa garam dapur + massa
naftalena
= 0,500 g + 0,503 g + 0,505 g
= 1,508 g
Massa beaker + massa sampel total = 64,302 g
pasir
% rendemen = x 100
m sampel
0,500
= x 100
1,508
= 33,156%
garam
% rendemen = x 100
m sampel
0,503
= x 100 = 33,355%
1,508
naftalene
% rendemen = x 100
m sampel
0,505
= x 100 = 33,488%
1,508
2. Massa padatan sublimasi = (massa kaca arloji + padatan)-(massa
arloji kosong
= 24,394 gr – 23,80 gr
= 0,594 gr
3. Massa padatan sisa = (massa kertas saring+padatan) – m. kertas saring
= 1,668 gr - 1,138 gr

= 0,53 gr
V.2.2 Rekristalisasi
mhasil rekristalisasi
% rendemen = x 100
m awal
1
= x 100
1
= 100%
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
6.1.1 Table Hasil Pemisahan Campuran
N PERLAKUAN HASIL
o.
1 Sublimasi Massa Sampel
1. Awal =
64,30gram
2. Akhir =
63,73gram
2 Filtrasi Massa Padatan Sisa =
0,95gram
6.1.2 Tabel Hasil Distilasi
N PERLAKUAN HASIL
o.
1 Pemanasan Suhu awal = 25ºC
Suhu akhir =100ºC
6.1.3 Tabel Hasil Sentrifugasi Versus Filtrasi
N PERLAKUAN HASIL
o.
1 Sampel air + bubuk kapur Warna keruh
2 Sentrat Filtrasi Warna sedikit keruh,
tidak ada endapan
3 Sentrat + proses sentrifugasi Warna jernih, tidak
ada endapan
6.1.4 Tabel Hasil Rekristalisasi
N PERLAKUAN HASIL
o.
1 Kristal garam awal Warna putih sedikit
kotor
Massa sampel = 1
gram
2 Kristal garam awal setelah rekristalisasi Warna putih bersih
(sedikit mengkilap)
Massa sampel = 1
gram

VI.2 Pembahasan
Pemisahan campuran berdasarkan titik uap yaitu sublimasi. Teknik sublimasi
diterapkan untuk memisahkan zat dari pengotornya seperti campuran (pasir, garam, dan
kapur barus), sehingga didapat zat murni. Pengotor tersebut (pasir) akan tertinggal di
dalam wadah karena ketidakmampuan dalam menyublim. Syarat pemisahan campuran
secara sublimasi adalah partikel yang bercampur memiliki perbedaan titik didih yang
besar, sehingga mampu menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian tinggi.
Prinsip kerja sublimasi adalah zat (pasir, garam dan kapur barus) yang akan
disublimasi dimasukkan ke dalam beaker, ditutup dengan gelas cawan yang berisi air
sebagai pendingin dan dipanaskan perlahan dengan api. Zat padat (kapur barus) akan
menyublim menjadi uap dan zat pengotor (pasir) tetap menjadi padat. Terbentuknya
uap ini karena hasil sublimasi dan nantinya akan menjadi padat lagi setelah proses
pendinginan. Apabila sudah tidak ada zat lagi yang menyublim atau es batu yang
terdapat di dalam cawan telah mencair sempurna, maka proses pemanaan dihentikan
dan dibiarkan dingin agar uap yang terbentuk menyublim semua.
Percobaan kedua yaitu metode distilasi. Prinsip kerja distilasi menggunakan
perbedaan titik didih. Untuk memisahkan campuran zat yang memiliki perbedaan titik
didih, kita dapat melakukan dengan metode distilasi. Zat yang memiliki titik didih lebih
tinggi akan lebih dulu menguap. Jika yang kita inginkan adalah zat yaang memiliki
tittik didih yang lebih tinggi, makaa laangkah selanjutnyaa kita bisa mengembunkan
uap dari zat tersebut (pendinginan) dan mengalirkaan ke wadah tertentu. Jika yang kita
inginkan adalah zat yaang memiliki tittik didih yang rendah, maaka kita cukup
memanaskan campuran tersebut sajaa, sampaai suhu mencapai tittik diddih zat yaang
akan kita cari. Percobaan kali ini kita mencari zat tittik didihnya lebih yaitu dengan
hasil distilasi berupa akuades. Perubahan yang terjadi pada wujud zat tersebut adalah
cair menjadi cair jadi tidak terdapat perubahan wujud yang terjadi.
Pemisahan campuran dalam praktikum kali ini menggunakan larutan bubuk
kapur. Pemisahan campuran dalam praktikum kali ini menggunakan metode
pengendapan yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dekantasi dan filtrasi.
Dekantasi yaitu proses pengendapan campuran serbuk kapur dengan menggunakan alat
pemusing yang diputar. Prinsip pemisahan secara dekantasi adalah menggunakan
perbedaan massa jenis zat dari komponen-komponen pembentuk campuran. Semakin
besar perbedaan dari penyusun campurannya, maka semakin mudah pemisahan
campurannya.
Pemisahan campuran dengan pengendapan yang ke 2 yaitu filtrasi atau
penyaringan. Filtrasi adalah proses pengendapan larutan bubuk kapur dengan
menggunakan alat corong yang telah dilapisi oleh lapisan berpori (tisu) agar bubuk
kapur dalam air dapat tersaring. Prinsip pemisahan filtrasi adalah adanya beda ukuran
antara zat yang akan dipisahkan, seperti larutan bubuk kapur yang dicampur dengan
air.
Rekristalisasi adalah salah satu cara untuk memisahkan atau memurnikan zat
yang berupa kristal dari kotoran dengan dasar perbedaan kelarutan dalam pelarut dan
pada suhu tertentu. Rekristalisasi pada percobaan kali ini digunakan untuk memurnikan
garam dapur yang kotor. Perbedaan pada garam dapur sebelum dan sesudah
rekristalisasi adalah warna garam menjadi putih bersih karena telah dilakukan
penyaringan, berbentuk lebih halus dan lembut dan terjadi perenggangan molekul saat
proses pemanasan, serta massa garam berkurang dari sebelumnya karena ada beberapa
filtrat yang menguap.
Pemanasan Beaker glass yang brisi sampel pada proses sublimasi tujuannya
untuk menguapkan padatan padatan atau memisahkan padatan dengan cara
menguapkannya dengan harapan akan menempel pada permukaan bawah porselen.
Penutupan dengan cawan Porselen pada proses sublimasi berfungsi untuk
menutup rapat permukaan beaker glass agar uap padatan bisa ditampung pada bagian
bawah permukannya.
Penambahan Es batu pada proses sublimasi berfungsi untuk mendinginkan
bagian Permukaan bawah Cawan Porselen sehingga Uap yang menyentuh permukaan
bawah cawan Porselen bisa langsung berubah ke fasa padatannya lagi.
Naftalene,garam, dan Pasir dipilih sebagai Substrat Proses Sublimasi karena
memenuhi dari karakteristik substrat yang diperlukan untuk proses Pemisahan metode
Sublimasi yaitu zat yang mengudah menguap dipisahkan dengan zat yang sukar
menguap.
Penambahan Akuades berfungsi untuk melarutkan Pasir sisa residu sublimasi
Agar bisa masuk ke Proses Pemisahan senyawa metode Filtrasi. Pengadukan dilakukan
untuk memastikan bahwa Residu sudah benar benar melarut dan Tercampur baik
dengan aquades.
Pengukuran suhu 105º C bertujuan untuk memastikan bahwa pemanasan yang
diberikan sudah melebihi Titik didih air, Sehingga dipastikan juga semua air yang
dipanaskan sudah menguap secara keseluruhan.
Penambahan Vaselin pada penyambung alatalat distilasi bertujuan untuk
melonggarkan sambugan sambungat alat Kimia, agar mudah dipasang dan mudah
dilepas juga.
Batu didih ditambahkan pada larutan distilasi bertujuan untuk meng homogenkan
energi kinetik dari pemanasan yang diterima oleh larutan.
Percobaan kali ini kita mencari zat tittik didihnya lebih yaitu dengan hasil
distilasi berupa akuades. Perubahan yang terjadi pada wujud zat tersebut adalah cair
menjadi cair jadi tidak terdapat perubahan wujud yang terjadi.
Penambahan Pb(NO3)2 pada hasil dan Sisa destilasi brtujuan Untuk memurnikan
masing masing sisa distilat dan hasil distilat sehinggan dapat dilihat perbedaan antar
keduanya.
Alat sentrifugasi adalah alat yang digunakan untuk memisahkan campuran padat-
cair atau cair-cair yang tidak saling larut menggunakan gaya sentrifugal dengan cara
diputar dalam kecepatan tinggi.
Pengocokan Pada Air kapur bertujuan untuk menghomogenkan Larutan Kapur.
Pemanasan Pada proses Rekristalisasi merupakan sumber energi kinetik untuk
memisahkan ikatan antara aram dengan aquades segingga mampu terbentuk endapan
garam yang tidak menguap setelahnya. Kristal yang diperoleh dari Proses rekristalisasi
nampak lebih Putih, segar dan jernih.
Rekristalisasi adalah Teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai.
(Agustina et.al, 2013).
Proses kristalisasi dengan cara perebusan air garam dilakukan untuk memisahkan
asam dan kapur yang terkandung dalam garam. Saat proses perebusan, kandungan
asam akan menguap sedangkan kandungan kapur akan mengeras Umam, F Pemurnian
Garam Rekristalisasi 27 dalam panci. Secara fisik, seperti pada Gambar 3, garam hasil
rekristalisasi akan tampak lebih putih dan bersih dibandingkan dengan garam baru
panen yang belum dilakukan rekristalisasi. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar
NaCl yang sangat signifikan yakni mencapai 94-98 dari yang sebelunya hanya sekitar
80-85. Dengan kadar NaCl yang cukup tingggi dan sudah mencapai target kadar NaCl
SNI, maka garam hasil rekristalisasi sudah layak untuk dikonsumsi. Jika dilihat dari
prosesnya, setiap 1 Kg gram garam kotor dapat menghasilkan 8-9 ons garam layak
konsumsi. Jika dihitung ada pengingkatan nilai ekonomis, dimana setiap 1 Kg nya ada
kenaikan harga sekitar 500-1000 rupiah. Proses kristalisasi dengan cara seperti ini
dapat dilakukan kapan saja tanpa terpengaruh oleh cuaca. Siapapun dapat
melakukannya, selain mudah dan murah, masyarakat yang tidak berprofesi petani
tambak pun dapat melakukan rekristalisasi garam. (Umam,2019).
Fungsi Kondensor Adalah untuk mendinginkan Uap Air, ditata dari bawah keatas
dikarenakan Energi yang diperlukan untuk mendrorong air dari bawah ke atas lebih
besar dari pada sebaliknya, jika lebih banyak energi yang dikeluarkan maka
pendinginan yang diperoleh juga demikian lebih banyak

VII. Kesimpulan
Dari praktikum perubahan materi dan pemisahan campuran kali ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Praktikan harus membaca petunjuk praktikum agar dapat mendemonstrasikan pemisahan
campuran dengan benar.
2. Pemisahan campuran dapat dilakukan menggunakan beberapa metode. Metode
sublimasi digunakan untuk memisahkan suatu zat dari sebuah campuran yang semula
berbentuk padatan menjadi gas. Metode ekstraksi atau destilasi digunakan untuk
memisahkan sebuah zat dari campuran cairan. Metode filtrasi, sentrifugasi dan dekantasi
dilakukan untuk memisahkan suatu zat dari sebuah campuran cairan dari padatan melalui
pengendapan, sedangkan metode rekristalisasi digunakan untuk memurnikan suatu
padatan.
3. Destilasi adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair
yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Proses ini juga tergantung pada sifat
kecenderungan sebuah zat menjadi gas.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga
Earl, B. dan D, Wilford. 2014. Cambridge IGCSE: Chemistry Third Edition.
United Kingdom: Hodder Education.
Fardhilah,N, 2019. Memahami Unsur,Senyawa, dan Campuran. Jawa Tengah: ALPRIN.
Hedayana,S, 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: Radaskarya.
Heppy,F., A.K.Wardani dan N. Istanah, 2018. Teknologi Bioproses. Malang: UB Press.
Jesiani,E.M., Apriansyah dan R.Adriat, 2019. Model pendugaan evaporasi dari suhu udara
dan kelembaban udara menggunakan metode regresi linier berganda di kota
pontianak. Prisma Fisika. 7(1).
LabChem. 2018. Material Safety Data Sheet of Calcium Carbonate. [Serial
Online] di akses pada 25 Oktober 2020.
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Aquades.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750 di akses pada 19 Oktober 2020.
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet of Methanol.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT430.pdf diakses pada 08 November
2020.
Leba, M.A.U, 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta:Penerbit Deepublish.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1 Edisi 4.
Jakarta: Erlangga.
Pinalla, A. 2011. Kristalisasi ammonium perklorat (AP) dengan sistem pendinginan
terkontrol untuk menghasilkan kristal berbentuk bulat. Jurnal Teknologi Dirgantara.
9(2):144-131.
Setyawati, A.A, 2018. Pemisahan Campuran. Yogyakarta: PT. Intan Prawira.
Sigma-Aldrich. 2013. Material Safety Data Sheet of Naphtalene. [Serial Online]
di akses pada 25 Oktober 2020.
Smart-Lab. 2019. Lembar Data Keselamatan Bahan. [Serial Online] diakses pada
25 Oktober 2020.
Soebargio, 2002 Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Triarjo., S. Rianto., A. Muchsin. dan E. Muljono. 2016. Analisis Kerusakan Centrifuge (XD-
301) Pada Proses Pemisahan Uranil Nitrat Seksi 300 Instalasi PCP. 16.
Wahyudi, N.T., F.F. Ilham., K. Irwan.dan A.S. Sanjaya. 2017. Rancangan alat distilasi untuk
menghasilkan kondennsat dengan metode distilasi satu tingkat. Jurnal Chemurgy.
01(2).
Lampiran

1. Proses Pemisahan Campuran

2. Proses Distilasi
3. Proses Sentrifugasi
4. Proses Rekristalisasi

Nama: Novian Rico NIM: Kelas: Kimia F


Saputra 2118103010
01
Tanggal: 30 Desember Percobaan ke Asisten: Aurely
2021 2 Rachmanita Sosa
LEMBAR PENGAMATAN

a. PemisahanCampuran
Massa beaker awal : 62,83 gram
Massa beaker + sampel : 64,30 gram
Massa kaca arloji : 21,87 gram
Massa kaca arloji + massa padatan hasil : 22,08 gram
Sublimasi pemanasan pertama
Massa cawan porselin : 31,67 gram
Massa cawan porselin + padatan hasil : 31,74 gram
Sublimasi pemanasan kedua
Massa kertas saring awal : 0,55 gram
Massa kertas saring + sampel : 0,95 gram
b. Distilasi
Suhu larutan awal sampel : 27°C
Suhu larutan sampel saat menetes : 101°C
Warna hasil distilat + Pb(NO3)2 : jernih
Warna hasil sampel awal + Pb(NO3)2 :jernih sedikit keruh
c. Sentrifugasi vs Dekantasi
Warna sampel air + batukapur :keruh
Warna sentrat sentrifugasi + dekantasi :sedikit keruh, tidak ada endapan
Warna sentrat hasil filtrasi :jernih, tidak ada endapan
d. Rekristalisasi
Massa cawan porselin sebelum dipanaskan : 31,67 gram
Massa cawan porselin + bahan sebelum pemanasan : 32,67 gram
Massa cawan poselin + bahan setelah pemanasan : 32,33 gram
Massa cawan porselin setelah pemanasan : 31,69 gram
Warna Kristal NaCl sampel : putih sedikit kotor
Warna Kristal NaCl setelah rekristalisasi : putih bersih
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Massa kaca arloji 1 (x1) = 21,87 gram


Massa kaca arloji 2 (x2) = 21,85 gram
Massa kaca arloji 3 (x3) = 21,89 gram
x 1+ x 2+ x 3
 x́ =
∑n
21,87+21,85+21,89
x́ = =21,87 gram
3
Note: x́yang diperoleh adalah Mkc0

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1

( 21,87−21,87 )2 + ( 21,85−21,87 )2 + ( 21,89−21,87 )2


S=
√ 3−1
0+0,0004+0,0004

=
2
= 0,02
= 2%
Standart Deviasi 2% menunjukkan bahwasanya datanya jauh dari Rata
rata
2. Massa gelas beaker 1 (x1) = 62,83 gram
Massa gelas beaker 2 (x2) = 62,82 gram
Massa gelas beaker 3 (x3) = 62,84 gram
x 1+ x 2+ x 3
 x́ =
∑n
62,83+62,82+62,84
 x́ = = 62,83 gram
3

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1

( 62,83−62,83 )2 + ( 62,82−62,83 )2 + ( 62,84−62,83 )2


S=
√ 3−1
0+0,0001+0,0001
=
√ 2
= 0,01
= 1%
Standart Deviasi 1% menunjukkan bahwasanya datanya dekat dari Rata
rata

3. Massa cawan porselen 1 (x1) = 31,67 gram


Massa cawan porselen 2 (x2) = 31,65 gram
Massa cawan poselen 3 (x3) = 31,69 gram
x 1+ x 2+ x 3
 x́ =
∑n
31,67+31,65+31,69
x́ = =31,67 gram
3

Note: x́yang diperoleh adalah Mcp0

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1

( 31,67−31,67 )2 + ( 31,65−31,67 )2+ ( 31,69−31,67 )2


S=
√ 3−1
0+0,0004+0,0004
=
√ 2
¿ 0,02
= 2%
Standart Deviasi 2% menunjukkan bahwasanya datanya jauh dari Rata
rata
Massa kac aarloji + Kristal hasil sublimasi (Mkc2) = 22,08 gram
Massa cawan porselen + padatan hasil sublimasi (Mcp2)= 31,74 gram
Sehingga massa padatan kristal total = (Mkc2 – Mkc1) + (Mcp2 – Mcp1)
= (22,08 – 21,87) + (31,74 – 31,67)
= 0,21 + 0,07
= 0,28 gram
4. Massa garam setelah rekristalisasi
 Massa garam sebelum rekristalisasi
Massa cawan porselen + garam (M1) = 32,67 gram
Massa cawan porselen awal (Mcp1) = 31,67 gram
Massa garam sebelum rekristalisasi= M1 – Mcp1
= 32,67 - 31,67
= 1 gram
 Massa garam setelah rekristalisasi
Massa garam + cawan porselen setelah rekristalisasi(M2) = 32,33 gram
Massa garam setelah rekristalisasi =M2 – Mcp1
= 32,33 – 31,67
= 0,66 gram

Anda mungkin juga menyukai